Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS ISUE ETIK BERHUBUNGAN EMBRIOLOGI DAN GENETIKA

Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Tugas Embriologi dan Genetika

Disusun oleh:

Tasya Firdausia Rohmatullah


1610104087

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
Lampiran Kasus :
Dijalankan Sesuai Etika, Prosedur Bayi Tabung Legal di Indonesia
Vania Rossa | Dini Afrianti Efendi - Rabu, 09 Oktober 2019 | 16:39 WIB

Suara.com - Apa yang terpikirkan jika mendengar istilah 'mandul'? Yang terbersit
pastilah tidak punya anak, tidak mampu melahirkan bayi, hingga ejakulasi dini. Padahal
istilah itu kini sudah tidak lagi relevan, karena peluang memiliki keturunan akan selalu
ada, terlebih dengan adanya praktik teknologi bayi tabung legal di Indonesia.
Sayangnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang menganggap praktik bayi tabung
sebagai hal yang tabu, terutama di daerah pelosok Indonesia. Hal ini diakui oleh CEO
sekaligus direktur klinik bayi tabung pertama di Indonesia, Morula IVF Indonesia, dr.
Ivan Sini, SpOG.
"Rata-rata di Indonesia masih perlu edukasi soal bayi tabung, terutama di Indonesia
Timur, masih perlu edukasi besar," ujar dr. Ivan dalam acara Gathering Media di
Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/10/2019).

Meski begitu, Morula IVF sudah membuka pelayanan di kota Makassar, Sulawesi, untuk
menjangkau masyarakat dengan edukasi dan menjawab masalah kesuburan di daerah-
daerah terdekat. Alhasil, Makassar jadi tempat yang cukup sibuk mengobati, mengingat
posisinya sebagai klinik bayi tabung pertama di Indonesia bagian timur.

"Begitu kita buka di Makassar, di sana jadi salah satu klinik yang paling sibuk, dari
seluruh klinikr kami, itu karena masyarakat sudah teredukasi bahwa bayi tabung itu
merupakan opsi, dan (pasien) datang dari Papua, Ambon, Kendari," lanjut dr. Ivan.

Dr. Ivan mengatakan, ada perbedaan dengan kota besar, di mana informasi sangat mudah
diakses sehingga edukasi mudah tersampaikan. Kekurangan informasi ini bisa terjadi bias
informasi, khususnya seputar bayi tabung.

"Pasangan yang dibilang mandul, orang saat ini tidak melihat itu sebagai satu masalah.
Tapi itu memang perlu edukasi, dan harus diakui edukasi di kota besar seperti Jakarta
Surabaya, Medan, itu sudah terpapar dengan banyak sekali infomasi," tutur dr. Ivan.
Teknologi kedokteran bayi tabung di Indonesia saat ini sudah sangat maju, termasuk
teknologi simpan beku sel telur, sperma, hingga embrio. Sayangnya, masih banyak
masyarakat Indonesia yang tidak tahu dan lebih memilih berobat keluar negeri.

"Kalau bicara total bayi tabung potensial di Indonesia, bisa ada sekitar 200 ribu jumlah
pasien yang bisa melakukan (bayi tabung). Tapi di Indonesia baru 10 ribu pasien, terus
yang 190 ribu kemana?," tanggap dr. Ivan heran.

"Tentu tidak semua berhasil (bayi tabung), ada fase berikan edukasi ulang sebelum
melakukan bayi tabung. Biasanya peluang keberhasilan kumulatif, dan prosesnya harus
berulang," sambungnya.

Praktik bayi tabung di Indonesia sendiri adalah sesuatu yang legal, selama sperma dan sel
telur yang dipersatukan berasal dari pasangan suami istri yang sah. Dan embrio janin
yang sudah jadi dimasukkan kembali ke rahim istri.

Sperma dan sel telur tidak boleh ditukar atau bahkan mendapat sumbangan dari pihak
manapun. Bahkan, meskipun bisa, pasangan suami istri tidak boleh memilih jenis kelamin
anak pertama yang akan lahir.

Beberapa masalah etis lainnya juga diperketat, seperti bayi tabung pada perempuan yang
ditinggal suami wafat, dan sebagainya. Klinik bayi tabung harus patut dan tegas terhadap
aturan yang ada.

Sementarara itu, Morula IVF sendiri memiliki sumberdaya mumpuni, yakni 42 dokter dan
3 orang professor ahli. Kemampuan medis dalam negeri juga terjamin karena klinik ini
menjalani proses akreditasi setiap tahunnya. Sebanyak 10 cabang telah di miliki Morula
IVF, yaitu 7 cabang di pulau Jawa dan 3 cabang lainnya di luar pulau Jawa.

Sumber : Vania Rossa. Dijalankan Sesuai Etika, Prosedur Bayi Tabung Legal di
Indonesia.https://www.suara.com/health/2019/10/09/163919/dijalankan-sesuai-etika-prosedur-bayi-
tabung-legal-di-indonesia. (diakses 10 Maret 2020 pukul 21:50 WIB)
Analisis Kasus :
Pandangan masyarakat terhadap bayi tabung dan pandangan ahli tentang bayi tabung,
bagaimana tindakan dilakukan selama bayi tabung. Permasalahan ini masih aktual saja untuk
dibicarakan maupun didiskusikan terutama bagi kalangan masyarakat, akademis, intelektualis
yang tentunya harus perspektif dalam memahami suatu permasalahan. Masih dianggapnya tabu
tentang bayi tabung memang harus diluruskan, agar masyarakat tidak berfikir negative tentang
bayi tabung. Diharapkan masyarakat tau tentang bagaiaman proses bayi tabung apa saja yang
perlu dipersiapakan masyarakat memang saatnya tau. walaupun masyarakat tidak
memprogramkan bayi tabung.
Permasalahan mengenai inseminasi buatan hingga saat ini belum ada penyelesaiannya di
Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur
penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal
apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang dilarang.
Pada kasus yang sedang dibahas ini tampak sekali ketidaksesuaiannya dengan budaya
dan tradisi membuat masih banyaknya penolakan. Karna semestinya hal tersebut bersifat natural,
bayi itu terlahir melalui proses alamiah yaitu melalui hubungan sexsual antara suami-istri yang
sah menurut agama.
Dalam DUHAM dikatakan semua orang dilahirkan bebas dengan martabat yang setara.
Pengakuan hak-hak manusia telah diatur di dunia international, salah satunya tentang hak
reproduksi. Dalam kasus ini, meskipun keputusan inseminasi buatan dengan donor sperma dari
laki-laki yang bukan suami wanita tersebut adalah hak dari pasangan suami istri tersebut, namun
harus dipertimbangkan secara hukum, baik hukum perdata,hukum pidana ,hukum agama, hukum
kesehatan serta etika (moral) ketimuran yang berlaku di Indonesia .
Dalam melakukan tindakan IVF perempuan secara acak ditugaskan untuk tiga siklus IVF
dengan atau tanpa skrining genetik praimplantasi, pengobatan terakhir meniru praktik IVF biasa.
Keberhasilan perempuan dalammenyelesaikan tiga siklus IVF dan bahwa tingkat kehamilan yang
sedang berlangsung pada kelompok kontrol adalah 40%.
Tampaknya hal ini akan tetap menjadi suatu dilema. Di satu pihak, teknik inseminasi
buatan/bayi tabung atau cryopreservasi embrio manusia merupakan suatu titik terang dalam ilmu
kedokteran yang dapat membantu penyelesaian masalah infertilitas. Secara khusus,
permasalahan mengenai inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang lain atau
orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya di Indonesia.
Perlu segera dibentuk peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur penerapan
teknologi fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang
dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang dilarang

Menurut (Hendy,2019),

Anda mungkin juga menyukai