M DENGAN
KASUS POST OP FRAKTUR ELBOW SINISTRA AP LATERAL
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 12
SAFERINUS LAGU
SAKA AGUNG LAKSONO
SCOLASTIKA PASUDI
SERTINCE MAURA
SHEILA HATTU
SHERIN AMELYANI
SHERYN
SINTIA SIMON
SINTIKE
SKOLASTIKA LILLI
SOFIA USVIN SUMULE
SRY ELVANI
SURYA NATANIEL
KONSEP DASAR MEDIK
A. DEFENISI
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap (Nurarif & Kusuma, 2015).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptur tendon, kerusakan
pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur dapat terjadi diberbagai tempat dimana terdapat persambungan
tulang maupun tulang itu sendiri. Salah satu contoh dari fraktur adalah yang
terjadi pada tulang femur (Mubarok, 2017).
Fraktur adalah semua kerusakan pada kontinuitas tulang. Fraktur beragam
dalam hal keparahan berdasarkan lokasi dan jenis fraktur. Meskipun fraktur
terjadi pada semua kelompok usia, kondisi ini lebih umum pada orang yang
mengalami trauma yang terus-menerus dan pada pasien lansia.
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra- seluler. Tulang berasal
dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis”
menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”.
Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium.
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima
kelompok berdasarkan bentuknya :
a. Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal
dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat
daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau
lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang
rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang
yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk
oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone
(cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan
habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh.
b. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang
pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron,
merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki
rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum
tulang.
c. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous
(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
d. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat
dengan lapisan luar adalah tulang concellous.
e. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang
pendek.
f. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak disekitar tulang
yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan
jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).
2. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-
c. paru) dan jaringan lunak.
d. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan
e. kontraksi dan pergerakan).
f. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang
(hema topoiesis).
g. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
C. ETIOLOGI
1. Trauma Langsung disebabkan benturan pada tulang, biasanya penderita
terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhater mayor langsung
terbentur dengan benda keras (contoh : jalanan hantaman kecelakaan dan
lain-lain).
2. Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan
(contoh: jafuh di kamar mandi, tangga dan lain-lain)
3. Kondisi patologis adalah keadaan yang disebabkan karena proses penyakit
seperti osteoporosis, osteomielitis, keganasan dan lain-lain.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Deformitas
Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas
pada lokasi fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan pemendekan tungkai,
deformitas rotasional, atau angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi
fraktur dapat memiliki deformitas yang nyata.
2. Pembengkakan
Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan
serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.
3. Memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
4. Spasme otot
Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk
mengurangi gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.
5. Nyeri
Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi
fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-
masing klien. Nyeri biasanya terus-menerus, meningkat jika fraktur
dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang
bertindihan atau cedera pada struktur sekitarnya.
6. Kehilangan Fungsi
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau
karena hilangnya fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang terkena.
Kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera saraf.
7. Gerakan abnormal dan krepitasi
Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau
gesekan antar fragmen fraktur.
8. Perubahan neurovaskular
Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau
struktur vaskular yang terkait. Klien dapa tmengeluhkan rasa kebas atau
kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari fraktur
9. Syok
Fragmen tulang dapa tmerobek pembuluh darah. Perdarahan besar
atau tersembunyi dapat menyebab kan syok
E. KLASIFIKASI
1. Fraktur tertutup
Fraktur terutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka
pada bagian luar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak
berhubungan dengan bagian luar.
2. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan adanya
luka pada daerah yang patah sehingga bagian tulang berhubungan dengan
udara luar, biasanya juga disertai adanya pendarahan yang banyak. Tulang
yang patah juga ikut menonjol keluar dari permukaan kulit, namun tidak
semua fraktur terbuka membuat tulang menonjol keluar.
Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat:
a. Derajat I:
1) Luka<1cm
2) Kurusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk
3) Fraktur sederhana, transversal atau komuntif ringan
4) Kontaminasi minimal
b. Derajat II:
1) Laserasi > 1 cm
2) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi
3) Fraktur kominutif sedang
4) Kontaminasi sedang
c. Derajat III :
Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan luas pada jaringan lunak,
saraf, tendon, kontaminasi banyak. Fraktur terbuka dengan derajat 3
harus sedera ditangani karena resiko infeksi
Fraktur terbuka memerlukan pertolongan lebih cepat karena pasien
yang memiliki masalah di bagian musculoskeletal memerlukan tindakan
pembedahan yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi dengan
mengembalikan gerahan, stabilisasi, mengurangi nyeri, dan mencegah
bertambah parahnya gangguan musculoskeletal. Salah satu prosedur
pembedahan yang sering dilakukan yaitu dengan fiksasi interna atau disebut
juga dengan pembedahan ORIF (Open Reduction Internal Fixation).
Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah suatu jenis operasi
dengan pemasangan internal fiksasi yang dilakukan ketika fraktur tersebut
tidak dapat direduksi secara cukup dengan close reduction, untuk
mempertahankan posisi yang tepat pada fragmen fraktur (John C. Adams,
1992 dalam Potter & Perry, 2005). Fungsi ORIF untuk mempertahankan
posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergerakan.
Internal fiksasi ini berupa intra medullary nail, biasanya digunakan untuk
fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur transvers.
Klasifikasi penyebab fraktur dapat digolongkan kedalam trauma
langsung, trauma tidak langsung dan kondisi patologis (Noor Helmi, 2014).
a. Trauma Langsung
Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang yang dapat
berupa pukulan, penekukan atau penarikan yang berlebihan. Tulang
tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi fraktur pada
tempat yang terkena dan jaringan lunaknya pun juga rusak. Kecelakaan
ataupun tekanan kecil dapat mengakibatkan fraktur.
b. Trauma Tidak Langsung
Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu tempat
tertentu, misalnya pada seorang atlet yang mengalami trauma minor
berulang kali.
c. Kondisi Patologis
Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan
patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerah-daerah
tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses patologis
lainnya. Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini
adalah tumor, baik primer maupun metastasis.
F. PATOFISIOLOGI
Semua 206 tulang dalam tubuh dapat mengalami fraktur. Fraktur terjadi ketika
tulang terpajan ke energi kinetik yang lebih besar daripada yang dapat
diabsorpsi. Fraktur dapat terjadi akibat pukulan langsung, kekuatan tabrakan
(kompresi), gerakan memutar tiba-tiba (puntiran), kontraksi otot berat, atau
penyakit yang melemahkan tulang (fraktur stress atau fraktur patologis). Dua
mekanisme dasar yang menghasilkan fraktur : kekuatan langsung dan kekuatan
tidak langsung. Dengan kekuatan langsung, energi kinetik diberikan pada atau
dekat tempat fraktur, tulang tidak dapat menahan kekuatan. Dengan kekuatan
tidak langsung, energi kinetik ditransmisikan dari titik dampak ke tempat tulang
yang lemah, fraktur terjadi pada titi yang lemah.
Fraktur pada orang dewasa diklasifikasikan pada cara berikut ini:
1. Jika kulit utuh, fraktur dianggap fraktur tertutup (sederhana). Jika integritas
kulit terganggu, fraktur dianggap sebagai fraktur terbuka (gabungan). Fraktur
terbuka memungkinkan bakteri masuk ke area yang cedera dan
meningkatkan risiko komplikasi.
2. Fraktur komplet melibatkan seluruh lebar tulang, sedangkan fraktur tidak
komplet melibatkan hanya sebagian lebar tulang.
3. Garis fraktur dapat oblik (pada sudut tulang) atau spiral (melengkung di
sekitar tulang). Fraktur avulse terjadi ketika fraktur mendorong tulang ran
jaringan lain menjauh dari titik perlekatan. Fraktur juga dapat dijelaskan
sebagai remuk (tulang patah menjadi banyak potongan), tertekan (tulang
hancur), impaksi (ujung tulang terdorong ke satu sama lain), atau tertekan
(tulang hancur terdorong ke dalam).
4. Fraktur stabil (tak bergeser) adalah salah satu tulang mempertahankan
kesejajaran anatominya. Fraktur tidak stabil (bergeser) terjadi ketika tulang
keluar dari kesejajaran anatomi yang tepat. Jika fraktur bergeser, intervensi
segera diperlukan untuk mencegah kerusakan tulang lebih lanjut pada
jaringan lunak, otot, dan tulang.
Fraktur juga dapat diklasifikasikan berdasarkan titik referensi pada
tulang, seperti midshaft (pertengahan batang), middle third, dan distal third.
Titik referensi juga dapat spesifik, seperti intra-artikular atau diafisis.
G. KOMPLIKASI
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan yang penting adalah pemeriksaan
menggunakan sinar Rontgen (sinar-x) untuk melihat gambaran tiga
dimensi dari keadaan dan kedudukan tulang yang sulit.
2. CT scan: pemeriksaan bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat
memperlihatkan jaringan lunak atau cedera ligament atau tendon.
3. X - Ray : menentukan lokasi, luas, batas dan tingkat fraktur.
4. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang lazim
digunakan untuk mengetahui lebih jauh kelainan yang terjadi meliputi:
a. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
b. Fosfatase alkali meningkat pada saat kerusakan tulang
c. Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehydrogenase (LDH-5),
aspratat aminotransferase (AST) dan aldolase meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Farmakologis
a. Obat analgesik
Obat pereda nyeri (analgesik) umumnya diberikan untuk membantu
meredakan rasa nyeri pada penderita fraktur. Rasa nyeri yang ringan
akibat patah atau retak tulang biasanya cukup mengonsumsi obat
analgesik, seperti parasetamol. Pada kasus yang berat patah tulang
menimbulkan rasa nyeri atau sakit yang hebat. Pada kondisi ini, dokter
akan meresepkan obat analgesik yang lebih kuat, seperti morfin atau
tramadol.
b. Obat NSAID
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) pun umumnya diberikan
sebagai cara untuk membantu menyembuhkan tulang yang patah atau
retak. Jenis obat ini berfungsi untuk meredakan rasa nyeri serta
mengurangi peradangan saat patah tulang baru terjadi. Beberapa jenis
obat NSAID yang sering digunakan untuk penanganan fraktur, yaitu
ibuprofen, naproxen, atau lain sebagainya
c. Antibiotik
Obat antibiotik profilaksis, seperti cefazolin, seringkali diberikan kepada
pasien patah tulang terbuka. Pasalnya, dilansir dari laman University of
Nebraska Medical Center (UNMC), pasien patah tulang terbuka berisiko
terkena infeksi, yang juga meningkatkan kemungkinan terjadinya
komplikasi serius, seperti nonunion
b. Fraktur terbuka
a) Fraktur terbuka (yang berhubungan dengan luka terbuka
memanjang sampai permukaan kulit dan ke daerah cedera tulang)
terdapat resiko infeksi-osteomielitis, dan tetanus: tujuan penanganan
adalah meminimalkan kemungkinanan infeksi luka, jaringan lunak
dan tulang untuk mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan
tulang.
b) Pasien dibawa ke ruangan operasi, dimana luka dibersihkan, di
debridemen (benda asing dan jaringan mati di angkat), dan di irigasi.
Dilakukan usapan luka untuk biakan dan kepekaan. Mungkin perlu
dilakukan graft tulang untuk menjmbatani defek, namun harus yakin
bahwa jaringan resipien masih sehat dan mampu memfasilitasi
penyatuan.
c) Antibiotik dapat diberikan pada individu yang mengalami patah
tulang atau luka jaringan lunak yang mengelilingi suatu tulang,
apabila infeksi tulang terjadi, diperlukan terapi antibiotik agresif.
FORMAT PENGKAJIAN
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Jl. MAIPA NO.19 MAKASSAR
KAJIAN KEPERAWATAN
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB lancar 1 kali sehari dengan konsistensi padat
tidak mengalami kesulitan dalam buang air besar dan pasien mengatakan BAK lancar
karena pasien dalam sehari banyak mengkonsumsi air putih 1-2 liter dan warna urin
berwarna putih jernih.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan saat sakit BAB dan BAK lancar. Dan pasien
mengatakan tidak mengalami masalah dalam BAB dan BAK
3. Observasi : Tampak pasien mengkonsumsi banyak air putih
4. Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : 30 x/menit
b) Palpasi kandung kemih : Penuh √ Kosong
c) Nyeri ketuk ginjal : Positif √ Negatif
d) Mulut uretra : tidak dikaji
e) Anus :
Peradangan : tidak dikaji
Hemoroid : tidak dikaji
Fistula : tidak dikaji
Kaki 5 5
Keterangan :
Nilai 5: kekuatan penuh
Nilai 4: kekuatan kurang dibandingkan sisi yang lain
Nilai 3: mampu menahan tegak tapi tidak mampu melawan tekanan
Nilai 2: mampu menahan gaya gravitasi tapi dengan sentuhan akan jatuh
Nilai 1: tampak kontraksi otot, ada sedikit gerakan
Nilai 0: tidak ada kontraksi otot, tidak mampu bergerak
Refleks fisiologi : ………………………………………………………………..
Refleks patologi : ………………………………………………………………..
Babinski,Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
Clubing jari-jari : ………………………………………………………………
Varises tungkai : ………………………………………………………………
i) Columna vetebralis:
Inspeksi : Lordosis Kiposi Skoliosis
Palpasi : ………………………………………………………………………
Kaku kuduk : ………………………………………………………………………
E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit kebutuhan istirahat dan tidur pasien tercukupi, pasien
biasanya dalam sehari tidur 5-6 jam. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari” setelah
bangun tidur
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan setelah operasi pola tidurnya lumayan lebih
baik dari sebelumnya yaitu 6-8 jam karena nyeri yang dirasakan berkurang.
3. Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk : Positif √ Negatif
Banyak menguap : Positif √ Negatif
Palpebra inferior berwarna gelap : Positif √ Negatif
TERAPI
No Nama Obat Jenis Rute Mekanisme Kontraindikasi Alasan
( Definisi ) Obat Pemberian Kerja Obat
1. Deksametasone Inj IV Obat ini Infeksi jamur Diberikan
bekerja sistemik, alergi deksametasone
dengan cara terhadap untuk
menekan deksametasone, mengurangi
migrasi infeksi herpes dan menekan
netrofil, okuler (radang proses
menurunkan pada kornea peradangan
produksi mata), luka yang terjadi
mediator pada dinding pada tubuh.
inflamasi, lambung.
membalikkan
peningkatan
permeabilitas
kapiler, dan
menekan
respon imun
2. Sefoperazon Inj IV Obat ini bekrja Alergi terhadap
dengan cara antibiotik
menghambat golongan
sintesis atau sefalosporin
pembentukan
dinding sel
bakteri dan
menghambat
reaksi
transpeptidasi.
3. Ondansetron Inj IV Obat ini Riwayat Obat ini
termasuk hipersensitivitas digunakan
dalam terhadap obat untuk
antiemetik ini dan mencegah
golongan penggunaannya serta
serotonin 5- bersama obat mengobati
HT3 antagonis apomorphin dan mual dan
reseptor yang dronedarone muntah yang
bekerja karena bisa
dengan cara menimbulkan disebabkan
menghambat hipotensi dan oleh efek
reseptor penurunan samping
serotonin kesadaran. kemoterapi,
disaluran radioterapi atau
pencernaan operasi.
dan sistem
persarafan
pusat.
4. Asam Inj IV Obat ini Gangguan ginjal Diberikan untuk
Traneksamat membantu yang berat ; mencegah atau
dalam penyakit mengurangi
menghambat tromboembolik perdarahan
plasminogen untuk waktu
sehingga yang singkat
mengurangi dibanyak
konversi kondisi
plasminogen berbeda.
menjadi
plasmin
( fibrinolysin )
penghambatan
tersebut
mampu
mencegah
degradasi
fibrin,
pemecahan
trombosit,
peningkatan
kerapuhan
vaskular dan
pemecahan
faktor
koagulasi
5. Ketorolac Inj IV Obat ini Hipersensitivitas Diberikan untuk
bekerja terdapat meredakan
dengan cara ketorolac, nyeri sedang
mengurangi Riwayat hingga berat.
produksi perdarahan
hormon yang gastrointestinal
menyebabkan dan perdarahan
inflamasi dan serebrovaskular
terasa nyeri aktif.
pada tubuh.
Berkurangnya
produksi
hormon
penyebab
inflamasi
berakibat pada
berkurangnya
rasa nyeri dan
tanda-tanda
inflamasi
seperti
kemerahan,
bengkak dan
demam.
6. Ranitidin Inj IV Obat ini Bila terdapat Diberikan untuk
berfungsi Riwayat porfiria mengatasi
menstimulasi akut dan gejala nyeri
sekresi asam hipersensitivitas lambung atau
lambung terhadap nyeri ulu hati
sehingga ranitidine. akibat
histamin yang peningkatan
diproduksi asam lambung.
oleh sel ECL
gaster dapat
dihambat.
7. Paracetamol Tablet Oral Obat ini Riwayat Diberikan untuk
bekerja pada hipersensitivitas meredakan
pusat dan penyakit nyeri ringan
pengaturan hepar aktif sampai sedang.
suhu yang ada derajat berat.
diotak untuk
menurunkan
suhu tubuh
saat
seseorang
sedang
mengalami
demam.
Penatalaksanaan Medis
1. Tindakan Operasi
ORIF: Jenis implan
- Ortho Fixor K-Wire ukuran 1,8 mm, jumlah 2 buah
- Ortho Fixor Wire ukuran 1,2 mm, jumlah 1 buah
2. Ds :
- Pasien mengatakan kesulitan saat Kerusakan Integritas Gangguan mobilitas fisik
menggerakan tangan kiri. Struktur Tulang
- Pasien mengatakan kesulitan
melakukan aktifitas menggunakan
tangan kiri (BAB)
Do :
- Tampak pasien terbaring di tempat
tidur
- kiri kanan
1 5
5 5
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri, meringis, bersikap protektif dan gelisah
Edukasi:
1. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi :
1. Pemberian analgetik (ketorolax)
Edukasi
4. Anjurkan membatasi gerak pada area cedera
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi
Tgl Diagnosis Waktu Nama Perawat
Pasien Pulang
18.00
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama
TANGGAL Dx Evaluasi Keperawatan
Perawat
3-8-22 Nyeri Akut b.d agen S : Pasien mengatakan nyeri pada siku
pencedera fisik d.d sebelah kiri,dirasakan seperti nyeri tumpul
pasien mengeluh dirasakan pada saat bergerak dengan durasi
nyeri,meringis, kurang lebih 1 menit dan skala nyeri 6.
bersikap protektif dan
gelisah ( D.0077 ) O : Tampak pasien meringis, tampak pasien
gelisah, tampak pasien protektif pada siku
kiri.
P : Intervensi dilanjutkan
Gangguan mobilitas
Fisik b/d kerusakan S : Pasien mengatakan sulit menggerakkan
integritas struktur tangan bagian sebelah kiri
tulang (D. 0054)
O : Tampak pasien sulit menggerakkan
tangan sebelah kiri
P : Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Diana., Topan, Heri Wibowo., Danang, Tri Yudono. (2021). Pengaruh Range of Motion (ROM)
terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Post Operasi Open Reduction Internal Fixation (ORIF) di RSUD
Ajibarang. SNPPKM
Firmala, Trio Hendra (2016). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Stiff Ness Elbow Joint Post.Orif
Epycondilus Lateral Sinistra di RSUD. Dr. Moewardi Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta
LeMone, Priscilla., Karen M.Burke., Gerene Bauldoff. (2015).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
gangguan Respirasi dan Gangguan Muskuloskeletal. EGC