Oleh :
2024
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Hari :
Tanggal :
( ) ( )
TINJAUAN TEORI
FRAKTUR METATARSAL
A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Brunner dan Suddarth. 2016). Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Smelter & Bare, 2002).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan,
deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Rasjad, 2012)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpukan bahwa fraktur metatarsal adalah terputusnya
kontinuitas tulang yang dapat disebabkan oleh trauma, ruda paksa atau oleh penyebab patologis, yang
dapat digolongkan sesuai dengan jenis dan kontinuitasnya.
B. Klasifikasi
Klasifikasi fraktur menurut Rasjad, 2012 sebagai berikut:
1. Fraktur tertutup (simple fracture), yaitu fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit
sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan/tidak mempunyai hubungan dengan dunia
luar.
2. Fraktur terbuka (compound fracture), yaitu fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar
melalui luka yang ada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam), atau
from without (dari luar).
Derajat Patah Tulang terbuka:
a. Grade I: luka laserasi kurang <2 cm, sederhana, dislokasi fragmen minimal.
b. Grade II: luka laserasi >2 cm, kontusi otot disekitarnya, dislokasi fragmen jelas.
c. Grade III: Luka lebar, rusak hebat atau hilangnya jaringan disekitarnya, kominutif,
segmental, fragmen tulang ada yang hilang.
1. Fisura: disebabkan oleh cedera tunggal hebat atau terus-menerus yang cukup lama.
2. Fraktur komunitif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
3. Fraktur segmental: fraktur yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya.
4. Fraktur dahan hijau/greenstick: fraktur di mana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
5. Fraktur impaksi: fraktur di mana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainya.
6. Fraktur impresi/depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada
tulang tengkorak dan tulang wajah).
7. Fraktur kompresi: fraktur di mana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen pedis
2. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
3. Arteriografi ; curiga keerusakan vaskuler
4. CT Scan ; mendeteksi struktur fraktur
5. MRI ; mendeteksi jaringan lunak ( otot, tendon & ligamen )
G. Penatalaksanaan
1. Reposisi
2. Imobilisasi / Fiksasi (6 minggu)
3. Operasi ORIF (Open Reduction with Internal Fixation) dan OREF (Open Reduction with external
Fixation)
4. Rehabilitasi :
a. Non Weight Bearing (NWB): klien diajarkan untuk melakukan latihan pada ekstremitas yang
mengalami fraktur tidak boleh dilakukan aktivitas, sedangkan untuk tumpuan menggunakan
kaki yang sehat. Dilakukan selama 1 minggu.
b. Partial Weight Bearing (PWB): ekstremitas yang mengalami fraktur boleh untuk
menempelkan telapak kaki pada lantai dilakukan selama 1 bulan.
c. Total Weight Bearing (TWB): latihan bertumpu pada kaki yang sakit dengan menggunakan
alat bantu dilakukan selama 3 bulan.
Perawatan pasien fraktur terbuka
Fraktur terbuka terdapat resiko infeksi (osteomielitis, gas ganggren, dan tetanus). Tujuan
penanganan adalah meminimalkan kemungkinan infeksi luka, jaringan lunak dan tulang untuk
mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan tulang. Pasien dibawa ke ruangan operasi, di mana
luka dibersihkan, didebridemen dan irigasi. Fraktur direduksi dengan hati-hati dan distabilitasi
dengan fiksasi eksterna. Setiap kerusakan pada pembuluh darah, jaringan lunak, tendon, otot, dan
saraf diperbaiki. Ekstremitas ditinggikan untuk meminimalkan terjadinya edema. Status
neurovaskuler dikaji sesering mungkin. Suhu tubuh pasien diperiksa dengan interval teratur, dan
pasien dipantau mengenai adanya tanda infeksi. Penutupan primer mungkin tidak dapat dicapai
karena adanya edema dan potensial iskemia, cairan luka yang tidak dapat keluar, dan infeksi
anaerob. Luka yang sangat terkontaminasi sebaiknya tidak dijahit, dibalut dengan pembalut steril,
dan tidak ditutup sampai ketahuan bahwa daerah tersebut tidak mengalami infeksi. Profilaksis
tetanus diberikan. Biasanya, diberikan antibiotic intravena untuk mencegah atau menangani infeksi
serius. Luka ditutup dengan jahitan atau graft atau flap autogen pada hari ke-5 sampai ke-7.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Keperawatan
1. Identitas
2. Keluhan Utama (pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri (PQRST)
3. Riwayat klinis (Riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga)
4. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi (warna kulit dan tekstur kulit,sikatrik,benjolan,pembengkakan,posisi dan bentuk dari
ekstrimitas)
Palpasi (suhu kulit,jaringan lunak,tulang,penilaian deformitas yang menetap,nyeri tekan,edem)
Pergerakan (menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan,
pemeriksaan ROM)
5. Aktivitas/istirahat
Sirkulasi
a. Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
b. Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
c. Tachikardi
d. Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
e. Cailary refil melambat
f. Pucat pada bagian yang terkena
g. Masa hematoma pada sisi cedera
Neurosensori
a. Kesemutan
b. Deformitas, krepitasi
c. Kelemahan
Kenyamanan
a. nyeri tiba-tiba saat cidera
b. spasme/ kram otot
Keamanan
a. laserasi kulit
b. perdarahan
c. perubahan warna
d. pembengkakan lokal
6. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan terputusnya kontiunitas jaringan
b. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri
c. Perfusi perifer tidak efektif b.d kerusakan integritas struktur tulang
d. Gangguan integritas jaringan b.d Faktor mekanis (penekanan pada tulang, gesekan
7. Intervensi Keperawatan
Elizabeth J. Corwin. 2019. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Rasjad, Chairuddin, MD. P. 2012.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.Jakarta: PT. Yarsif Watampone
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta:
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia