Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN KEGIATAN UKM

TANGGAL MULAI KEGIATAN : 16 november 2019

TANGGAL AKHIR KEGIATAN : 16 november 2019

KODE KEGIATAN : f1

PENDAMPING : dr. Dwi lestari wahyuni

PESERTA HADIR : ibu titi,siswa/i kelas 1 smp

JUDUL LAPORAN :

UPAYA PENANGGULANGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DENGAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN ANEMIA GIZI BESI (PPAGB)

LATAR BELAKANG

Populasi remaja di Indonesia mencapai 20% dari total populasi penduduk Indonesia yaitu
sekitar 30 juta jiwa. World Health Organization menyebutkan bahwa banyak masalah gizi
pada remaja masih terabaikan disebabkan karena masih banyaknya faktor-faktor yang belum
diketahui, padahal remaja merupakan sumber daya manusia Indonesia yang harus dilindungi
karena potensinya yang sangat besar dalam upaya pembangunan kualitas bangsa.

Anemia akibat kekurangan zat gizi besi (Fe) merupakan salah satu masalah gizi utama di
Asia termasuk di Indonesia. Pada anak usia sekolah, prevalensi anemia tertinggi ditemukan di
Asia Tenggara dengan perkiraan sekitar 60% anak mengalami anemia. Laporan berbagai
studi di Indonesia memperlihatkan masih tingginya prevalensi anemia gizi pada remaja putri
yang berkisar antara 20-50%. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi
Riau tahun 2017 kejadian anemia pada remaja mengalami peningkatan, pada tahun 2015
tercatat 19% remaja usia 12-18 tahun mengalami anemia, tahun 2016 kasus meningkat
menjadi 21 % dan tahun 2017 menjadi 27 % (Profil Kesehatan Riau, 2017). Berdasarkan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2015 kejadian anemia pada remaja putri
mencapai 12% sedangkan pada tahun 2016 meningkat 17 % dan tahun 2017 anemia pda
remaja kembali meningkat menjadi 21% (Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil 2017)

PERMASALAHAN

Berbagai studi menunjukkan dampak negatif dari anemia akibat kekurangan zat gizi besi
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja. Anemia pada anak menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan tidak optimal dan menurunkan prestasi belajar karena rasa
cepat lelah, kehilangan gairah dan tidak dapat berkonsentrasi. Sedangkan pada remaja
penderita anemia, sebagai calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus bangsa, anemia
akan menyebabkan tingginya risiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang
mempunyai kualitas hidup yang tidak optimal.
Melihat dampak anemia yang sangat besar dalam menurunkan kualitas sumber daya manusia,
maka sebaiknya penanggulangan anemia perlu dilakukan sejak dini, sebelum remaja putri
menjadi ibu hamil, agar kondisi fisik remaja putri tersebut telah siap menjadi ibu yang sehat.
Remaja putri termasuk kelompok yang rawan terhadap anemia, hal ini disebabkan karena
kebutuhan Fe pada wanita 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria. Wanita mengalami
menstruasi setiap bulannya yang berarti kehilangan darah secara rutin dalam jumlah cukup
banyak, juga kebutuhan Fe meningkat karena untuk pertumbuhan fisik, mental dan
intelektual, dan kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani yang merupakan sumber Fe
yang mudahdiserap. Kelompok remaja putri mempunyai risiko paling tinggi untuk menderita
anemia karena pada masa itu terjadi peningkatan kebutuhan Fe. Peningkatan kebutuhan ini
terutama disebabkan karena pertumbuhan pesat yang sedang dialami dan terjadinya
kehilangan darah akibat menstruasi. Kelompok ini juga memiliki kebiasaan makan tidak
teratur, mengkonsumsi makanan berisiko seperti fast food, snack, dan soft drink dan
tingginya keinginan mereka untuk berdiet agar tampak langsing yang mempengaruhi asupan
zat gizi termasuk sumber Fe yang adekuat.

Masalah kepatuhan merupakan kendala utama suplementasi besi harian, dan karena itu
alternatif suplementasi mingguan diharapkan dapat mengurangi masalah kepatuhan ini.
Tetapi suplementasi mingguan menghadapi masalah dalam hal dosis Fe yang diperlukan
untuk meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah agar setara dengan suplementasi harian.
Sebagai salah satu opsi, dengan demikian, diperlukan penelitian untuk mengetahui
keefektifan suplementasi Fe dengan frekuensi di antara mingguan dan harian misalnya dua
kali per minggu untuk menilai keefektifan suplementasi terhadap kadar hemoglobin (Hb).

PERENCAAN DAN PEMILIHAN INTERVERSI

1. Bentuk kegiatan : Penyuluhan, tanya jawab dan pemberian tablet tambah darah
2. Sasaran : Remaja siswa kelas VII MTSN 2 Tembilahan
3. Materi
a. Definisi anemia
b. Penyebab anemia
c. Akibat Anemia
d. Mengapa TTD penting pada remaja putri
e. Pemberian TTD
PELAKSANAAN

a. Hari/Tanggal : Rabu, 16 November 2019


b. Tempat : Ruang kelas VII MTSN 2 Tembilahan
c. Waktu : 09.00 WIB - Selesai
MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dapat dilakukan dengan melempar pertanyaan acak dan diskusi kelompok
terarah mengenai anemia diantaranya tentang definisi anemia, apa saja penyebab anemia,
apa akibat dari anemia,bagaimana mencegah anemia.
Selanjutnya juga dilakukan evaluasi di akhir dengan cara membuka sesi tanya jawab
dimana penulis mendapatkan respon yang baik beberapa audience mengajukan beberapa
pertanyaan seputar materi. Pertanyaan yang diajukan cukup beragam diantaranya mengapa
remaja putri rentan mengalami anemia, bagaimana mencegah anemia, apakah remaja putra
perlu meminum obat TTD. Selain itu pembicara bertanya refresh materi mengenai tanda-
tanda anemia, makanan yang mengandung zat besi untuk mencegah anemia.

Anda mungkin juga menyukai