Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL.BEDAH PADA TN.

M DENGAN
KASUS POST OP FRAKTUR ELBOW SINISTRA AP LATERAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 12

 SAFERINUS LAGU
 SAKA AGUNG LAKSONO
 SCOLASTIKA PASUDI
 SERTINCE MAURA
 SHEILA HATTU
 SHERIN AMELYANI
 SHERYN
 SINTIA SIMON
 SINTIKE
 SKOLASTIKA LILLI
 SOFIA USVIN SUMULE
 SRY ELVANI
 SURYA NATANIEL
KONSEP DASAR MEDIK

A. DEFENISI
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap (Nurarif & Kusuma, 2015).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptur tendon, kerusakan
pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur dapat terjadi diberbagai tempat dimana terdapat persambungan
tulang maupun tulang itu sendiri. Salah satu contoh dari fraktur adalah yang
terjadi pada tulang femur (Mubarok, 2017).
Fraktur adalah semua kerusakan pada kontinuitas tulang. Fraktur beragam
dalam hal keparahan berdasarkan lokasi dan jenis fraktur. Meskipun fraktur
terjadi pada semua kelompok usia, kondisi ini lebih umum pada orang yang
mengalami trauma yang terus-menerus dan pada pasien lansia.

B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra- seluler. Tulang berasal
dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis”
menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”.
Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium.
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima
kelompok berdasarkan bentuknya :
a. Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal
dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat
daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau
lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang
rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang
yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk
oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone
(cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan
habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh.
b. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang
pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron,
merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki
rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum
tulang.
c. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous
(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
d. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat
dengan lapisan luar adalah tulang concellous.
e. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang
pendek.
f. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak disekitar tulang
yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan
jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).

2. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-
c. paru) dan jaringan lunak.
d. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan
e. kontraksi dan pergerakan).
f. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang
(hema topoiesis).
g. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

C. ETIOLOGI
1. Trauma Langsung disebabkan benturan pada tulang, biasanya penderita
terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhater mayor langsung
terbentur dengan benda keras (contoh : jalanan hantaman kecelakaan dan
lain-lain).
2. Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan
(contoh: jafuh di kamar mandi, tangga dan lain-lain)
3. Kondisi patologis adalah keadaan yang disebabkan karena proses penyakit
seperti osteoporosis, osteomielitis, keganasan dan lain-lain.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Deformitas
Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas
pada lokasi fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan pemendekan tungkai,
deformitas rotasional, atau angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi
fraktur dapat memiliki deformitas yang nyata.
2. Pembengkakan
Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan
serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.
3. Memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
4. Spasme otot
Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk
mengurangi gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.
5. Nyeri
Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi
fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-
masing klien. Nyeri biasanya terus-menerus, meningkat jika fraktur
dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang
bertindihan atau cedera pada struktur sekitarnya.
6. Kehilangan Fungsi
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau
karena hilangnya fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang terkena.
Kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera saraf.
7. Gerakan abnormal dan krepitasi
Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau
gesekan antar fragmen fraktur.
8. Perubahan neurovaskular
Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau
struktur vaskular yang terkait. Klien dapa tmengeluhkan rasa kebas atau
kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari fraktur
9. Syok
Fragmen tulang dapa tmerobek pembuluh darah. Perdarahan besar
atau tersembunyi dapat menyebab kan syok

E. KLASIFIKASI
1. Fraktur tertutup
Fraktur terutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka
pada bagian luar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak
berhubungan dengan bagian luar.
2. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan adanya
luka pada daerah yang patah sehingga bagian tulang berhubungan dengan
udara luar, biasanya juga disertai adanya pendarahan yang banyak. Tulang
yang patah juga ikut menonjol keluar dari permukaan kulit, namun tidak
semua fraktur terbuka membuat tulang menonjol keluar.
Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat:
a. Derajat I:
1) Luka<1cm
2) Kurusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk
3) Fraktur sederhana, transversal atau komuntif ringan
4) Kontaminasi minimal
b. Derajat II:
1) Laserasi > 1 cm
2) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi
3) Fraktur kominutif sedang
4) Kontaminasi sedang
c. Derajat III :
Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan luas pada jaringan lunak,
saraf, tendon, kontaminasi banyak. Fraktur terbuka dengan derajat 3
harus sedera ditangani karena resiko infeksi
Fraktur terbuka memerlukan pertolongan lebih cepat karena pasien
yang memiliki masalah di bagian musculoskeletal memerlukan tindakan
pembedahan yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi dengan
mengembalikan gerahan, stabilisasi, mengurangi nyeri, dan mencegah
bertambah parahnya gangguan musculoskeletal. Salah satu prosedur
pembedahan yang sering dilakukan yaitu dengan fiksasi interna atau disebut
juga dengan pembedahan ORIF (Open Reduction Internal Fixation).
Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah suatu jenis operasi
dengan pemasangan internal fiksasi yang dilakukan ketika fraktur tersebut
tidak dapat direduksi secara cukup dengan close reduction, untuk
mempertahankan posisi yang tepat pada fragmen fraktur (John C. Adams,
1992 dalam Potter & Perry, 2005). Fungsi ORIF untuk mempertahankan
posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergerakan.
Internal fiksasi ini berupa intra medullary nail, biasanya digunakan untuk
fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur transvers.
Klasifikasi penyebab fraktur dapat digolongkan kedalam trauma
langsung, trauma tidak langsung dan kondisi patologis (Noor Helmi, 2014).

a. Trauma Langsung
Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang yang dapat
berupa pukulan, penekukan atau penarikan yang berlebihan. Tulang
tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi fraktur pada
tempat yang terkena dan jaringan lunaknya pun juga rusak. Kecelakaan
ataupun tekanan kecil dapat mengakibatkan fraktur.
b. Trauma Tidak Langsung
Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu tempat
tertentu, misalnya pada seorang atlet yang mengalami trauma minor
berulang kali.
c. Kondisi Patologis
Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan
patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerah-daerah
tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses patologis
lainnya. Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini
adalah tumor, baik primer maupun metastasis.
F. PATOFISIOLOGI
Semua 206 tulang dalam tubuh dapat mengalami fraktur. Fraktur terjadi ketika
tulang terpajan ke energi kinetik yang lebih besar daripada yang dapat
diabsorpsi. Fraktur dapat terjadi akibat pukulan langsung, kekuatan tabrakan
(kompresi), gerakan memutar tiba-tiba (puntiran), kontraksi otot berat, atau
penyakit yang melemahkan tulang (fraktur stress atau fraktur patologis). Dua
mekanisme dasar yang menghasilkan fraktur : kekuatan langsung dan kekuatan
tidak langsung. Dengan kekuatan langsung, energi kinetik diberikan pada atau
dekat tempat fraktur, tulang tidak dapat menahan kekuatan. Dengan kekuatan
tidak langsung, energi kinetik ditransmisikan dari titik dampak ke tempat tulang
yang lemah, fraktur terjadi pada titi yang lemah.
Fraktur pada orang dewasa diklasifikasikan pada cara berikut ini:
1. Jika kulit utuh, fraktur dianggap fraktur tertutup (sederhana). Jika integritas
kulit terganggu, fraktur dianggap sebagai fraktur terbuka (gabungan). Fraktur
terbuka memungkinkan bakteri masuk ke area yang cedera dan
meningkatkan risiko komplikasi.
2. Fraktur komplet melibatkan seluruh lebar tulang, sedangkan fraktur tidak
komplet melibatkan hanya sebagian lebar tulang.
3. Garis fraktur dapat oblik (pada sudut tulang) atau spiral (melengkung di
sekitar tulang). Fraktur avulse terjadi ketika fraktur mendorong tulang ran
jaringan lain menjauh dari titik perlekatan. Fraktur juga dapat dijelaskan
sebagai remuk (tulang patah menjadi banyak potongan), tertekan (tulang
hancur), impaksi (ujung tulang terdorong ke satu sama lain), atau tertekan
(tulang hancur terdorong ke dalam).
4. Fraktur stabil (tak bergeser) adalah salah satu tulang mempertahankan
kesejajaran anatominya. Fraktur tidak stabil (bergeser) terjadi ketika tulang
keluar dari kesejajaran anatomi yang tepat. Jika fraktur bergeser, intervensi
segera diperlukan untuk mencegah kerusakan tulang lebih lanjut pada
jaringan lunak, otot, dan tulang.
Fraktur juga dapat diklasifikasikan berdasarkan titik referensi pada
tulang, seperti midshaft (pertengahan batang), middle third, dan distal third.
Titik referensi juga dapat spesifik, seperti intra-artikular atau diafisis.
G. KOMPLIKASI

Komplikasi trauma muskuloskeletal, antara lain tekanan dari edema dan


hemoragi, terjadinya emboli lemak, trombosis vena profunda, infeksi, gangguan
penyembuhan, atau gangguan transmisi neural.
Komplikasi fraktur siku, antara lain kerusakan saraf atau arteri dan hemartrosis,
pengumpulan darah di sendi siku. Komplikasi yang paling serius pada fraktur
siku adalah kontraktur Volkman, yang terjadi akibat dari oklusi arteri dan iskemia
otot. Pasien mengeluhkan nyeri lengan bawah, penurunan sensasi, dan
kehilangan fungsi motorik. Intervensi cepat bertujuan pada meredakan tekanan
pada arteri brakial dan saraf serta mencegah atrofi otot

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan yang penting adalah pemeriksaan
menggunakan sinar Rontgen (sinar-x) untuk melihat gambaran tiga
dimensi dari keadaan dan kedudukan tulang yang sulit.
2. CT scan: pemeriksaan bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat
memperlihatkan jaringan lunak atau cedera ligament atau tendon.
3. X - Ray : menentukan lokasi, luas, batas dan tingkat fraktur.
4. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang lazim
digunakan untuk mengetahui lebih jauh kelainan yang terjadi meliputi:
a. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
b. Fosfatase alkali meningkat pada saat kerusakan tulang
c. Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehydrogenase (LDH-5),
aspratat aminotransferase (AST) dan aldolase meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.

I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Farmakologis
a. Obat analgesik
Obat pereda nyeri (analgesik) umumnya diberikan untuk membantu
meredakan rasa nyeri pada penderita fraktur. Rasa nyeri yang ringan
akibat patah atau retak tulang biasanya cukup mengonsumsi obat
analgesik, seperti parasetamol. Pada kasus yang berat patah tulang
menimbulkan rasa nyeri atau sakit yang hebat. Pada kondisi ini, dokter
akan meresepkan obat analgesik yang lebih kuat, seperti morfin atau
tramadol.
b. Obat NSAID
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) pun umumnya diberikan
sebagai cara untuk membantu menyembuhkan tulang yang patah atau
retak. Jenis obat ini berfungsi untuk meredakan rasa nyeri serta
mengurangi peradangan saat patah tulang baru terjadi. Beberapa jenis
obat NSAID yang sering digunakan untuk penanganan fraktur, yaitu
ibuprofen, naproxen, atau lain sebagainya
c. Antibiotik
Obat antibiotik profilaksis, seperti cefazolin, seringkali diberikan kepada
pasien patah tulang terbuka. Pasalnya, dilansir dari laman University of
Nebraska Medical Center (UNMC), pasien patah tulang terbuka berisiko
terkena infeksi, yang juga meningkatkan kemungkinan terjadinya
komplikasi serius, seperti nonunion

2. Penatalaksanaan Non Farmakologis


a. Fraktur Tertutup
a) Pasien diajari bagaimana mengontrol pembengkakan dan nyeri
sehubungan dengan fraktur dan trauma jaringan lunak. Fraktur
harus segera di imobilisasi untuk memungkinkan pembentukan
hematoma fraktur dan meminimalkan kerusakan.
b) Tirah baring diusahakan seminimal mungkin. Latihan segera dimulai
untuk mempertahankan kesehatan otot yang sehat dan untuk
meningkatkan kekuatan otot yang dibutuhkan untuk pemindahan
dan untuk menggunakan alat bantu (misalnya: tongkat, walker).
Pasien diajari bagaimana menggunakan alat tersebut dengan aman.
c) Penyambungan kembali tulang (reduksi) penting dilakukan agar
terjadi pemulihan posisi yang normal dan rentang gerak.
d) Imobilisasi jangka panjang setelah reduksi penting dilakukan agar
terjadi pembentukan kalus dan tulang baru. Imobilisasi jangka
panjang biasanya dilakukan dengan pemasangan gips atau
penggunaan bidai.
Jenis-jenis bidai diantaranya:
i. Bidai keras, yaitu bidai yang paling baik dan sempurna dalam
keadaan darurat seperti bidai kayu
ii. Bidai traksi, yaitu bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari
pembuatan hanya dipergunakan oleh tenaga terlatih khususnya
dipakai pada patah tulang paha. Contoh: bidai traksi patah
tulang
iii. Bidai improvisasi, yaitu bidai yang cukup dibuat dengan bahan
cukup kuat dan ringan untuk menopang, pembuatannya sangat
tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong. Contoh: majalah, koran dan karton
iv. Gendongan/belat dan bebat, yaitu pembidaian dengan
menggunakan pembalut umumnya dipakai misalnya dan
memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana menghentikan
pergerakan daerah cedera.

b. Fraktur terbuka
a) Fraktur terbuka (yang berhubungan dengan luka terbuka
memanjang sampai permukaan kulit dan ke daerah cedera tulang)
terdapat resiko infeksi-osteomielitis, dan tetanus: tujuan penanganan
adalah meminimalkan kemungkinanan infeksi luka, jaringan lunak
dan tulang untuk mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan
tulang.
b) Pasien dibawa ke ruangan operasi, dimana luka dibersihkan, di
debridemen (benda asing dan jaringan mati di angkat), dan di irigasi.
Dilakukan usapan luka untuk biakan dan kepekaan. Mungkin perlu
dilakukan graft tulang untuk menjmbatani defek, namun harus yakin
bahwa jaringan resipien masih sehat dan mampu memfasilitasi
penyatuan.
c) Antibiotik dapat diberikan pada individu yang mengalami patah
tulang atau luka jaringan lunak yang mengelilingi suatu tulang,
apabila infeksi tulang terjadi, diperlukan terapi antibiotik agresif.

Tindakan operatif (pembedahan) yang dilakukan:


1. ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah sebuah prosedur bedah


medis, yang tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur
tulang, seperti yang diperlukan untuk beberapa patah tulang, fiksasi internal
mengacu untuk mengaktifkan atau memfasilitasi penyembuhan. Fungsi ORIF
untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak
mengalami pergerakan.
Ada beberapa tujuan dilakukannya pembedahan ORIF, antara lain:
a. Memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas
b. Mengurangi nyeri.
c. Klien dapat melakukan ADL dengan bantuan yang minimal
d. Sirkulasi yang adekuat dipertahankan pada ekstremitas yang terkena.

Perawatan Post Operasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation) dilakukan


untuk meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan pada bagian yang sakit. Dapat
dilakukan dengan cara:
a. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi.
b. Mengontrol kecemasan dan nyeri (biasanya orang yang tingkat
kecemasannya tinggi, akan merespon nyeri dengan berlebihan)
c. Latihan otot
Pergerakan harus tetap dilakukan selama masa imobilisasi tulang,
tujuannya agar otot tidak kaku dan terhindar dari pengecilan massa otot
akibat latihan yang kurang.
d. Memotivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dan
menyarankan keluarga untuk selalu memberikan dukungan kepada klien

2. Open Reduction External Fixation (OREF)


OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi internal di mana prinsipnya
tulang ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur, sekrup atau kawat
ditransfiksi di bagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama
lain dengan suatu batang lain. Tujuan OREF antara lain:
a. Untuk menghilangkan rasa nyeri
b. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur
c. Agar terjadi penyatuan tulang kembali

Perawatan Post Operasi Open Reduction External Fixation (OREF)


a. Persiapan psikologis
Penting sekali mempersiapkan pasien secara psikologis sebelum dipasang
fiksator eksternal Alat ini sangat mengerikan dan terlihat asing bagi pasien.
Harus diyakinkan bahwa ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan dan
bahwa mobilisasi awal dapat diantisipasi untuk menambah penerimaan alat
ini, begitu juga keterlibatan pasien pada perawatan terhadap perawatan
fiksator ini.
b. Pemantauan terhadap kulit, darah, atau pembuluh saraf.
Setelah pemasangan fiksator eksternal , bagian tajam dari fiksator atau pin
harus ditutupi untuk mencegah adanya cedera akibat alat ini. Tiap tempat
pemasangan pin dikaji mengenai adanya kemerahan , keluarnya cairan, nyeri
tekan, nyeri dan longgarnya pin.Perawat harus waspada terhadap potensial
masalah karena tekanan terhadap alat ini terhadap kulit, saraf, atau pembuluh
darah.
c. Pencegahan infeksi
Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus dilakukan secara
rutin. Tidak boleh ada kerak pada tempat penusukan pin, fiksator harus dijaga
kebersihannya. Bila pin atau klem mengalami pelonggaran, dokter harus
diberitahu. Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisi dan
ukurannya.
d. Latihan isometrik
Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan jaringan bisa
menahan. Bila bengkak sudah hilang, pasien dapat dimobilisasi sampai batas
cedera di tempat lain. Pembatasan pembebanan berat badan diberikan untuk
meminimalkan pelonggaran puin ketika terjadi tekanan antara interface pin
dan tulang.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Jl. MAIPA NO.19 MAKASSAR

KAJIAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa Yang Mengkaji: Kelompok 12 ( Bedah )

Unit : ST. Bernadeth 2 Autoanamnese :


Kamar : - Alloanamnese : √
Tanggal masuk RS : 31-07-2022
Tanggal pengkajian : 03-08-2022
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Tn. M
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin :L
Status perkawinan : Belum Menikah
Jumlah anak :-
Agama/ suku : Kristen Protestan
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat rumah : Jl. Sungai Saddang
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. D
Umur : 52 tahun
Alamat : JL. Sungai Saddang
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
II. DATA MEDIK
Diagnosa medik
Saat masuk : Nyeri dan bengkak pada siku tangan kiri
Saat pengkajian : Pasien mengatakan nyeri dan bengkak pada siku sebelah kiri
dialami akibat jatuh dari tangga kos ± 1 jam yang lalu ( 31 juli 2022 )
III. KEADAAN UMUM
A. KEADAAN SAKIT
Pasien tampak sakit ringan/ sedang / berat / tidak tampak sakit
Alasan: Pasien terpasang infus RL 20 tpm, pasien terpasang mitela, TTV : TD : 123/73
mmHg, Nadi : 89x/menit, Pernafasan : 18x/menit, Suhu : 36,5℃
B. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran (kualitatif): Compos Mentis
Skala koma Glasgow (kuantitatif)
a) Respon motorik :6
b) Respon bicara :5
c) Respon membuka mata : 4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Pasien sadar penuh
2. Tekanan darah : 123/73 mmHg
MAP : 90 mmHg
Kesimpulan : Perfusi Ginjal Memadai
3. Suhu : 37,5 0C di Oral √ Axilla Rectal
4. Pernapasan: 18 x/menit
Irama : √ Teratur Bradipnea Takipnea Kusmau Cheynes-stokes
Jenis : √ Dada Perut
5. Nadi : 89 x/menit
Irama : √ Teratur Bradikardi Takikardi
√ Kuat Lemah
C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : - cm
2. Tinggi badan : 170 cm
3. Berat badan : 56 kg
4. IMT (Indeks Massa Tubuh) : 18,7
Kesimpulan : Berat Badan Ideal
D. GENOGRAM
Tidak dikaji

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Keadaan sebelum sakit:
Pasien mengatakan bahwa kesehatan adalah hal yang terpenting. Pasien mengatakan ia
jarang memeriksakan kesehatannya di Rumah sakit atau layanan kesehatan lainnya. Jika
pasien mengalami sakit ringan, seperti mual muntah, sakit kepala, tegang pada leher,
pasien hanya beristirahat di rumah, jika tak kunjung sembuh dalam 3 hari pasien membeli
obat di apotik tanpa resep dokter. Pasien mengatakan ia kadang-kadang berolahraga jika
ada waktu senggang
2. Riwayat penyakit saat ini :
a) Keluhan utama : Nyeri pada siku tangan sebelah kiri
b) Riwayat keluhan utama : Pasien mengatakan ia mengalami kecelakaan dengan siku
tangan kiri terbentur saat ingin menaiki tangga kos dan karena nyeri yang dirasakan
tak kunjung sembuh sehingga keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke RS
Stella Maris Makassar.
c) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Pasien mengatakan ia tidak memiliki riwayat
penyakit sebelumnya
d) Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan bahwa orang tua pasien yaitu
bapak memiliki riwayat hipertensi.
Pemeriksaan fisik :
e) Kebersihan rambut : tampak rambut berwarna hitam, tidak ada kutu/ketombe
f) Kulit kepala : tampak kulit kepala bersih, tidak ada lesi
g) Kebersihan kulit : tampak kulit bersih
h) Higiene rongga mulut : tampak rongga mulut bersih, tidak ada karang gigi, gigi palsu
dan gigi berlubang
i) Kebersihan genetalia : tidak dikaji
j) Kebersihan anus : tidak dikaji

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan makan 3x sehari dan kadang lebih. Pasien suka makan sayur”an.
Namun pasien juga kadang” mengkonsumsi makanan cepat saji seperti gorengan, mie
serta sehari ia bisa menghabiskan 1-2 liter air putih.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien selama di rumah sakit makan 3x sehari dan selalu
menghabiskan porsi makanan yang disediakan rumah sakit dan minum air putih 1-2 liter.
3. Observasi : Tampak pasien menghabiskan makanan yang disediakan rumah sakit
4. Pemeriksaan fisik :
a) Keadaan rambut : tampak rambut hitam, tidak ditemukan kutu/ ketombe,
tampak rambut sedikit berminyak
b) Hidrasi kulit : tampak elastis
c) Palpebra/conjungtiva : tidak tampak edema pada palpebra, tampak conjungtiva
pasien pink (an anemis)
d) Sclera : tampak tidak ikterik
e) Hidung : tampak septum berada di tengah, tidak ditemukan polip dan
peradangan, tidak di temukan sekret
f) Rongga mulut : tampak bersih Gusi : tidak ditemukan pendarahan
g) Gigi : tampak bersih gigi palsu : tidak ada
h) Kemampuan mengunyah keras : tampak pasien mpu mengunyak makanan keras
i) Lidah : tampak bersih, tidak ditemukan bercak putih pada lidah
j) Pharing : tidak ditemukan peradangan
k) Kelenjar getah bening : tidak di temukan pembesaran
l) Kelenjar parotis : tidak di temukan pembesaran
m) Abdomen :
 Inspeksi : perut tampak datar, tidak ditemukan asites, tumor, massa maupun
bayangan vena
 Auskultasi : peristaltik usus 30x/m
 Palpasi : tidak teraba nyeri tekan
 Perkusi : terdengar bunyi tympani
n) Kulit :
 Edema : Positif √ Negatif
 Icterik : Positif √ Negatif
 Tanda-tanda radang : tidak ada tanda-tanda peradangan
o) Lesi : tidak ditemukan lesi

C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB lancar 1 kali sehari dengan konsistensi padat
tidak mengalami kesulitan dalam buang air besar dan pasien mengatakan BAK lancar
karena pasien dalam sehari banyak mengkonsumsi air putih 1-2 liter dan warna urin
berwarna putih jernih.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan saat sakit BAB dan BAK lancar. Dan pasien
mengatakan tidak mengalami masalah dalam BAB dan BAK
3. Observasi : Tampak pasien mengkonsumsi banyak air putih
4. Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : 30 x/menit
b) Palpasi kandung kemih : Penuh √ Kosong
c) Nyeri ketuk ginjal : Positif √ Negatif
d) Mulut uretra : tidak dikaji
e) Anus :
 Peradangan : tidak dikaji
 Hemoroid : tidak dikaji
 Fistula : tidak dikaji

D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan dia seorang mahasiswa yang aktif kuliah.
Sehari-hari aktifitasnya seperti biasa yaitu membersihkan tempat tinggalnya, memasak
dan saat waktu senggang ia menonton youtube, main game dan kadang-kadang ia
berolahraga seperti jogging
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan sejak sakit ia tidak dapat melakukan aktifitas
sehari-hari karena nyeri yang dirasakan saat bergerak. Pasien mengatakan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari lebih banyak dibantu oleh keluarga, maupun perawat
seperti makan, mandi, ke toilet, mengatur posisi tidur, memakai pakaian
3. Observasi : Tampak pasien terpasang metela pada tangan sebelah kiri. Tampak aktifitas
pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
a) Aktivitas harian :
 Makan :0
0 : mandiri
 Mandi :2 1 : bantuan dengan alat
 Pakaian :2 2 : bantuan orang
3 : bantuan alat dan
 Kerapihan :2 orang
 Buang air besar :2 4 : bantuan penuh
 Buang air kecil :0
 Mobilisasi di tempat tidur : 0
b) Postur tubuh : ………………………………………………………………………
c) Gaya jalan : ………………………………………………………………………
d) Anggota gerak yang cacat : ……………………………………………………….....
e) Fiksasi: : ………………………………………………………………………
f) Tracheostomi : ………………………………………………………………………
4. Pemeriksaan fisik
a) Tekanan darah
Berbaring : tidak dikaji
Duduk : 123/73 mmHg
Berdiri : tidak dikaji
Kesimpulan : Hipotensi ortostatik : Positif Negatif
b) HR : 89 x/menit
c) Kulit :
Keringat dingin : ………………………………………………………
Basah : ………………………………………………………
d) JVP : ……………………..cmH2O
Kesimpulan : ………………………………………………………………………...
e) Perfusi pembuluh kapiler kuku : ……………………………………………………
f) Thorax dan pernapasan
 Inspeksi:
Bentuk thorax : ………………………………………………………………
Retraksi interkostal : ……………………………………………………….
Sianosis : ………………………………………………………………
Stridor : ………………………………………………………………
 Palpasi :
Vocal premitus: ……………………………………………………………...
Krepitasi : ………………………………………………………………
 Perkusi :
Sonor Redup Pekak
Lokasi : ……………………………………………………………………………
 Auskultasi :
Suara napas : ……………………………………………………………..
Suara ucapan : ……………………………………………………………..
Suara tambahan : …………………………………………………………
g) Jantung
 Inspeksi :
Ictus cordis : ………………………………………………………………....
 Palpasi :
Ictus cordis : ………………………………………………………………....
 Perkusi :
Batas atas jantung : ……………………………………………………
Batas bawah jantung : ……………………………………………………
Batas kanan jantung : ……………………………………………………
Batas kiri jantung : ……………………………………………………
 Auskultasi :
Bunyi jantung II A : ……………………………………………………
Bunyi jantung II P : ……………………………………………………
Bunyi jantung I T : ……………………………………………………
Bunyi jantung I M : ……………………………………………………
Bunyi jantung III irama gallop : …………………………………………….
Murmur : ………………………………………………………………
Bruit : Aorta : ……………………………………………………
A.Renalis : ……………………………………………………
A. Femoralis : ……………………………………………………
h) Lengan dan tungkai
 Atrofi otot : Positif Negatif
 Rentang gerak : ………………………………………………………………
Kaku sendi : ………………………………………………………………
Nyeri sendi : ………………………………………………………………
Fraktur : ………………………………………………………………
Parese : ………………………………………………………………
Paralisis : ………………………………………………………………
 Uji kekuatan otot
Kanan Kiri
Tangan 5 1

Kaki 5 5
Keterangan :
Nilai 5: kekuatan penuh
Nilai 4: kekuatan kurang dibandingkan sisi yang lain
Nilai 3: mampu menahan tegak tapi tidak mampu melawan tekanan
Nilai 2: mampu menahan gaya gravitasi tapi dengan sentuhan akan jatuh
Nilai 1: tampak kontraksi otot, ada sedikit gerakan
Nilai 0: tidak ada kontraksi otot, tidak mampu bergerak
 Refleks fisiologi : ………………………………………………………………..
 Refleks patologi : ………………………………………………………………..
Babinski,Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
 Clubing jari-jari : ………………………………………………………………
 Varises tungkai : ………………………………………………………………
i) Columna vetebralis:
 Inspeksi : Lordosis Kiposi Skoliosis
 Palpasi : ………………………………………………………………………
Kaku kuduk : ………………………………………………………………………
E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit kebutuhan istirahat dan tidur pasien tercukupi, pasien
biasanya dalam sehari tidur 5-6 jam. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari” setelah
bangun tidur
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan setelah operasi pola tidurnya lumayan lebih
baik dari sebelumnya yaitu 6-8 jam karena nyeri yang dirasakan berkurang.
3. Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk : Positif √ Negatif
Banyak menguap : Positif √ Negatif
Palpebra inferior berwarna gelap : Positif √ Negatif

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan tidak menggunakan alat bantu dengar serta tidak menggunakan alat
bantu penglihatan ( kacamata)
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan sejak sakit tidak ada gangguan pendengaran
dan penglihatan.
3. Observasi : Tidak menggunakan alat bantu dengar dan kacamata
4. Pemeriksaan fisik :
a) Penglihatan
 Kornea : ………………………………………………………………………
 Pupil : ………………………………………………………………………
 Lensa mata : ……………………………………………………………………..
 Tekanan intra okuler (TIO) : …………………………………………………....
b) Pendengaran
 Pina : ………………………………………………………………………
 Kanalis : ………………………………………………………………………
 Membran timpani : ………………………………………………………………
c) Pengenalan rasa pada gerakan lengan dan tungkai
………………………………………………………………………………………….
G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan ia menghargai dirinya dan selalu mempunyai harapan terhadap
dirinya.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan penyakitnya mengganggu aktifitasnya. Pasien
takut jika nanti timbul kecacatan yang membuat tangan kiri tidak kembali seperti dlu.
3. Observasi : Tampak pasien menunduk dan memegang tangan yang sakit
a) Kontak mata : ………………………………………………………………
b) Rentang perhatian : ………………………………………………………………
c) Suara dan cara bicara : ……………………………………………………..
d) Postur tubuh : ………………………………………………………………
4. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata : ……………………………………………..
b) Bentuk/postur tubuh : ……………………………………………………...
c) Kulit : ……………………………………………………...

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan tinggal bersama keluarga dan pasien mengatakan ia memiliki
hubungan yang baik dengan keluarga dan teman”nya. Ia juga aktif membantu orang
sekitar lingkungannya.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan sejak sakit hubungan dengan keluarga dan
teman-teman tetap terjalin dengan baik
3. Observasi : Tampak pasien berkomunikasi dengan perawat, keluarga dan teman” yg
datang menjenguk pasien

I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS


1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pada sistem
reproduksi
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan sejak sakit tidak ada gangguan pada sistem
reproduksi
3. Observasi : -
4. Pemeriksaan fisik : tidak dikaji
J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES
1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan jika ada masalah pasien mampu
menyelesaikan masalah tersebut dan selalu menceritakan masalahnya kepada keluarga
atau teman dekat. Pasien juga mengatakan ia bisa mengalihkan perhatiannya jika
sedang bersama teman -temannya.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan semenjak sakit ia merasa cemas memikirkan
penyakitnya dan takut akan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya.
3. Observasi : Tampak pasien cemas

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan ia beragama kristen protestan dan setiap
minggu rajin pergi beribadah ke gereja bersama teman atau keluarga.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan semenjak sakit pasien hanya berdoa di tempat
tidur karena keterbatasan untuk bergerak dan tidak bisa mengikuti kegiatan keagamaan
di gereja. Saat di RS pasien hanya bisa pasrah berbaring di tempat tidur.

V. UJI SARAF KRANIAL


A. N I : Pasien mampu mencium aroma minyak kayu putih yang diberikan
B. N II : Pasien dapat membaca kalimat dengan font 12 dari jarak 30 cm yang
diberikan oleh perawat
C. N III, IV, VI : pupil tampak bulat, isokor, refleks cahaya positif dan gerakan bola
mata baik
D. N V :
Sensorik : pasien dapat merasakan dan menunjuk goresan kapas yang
dilakukan perawat
Motorik : pesien dapat pasien dapat menggigit, teraba tonus musculus masseter saat
diperintahkan untuk menggigit.
E. N VII :
Sensorik : Pasien dapat merasakan dan membedakan rasa pahit dan manis
Motorik : Pasien dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi, mencucurkan
bibir, tersemyum, meringis, bersiul, dan menggembungkan pipi
F. N VIII :
Vestibularis : Pasien mampu berjalan dan berdiri
Akustikus : Pasien mampu mendegar suara gesekan jari perawat dengan
mata tertutup
G. N IX : Tampak letak uvula pasien berada di tengah
H. N X : Tampak pasien mampu menelan
I. N XI : pasien mampu mengangkat bahu kanan dan kiri
J. N XII : pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat melakukan gerakan lidah
mendorong pipi kiri dan kanan.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Pemeriksaan Radiologi
Kesan : Elbow S AP Lateral
 Pemeriksaan Laboratorium
a. Hematologi
No Complete Blood Count Result Unit References
1. HCT 42.2 % 43.5 – 53.7 ( - )
2. MCV 69.4 fL 80.0 – 97.0 ( -)
3. WBC 13.35 10^3/uL 4.60 – 10.20 ( + )
4. MCH 24.2 pg 27.0 – 31.2 ( - )
5. RDW-SP 31.0 fL 31.0 – 54.0 ( - )
6. P-LCR 26.8 % 15.0 – 25.0 ( + )
7. NEUT# 10.71 10^3/uL 1.50 – 7.00 ( + )
8. NEUT 80.3 % 37 – 80 ( + )
9. MONO 0.99 10^3/uL 0.00 – 0.70 ( + )
b. Faal Hemostasis
Kesan : BT = 1.00 ( Rujukan : 1.00 – 6.00 )
CT = 10.00 ( Rujukan : 9.00 – 15.00 )
c. Imunoserologi : HBsAg ( Negative )
 Pemeriksaan Foto Thoraks
Kesan : Fraktur Processus Olecranon os Ulna sinistra

TERAPI
No Nama Obat Jenis Rute Mekanisme Kontraindikasi Alasan
( Definisi ) Obat Pemberian Kerja Obat
1. Deksametasone Inj IV Obat ini Infeksi jamur Diberikan
bekerja sistemik, alergi deksametasone
dengan cara terhadap untuk
menekan deksametasone, mengurangi
migrasi infeksi herpes dan menekan
netrofil, okuler (radang proses
menurunkan pada kornea peradangan
produksi mata), luka yang terjadi
mediator pada dinding pada tubuh.
inflamasi, lambung.
membalikkan
peningkatan
permeabilitas
kapiler, dan
menekan
respon imun
2. Sefoperazon Inj IV Obat ini bekrja Alergi terhadap
dengan cara antibiotik
menghambat golongan
sintesis atau sefalosporin
pembentukan
dinding sel
bakteri dan
menghambat
reaksi
transpeptidasi.
3. Ondansetron Inj IV Obat ini Riwayat Obat ini
termasuk hipersensitivitas digunakan
dalam terhadap obat untuk
antiemetik ini dan mencegah
golongan penggunaannya serta
serotonin 5- bersama obat mengobati
HT3 antagonis apomorphin dan mual dan
reseptor yang dronedarone muntah yang
bekerja karena bisa
dengan cara menimbulkan disebabkan
menghambat hipotensi dan oleh efek
reseptor penurunan samping
serotonin kesadaran. kemoterapi,
disaluran radioterapi atau
pencernaan operasi.
dan sistem
persarafan
pusat.
4. Asam Inj IV Obat ini Gangguan ginjal Diberikan untuk
Traneksamat membantu yang berat ; mencegah atau
dalam penyakit mengurangi
menghambat tromboembolik perdarahan
plasminogen untuk waktu
sehingga yang singkat
mengurangi dibanyak
konversi kondisi
plasminogen berbeda.
menjadi
plasmin
( fibrinolysin )
penghambatan
tersebut
mampu
mencegah
degradasi
fibrin,
pemecahan
trombosit,
peningkatan
kerapuhan
vaskular dan
pemecahan
faktor
koagulasi
5. Ketorolac Inj IV Obat ini Hipersensitivitas Diberikan untuk
bekerja terdapat meredakan
dengan cara ketorolac, nyeri sedang
mengurangi Riwayat hingga berat.
produksi perdarahan
hormon yang gastrointestinal
menyebabkan dan perdarahan
inflamasi dan serebrovaskular
terasa nyeri aktif.
pada tubuh.
Berkurangnya
produksi
hormon
penyebab
inflamasi
berakibat pada
berkurangnya
rasa nyeri dan
tanda-tanda
inflamasi
seperti
kemerahan,
bengkak dan
demam.
6. Ranitidin Inj IV Obat ini Bila terdapat Diberikan untuk
berfungsi Riwayat porfiria mengatasi
menstimulasi akut dan gejala nyeri
sekresi asam hipersensitivitas lambung atau
lambung terhadap nyeri ulu hati
sehingga ranitidine. akibat
histamin yang peningkatan
diproduksi asam lambung.
oleh sel ECL
gaster dapat
dihambat.
7. Paracetamol Tablet Oral Obat ini Riwayat Diberikan untuk
bekerja pada hipersensitivitas meredakan
pusat dan penyakit nyeri ringan
pengaturan hepar aktif sampai sedang.
suhu yang ada derajat berat.
diotak untuk
menurunkan
suhu tubuh
saat
seseorang
sedang
mengalami
demam.

 Penatalaksanaan Medis
1. Tindakan Operasi
ORIF: Jenis implan
- Ortho Fixor K-Wire ukuran 1,8 mm, jumlah 2 buah
- Ortho Fixor Wire ukuran 1,2 mm, jumlah 1 buah

2. Pre Op = Balut bidai 3 dimensi


Post Op = mitela
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Ds :
- Pasien mengatakan nyeri pada Agen Pencedera Fisik Nyeri Akut
siku sebelah kiri, rasa seperti nyeri
tumpul yang dirasakan pada saat
bergerak dengan durasi kurang lebih
1 menit dan skala nyeri 6.
Do :
- Tampak wajah pasien meringis.
- Tampak pasien gelisah
- Tampak bersikap protektif saat
disentuh

2. Ds :
- Pasien mengatakan kesulitan saat Kerusakan Integritas Gangguan mobilitas fisik
menggerakan tangan kiri. Struktur Tulang
- Pasien mengatakan kesulitan
melakukan aktifitas menggunakan
tangan kiri (BAB)

Do :
- Tampak pasien terbaring di tempat
tidur
- kiri kanan
1 5
5 5
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri, meringis, bersikap protektif dan gelisah

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang


INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosis Keperawatan SLKI SIKI


Nyeri Akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri ( I.08238 ) :
pencedera fisik d.d intervensi keperawatan Observasi
pasien mengeluh nyeri, selama 7 jam, maka 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
meringis, bersikap diharapkan tingkat nyeri frekuensi, kualitas, intentitas nyeri.
protektif dan gelisah ( L.08066 ) menurun 2. Identifikasi faktor yg memperberat dan
( D.0077 ) dengan kriteria hasil : memperingan nyeri.
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun Teraupetik :
- Sikap protektif menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
- Gelisah menurun mengurangi rasa nyeri (kompres hangat/dingin)
2. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi:
1. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri

Kolaborasi :
1. Pemberian analgetik (ketorolax)

Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan Pembidaian (I.05180)


b/d Kerusakan integritas intervensi keperawatan Observasi
struktur Tulang (D.0054) selama 7 jam, maka 1. Indentifikasi kebutuhan dilakukan pembidaian
diharapkan mobilitas fisik (mis. Fraktur, dislokasi)
( L.05042 ) meningkat 2. Indentifikasi material bidai yang sesuai
dengan kriteria hasil :
- Gerakan terbatas Terapeutik
menurun 1. Minimalkan pergerakan terutama pada bagian
- Kelelahan fisik menurun yang cedera
2. Imobilisasi sendi diatas dan di bawah area
cedera
3. Gunakan kain gendongan (sling) secara tepat.

Edukasi
4. Anjurkan membatasi gerak pada area cedera
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi
Tgl Diagnosis Waktu Nama Perawat

03/08/22 Gangguan 13.05 1. Mengidentifikasi kebutuhan


mobilitas Fisik dilakukan pembidaian fraktur
b/d kerusakan Hasil :
integritas Foto rontgen radius distal
struktur tulang didapatkan fraktur tertutup
(D. 0054) pada tangan sebelah kiri

Nyeri Akut b.d 13.05 1. Mengidentifikasi lokasi,


agen karakteristik, durasi, frekuensi,
pencedera kualitas, intentitas nyeri.
fisik d.d Hasil :
pasien - Lokasi : Elbow sinistra
mengeluh Antero posterior (Ap) lateral
nyeri,meringis, - Karakteristik : nyeri tumpul ,
bersikap nyeri bertambah saat
protektif dan bergerak.
gelisah - Durasi : kurang lebih 1 menit
( D.0077 ) P : Pasien mengatakan nyeri
diakibatkan karena jatuh dari
tangga kos .
Q : Nyeri tumpul
R : Elbow sinistra Antero
posterior Ap lateral
S : Skala 6
T : Kurang lebih 1 menit

13.07 2.Mengidentifikasi faktor yang


memperberat dan
memperingan nyeri.
Hasil :
Pasien mengatakan nyeri
memberat saat bergerak dan
pasien mengatakan cara
untuk meringankan nyeri ialah
dengan imobilisasi lengan
yang sakit.

13.10 3.Memberikan teknik


non_farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat/dingin)
Hasil :
- Pasien mengatakan nyeri
berkurang saat di berikan
kompres air hangat/dingin.

13.25 2. Mengimobilisasi sendi di


Gangguan atas dan di bawah area
mobilitas Fisik cedera
b/d kerusakan Hasil : tampak terpasang
integritas perban elastis
struktur tulang
(D. 0054) 13.30 3. Menggunakan kain
gendongan secara tepat
Hasil : tampak terpasang
mitela pada tangan yang
mengalami fraktur

13.35 4. Menganjurkan membatasi


gerak pada area cidera
Hasil : tampak pasien
memahami anjuran yang
diberikan oleh perawat

13.40 5.Menganjurkan memonitor


Nyeri Akut b.d nyeri secara mandiri
agen Hasil :
pencedera Tampak pasien mengerti dan
fisik d.d melakukan teknik mengurangi
pasien nyeri (relaksasi napas dalam)
mengeluh yang diberikan perawat.
nyeri,meringis,
bersikap 4.Memfasilitasi istrahat dan
protektif dan 13.45 tidur Hasil :
gelisah - Tampak pasien beristirahat.
( D.0077 )
6.Mengobservasi pemberian
16.00 analgetik
Hasil :
Ketorolax 1 ampul /8 jam /IV
(Pre dan post Op)

Pasien Pulang
18.00
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama
TANGGAL Dx Evaluasi Keperawatan
Perawat
3-8-22 Nyeri Akut b.d agen S : Pasien mengatakan nyeri pada siku
pencedera fisik d.d sebelah kiri,dirasakan seperti nyeri tumpul
pasien mengeluh dirasakan pada saat bergerak dengan durasi
nyeri,meringis, kurang lebih 1 menit dan skala nyeri 6.
bersikap protektif dan
gelisah ( D.0077 ) O : Tampak pasien meringis, tampak pasien
gelisah, tampak pasien protektif pada siku
kiri.

A : Masalah nyeri akut belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
Gangguan mobilitas
Fisik b/d kerusakan S : Pasien mengatakan sulit menggerakkan
integritas struktur tangan bagian sebelah kiri
tulang (D. 0054)
O : Tampak pasien sulit menggerakkan
tangan sebelah kiri

A: Setelah dilakukan tindakan keperawatan


gangguan mobilitas fisik pasien belum
teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Diana., Topan, Heri Wibowo., Danang, Tri Yudono. (2021). Pengaruh Range of Motion (ROM)
terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Post Operasi Open Reduction Internal Fixation (ORIF) di RSUD
Ajibarang. SNPPKM

Firmala, Trio Hendra (2016). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Stiff Ness Elbow Joint Post.Orif
Epycondilus Lateral Sinistra di RSUD. Dr. Moewardi Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta

LeMone, Priscilla., Karen M.Burke., Gerene Bauldoff. (2015).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
gangguan Respirasi dan Gangguan Muskuloskeletal. EGC

Yuningsi.(2022). Bahan Mata ajar KMB II. Widiana

Anda mungkin juga menyukai