Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 1 No.

1, ISSN 2338-5006
ANALISIS KANDUNGAN UNSUR FOSFOR (P) DALAM
KOMPOS ORGANIK LIMBAH JAMUR DENGAN
AKTIVATOR AMPAS TAHU

Abdul Aziz
Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram Indonesia
E-mail : abdulaziez19@yahoo.co.id

ABSTRAK: Fosfor (P) merupakan zat yang dapat berpendar karena mengalami fosforesens, unsur
kimia yang memiliki lambang P dengan nomor atom 15. Fosfor termasuk unsur hara makro
esensial yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, tetapi kandungannya di dalam tanah
lebih rendah dibanding nitrogen (N), kalium (K), dan kalsium (Ca). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana analisis kandungan unsur fosfor (P) dalam kompos organik limbah
jamur dengan aktivator ampas tahu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu jenis penelitian yang
sistematis, logis, dan teliti di dalam melakukan kontrol terhadap kondisi yang ada. Analisis data
yang digunakan, yaitu SPSS 16.0 for Windows dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kompos kontrol dengan kompos perlakuan memiliki hasil tidak jauh beda,
secara berurutan yaitu (0.84%, 1.00%, dan 1.08%) dan yang tertinggi adalah sampel bawah.
Sedangkan kompos perlakuan 10:50 memiliki hasil secara berurutan yaitu (1.15%, 0.70%, dan
0.98%) hasil tertinggi terdapat pada sampel atas, kompos perlakuan 30:50 memiliki hasil secara
berurutan, yaitu (0.79%, 1.06%, dan 1.13% hasil tertinggi terdapat pada sampel bawah, dan
kompos perlakuan 50:50 memiliki hasil secara berurutan, yaitu (0.68%, 0.71%, dan 0.69%) hasil
tertinggi terdapat pada sampel tengah. Dapat disimpulkan bahwa, tidak ada pengaruh ampas tahu
dalam pembuatan kompos organik limbah jamur sebagai pengganti EM4, kecuali dengan
perlakuan 10:50 dan 30:50.

Kata Kunci: Unsur Fosfor, Kompos Organik Limbah Jamur, dan Ampas Tahu.

ABSTRACT: Phosphorus (P) is a fluorescent substance due to phosphorescence, a chemical


element that has the symbol P with atomic number 15. Phosphorus is an essential macro nutrient
essential for plant growth, but its content in soil is lower than nitrogen (N ), potassium (K), and
calcium (Ca). The purpose of this research is to know how to analyze the content of phosphorus
(P) element in organic compost of mushroom waste with dregs activator know. The method used
in this research is quantitative and qualitative. This type of research is experimental research,
which is a systematic, logical, and meticulous type of research in controlling the existing
conditions. Analysis of data used, namely SPSS 16.0 for Windows followed by Duncan test. The
results of this study indicate that compost control with compost treatment has not much different
results, respectively, ie (0.84%, 1.00%, and 1.08%) and the highest is the bottom sample. While
the composition of the treatment of 10:50 has a sequential result, ie (1.15%, 0.70%, and 0.98%)
the highest yield is in the upper sample, the compost treatment of 30:50 has the following results,
ie (0.79%, 1.06%, and 1.13 The highest yield was found in the bottom sample, and the 50: 50
treatment compost had a sequential result, ie (0.68%, 0.71%, and 0.69%) the highest yield was in
the middle sample.It was concluded that there was no effect of tofu waste in composting organic
mushroom waste in lieu of EM4, except with the treatment of 10:50 and 30:50.

Keywords: Phosphorus Element, Organic Mushroom Waste Compost, and Tofu Detritus.

PENDAHULUAN hidup manusia. Limbah organik yang


Masalah pembuangan limbah berasal dari aktivitas rumah tangga
yang tidak mengikuti peraturan hampir sebenarnya tidak berbahaya, sehingga
selalu berdampak negatif bagi lebih mudah ditangani dari pada limbah
lingkungan, baik dari segi estetika cair dan padat yang mengandung bahan
kesehatan lingkungan maupun kualitas
20
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 1 No.1, ISSN 2338-5006
berbahaya dari pabrik (Reginawanti, digunakan sebagai pakan ternak atau
2011). dibuang. Bila dilihat dari nilai gizi
Salah satu produksi limbah ampas tahu masih mempunyai
rumah tangga adalah industri tahu dan kandungan protein yang cukup dan
industri jamur. Industri tahu yang kandungan seratnya juga cukup tinggi
menghasilkan limbah merupakan salah (Erma, 2010).
satu sumber pencemaran udara berupa Paradigma pengelolaan limbah
bau busuk dan pencemaran sungai yang yang bertumpu pada pendekatan akhir
ada di sekitar pabrik. Limbah yang sudah saatnya ditinggalkan dan diganti
dihasilkan pabrik tahu berupa kulit dengan paradigma baru pengelolaan
kedelai, ampas, dan air tahu masih limbah. Paradigma baru memandang
dapat dimanfaatkan menjadi produk- limbah sebagai sumber daya yang
produk yang bermanfaat. Pada proses mempunyai nilai ekonomi dan dapat
pengolahan tahu akan dihasilkan dimanfaatkan, misalnya untuk energi,
limbah berupa ampas tahu yang apabila pupuk ataupun untuk bahan baku
tidak segera ditangani dapat industri. Pengelolaan limbah
menimbulkan bau tidak sedap seharusnya dilakukan dengan
(Ridayanti, 2011). Industri jamur atau pendekatan yang komperehensif dari
budidaya jamur merupakan salah satu hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu
industri rumah tangga yang produk yang berpotensi menjadi
menghasilkan suatu limbah. Selama ini limbah, sampai ke hilir, yaitu pada fase
sebagian besar masyarakat atau industri produk sudah digunakan, sehingga
memandang limbah tersebut sebagai menjadi limbah yang kemudian
barang sisa yang tidak berguna bukan dikembalikan ke media lingkungan
sebagai sumber daya yang dapat secara aman (Anonim, 2010).
dimanfaatkan. Selain limbah tahu limbah
Ampas tahu dalam jajaran Baglog jamur juga merupakan salah
bahan pangan termasuk barang satu limbah yang berpotensi
berkadar air tinggi, mudah rusak dan menimbulkan permasalahan
tidak dapat disimpan lama, biasanya lingkungan di sekitar kita. Salah satu
hanya mampu bertahan 48 jam dalam cara memanfaatkan limbah ini adalah
suhu ruang tanpa pengolahan. Ampas dengan cara mengomposkannya dan
tahu yang berkadar air tinggi sisa dijadikan sebagai pupuk organik.
pembuatan tahu menjadi sarang Pemanfaatan tentang limbah jamur
bakteri, jika dibuang ditempat lembab terdapat unsur-unsur seperti N, P, dan
dan berair disertai bau khas yang K yang dapat bermanfaat bagi tanah
mengandung komponen NH3, sehingga dan tanaman.
menimbulkan pencemaran lingkungan Menurut Alex (2011),
dan berpengaruh negatif pada Pengomposan merupakan proses
kelestarian lingkungan hidup. dimana bahan organik mengalami
Pencemaran tersebut dapat dicegah penguraian secara biologis, khusunya
dengan sebaik-baiknya dengan oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan limbah sebaik-baiknya. memanfaatkan bahan organik sebagai
Pemanfaatan ampas tahu sumber energi. Membuat kompos
sebagai substitusi makanan olahan adalah mengatur dan mengontrol
hanya terbatas sebagai cemilan dalam proses alami tersebut agar kompos
bentuk “Tempe Gembus” sebagian lagi dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini
21
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 1 No.1, ISSN 2338-5006
meliputi membuat campuran bahan dalam kompos organik limbah jamur
yang seimbang, pemberian air yang dengan aktivator ampas tahu.
cukup, pengaturan aerasi, dan
Petunjukan aktivator pengomposan. METODE PENELITIAN
Kompos terbentuk secara alami Penelitian ini telah dilaksanakan
berbentuk dari sampah organik yang pada tanggal 26 Maret sampai dengan 1
terurai oleh berbagai jenis mikroba, April 2013 di Balai Pengkajian
binatang yang hidup ditanah, enzim Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa
dan jamur. Proses terurainya ini Tenggara Barat. Instrumen yang
memerlukan kondisi tertentu, yaitu digunakan dalam penelitian ini, yaitu
suhu, udara, dan kelembapan. Waktu alat-alat yang digunakan seperti
pembetukan kompos rata-rata dalam 4- Spektrofotometer visible, oven
6 minggu sudah jadi. Suhu optimal pengering, vortex mixer, neraca
untuk pengomposan dan harus analitik ketelitian empat desimal, Labu
dipertahankan adalah 45-650C. Selain Kjedhal volume 50 ml, tabung dan
mengurangi masalah pembuangan block degestor kjedhal therm,
sampah, kompos yang dihasilkan dapat penggiling, tabung kimia volume 20
dimanfaatkan sendiri, sehingga akan ml, labu takar 50 ml, dilutor skala 0-10
menghemat pengeluaran pembelian ml/ pipet ukur volume 20 ml dan
pupuk organik yang kita butuhkan. dispenser skala 0-10 ml/ pipet ukur
Fosfor adalah zat yang dapat volume 20 ml. Sedangkan bahan yang
berpendar karena mengalami digunakan seperti kompos organik
fosforesens, unsur kimia yang limbah jamur, Larutan HNO3 pa 65%,
memiliki lambang P dengan nomor Larutan HCLO4 pa 70%, Larutan LaCl3
atom 15. Fosfor berupa non logam, 25.000 ppm, Larutan amonium
bervalensi banyak, termasuk golongan heptamolibdat 12 g, Larutan standar
nitrogen, banyak ditemui dalam batuan induk 500 ppm PO4, Larutan kalium
fosfat anorganik dan dalam semua sel antimoniltartat 0.275 g, 140 ml H2SO4
hidup tetapi tidak pernah ditemui dalam 1000 ml air bebas ion dan 0.53 g
dalam bentuk unsur bebasnya. Fosfor asam askorbat + 50 ml pereaksi pekat.
dapat berada dalam empat bentuk atau Jenis Penelitian eksperimen
lebih alotrop, yaitu putih/ kuning, merupakan jenis penelitian yang
merah, dan hitam/ ungu. digunakan untuk mencari pengaruh
Fosfor (P) termasuk unsur hara perlakuan tertentu terhadap yang lain
makro esensial yang sangat penting dalam kondisi yang terkendalikan
untuk pertumbuhan tanaman, tetapi (Sugiyono, 2012). Pendekatan yang
kandungannya di dalam tanah lebih akan digunakan dalam penelitian ini
rendah dibanding nitrogen (N), kalium adalah pendekatan kuantitatif dan
(K), dan kalsium (Ca). Fosfor berfungsi pendekatan kualitatif. Teknik
untuk memacu petumbuhan akar dan pengumpulan data yang digunakan
pembetukan sistem, memacu dalam penelitian ini adalah teknik
pertumbuhan bunga dan masaknya observasi dan teknik dokumentasi.
buah/ biji, dan menambah daya tahan Rancangan percobaan
tanaman terhadap serangan hama (experimental design) merupakan pola
penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk atau cara penerapan tindakan-tindakan
mengetahui kandungan unsur fosfor (P) (perlakuan dan non perlakuan) dalam
suatu percobaan pada kondisi/
22
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 1 No.1, ISSN 2338-5006
lingkungan tertentu yang kemudian f. Dinginkan dan encerkan dengan
menjadi dasar penataan dan metode H2O, kemudian volume
analisis statistik terhadap data hasilnya ditepatkan menjadi 50 ml, kocok
(Sugiyono, 2012). Penelitian ini hingga homogen, biarkan
menggunakan Rancangan Acak semalam atau disaring dengan
Lengkap (RAL). Percobaan ini terdiri kertas saring W-41 agar didapat
dengan 3 macam perlakuan berbeda ekstrak jernih (ekstrak A).
dan 1 kontrol, masing-masing g. Pengukuran P
perlakuan dikenakan ulangan sebanyak 1) Pipet 1 ml ekstrak B lalu
3 kali, 1 perlakuan diambil 3 sampel. masukkan ke dalam tabung kimia
Dalam penelitian ini menggunakan volume 20 ml (dipipet sebelum
perbandingan ampas tahu yang pengukuran K dan Na),
berbeda, yaitu 10:50, 30:50, dan 50:50. begitupun masing-masing deret
Adapun langkah-langkahnya sebagai standar P (standar campuran III).
berikut: 2) Tambahkan masing-masing 9 ml
1. Tahap persiapan pereaksi pembangkit warna ke
Menyiapkan alat dan bahan yang dalam setiap contoh dan deret
digunakan dalam pembuatan standar, kocok dengan Vortex
kompos organik limbah jamur. Mixer sampai homogen.
2. Tahap Pembuatan 3) Biarkan 15-25 menit, lalu diukur
a. Mengambil limbah jamur dengan Spektrophotometer pada
b. Mencampur limbah jamur dengan panjang gelombang 693 nm dan
ampas tahu dengan perbandingan dicatat nilai absorbansinya.
10:50, 30:50, dan 50:50, Data yang diperoleh diuji atau
kemudian ditaburkan dedak dan dianalisis secara Statistik dengan
kapur sirih. menggunakan metode One Way Anova
c. Menumpuk limbah tersebut dan (Analisis Varian Satu Arah) dengan
di siram dengan air gula, program statistical servicey solution
kemudian ditutup dengan terpal (SPSS 16.0) for Windows, kemudian
dan dibiarkan selama ± 1 bulan. dilanjutkan dengan uji Duncan.
3. Tahap pengamatan
a. Sediakan alat dan bahan yang HASIL PENELITIAN
akan digunakan. Dari hasil penelitian yang
b. Timbang teliti 0.5000 g contoh dilaksanakan mengenai analisis
kompos yang telah dihaluskan, kandungan unsur hara fosfor (P) dalam
kemudian dimasukkan ke dalam kompos organik limbah jamur dengan
labu Digestion/ lab-u Kjeldahl. aktivator ampas tahu dengan
c. Tambahkan 5 ml HNO3 dan 0.5 perbandingan yang berbeda, dapat
HclO4 kocok-kocok dan biarkan dilihat datanya sebagai berikut:
semalam. 1. Kompos Kontrol.
d. Panaskan pada Block Digestor Pembuatan kompos kontrol
mulai dengan suhu 100oC, setelah terdiri dari limbah jamur tiram dan
uap kuning habis suhu dinaikkan merang 50 kg, dedak 1 kg, kapur
hingga 200oC. sirih ¼ kg, dan EM4 100 ml/l semua
e. Destruksi diakhiri bila sudah bahan dicampur dan diaduk rata,
keluar uap putih dan cairan dalam kemudian di tumpuk menjadi
labu tersisa sekitar 0.5 ml. beberapa lapisan. Setiap lapisan
23
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 1 No.1, ISSN 2338-5006
disiram dengan air gula secukupnya mikroba.
dengan tujuan sebagai makanan

Tabel 1. Kandungan Hara Fosfor (P) dalam Kompos Organik Limbah Jamur.

2. Kompos Perlakuan 10:50; 30:50; sebagai pengganti EM4, semua


dan 50:50. bahan dicampur dan diaduk rata,
Pembuatan kompos kemudian di tumpuk menjadi
perlakuan 10:50, 30:50, dan 50:50 beberapa lapisan. Setiap lapisan
terdiri dari limbah jamur tiram dan disiram dengan air gula secukupnya
merang 50 kg, dedak 1 kg, kapur dengan tujuan sebagai makanan
sirih ¼ kg, dan ampas tahu 10 kg mikroba.

Tabel 2. Kandungan Hara Fosfor (P) dalam Kompos Organik Limbah Jamur.
Jumlah Unsur Hara Fosfor (P)
No. Sampel
Tiap Lapisan
1 10:50 atas 1.15%
2 10:50 tengah 0.70%
3 10:50 bawah 0.98%
4 30:50 atas 0.79%
5 30:50 tengah 1.06%
6 30:50 bawah 1.13%
7 50:50 atas 0.68%
8 50:50 tengah 0.71%
9 50:50 bawah 0.69%

Tabel 3. Hasil Hitungan ANOVA dengan SPSS 16.0 For Windows.

ANOVA
Nilai_Unsur_P
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .085 2 .042 1.408 .299
Within Groups .241 8 .030
Total .326 10

24
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 1 No.1, ISSN 2338-5006
Tabel 4. Hasil Analisis Uji Duncan.
Nilai_Unsur_P
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Ulangan N 1
1 4 .8650
2 4 .8675
3 3 1.0633
Sig. .179
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

PEMBAHASAN sampel bawah. Sedangkan kompos


Fosfor merupakan unsur untuk perlakuan 10:50 memiliki hasil secara
pertumbuhan di dalam tanaman, berurutan, yaitu 1.15%, 0.70%, dan
berfungsi untuk pembentukkan protein, 0.98% hasil yang tertinggi terdapat
lemak, biji-bijian. Fosfor di jumpai pada sampel atas, kompos perlakuan
dalam tanah dan tanaman dalam bentuk 30:50 memiliki hasil secara berurutan,
organik dan anorganik yang berperan yaitu 0.79%, 1.06%, dan 1.13% hasil
dalam proses pelepasan dan yang tertinggi terdapat pada sampel
penyimpanan energi dalam bawah, dan kompos perlakuan 50:50
metabolisme sesluler. Fosfor (P) memiliki hasil secara berurutan, yaitu
termasuk unsur hara makro esensial 0.68%, 0.71%, dan 0.69% hasil
yang sangat penting untuk tertinggi terdapat pada sampel tengah.
pertumbuhan tanaman, tetapi Jadi, hasil analisis unsur fosfor
kandungannya di dalam tanah lebih tertinggi terdapat pada kompos
rendah dibandingkan Nitrogen (N), perlakuan 30:50, kompos kontrol,
Kalium (K), dan Kalsium (Ca). Fosfor kompos perlakuan 10:50 dan terendah
sebagian besar dari pelapukan batuan pada kompos perlakuan 50:50.
mineral alami, sisanya berasal dari Sehingga dapat dikatakan bahwa, tidak
pelapukam bahan organik. Sebagian ada pengaruh ampas tahu sebagai
besar fosfor yang mudah larut diambil pengganti EM4 dalam pembuatan
oleh mikroorganisme tanah untuk kompos organik limbah jamur, kecuali
pertumbuhan, fosfor ini akhirnya dengan perlakuan 10:50 sampel atas
diubah menjadi humus (Alex, 2011). dan 30:50 sampel bawah, yaitu dengan
Berdasarkan hasil analisis hasil rata-rata di atas 1 koma sekian.
kandungan unsur fosfor (P) dalam Sedangkan untuk kompos kontrolnya
kompos organik limbah jamur dengan mengahasilkan kadar fosfor tertinggi
aktivator ampas tahu di Laboratorium terdapat pada sampel bawah dengan
BPTP NTB, memiliki hasil analisis nilai 1.08%. Kadar fosfor (P) yang
unsur fosfor (P) tidak jauh beda antara dihasilkan dalam kompos ini, yaitu
kompos kontrol dengan kompos dalam bentuk senyawa P2O5 (Difosfat
perlakuan 10:50, 30:50, dan 50:50. Pentaoksida).
Kompos kontrol memiliki hasil secara Berdasarkan hasil analisis
berurutan, yaitu 0.84%, 1.00%, dan menggunakan SPSS 16.0 for windows
1.08% dan yang tertinggi adalah didapatkan hasil Fhitung < Ftabel, berarti
25
Jurnal Ilmiah Biologi “Bioscientist” Vol. 1 No.1, ISSN 2338-5006
tidak terdapat perbedaan nyata dan Ho kompos organik limbah jamur, kecuali
dapat diterima. Sebaliknya jika Fhitung > dengan perbandingan 10:50 dan 30:50.
Ftabel, berarti terdapat perbedaan nyata
dan Ho dapat ditolak. Setelah dilakukan Saran
uji duncan Subset for alpha = 0.05 Pembuatan kompos organik
hanya terdapat satu, maka data yang limbah jamur sebaiknya menggunakan
dihasilkan tidak berbeda nyata. Jika EM4 dan membuat kompos perlakuan
Subset for alpha = 0.05 terdapat lebih dengan perbandingan 10:50 dan 30:50.
dari satu, maka data yang dihasilkan
berbeda nyata. DAFTAR RUJUKAN
Kompos kontrol dan perlakuan Alex, S. 2011. Sukses Mengolah
tersebut sudah bisa digunakan pada Sampah Organik menjadi Pupuk
tanaman yang memerlukan unsur fosfor Organik. Yogyakarta: Pustaka
sedikit untuk pertumbuhan bunga dan Baru Press.
pematangan buah pada tanaman
tersebut. Dilihat dari fungsi fosfor, Anonim. 2010. Pengaruh Kompos
yaitu pembentukan bunga dan buah, Berbahan Dasar Limbah Baglog
pembentuk inti sel dan dinding sel, Jamur terhadap Sifat Fisik Tanah
mendorong pertumbuhan akar muda, dan Pembibitan Tanaman
pemasakan biji, pembentukan klorofil, Markisa. Bogor: IPB.
penting unuk enzim-enzim pernapasan
dan pembentukan klorofil dan penting Erma, H. 2010. Ekperimen Pembuatan
dalam cadangan dan transfer energi. Sugar Pastry dengan Substitusi
Tepung Ampas Tahu. Semarang:
PENUTUP Universitas Muhammadiyah.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian Reginawanti, dkk. 2011. Pemanfaatan
yang dilakukan dapat disimpulkan Limbah Tahu dalam
bahwa, kandungan unsur fosfor (P) Pengomposan Sampah Rumah
dalam kompos organik limbah jamur Tangga untuk Meningkatkan
dengan aktivator ampas tahu hasilnya Kualitas Mikrobiologi Kompos.
tidak jauh beda antara kompos kontrol Bandung: Universitas
dengan kompos perlakuan. Kompos Padjadjaran.
kontrol hasil tertinggi terdapat pada
sampel bawah dengan kadar fosfornya, Ridayanti, dkk. 2011. Pembuatan Abon
yaitu 1.08%. Sedangkan kompos Ampas tahu sebagai Upaya
perlakuan 10:50 hasil tertinggi terdapat pemanfaatan Limbah Industri
pada sampel atas dengan kadar Pangan. Bogor: Universitas
fosfornya, yaitu 1.15%, kompos Djuanda.
perlakuan 30:50 hasil tertinggi terdapat
pada sampel bawah dengan kadar Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
fosfornya, yaitu 1.13%, dan kompos Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
dengan perlakuan 50:50 hasil tertinggi D. Bandung: Alfabeta.
terdapat pada sampel dengan kadar
fosfornya, yaitu 0.71%. Berarti tidak
ada pengaruh ampas tahu sebagai
pengganti EM4 dalam pembuatan
26

Anda mungkin juga menyukai