PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan
akibat gangguan mekanisme homeostasis.
Kardiogenik 1. Aritmia
Bradikardi / takikardi
2
2. Gangguan fungsi miokard
Infark miokard akut, terutama infark ventrikel kanan
Penyakit jantung arteriosklerotik
Miokardiopati
3. Gangguan mekanis
Regurgitasi mitral/aorta
Rupture septum interventrikular
Aneurisma ventrikel massif
Obstruksi:
Out flow : stenosis atrium
Inflow : stenosis mitral, miksoma atrium
kiri/thrombus
3
Rangsangan pada medulla spinalis, misalnya
penggunaan obat anestesi
Rangsangan parasimpatis pada jantung yang
menyebabkan bradikardi jantung mendadak. Hal
ini terjadi pada orang yang pingan mendadak
akibat gangguan emosional
Anafilaksis Antibiotic
Penisilin, sofalosporin, kloramfenikol, polimixin,
ampoterisin B
Biologis
Serum, antitoksin, peptide, toksoid tetanus, dan
gamma globulin
Makanan
Telur, susu, dan udang/kepiting
Lain-lain
Gigitan binatang, anestesi local
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk hidup yang
memiliki fungsi tertentu. Kelebihan cairan tubuh dikeluarkan melalui urin sedangkan
kehilangan cairan tubuh menyebabkan kehausan sampai dehidrasi.
Transport zat-zat gizi ke dalam sel dan pembuangan sisa hasil metabolisme
dari dalam sel
4
Menjadi media tempat berlangsungnya reaksi kimia, termasuk seluruh
metabolisme seluler
Intake cairan tubuh manusia didapatkan dari makanan, minuman, maupun hasil
oksidasi makanan, sedangkan output melalui insensible water loss (kulit, paru-paru),
keringat, feses, dan urine.
Ada juga kompartemen cairan yang kecil disebut juga cairan transeluler.
Kompartemen ini meliputi cairan dalam rongga synovial, peritoneum, pericardial dan
intraocular juga cairan cerebrospinal. Cairan transeluler seluruhnya berjumlah 1
sampai 2 liter. Pada orang normal dengan berat 70 kilogram total cairan tubuh rata –
ratanya sekitar 60 % berat badan, atau sekitar 42 liter
Sekitar 28 liter dari 42 liter cairan tubuh berada dalam 75 triliun sel dan
keseluruhannya disebut cairan intraseluler, jadi cairan intraseluler merupakan 40 %
dari berat badan.
Seluruh cairan di luar sel disebut cairan ekstraseluler. Cairan ini merupakan 20 %
dari berat badan. Dua kompartemen terbesar dari cairan ekstraseluler adalah cairan
intertisial yang merupakan tigaperempat dari cairan ekstaseluler, dan plasma yang
merupakan seperempat cairan ekstraseluler.
5
2.4 Fisiologi jantung
Cardiac output merupakan volume darah yang dipompa oleh jantung dalam
satu menit, dan dapat ditentukan dengan mengkalikan frenkuensi denyut jantung dan
volume sekuncup. Volume sekuncup merupakan jumlah darah yang dipompa dalam
satu kali kontraksi jantung yang ditentukan oleh preload, kontraktilitas miokard, dan
after load.
Preload merupakan volume darah vena yang kembali ke jantung yang dipengaruhi
oleh kapasitas vena, status volume, dan perbedaan antara rata – rata tekanan vena
sistemik dan tekanan atrium kanan. Diperkirakan bahwa 70% total darah dalam tubuh
berada pada pembuluh darah vena. Tekanan pada vena dan volume darah pada vena
saling berhubungan, apabila volume darah berkurang makan tekanan vena juga akan
berkurang dan mengakibatkan aliran darah balik ke jantung juga berkurang.
Volume aliran darah balik vena ke jantung menentukan panjang myocardial muscle
fiber pada waktu pengisian ventrikel saat fase end diastolic. Panjang muscle fiber
akan mempengarhi kontraktilitasnya. After load merupakan tahanan perifer.
Bila pembuluh darah luka, trombosit teraktivasi oleh karena terpajan oleh
kolagen subendotel, hal ini diakibatkan karena pada trombosit terdapat reseptor
glikoprotein 1b. Terjadi adhesi trombosit yangjuga bergantung pada factor protein
plasma, factor vonWillebrand, adhesi trombosit merupakan peningkatan kelekatan
trombosit satu sama lain dan juga dengan jaringan endotel, sehingga timbul suatu
sumbat hemostatik primer atau inisial. Proses adhesi trombosit akah diikuti oleh
agregasi trombosit, proses agregasi ini terjadi oleh karena terjadi kontak permukaan
dan pembebasan ADP dan kalsium dari trombosit lain yang melekat ke permukaan
endotel. Hal ini disebut juga gelombang agregasi primer. Makin banyaknya trombosit
yang terlibat, makin banyak ADP dan kalsium yang dilepas sehingga terjadi
gelombang agregasi sekunder disertai rekruitmen trombosit yang lebih banyak.
6
Proses agregasi berkaitan dengan perubahan bentuk
trombosit dari discoid menjadi bulat oleh karena
kontraksi dari mikrotubulus. Pengikatan ADP yang
dibebaskan oleh trombosit aktif ke membrane
trombosit akan mengaktifkan enzim fosfolipase, enzim
fosfolipase menghidrolisis fosfolipid menjadi asam
arakidonat. Asam arakidonat merupakan prekusor
mediator baik pada agregasi maupun inhibisi agregasi
pada jalur prostaglandin.
Selama proses adhesi dan agregasi dari trombosit, factor 3 ( tissue tromboplastin )
akan meningkatkan koagulasi dan pembentukan sumbat hemostatic sekunder yang
stabil.
Jalur Koagulasi
Jalur koagulasi instrinsik dimulai dari factor 12 ( factor Hageman) terkaktivasi oleh
karena kontak dengan kolagen dan konstituen dinding pembuluh darah subendotel.
Factor 12 yang aktif dengan kofaktor HMWK (factor Fitzgerald) akan mengubah
prakalikrein ( factor Fletcher ) menjadi Kalikrein, Kalikrein berfungsi untuk
mengaktifkan lebih banyak factor 12. Faktor 12 yang aktif dengan kofaktor HMWK
mengubah faktor 11 menjadi faktor 11 aktif. Faktor 11 yang aktif akan mengaktifkan
faktor 9 dengan membutuhkan ion kalsium. Faktor 9 aktif dan faktor 3 akan bereaksi
dengan faktor 8 membutuhkan ion kalsium dan PF3 untuk menghasilkan kompleks
aktivator 10 ( faktor 10 aktif ). Faktor 11 dengan fosfolipid dapat juga mengaktivasi
faktor 10.
7
Jalur bersama merupakan jalur ekstrinsik dan instrinsik bersama – sama
mengaktifkan protein plasma prothrombin II menjadi thrombin II aktif. Dengan
aktifnya faktor 10 memicu berakhirnya fase koagulasi. Faktor 10 yang aktif
bergabung dengan prothrombin dengan mmbutuhkan ion kalsium, faktor 5, dan PF3
mengubah prothrombin menjadi thrombin, thrombin selain dirubah ke fibrinogen,
mengaktivasi faktor 12. Faktor 12 dan fibrinogen membentuk fibrinopeptida, lalu
membentuk fibrin polimer yang stabil, fibrin polimer yang stabil bergabung dengan
sumbat trombosit menjadi sumbat hemostatic.
8
Mengenali berbagai macam jenis dari syok :
9
meningkat, artinya terjadi vasokonstriksi pembuluh darah kecil. Bila tahanan
pembuluh darah perifer rendah, berarti terjadi vasodilatasi. Rendahnya tahanan
pembuluh darah perifer dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah. Darah
akan berkumpul pada pembuluh darah yang mengalami dilatasi sehingga aliran
darah balik ke jantung menjadi berkurang dan tekanan darah akan turun.
10
Gambar 2.3 Berbagai jenis umpan balik yang dapat menimbulkan perkembangan
syok.
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih
dapat ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh
tubuh), dan ireversibel (tidak dapat pulih).
Fase1 : kompensasi
Pada fase ini fungsi-fungsi organ vital masih dapat dipertahankan melalui
mekanisme kompensasi tubuh dengan meningkatkan reflek simpatis, yaitu
meningkatnya resistensi sistemik dimana terjadi distribusi selektif aliran darah
dari organ perifer non vital ke organ vital seperti jantung, paru dan otak. Tekanan
darah sistolik tetap normal sedangkan tekanan darah sistolik meningkat akibat
peninggian resistensi arteriol sistemik (tekanan nadi menyempit).
11
Untuk mencukupi curah jantung maka jantung mengkompensasi secara temporer
dengan meningkatkan frekuensi jantung. Disamping itu terdapat peningkatan
sekresi vasopressin dan renin – angiotensin – aldosteron yang akan
mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium dan air dalam sirkulasi.
Manifestasi klinis yang tampak berupa takikardia, gaduh gelisah, kulit pucat dan
dingin dengan pengisian kapiler (capillary refilling) yang melambat > 2 detik.
Fase II : Dekompensasi.
12
dapat memperburuk keadaan karena terjadi vasodilatasi arteriol dan peningkatan
permeabilitas kapiler dengan akibat volume intravaskular yang kembali
kejantung (venous return) semakin berkuarang diserai timbulnya depresi
miokard.
2.6 Diagnosis
2.7.1 Patofisiologi
Akibat dari kedua hal tersebut maka akan terjadi vasokonstriksi dan takikardia.
Baroreseptor ini terdapat di sinus karotis, arkus aorta, atrium kiri dan kanan,
ventrikel kiri dan dalam sirkulasi paru. Baroreseptor sinus karotis merupakan
baroreseptor perifer yang paling berperan dalam pengaturan tekanan darah.
2. Kemoreseptor
Bila aliran darah ke otak menurun sampai <40mmHg maka akan terjadi
sympathetic discharge massif. Respon dari reseptor di otak ini lebih kuat dari
pada reseptor-reseptor perifer .
4. Reseptor humoral
15
Vasokonstriksi diharapkan akan meningkatkan tekanan darah perifer dan preload,
isi sekuncup dan curah jantung. Sekresi ADH aleh hipofisee posteriosr juga
meningkat sehingga pengeluaran air dari ginjal dapat dikurangi.
Bila terjadi hipoperfusi ginjal maka akan terjadi pengeluaran rennin oleh
apparatus yukstaglomerulus yang merubah angiotensin menjadi angiotensin I.
angiotensin I ini oleh converting enzyme dirubah menjadi angiotensin II yang
mempunyai sifat vasokonstriktor kuat, merangsang pengeluaran aldosteron
sehingga meningkatkan reabsorbsi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan
sekresi vasopressin.
6. Autotransfusi
Akibat dari semua ini maka akan terjadi vasokonstriksi yang luas, vasokonstriksi
yang paling kuat terjadi pada pembuluh darah skeletal, splancnic dan kulit,
sedang pada pembuluh darah otak dan koronaria tidak terjadi vasokonstriksi,
nahkan aliran darah pada kelenjar adrenal meningkat sebagai usaha kompensasi
tubuh utuk meningkatkan respon katekolamin pada syok. Vasokonstriksi ini
menyebabkan suhu tubuh perifer menjadi dingin dan kulit menjadi pucat.
Sebagai akibat vasokonstriksi ini maka tekanan distolik akan meningkat pada
fase awal, sehingga tekanan nadi menyempit, tetapi bila proses berlanjut ini tidak
16
dapat dipertahankan dan tekanan darah akan semakin menurun sampai tidak
teratur. Hal ini menyebabkan Iskemia jaringan yang menyebabkan terjadinya
metabolisme anaerobic dan terjadi asidosis metabolic. Hipovolemia
menyebabkan aliran darah menjadi lambat sehingga keseimbangan pertukaran
O2 dan CO2 kedalam pembuluh darah lama dan akibatnya terjadi perbedaan
yang besar antara tekanan O2 dan CO2 arteri dan vena.
17
Aliran darah balik vena pada tahap awal syok masih dapat dipertahankan oleh
karena terjadi konstriksi pada vena – vena sehingga volume vena masih
mencukupi namun tidak merubah pada rata – rata tekanan vena sistemik. Hal
yang paling efektif yang dapat dilakukan untuk mengembalikan cardiac output
yang adekuat dan perfusi organ, adalah mengembalikan aliran darah balik vena,
dan menutup sumber perdarahan, dan mengembalikan volume darah.
18
2.7.3 Diagnosis
Tabel 3.3 Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah Berdasarkan Presentasi Penderita
19
Pemeriksaan labaratorium
20
2.7.4 Penatalaksanaan
1. Bebaskan jalan nafas, oksigen (FiO2 100%), kalau perlu dapat diberikan
ventilator support.
Larutan elektrolit isotonic digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini
mengisi intravaskuler dalam waktu singkat dan juga menstabilkan volume
vaskuler dengan cara menggantikan kehilangan cairan berikutnya ke dalam
ruang intertisial dan intraseluler. Larutan Ringer Laktat adalah cairan pilihan
pertama. NaCl fisiologis adalah pilihan kedua. Walaupun NaCl fisiologis
meruapakan cairan pengganti yang baik namun cairan ini memiliki potensi
untuk terjadinya acidosis hiperkhloremik. Kemungkinan ini bertambah
apabila fungsi ginjal kurang baik.
Jumlah cairan dan darah yang diperlukan untuk resusitasi sukar diperkirakan
pada evaluasi awal penderita. Perhitungan kasar untuk jumlah total volume
kristaloid yang secara akut diperlukan adalah mengganti setiap milliliter darah
yang hilang dengan 3 ml cairan kristaloid, sehingga memungkinkan restitusi
volume plasma yang hilang kedalam ruang intertisial dan intraseluler. Namun
lebih penting untuk menilai respon penderita pada resusitasi cairan dan bukti
perfusi dan oksigenasi end-organ yang memadai, misalnya urine output,
tingkat kesadaran dan perfusi perifer. Bila sewaktu resusitasi, jumlah cairan
yang diperlukan untuk memulihkan atau mempertahankan perfusi organ jauh
melebihi perkiraan tersebut, maka diperlukan penilaian ulang yang teliti dan
perlu mencari sumber perdarahan yang tidak diketahui atau penyebab lain
syoknya.
21
2.7.5 Keputusan terapeutis berdasarkan respon kepada resusitasi cairan awal
A. Respon cepat
Penderita kelompok ini cepat memberi respon kepada bolus cairan awal dan
tetap hemodinamis normal kalau bolus cairan awal selesai dan ciran kemudian
diperlambat sampai kecepatan maintenance. Penderita seperti ini biasanya
kehilangan volum darah minimum ( kurang dari 20%). Untuk kelompok ini
tidak ada indikasi bolus cairan tambahan atau pemberian darah lebih lanjut.
Jenis darahnya dan corssmatch nya harus tetap dikerjakan. Konsultasi dan
evaluasi pembedahan diperlukan selama penilaian dan terapi awal, karena
intervensi operatif mungkinmasih diperlukan.
22
Kebutuhan darah Sedikit Sedang-banyak Segera
2.7.6 Komplikasi
1. Guyton AC, Hall JE. 2006. Syok Sirkulasi dan Fisiologi Pengobatan in: Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC. Jakarta. pp. 359-372.
2. Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing; 2009
3. Longo DL, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th edition. USA:
The McGraw-Hill Companies; 2012
4. Mangku G, Senapathi TGA. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta:
PT Indeks: 2010
5. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi
kedua. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 2010
6. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Clinical Anesthesia. 5th edition. USA:
Lippincott Williams & Wilkins; 2006
7. Rull G. Resuscitation in Hypovolaemic Shock. Available online at:
http://patient.co.uk. Assessed June 9th 2013
8. American College of Surgeons Committee on Trauma. ATLS 9th edition; 2012;
pg 64 – 75
9. Sacher RA, Mc Pherson RA. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Jakarta: EGC: 2004
25