Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Adriani, 2017 dalam Apriyanti, F. 2019 anemia adalah suatu keadaan
dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal pada sekelompok
orang menurut umur dan jenis kelamin, yaitu antara 13 – 17 g/dl. World Health
Organization (WHO) (2017) menyatakan bahwa anemia adalah suatu keadaan dimana
jumlah sel darah merah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh.
Kebutuhan fisiologis seseorang bervariasi menurut usia, jenis kelamin, tempat tinggal,
kebiasaan merokok, dan tahap kehamilan. Penyebab umum anemia antara lain kurangnya
pengetahuan tentang anemia, defisiensi zat besi, defisiensi asam folat, defisiensi vitamin
B12, dan defisiensi vitamin A, peradangan akut dan kronis, infeksi parasit, dan penyakit
bawaan yang mempengaruhi sintesis hemoglobin dapat menyebabkan kurangnya
produksi sel darah merah dan anemia.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi anemia
di Indonesia adalah 21,7%. Anemia sebesar 26,4% pada usia 5 – 14 tahun dan 18,4%
pada usia 15 – 24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan data Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) 2012, jumlah remaja dengan anemia juga tinggi. Secara spesifik
prevalensi anemia pada balita adalah 40,5%, pada ibu hamil 50,5%, dan pada ibu nifas
adalah 45,1%, 57,1% untuk remaja putri berusia 10 – 18 tahun dan 39,5% untuk wanita
berusia 19 – 45 tahun. Wanita paling berisiko terkena anemia, terutama remaja putri
muda. Anemia pada remaja dapat berdampak merugikan pada remaja dan dapat
mengakibatkan penurunan kesehatan reproduksi, perkembangan motorik-intelektual,
kecerdasan terhambat, kemampuan belajar yang menurun, penurunan tingkat kebugaran,
dan tidak tercapainya tinggi badan yang maksimal.
Menurut Triwinarni, Hartini, & Susilo, 2017 dalam Budiarti, Anik, & Wirani, 2021
anemia lebih sering terjadi pada remaja putri dibandingkan remaja laki-laki dikarenakan
remaja putri kehilangan zat besi (Fe) selama menstruasi sehingga perlu mengonsumsi
lebih banyak zat besi. Perilaku remajja putri yang lebih banyak mengonsumsi makanan
nabati adalah salah satu mengapa asupan zat besi tidak mencukupi dibandingkan dengan
kebutuhan zat besi harian. Program Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja kembali
digalakkan dengan target penyaluran secara nasional. Remaja putri diberikan tablet
tambah darah dengan dosis pencegahan seminggu sekali dan sekali dalam sehari selama
menstruasi. Namun fakta di lapangan tablet tambah darah yang telah diberikan pada
remaja putri tidak dikonsumsi sesuai dengan anjuran yang telah diberikan oleh
pemerintah dengan alasan bahwa rasa dari tablet tambah darah yang tidak enak.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membuat sebuah produk
pangan dengan melakukan penambahan hati ayam dan daun kelor pada nugget ayam
sehingga dapat menjadi upaya dalam menanggulangi anemia pada remaja putri.
1.2 Visi Misi
1.2.1 Visi
Menjadi perusahaan yang menyediakan produk makanan nugget ayam yang sehat dan
bergizi
1.2.2 Misi
1. Membuat olahan nugget ayam menjadi makanan yang lebih sehat dengan
menambahkan hati ayam dan daun kelor yang tinggi akan zat besi.
2. Membantu memanfaatkan dalam upaya penanggulangan anemia terutama pada
remaja putri.
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Apa pengertian dari anemia ?
1.3.2 Bagaimana peran produk terhadap anemia ?
1.3.3 Apa deskripsi dari produk ?
1.3.4 Apa saja alat, bahan, dan cara pembuatan produk ?
1.3.5 Bagaimana analisis zat gizi dari produk ?
1.3.6 Bagaimana diagram alir dari produk ?
1.3.7 Bagaimana asumsi perencanaan pada produk ?
1.3.8 Bagaimana strategi pendekatan pada produk ?
1.3.9 Siapa kelompok sasaran dan bagaimana jangka waktunya ?
1.3.10 Bagaimana organisasi tatalaksana dan struktur organisasi usaha ?
1.3.11 Bagaimana prosedur bila produk tidak aman untuk dikonsumsi ?
1.3.12 Bagaimana perhitungan kelayakan usaha ?
1.3.13 Bagaimana rencana harga untuk produk ?
1.4 Tujuan Kegiatan
1. Mendapat keuntungan dari penjualan nugget ayam.
2. Membuat produk nugget ayam yang tidak hanya memiliki cita rasa yang lezat namun
juga memiliki nilai gizi yang baik.
3. Membuka lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, F. (2019). Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
SMAN 1 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Tahun 2019. Jurnal Doppler
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, 3(2), 18–21.

Fadila, I., & Kurniawati, H. (2019). Upaya Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri Sebagai
Pilar Menuju Peningkatan Kesehatan Ibu. Prosiding, 78–87.

Sunarti, A. (2022). Penyuluhan tentang Dampak Anemia pada Remaja di SMKN 6 Palu. 1(2),
77–84.

Anda mungkin juga menyukai