Anda di halaman 1dari 8

PROTEUS

Proteus banyak ditemukan pada air, tanah, dan bahan/alat yang rerkontaminasi
tinja. Proteus memberikan gambaran motilitas berkerumun (swarming motility) pada agar yang
tidak menghambat (non-inhibitory agar) ataupun media nonselektif misalnya lempeng agar
darah. Gambaran ini jelas terlihat seperti gelombang organisme yang menyebar ke seluruh
permukaan agar. Prinsipnya, Proteus harus dicurigai apabila ada gambaran swarming (Joklik et
al., 1988; Koneman et al., 1992).
Proteus mirabilis merupakan spesies yang paling sering ditemukan pada manusia,
teristimewa sebagai penyebab infeksi saluran kemih dan infeksi luka. Proteus vulgaris banyak
dijumpai di daerah infeksi pada pasien yang mengalami imunosupresi, khususnya pasien yang
memperoleh pengobatan antibiotika jangka panjang (Konemen et al., 1992).
Kunci identifikasi Proteus vulgaris adalah KIA Alk/A, Gas ±, H2S +, Ind +, MR

+, VP -, Cit -/+, Mot +, dan Ure ++. Adapun kunci untuk identifkasi Proteus mirabilis adalah

KIA Alk/A, Gas +, H2S +, Ind -, MR +, VP ±, Cit ±, Mot +, dan Ure ++ (Koneman et al., 1992).

SHIGELLA
Berdasarkan antigen somatik karbohidrat lipopolisakarida, Shigella dibagi
menjadi 4 spesies. Empat spesies tersebut adalah S. dysenteriae (Grup A), S. flexneri (Grup B),
S. boydii (Grup C), dan S. sonnei (Grup D). S. dysenteriae menimbulkan penyakit yang paling
berat. Sementara itu, S. sonnei menyebabkan penyakit yang paling ringan. Atau, dengan kata
lain, Shigella menyebabkan spektrum penyakit yang sangat luas, mulai dari diare encer ringan
(mild watery diarrhea) sampai dengan disentri berat (severe dysentery).
Paling tidak terdapat 2 mekanisme yang dipunyai Shigella dalam merusak sel
epitel usus. Pertama, proses invasi terkait dengan perubahan struktural sitoskeleton sel epitel dan
dapat berakibat pada kerusakan mukosa. Kedua, kemampuan Shigella memproduksi sitotoksin
yang dpaat menimbulkan kematian sel epitel. Contoh sitotoksin adalah toksin Shiga/Shigella
(Shiga berasal dari nama seorang dokter dari Negeri Sakura, Kiyoshi Shiga) yang diproduksi
1
oleh S. dysenteriae tipe 1. Seperti diketahui, S dysenteriae terdiri dari 10 serotipe. Mekanisme
toksin ini adalah inaktivasi ribosom 60S.
Shigella termasuk non-lactose fermenter. Apabila ditanam pada agar miring TSI,
Shigella Grup A, B, C, dan D akan memberikan gambaran Alkalin/Asam Gas (-) H2S (-). Hasil
uji biokimiawi Shigella Grup A, B, dan C, antara lain adalah MR (+), VP (-) Ind (-/+), Cit (-),
Ure (-). Mot (-), Orn (-) dan ONPG (-).Hasil uji biokimiawi Shigella Grup D adalah MR (+), VP
(-) Ind (-), Cit (-), Ure (-). Mot (-), Orn (+) dan ONPG (+). Kode Orn bermakna Ornithine
Decarboxylase. Kode ONPG bermakna OrthoNitroPhenyl-β-D-Galactopyranoside. Untuk
membedakan secara lebih terperinci keempat spesies Shigella dapat dilakukan uji fermentasi.
Shigella Grup A: laktosa (-), manitol (-), L-ramnosa (-), rafinosa (-), sukrosa (-), dan xilosa (-).
Shigella Grup B : laktosa (-), manitol (+), L-ramnosa (-), rafinosa (D), sukrosa (-), dan xilosa (-).
Shigella Grup C : laktosa (-), manitol (+), L-ramnosa (-), rafinosa (-), sukrosa (-), dan xilosa (D).
Shigella Grup D : laktosa (-), manitol (+), L-ramnosa (+), rafinosa (-), sukrosa (-), dan xilosa (-).
Kode D di dalam kurung atau (D) bermakna dapat bersifat positif ataupun negatif tergantung
strain-nya.

2
SALMONELLA
Salmonella berasal dari mana Daniel Elmer Salmon. Daniel Elmer Salmon
seorang ahli patologi berkebangsaan Amerika Serikat, yang menjabat sebagai seorang ahli
patologi berkebangsaan Amerika Serikat, yang menjabat sebagai Direktur Bureau of Animal
Industry ketika S. cholerasuis berhasil diisolasi oleh Theobald Smith dari babi yang menderita
diare-mirip-kolera (cholera-like diarrhea).
Secara garis besar, Salmonella dibagi menjadi 3 spesies. Ketiga spesies tersebut
adalah S. typhi (terdiri dari 1 serotipe), S. cholerasuis (terdiri dari 1 serotipe) dan S. enteridis
(terdiri dari sekitar 2.000 serotipe). Contoh serotipe S. enteridis adalah S. enteridis serotipe
newport (S. newport), S. enteridis serotipe paratyphi A (S. paratyphi A), S. enteridis serotipe
dar-es-salaam (S. dar-es-salaam), S. gallinarum, S. typhimurium, dan S. schottmuelleri (S.
paratyphi B).
Salmonella mempunyai beberapa antigen, misalnya antigen somatik (O,) antigen
flagelar (H,) dan antigen kapsuler (K). Hospes S. typhi dan S. cholerasuis adalah manusia.
Hewan dan manusia merupakan hospes S. enteridis.
Sindrom klinis yang disebabkan oleh Salmonella antara lain adalah demam tifoid
(terutama disebabkan oleh S. typhi), focal infection of yascular endothelium (disebabkan oleh
S. cholerasuis), osteomielitis (disebabkan oleh S. typhimurium), dan diare (disebabkan oleh
banyak serotipe S. enteridis).
Apabila ditanam pada agar miring TSI, Salmonella menghasilkan gambaran

Alkali/Asam Gas (+) H2S (+). Hasil uji biokimiawi Salmonella adalah MR (+), VP (-), Ind (-) Cit

(+), Ure (-), dan Mot (+). Hasil uji fermentasi Salmonella adalah :

-mayoritas serotipe: mio-Inositol (-), L-Arabinosa (+,) L-Ramnosa (+), D-Xilosa (+)
-S. typhi: mio-Inositol (-), L-Arabinosa (-), L-Ramnosa (-), D-Xilosa (+)
-S. cholerasuis: mio-Inositol (-), L-arabinosa (-), L-Ramnosa (+), D-Xilosa (+)
-S. paratyphi A: mio-Inositol (-), L-Arabinosa (+), L-Ramnosa (+), D-Xilosa (-)

Reaksi Widal dapat digunakan sebagai pemeriksaan penunjang untuk diagnosis


demam tifoid. Reaksi ini masih banyak diminta sampai saat ini. Reaksi ini dideskripsikan oleh
A.S. Grünbaum (seorang dokter Inggris) dan Georges Fernand Isidore Widal (seprang dokter

3
Perancis) pada tahun 1896. Pada prinsipnya reaksi ini dapat menentukan kuantitas aglutinin
serum pasien demam tifoid.
Prosedurnya melibatkan penambahan suspensi sel bakteri tifoid mati ke dalam
serangkaian tabung yang berisi serum pasien. Tabung yang berisi serum pasien ini diencerkan
menjadi berbagai konsentrasi. Setelah serangkaian tabung ini diinkubasikan selama 30 menit
pada suhu 37oC, tabung ini disentrifus dan diamati untuk melihat aglutinasi yang terjadi.
Kebalikan pengenceran tertinggi di mana masih terlihat aglutinasi merupakan titer antibodi pada
serum pasien. Misalnya, pengenceran terakhir di mana masih terjadi aglutinasi adalah 1:320. Ini
berarti titer antibodi adalah 320 unit antibodi/ml serum. Makin tinggi titer berarti makin tinggi
pula respons antibodi pasien terhadap penyakit demam tifoid.

YERSINIA

4
Terdapat banyak spesies Yersinia, namun ada 3 spesies yang penting dalam
bidang mikrobiologi kedokteran. Ketiga spesies tersebut adalah Y. pestis, Y enterocolitica, dan
Y. pseudotuberculosis.
Yersinia pestis
Y. pestis menyebabkan penyakit pes. Ada yang menggolongkan penyakit pes ini
ke dalam zoonosis. Y. pestis masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan pinjal dan inhalasi.
Y. pestis mempunyai kapsul antifigositik (antiphagocytic capsule) sehingga
terhindar dari fagositosis. Selain itu, Y. pestis mampu berkembang baik di dalam makrofag.
Faktor virulensi yang dimilki Y. pestis, selain kapsul antifagositik, adalah fibrinolytic enzyme
(fibrinolysin), koagulase, eksotoksin, dan (Gram negative) endotoxin.
Y. enterocolitica
Y. enterocolitica dapat menyebabkan penyakit diare, keracunan makanan,
limfadenitis mesenterik, artritis, eritema nodosm, ataupun septikemia. Penularan bakteri ini
melalui makanan dan air yang terkomanisasi serta kontak orang ke orang (person-to-person
contact). Y enterocolitica memproduksi heat stable enterotoxin. Toksin ini dapat menyebabkan
diare. Apabila ditanam pada agak miring TSI, Y. enterocolitica akan memberikan gambaran
Asam/Asam Gas (-) H2S (-). Hasil uji biokimiawinya adalah MR (+), VP (-) , Ind (±), Cat (-),
Ure (±), dan Mot (-).
Yersinia pseudotuberculosis
Y pseudotuberculosis menyebabkan limfadenitis mensenterik pada manusia dan
pseudotuberculosis pada marmot, tikus putih, dan kelinci. Baik Y. enterocolitica maupun Y.
pseudotuberculosis mampu tubuh pada suhu 40C.
Cara membedakan Y. pestis, Y enterocolitica, dan Y. pseudotuberculosis
Y pestis: Indol (-), Ornitin (-), Motilitas 25 0C−280C (-), Fermentasi Sukrosa (-),
Ramnosa (-), Selobiosa (-), Sorbitol (-), Melibiose (v). Y. enterocolitica: Indol (v), Ornitin (+),
Motilitas 250C−280C (+), Fermentasi Sukrosa (+), Ramnosa (-), Selobiosa (+), Sorbitol (+),
Melibiosa (-).Y. pseudotuberculosis: Indol (-), Ornitin (-), Motilitas 25 0C−280C (+), Fermentasi
Sukrosa (-), Ramnosa (+), Selobiosa (-), Sorbitol (-), Melibiosa (+). Kode (v) berarti 11%-89%
strain positif.

DAFTAR PUSTAKA
5
7th
Benson HJ, 1998. Microbiological Applications. Edition, Massaschusetts: WCB/McGraw-
Hill, pp 219−220.
Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS, 1998. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. 10th
Edition, St. Louis: Mosby, pp 509−526.
Joklik WK, Willet HP, Amos DB, Wilfert CM, 1988. Zinsser Microbiology. 19th Edition,

Connecticut: Prentice-Hall International Inc., pp 464−472.

Koneman EW, Allen SD, Janda WM, Schreekenberger PC, Winn Jr. WC, 1992. Color Atlas and
Textbook of Diagnostic Microbiology. 4th Edition. Philadelphia: J.B Lippincott Company,
pp 105−184.
Murray PR, Baron EJ, Pfaller MA, Tenover FC, Yolken RH, 1999. Manual Of Clinical
Microbiology. 4th Edition, Washington, D.C.: ASM Press, pp 442−458.
Schaechter M, Medoff G. Eeisentein BI, 1993. Mechanisms of Microbial Disease. 2nd Edition
Baltimore: Williams & Wilkins, pp 264−280.
Taylor EJ. 1988. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 27th Edition, Philadelphia: W.B
Saunders Company, pp 1515, 1861−1862.
Tortora GJ. Funke BR, Case CL. 1995. Microbiology An Introduction. 5th Edition, Philadelphia:
The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc., pp 278−279, 625.

6
7
8

Anda mungkin juga menyukai