Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATERNITAS

“Disusun Oleh”
(Kelompok 1)

Yulinda Liha Loni


Jini Marthen
Julia Krisdayanti Komba
Johniyanto U. Y. Randjawali
Andi Risal Solo

P0LITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha kuasa karna telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayahNyalah
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul makalah “KONSEP DASAR,
PENGERTIAN, JENIS, DAN MANFAAT KONSELING KB” tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini banyak mengalami kesulitan terutama di sebabkan oleh
kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah ini mungkin masih jauh dari kata sempurna. Dengan masih banyaknya
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca, dengan harapan kedepan supaya makalah ini dapat lebih
sempurna lagi dan berguna bagi kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………
1.1 Latar belakang……………………………………………………………………….
1.2 Rumusan Msalah…………………………………………………………………….
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………..
2.1 Konsep Dasar Konseling KB…………………………………………………………
2.2 Pengertian Konseling KB……………………………………………………………..
2.3 Jenis Konseling KB…………………………………………………………………...
2.4 Manfaat Konseling KB………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………...
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………
3.2 Saran…………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup
padat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah
237.556.363 dan pada tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia mencapai 253.609.643 jiwa.
Berdasarkan proyeksi penduduk yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun
2025, perkiraan penduduk Indonesia adalah sekitar 273,65 juta jiwa. Lebih lanjut angka laju
pertumbuhan penduduk tahun 2000-2010 sebesar 1,49% meningkat bila dibandingkan tahun
1990-2000 yaitu sebesar 1,45%. Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2014 diharapkan
turun menjadi 1,1% (BKKBN, 2014).

Salah satu upaya pemerintah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk


adalah melalui pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) bagi Pasangan Usia
Subur(PUS) dengan pemakaian kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah
satu upaya dalam program keluarga berencana untukpengendalian fertilitas atau menekan
pertumbuhan penduduk yang paling efektif. Di dalam pelaksanannya diupayakan agar semua
metoda atau alat kontrasepsi yang disediakan dan ditawarkan kepada masyarakat
memberikan manfaat optimal dengan meminimalkan efek samping maupunkeluhan yang
ditimbulkan(Asih dan Oesman, 2009).

Menurut efektifitas lamanya metode kontrasepsi ada dua macam yaitu Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan non MKJP. Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang
adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun,
efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari 3 tahun atau
mengakhiri kehamilan pada pasangan yang sudah tidak ingin tambah anak lagi. Jenis
metodeyang termasuk dalam kelompok ini adalah metoda kontrasepsi mantap (pria dan
wanita), implant, dan Intra Uterine Device(IUD) (BKKBN, 2011).

Hasil Riskesdas 2013, penggunaan KB saat ini (cara modern maupun cara
tradisional), untuk angka nasional meningkat dari 55,8%(2010) menjadi 59,7%(2013),
dengan variasi antar propinsi mulai dari yang terendah di Papua (19,8%) sampai yang
tertinggi di Lampung (70,5%). Dari 59,7% yang menggunakan KB saat ini, 59,3%
menggunakan cara modern: 51,9% penggunaan KB hormonal, dan 7,5% non-hormonal.
Menurut metodenya 10,2% penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), dan
49,1% non MKJP.Diantara penggunaan KB non MKJP tersebut, penyumbang terbesar adalah
pemakai KB suntikan.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional(RPJMN)2009-2014


tertuang mengenai percepatan pengendalian fertilitas melalui penggunaan kontrasepsi.
Dalam program ini peserta KB lebih diarahkan kepada Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang.Bloramerupakan salah satu Kabupaten dari lima Kabupatenyang pencapaian target
MKJP nya paling sedikit di Propinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 83%. Di Kabupaten Blora
pada tahun 2013 jumlah peserta KB aktif sebanyak 166.062 orang. Dari jumlah tersebut
akseptor KB IUD sebesar 9,24%, implant 12,46%, suntik 46,71%, pil 22,93%, MOW
4,90%, MOP 1,55% dan metode sederhana 2,21%. Pada tahun 2014 sampai dengan bulan
Nopember jumlah peserta KB aktif sebanyak 165.926 akseptor, yang terdiri dari akseptor KB
IUD 9,23%, implant 13,11%, suntik 46,75%, pil 22,57%, MOW 4,81%, MOP 1,50% dan
metode sederhana 2,03%. Dari data tersebut terdapat 4 Puskesmas yang angka akseptor KB
MKJP cukup banyak yaitu Puskesmas Jepon, Puskesmas Jiken, Puskesmas Banjarejo dan
Puskesmas Tunjungan sebanyak 9001 akseptor(BPMPKB, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Yang Dimaksud Dengan Konsep Dasar Konseling KB ?

2. Bagaimana Pengertian Konseling KB ?

3. Apakah Jenis Konseling KB ?

4. Apa Saja Manfaat Konseling KB ?

1.3 Tujuan

1. Dapat Mengetahui Tentang Konsep Dasar Konseling KB

2. Dapat Mengetahui Pengertian Konseling KB

3. Dapat Mengetahui Jenis Konseling KB


4. Dapat Mengetahui Manfaat Konseling KB

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dasar konseling KB

a. Pengertian Konseling KB

KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas. KB mencakup layanan, kebijakan, informasi, sikap,
praktik, dan komoditas, termasuk kontrasepsi, yang memberi wanita, pria, pasangan, dan remaja
kemampuan untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan dan memilih apakah dan / atau
kapan memiliki anak.

Program KB adalah suatu langkah-langkah atau suatu usaha kegiatan yang disusun oleh
organisasi-organisasi KB dan merupakan program pemerintah untuk mencapai rakyat yang
sejahtera berdasarkan peraturan dan perundang-undangan kesehatan. KB adalah mengatur
jumlah anak sesuai dengan keinginan dan menentukan kapan ingin hamil. Jadi, KB (Family
Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan
jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga
kecil, bahagia dan sejahtera.

Konseling adalah pertemuan tatap muka antara dua pihak, dimana satu pihak membantu
pihak lain untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri kemudian bertindak sesuai
keputusannya.

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana
(KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu
klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan
pilihannya. Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya
lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling adalah proses yang berjalan dan
menyatu dengan semua aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang
diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Dengan
informasi yang lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan kepada klien dalam
memutuskan ntuk memilih kontrasepsi (Informed Choice).

Beberapa Pengertian Konseling menurut para ahli:

1. Konseling adalah adalah prosespertukaran informasidan interaksi positif antara klien-petugas


untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat
keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi (Lusa, 2009).

2. Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan Keluarga
Berencana, bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan
yakni pada saat memberi pelayanan (Sulistyawati, 2011).

3. Konseling adalah suatu hubungan timbal balik antara konselor (bidan) dengan konseli (klien)
yang bersifat profesional baik secara individu atau pun kelompok, yang dirancang untuk
membantu konseli mencapai perubahan yang berarti dalam kehidupan (Yulifah, 2009).

Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu
pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat
kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah
kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas
menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka
pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak
dari klien/ masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan (Prof. dr. Abdul Bari
Saifuddin, 2003).

Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya
ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap,
akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya
mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien.
Tujuan konseling dalam kesehatan reproduksi dan KB :

1. Meningkatkan penerimaan. Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan,
berbicara dan komunikasi non-verbal meningkatkan penerimaan informasi mengenai KB oleh
klien.

2. Menjamin pilihan yang cocok. Menjamin petugas dan klien memilih cara terbaik yang sesuai
dengan keadaan kesehatan dan kondisi klien.

3. Menjamin penggunaan yang efektif. Konseling efektif diperlukan agar klien mengetahui
bagaimana menggunakan KB dengan benar dan mengatasi informasi yang keliru tentang cara
tersebut.

4. Menjamin kelangsungan yang lebih lama. Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik
bila klien ikut memilih cara tersebut, mengetahui cara kerjanya dan mengatasi efek
sampingya.

5. Agar klien dapat dan ingin merencanakan, membuat pilihan, dan klien tahu dimana mendapat
pelayanan kesehatan yang ditawarkan.

Hal-hal yang harus diperhatikan supaya konseling berhasil dengan baik adalah bahwa
konseling merupakan suatu kegiatan dalam hubungan antar manusia, dimana kita melakukan
serangkaian tindakan yang akhirnya akan memebantu peserta/ calon peserta memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.

2.2 Jenis Konseling KB

Jenis-jenis konseling dalam kesehatan reproduksi dan KB

Komponen penting dalam konseling dibagi 3 tahapan yaitu :

1. Konseling Awal

Konseling umum dapat dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB ) serta
kader yan sudah mendapatkan pelatihan onseling yang standar. Konselin umum sering
dilaukan dilapangan (nonklinik). Tugas utama dipusatkan pada pemerian informasi KB, baik
dalam kelompok kecil maupun secara perseorangan. Konseling umum meliputipenjelasan
umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan
dan fungsi reproduksi keluarga.

a. Bertujuan untuk menentukan metode apa yg diambil

b. Bila dilakukan dengan objektif langkah ini akan membentu klien untuk memilih yang
cocok untuknya.

2. Konseling Khusus

Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan / konselor. Pelayanan konseling
spesifik dilakukan di klinik dan diupayakan agar diberikan secara perorangan di ruangan
khusus. Pelayanan konseling di klinik dilakukan untuk melengkapi dan sebagai pemantapan
hasil konseling lapangan. Konseling spesifik berisi penjelasan spesifik tentang metode yang
diinginkan, alternatif, keuntungan-keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.

a. Memberi kesempatan klien untuk bertanya dan membicarakan pengalaman.

b. Mendapatkan informasi lebih rinci tentang konselingnya.

c. Mendapatkan bantuan untuk memilih dan mendapatkan penerangan lebih jauh tentang
penggunaannya.

3. Konseling Tindak Lanjut

Konseling pra dan pasca tindakan dapat dilakukan oleh operator / konselor / dokter / bidan.
Pelayanan konselin ini jga dilakukan di klinik secara perseorangan. Konseling ini meliputi
penjelasan spesifik tentang prosedur yang akan dilaksanakan (pra, selama dan pasca) serta
penjelasan lisan / instruksi tertulis asuhan mandiri.

a. Konseling lebih bervariasi dari konseling awal

b. Pemberi pelayanan harus dapat membedakan masalah yang serius yang memerlukan
rujukan dan masalah yang ringan yang dapat diatasi di tempat. Contohnya seperti
Informed Choice dan Consent.
1. Informed Choice

Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan tentang: Metode kontrasepsi yang
dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang paling sesuai dengan
dirinya atau keluarganya. Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan pemberian
informasi yang obyektif, akurat dan mudah dimengerti oleh klien. Pilihan yang diambil
merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia.

2. Informed Consent

Informed consent merupakan :

1. Bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur klinik suatu metode kontrasepsi yang
akan dilakukan pada klien.

2. Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi tertentu klien
tidak dapat melakukan hal tersebut.

3. Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung risiko terhadap keselamatan


klien (baik yang terduga atau tak terduga sebelumnya).

2.3 Tujuan dan Manfaat Konseling KB

Dalam memberikan konseling, penyedia layanan perlu mempunyai keterampilan


membangun relasi, empati, genuineness (kesesuaian tingkah laku seseorang dengan
perasaannya), penerimaan, kemajemukan kognitif, mawas diri, kompetensi, dan sensitivitas
terhadap keragaman budaya. Hal ini dapat meningkatkan keberhasilan konseling. Konseling KB
bisa dilakukan pada perempuan dan Pasangan Usia Subur (PUS), ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu
nifas. Konseling KB juga dilakukan berkelanjutan dengan pendekatan siklus hidup manusia.
Materi dalam konseling dapat berupa pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja, konseling
Wanita Usia Subur (WUS), konseling calon pengantin, konseling KB pada ibu hamil/promosi
KB pasca persalinan, pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan KB interval.
a. Tujuan Konseling

Tujuan dalam memberikan konseling KB kepada klien antara lain:

1. Meningkatkan penerimaan

2. Penerimaan klien terhadap konseling KB lebih baik ketika informasi disampaikan

dengan benar, terdapat diskusi bebas, dan komunikasi non verbal

3. Menjamin pilihan yang cocok

4. Konseling yang benar dapat membantu petugas dan klien dalam menentukan pilihan

terbaik metode KB sesuai dengan kebutuhan dan kondisi klien

5. Menjamin efektivitas penggunaan kontrasepsi

6. Konseling yang efektif dapat membantu klien mengetahui metode KB yang sesuai

dan mengatasi isu-isu yang keliru mengenai penggunaan kontrasepsi

7. Menjamin durasi pemakaian yang lebih lama

8. Durasi pemakaian KB dapat ditingkatkan dengan melibatkan klien dalam memilih

metode KB, memberikan pengetahuan klien tentang cara kerja dan efek samping

penggunaan KB, dan memberitahu klien kapan harus melakukan kunjungan ulang

b. Manfaat Konseling

Manfaat dalam memberikan konseling KB kepada klien antara lain:

1. Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan

reproduksinya

2. Puas terhadap pilihannya sehingga dapat mengurangi keluhan atau penyesalan

3. Memberdayakan klien untuk menentukan metode dan lama penggunaan alat

kontrasepsi
4. Membangun rasa saling percaya

5. Menghormati hak klien dan petugas

6. Menambah dukungan terhadap pelayanan KB

7. Menghilangkan rumor, mitos, dan konsep KB yang salah


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konseling adalah Proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara
sistematis dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan
penguasaan keterampilan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat
ini, masalah yang sedanga dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi
masalah tersebut.

3.2 Saran

Pembaca diharapkan dapat mengetahui serta memahami Program keluarga berencana


sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupannya tetapi tidak hanya terpaku pada makalah ini.
Karena masih banyak referensi terbaru yang dapat dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN & KEMENKES (2013) Survey demografi dan kesehatan Indonesia

(SDKI) 2012. Jakarta: BKKBN, KEMENKES.

Hartoyo. (2011). Studi Nilai Anak, Jumlah Anak yang Diinginkan dan Keikutsertaan Orang Tua
Dalam Program KB‟.Jurnal Ilmiah Keluarga dan Konseling. Vol 4, No.1, pp.37-45

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Situasi Keluarga Berencana Di Indonesia

promkes.kemkes.go.id/pentingnya-penggunaan-alat-kontrasepsi

journal.feb.unmul.ac.id/index.php/FORUMEKONOMI/article/view/5116

eprints.uad.ac.id/24374/1/buku%20ajar%20Keluarga%20Berencana%20dan%20Kontrasepsi.pdf

Anda mungkin juga menyukai