Pengaruh Kitosan Pada Pertumbuahn Anggrek
Pengaruh Kitosan Pada Pertumbuahn Anggrek
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada kerja sama yang terkait.
ABSTRAK
Kata kunci: kitosan, media MS, anggrek hibrida, pupuk lengkap (N:P:K =
20:20:20), Phalaenopsis
ABSTRACT
HALIDA ADISTYA PUTRI. Effect of Basic Medium Composition and Chitosan
on Growth of Protocorm Like Bodies (PLBs) and Planlet Phalaenopsis Orchid
Hybrids. Supervised by DEWI SUKMA.
Orchid propagation in its habitat with seed has a low rate of success,
because of orchid has no endosperm or food reserves. One of alternative that can
be used for orchid propagation is tissue culture. Tissue culture succes is affected
by medium composition. Murashige and Skoog (MS) basic medium composition
is a medium tissue culture made from pure chemical substances which relatively
expensive. Complete fertilizer commonly used as a replacement for MS basic
medium is a complete fertilizer, which is relatively inexpensive and practical.
Besides use suitable of basic medium composition, the addition of certain organic
compound can also increase growth, development and resistance to disease of
plant, such as chitosan. The research aims were to study the effect of basic
medium composition and chitosan on growth of PLBs and planlet Phalaenopsis
Orchid Hybrids. The designs used in this experiments were completely
randomized design with one factor, the factor was medium composition.
Protocorm Like Bodies (PLBs) clump E13 (V3 x PA) and plantlets E01 (MKW
002 x KHM 0421) were used as explant. This study consisted of two experiments
were the effect of medium composition on the growth of PLBs clump E13 and the
effect of medium composition on the growth of plantlets E01. Medium
composition for experiment 1 were half concentration of MS basic medium
(MS1/2), complete fertilizer (N: P: K = 20:20:20) (2 g L-1), MS 1/2 + chitosan 5
ppm and a complete fertilizer (N: P: K = 20:20:20) (2 g L-1) + chitosan 5 ppm.
All treatments of medium composition were by added 15% coconut water. The
results showed that the basic medium composition complete fertilizer (N: P: K =
20:20:20) (2 g L-1) can be used as an alternative medium Murashige and Skoog
(MS), because the medium composition complete fertilizer (N: P: K = 20:20:20)
(2 g L-1)increased the number of leaves , PLBs and plantlets higher than MS1/2
medium. Chitosan 5 ppm could not increased PLBs clump growth. Medium
composition for experiment 2 were complete fertilizer (N: P: K = 20:20:20) with
or without the addition of chitosan 5 ppm. All treatments of medium composition
added potato extract (50 g L-1), ambon banana extract (50 g L-1) and activated
charcoal (2 g L-1). The results showed that two treatment of composition medium
for planlets growth did not give better effect on planlets E01 growth. Composition
medium of complete fertilizer (N: P: K = 20:20:20) (2 g L-1) + potato extract (50 g
L-1) + ambon banana extract (50 g L-1) + activated charcoal (2 g L-1). The results
showed that the two treatments medium composition was not significantly
affected the number of leaves and roots of plantlets E01. Chitosan 5 ppm could
not increased planlet growth.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari sampai Mei 2015 ini ialah kultur
jaringan anggrek, dengan judul Pengaruh Komposisi Media Dasar dan Kitosan
terhadap Pertumbuhan Protocorm Like Bodies (PLBs) dan Planlet Anggrek
Phalaenopsis Hibrida.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Dewi Sukma, SP MSi selaku
pembimbing yang memberikan bimbingan, masukan, koreksi dan dukungan
dalam pembuatan karya ilmiah ini. Terima kasih juga diucapkan kepada teman-
teman dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu dan seluruh keluarga
atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anggrek merupakan tanaman famili Orchidaceae yang hidup lebih dari 120
juta tahun lalu dengan 35 000 spesies dan ratusan ribu persilangan (Andiani
2008). Anggrek merupakan tanaman hias yang memiliki nilai estetika yang tinggi.
Anggrek banyak diminati oleh konsumen baik dalam negeri maupun luar negeri,
karena anggrek memiliki berbagai macam variasi bentuk dan warna bunga yang
unik, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengguna atau hobiis anggrek.
Indonesia memiliki banyak sumber plasma nutfah anggrek, sekitar 5 000
spesies anggrek tersebar di Indonesia. Salah satu anggrek penting di Indonesia
adalah anggrek dari genus Phalaenopsis. Phalaenopsis merupakan anggrek sangat
populer baik di negara tropis maupun di negara subtropis. Anggrek bulan
(Phalaenopsis sp) merupakan salah satu anggrek kebanggaan Indonesia. Anggrek
spesies Phalaenopsis amabilis pernah dinobatkan sebagai bunga nasional yang
dijuluki Puspa Pesona. Anggrek tersebut memiliki ciri khas bunga berwarna putih
bersih dan lidah kuning keemasan (Rukmana 2000).
Populasi anggrek spesies Phalaenopsis asli Indonesia semakin berkurang
karena banyaknya pembukaan hutan untuk perkebunan, pemukiman penduduk
dan pertambangan. Hal tersebut mendorong para pemulia anggrek untuk
melakukan penyilangan-penyilangan anggrek. Negara yang saat ini telah
mengembangkan persilangan anggrek Phalaeopsis secara besar-besaran adalah
Taiwan. Ternyata keragaman spesies asli Phalaenopsis tidak cukup memuaskan
para penggemar anggrek, sehingga dilakukan teknik penyilangan. Teknik ini
diharapkan dapat menghasilkan anggrek hibrida kualitas unggul.
Tanaman anggrek dapat berkembangbiak secara vegetatif dan generatif.
Perbanyakan tanaman anggrek secara alami melalui biji memiliki tingkat
keberhasilan yang rendah, karena biji anggrek tidak memiliki endosperm atau
cadangan makanan. Biji anggrek dapat tumbuh jika bersimbiosis dengan
cendawan mikoriza yang menghasilkan nutrisi sebagai bahan energi untuk
pertumbuhan dan perkembangan perkecambahan biji-biji anggrek (Andiani 2008).
Salah satu alternatif untuk perbanyakan tanaman anggrek adalah kultur jaringan.
Kultur jaringan adalah teknik budidaya sel, jaringan dan organ tanaman dalam
suatu lingkungan yang aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut tumbuh menjadi
tanaman lengkap (planlet) (Santoso dan Nursandi 2003). Perbanyakan dengan
metode kultur jaringan menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak dan relatif
singkat.
Kesuksesan kegiatan kultur jaringan sangat ditentukan oleh pemilihan
media yang digunakan. Media kultur mengandung hara makro dan mikro yang
dibutuhkan oleh tanaman. Kebutuhan tiap tanaman berbeda pada hal komposisi
dan jumlah hara yang diperlukan (Santoso dan Nursandi 2003). Salah satu media
dasar yang biasa digunakan pada kultur jaringan anggrek adalah media MS
(Murashige dan Skoog) dengan setengah konsentrasi atau biasa disebut dengan
media MS1/2. Media dasar MS1/2 merupakan media yang terbuat dari bahan-
bahan kimia murni yang harganya relatif mahal. Penggunaan media alternatif
yang harganya terjangkau sangat diperlukan sebagai pengganti media dasar
(media MS1/2). Salah satu media alternatif adalah media yang terbuat dari media
pupuk lengkap yang mengandung hara makro dan mikro serta dapat memacu
pertumbuhan anggrek. Pupuk lengkap yang umum dipakai sebagai pengganti
media dasar MS adalah pupuk lengkap yang relatif lebih murah dan praktis.
Media MS 1/2 , Hyponex dan Hyponex + air kelapa 150 ml L-1 dapat
menghasilkan planlet sebesar 100 % yang berasal dari protocorm like bodies
(PLBs) di minggu ke-16 pada populasi hibrida anggrek Phalaenopsis (Andini
2013). Penelitian ini menggunakan media pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20)
yang diharapkan dapat digunakan sebagai media alternatif selain media dasar MS.
Selain penggunaan media dasar yang sesuai, bahan organik tertentu juga
dapat memacu pertumbuhan, perkembangan dan ketahanan tanaman terhadap
penyakit, diantaranya adalah kitosan. Penambahan kitosan 5 ppm dan air kelapa
15% pada media MS1/2 menghasilkan persentase planlet hidup tertinggi pada
Phalaenopsis amabilis (Raynalta 2013). Pertumbuhan anggrek dalam kultur
jaringan sangat bergantung pada komposisi media kultur yang digunakan, oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai komposisi media dasar
yang sesuai dan pengaruh kitosan untuk pertumbuhan anggrek Phalaenopsis
hibrida yang telah dihasilkan.
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Pemuliaan Anggrek
unggul baru yang siap dipasarkan. Terdapat tiga arah tujuan dalam pemuliaan
Phalaenopsis, yaitu bunga besar dan bulat, bunga berbentuk bintang dan petal
bersayap dan multiflora (Yusnita 2012).
Kitosan
mengganti bahan-bahan kimia untuk kultur jaringan, diantaranya air kelapa untuk
kultur jaringan anggrek. Berbagai penelitian menunjukkan komposisi untuk media
anggrek yang sesuai adalah 150 ml L-1. Menurut Krisantini dan Tjia (2011), air
kelapa mengadung sitokonin yang sangat aktif mendorong pembelahan,
pertumbuhan dan diferensiasi sel. Pertumbuhan dan multiplikasi PLBs anggrek
yang lebih baik menggunakan air kelapa diduga karena pertumbuhan PLBs lebih
sesuai dengan sitokinin alami dibandingkan sitokinin sintetik, karena komposisi
sitokinin alami yaitu air kelapa lebih kompleks dibandingkan sitokinin buatan
seperti BA dan kinetin (Andini 2013). Pisang ambon juga dapat digunakan untuk
media kultur jaringan, karena pisang ambon mengandung karbohidrat tinggi,
setiap 100 g berat kering pisang mengandung energi 136 kalori (Yuliarti 2010).
Penambahan ekstrak toge dan pisang dapat merangsang pertumbuhan akar
Phal.gigantea (Ramdan 2011).
Bahan komposisi media yang digunakan pada penelitian ini adalah media
MS1/2, pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20), kitosan, air kelapa, pisang ambon,
kentang , arang aktif, gula, agar-agar dan aquades. Bahan tanam yang akan
digunakan adalah hasil persilangan dengan kode penyilangan E01 (MKW 002 x
KHM 0421) dan E13 (V3 x PA). Alat yang akan digunakan dalam pembuatan
media dan penanaman planlet adalah Laminar Air Flow Cabinet (LAFC),
autoklaf, botol kultur berukuran volume 300 ml, timbangan analitik, gelas ukur,
pipet, pH meter dan magnetic stir.
Metode Percobaan
Metode Pelaksanaan
Aklimatisasi
Aklimatisasi dilakukan pada planlet E01 yang siap untuk diaklimatisasi.
Planlet yang akan diaklimatisasi dikeluarkan dari dalam botol dan dibersihkan
dari agar-agar yang menempel pada planlet. Planlet yang telah dibersihkan
kemudian direndam dalam larutan Agrept (2 g L-1) dan Dithane (2 g L-1). Planlet
yang telah kering ditanam menggunakan media sphagnum moss pada pot plastik
transparan. Planlet yang telah diaklimatisasi disiram dua kali sehari ditambahkan
vitamin B1.
Pengamatan Penelitian
Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan clump PLBs dan planlet
pada beberapa populasi anggrek Phalaenopsis hibrida pada enam komposisi
media tumbuh. Pengamatan dilakukan selama satu periode kultur (passage) di
media perlakuan in vitro, dengan satu passage adalah selama 8 minggu atau 1
MST (Minggu Setelah Tanam) – 8 MST. Pengamatan dilakukan dalam selang
waktu dua minggu.
A B C
1.50
1.00
0.50
0.00
MS ½ Pupuk lengkap MS ½ + kitosan 5 Pupuk lengkap
(N:P:K = 20:20:20) ppm (N:P:K = 20:20:20)
(2 g L-1) (2 g L-1) + kitosan 5
ppm
Gambar 2 Rata-rata jumlah clump PLBs populasi hibrida Phalaenopsis E13 yang
hidup pada berbagai komposisi media pertumbuhan
Tabel 1 Rata-rata pertambahan jumlah daun per botol kultur (3 clump PLBs)
pada perlakuan berbagai komposisi media menggunakan eksplan clump
PLBs populasi hibrida Phalaenopsis E13
Rata-rata pertambahan jumlah daun
a
Perlakuan MST
2 4 6 8
MS ½ 0.00b 3.36 1.42 3.83
Pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1) + 1.22a 3.36 1.19 2.72
MS ½ + kitosan 5 ppm 0.00b 0.83 1.28 0.72
Pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1) + 0.00b 0.13 0.11 0.91
kitosan 5 ppm
Uji F * tn tn tn
KK (%) 1.31T 7.00T 3.00T 5.68T
a
Semua perlakuan komposisi media ditambahkan air kelapa 15%, tn = tidak berbeda nyata pada
taraf 5 %, (*) = berbeda nyata pada taraf 5%, T = hasil transformasi log (x+10), KK = Koefisien
Keragaman, MST = Minggu Setelah Tanam. Angka-angka yang disertai huruf yang sama pada
kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan's Multiple Range Test (DMRT )
pada Probability (P<5%).
14
Hasil penelitian Andini (2013) media Hyponex (2 g L-1) + air kelapa 15%
menghasilkan pertambahan jumlah daun tertinggi (4.0) pada anggrek
Phalaenopsisi hibrida, diduga karena pupuk lengkap Hyponex mengandung 20%
N, sedangkan pada media MS ½ + air kelapa 15% hanya menghasilkan
pertambahan jumlah daun sebesar 1.9 saat 12 MST.
Tabel 2 Rata-rata pertambahan jumlah akar per botol kultur (3 clump PLBs) pada
perlakuan berbagai komposisi media menggunakan eksplan clump PLBs
populasi hibrida Phalaenopsis E13
Rata-rata pertambahan jumlah akar
Perlakuana MST
2 4 6 8
MS ½ 0.00 1.11 1.42 0.53
Pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1) 0.00 1.56 1.58 1.08
MS ½ + kitosan 5 ppm 0.00 0.00 0.83 0.83
Pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1) +
0.00 0.00 0.13 0.00
kitosan 5 ppm
Uji F - tn tn tn
KK (%) - 5.17T 3.61T 2.79T
a
Semua perlakuan komposisi media ditambahkan air kelapa 15%, tn = tidak berbeda nyata pada
taraf 5 %, T = hasil transformasi log (x+10), KK = Koefisien Keragaman, MST = Minggu Setelah
Tanam.
Tabel 3 Rata-rata pertambahan jumlah PLBs per botol kultur (3 clump PLBs)
pada perlakuan berbagai komposisi media menggunakan eksplan clump
PLBs populasi hibrida Phalaenopsis E13
Rata-rata pertambahan jumlah PLBs
Perlakuana MST
2 4 6 8
MS ½ 1.06ab 2.53 1.00b 1.47
Pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1) 1.14a 2.70 2.89a 1.33
MS ½ + kitosan 5 ppm 0.17bc 0.67 1.11b 2.11
Pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1) +
0.00c 0.07 0.11b 0.98
kitosan 5 ppm
Uji F * tn * tn
KK (%) 1.95T 5.90T 3.08T 5.44T
a
Semua perlakuan komposisi media ditambahkan air kelapa 15%, tn = tidak berbeda nyata pada
taraf 5 %, (*) = berbeda nyata pada taraf 5%, T = hasil transformasi log (x+10), KK = Koefisien
Keragaman, MST = Minggu Setelah Tanam. Angka-angka yang disertai huruf yang sama pada
kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan's Multiple Range Test (DMRT )
pada Probability (P<5%).
A B
Gambar 3 (A) Keragaan clump Protocorm Like Bodies (PLBs),(B) Beberapa
PLBs yang berwarna cokla saat 6 MST
Gambar 4 Planlet pada media media pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1)
Tabel 4 Rata-rata pertambahan jumlah planlet per botol kultur (3 clump PLBs)
pada perlakuan berbagai komposisi media menggunakan eksplan clump
PLBs populasi hibrida Phalaenopsis E13
Rata-rata pertambahan jumlah planlet
Perlakuana MST
2 4 6 8
MS ½ 0.00 1.11 0.89 0.61ab
Pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1) 0.00 0.22 2.78 1.20a
MS ½ + kitosan 5 ppm 0.00 0.00 0.83 0.67ab
Pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1)
0.00 0.00 0.07 0.00b
+ kitosan 5 ppm
Uji F - tn tn *
T T
KK (%) - 2.17 4.18 1.67T
a
Semua perlakuan komposisi media ditambahkan air kelapa 15%, tn = tidak berbeda nyata pada
taraf 5 %, (*) = berbeda nyata pada taraf 5%, T = hasil transformasi log (x+10), KK = Koefisien
Keragaman, MST = Minggu Setelah Tanam. Angka-angka yang disertai huruf yang sama pada
kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan's Multiple Range Test (DMRT )
pada Probability (P<5%).
2, 6 dan 8 MST (Tabel 5). Perlakuan komposisi media dasar tanpa penambahan
kitosan 5 ppm, menunjukkan rata-rata pertambahan diameter lebih tinggi
dibandingkan dengan media perlakuan lainnya saat 2, 6 dan 8 MST.
A B C D
Gambar 5 (A) Clump PLBs pada media MS1/2, (B) Clump PLBs pada media
pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1), (C) Clump PLBs pada
media MS1/2 + kitosan 5 ppm , (D) ClumpPLBs pada media pupuk
lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1) + kitosan 5 ppm
Tabel 5 Rata-rata pertambahan diameter clump PLBs per botol kultur (3 clump
PLBs) pada perlakuan berbagai komposisi media menggunakan eksplan
clump PLBs populasi hibrida Phalaenopsis E13
Rata-rata pertambahan
diameter clump PLBs (cm)
Perlakuana
MST
2 4 6 8
MS ½ 0.13a 0.01 0.25a 0.20a
Pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1) 0.06ab 0.10 0.17ab 0.19a
MS ½ + kitosan 5 ppm 0.03b 0.03 0.01 c 0.02b
Pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1)
0.04b 0.05 0.07bc 0.04b
+ kitosan 5 ppm
Uji F * tn * *
KK (%) 0.29T 0.41T 0.41T 0.30T
a
Semua perlakuan komposisi media ditambahkan air kelapa 15%, tn = tidak berbeda nyata pada
taraf 5 %, (*) = berbeda nyata pada taraf 5%, T = hasil transformasi log (x+10), KK = Koefisien
Keragaman, MST = Minggu Setelah Tanam. Angka-angka yang disertai huruf yang sama pada
kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan's Multiple Range Test (DMRT )
pada Probability (P<5%).
Tabel 6 Rata-rata pertambahan jumlah daun dan akar per botol kultur (5 planlet)
pada dua perlakuan komposisi media menggunakan eksplan planlet
populasi hibrida Phalaenopsis E01
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST
Perlakuana
Daun Akar Daun Akar Daun Akar Daun Akar
Pupuk lengkap (N:P:K =
1.33 1.33 2.00 5.67 3.00 0.67 2.67 0.67
20:20:20) (2 g L-1)
Pupuk lengkap (N:P:K =
20:20:20) (2 g L-1) + 2.67 0.67 3.00 2.67 4.67 2.67 2.67 3.67
kitosan 5 ppm
Uji t tn tn tn tn tn tn tn tn
a -1
Semua perlakuan komposisi media ditambahkan ekstrak kentang (50 g L ), ekstrak pisang ambon
(50 g L-1) dan arang aktif (2 g L-1), tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %, MST = Minggu Setelah
Tanam.
Aklimatisasi
komposisi media tidak berbeda nyata pada pertambahan jumlah daun (Tabel 7) dan
panjang daun (Tabel 8) saat aklimatisasi. Perlakuan komposisi media berpengaruh
nyata hanya pada rata-rata pertambahan lebar daun (Tabel 8).
A B
C D
Gambar 6 (A) Keragaan planlet E01 saat 8 MST, (B) Tanaman hasil aklimatisasi,
(C) Tanaman yang berasal dari media pupuk lengkap (N:P:K =
20:20:20) (2 g L-1), (D) Tanaman yang berasal dari media pupuk
lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1) + kitosan 5 ppm
Tabel 7 Rata-rata pertambahan jumlah daun pada tahap aklimatisasi dari planlet
populasi hibrida Phalaenopsis E01
Rata-rata pertambahan jumlah daun
Perlakuana MST
2 4 6 8
Tabel 8 Rata-rata pertambahan panjang dan lebar daun (cm) pada tahap
aklimatisasi dari planlet populasi hibrida Phalaenopsis E01
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST
Perlakuan a
PD LD PD LD PD LD PD LD
Pupuk lengkap (N:P:K =
0.67 0.30 0.39 0.25 0.29 0.13 0.07 0.18
20:20:20) (2 g L-1)
Pupuk lengkap (N:P:K =
20:20:20) (2 g L-1) + kitosan 5 0.29 0.23 0.19 0.14 0.20 0.14 0.03 0.03
ppm
Uji t tn * tn tn tn tn tn *
a -1
Semua perlakuan komposisi media ditambahkan ekstrak kentang (50 g L ), ekstrak pisang ambon
(50 g L-1) dan arang aktif (2 g L-1), PD = Panjang Daun, LD = Lebar Daun, tn = tidak berbeda nyata
pada taraf 5 %, (*) = berbeda nyata pada taraf 5%, MST = Minggu Setelah Tanam. Data diperoleh
dari 12 tanaman anggrek hibrida Phalaenopsis E01 pada masing-masing perlakuan komposisi media.
Hasil analisis statistik menunjukkan lebar daun berbeda nyata pada 2 MST
dan 8 MST (Tabel 8), dimana media pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1)
memilki rata-rata pertambahan lebar daun nyata lebih tinggi dibandingkan media
pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1) + kitosan 5 ppm (Tabel 8). Hasil
penelitian Sulistiana dan Sukma (2014), perlakuan kitosan dan asam salisilat tidak
berpengaruh nyata pada lebar daun terbesar Phalaenopsis amabilis.
Tabel 9 Persentase planlet yang hidup serta pertambahan jumlah dan panjang
akar (cm) pada tahap aklimatisasi dari planlet populasi persilangan
Phalaenopsis E01
8 MST
Perlakuana 4 MST
% h/t JA PA
6 MST
Pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1) 92.31 (12/13)
8 MST 1.67 0.34
Pupuk lengkap (N:P:K = 20:20:20) (2 g L-1) +
92.86 (52/56) 1.17 0.46
kitosan 5 ppm
Uji t - - tn tn
a
Semua perlakuan komposisi media ditambahkan ekstrak kentang (50 g L-1), ekstrak pisang ambon
(50 g L-1) dan arang aktif (2 g L-1), h/t = hidup/total, JA = Jumlah Akar, PA = Panjang Akar tn =
tidak berbeda nyata pada taraf 5 %, MST = Minggu Setelah Tanam.Data diperoleh dari 12 tanaman
anggrek hibrida Phalaenopsis E01 pada masing-masing perlakuan komposisi media.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ramdan. 2011. Kultur daun dan pangkal batang in vitro anggrek bulan raksasa
(Phalaenopsis gigantea J.J.Smith) pada beberapa media kultur jaringan
[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Raynalta E. 2013. Pengaruh komposisi media dalam pertumbuhan protocorm like
bodies, planlet, dan aklimitasi Phalaenopsis amabilis [skripsi]. Bogor (ID)
: Institut Pertanian Bogor.
Rindangdwiyani. 2012. Respon pertumbuhan bibit anggrek Dendrodium sp. Pada
saat aklimatisasi terhadap beragam frekuensi pemberian pupuk daun.
Jurnal Agrotrop. 2(2): 171-175.
Rukmana R. 2000.Budi Daya Anggrek Bulan.Yogyakarta (ID): Kanisius.
Santoso U, Nursandi F. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Malang (ID): UMM
Press.
Sulistiana E, Sukma D. 2014. Pertumbuhan anggrek Phalaenopsis amabilis pada
perlakuan chitosan dan asam salisilat. Bul. Agrohorti.2(1):75-85.
Suptijah P. 2006. Deskripsi karakteristik fungsional dan aplikasi kitin kitosan. Di
dalam: Santoso J, Trilaksani W, Nurhayati T, Suseno SH, editor. Prospek
Produksi dan Aplikasi Kitin-Kitosan sebagai Bahan Alami dalam
Membangun Kesehatan Masyarakat dan Menjamin Keamanan Produk.
Seminar Nasional Kitin-Kitosan 2006. 2006 Maret 16; Bogor, Indonesia.
Bogor (ID): Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 14-24.
Sutiyoso Y, Sarwono B. 2007. Merawat Anggrek. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Trepanier M, Lamy MP, Dansereau B. 2009. Phalaenopsis can absorb urea
directly through their roots. Plant Soil. 319:95-100.doi 10.1007/s11104-
008-9853-5.
Uthairatanakij A, Teixeira JA, Obsuwan K. 2007. Chitosan for improving orchid
production and quality. Orchid Science and Biotechbology. 1(1):1-5.
Wahyono D, Sjahriza TWA, Sugita P. 2009. Kitosan Sumber Biomaterial Masa
Depan. Bogor (ID): IPB Press.
Widiarsih S, Dwimahyani I. 2013. Aplikasi iradiasi gamma untuk pemuliaan
mutasi . Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis Bl.) Umur Genjah. Jurnal
Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. 9(1):59-66
Yuliarti N. 2010. Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga. Yogyakarta (ID): Lily
Publisher.
Yusnita. 2012. Pemuliaan Tanaman untuk Menghasilkan Anggrek Hibrida
Unggul. Lampung (ID): Lembaga Penelitian Universitas Lampung.
Yusnita, Handayani Y. 2011. Pengecambahan biji dan pertumbuhan seedling
Phalaenopsis hibrida in vitro pada dua media dasar dengan atau tanpa
arang aktif. Jurnal Agrotropika. 16(2): 70-75.
Yuwono T. 2012. Boteknologi Pertanian.Yogyakarta (ID): Gajah Mada
University Press.
Zasari M, Ramadiana S, Yusnita, Hapsoro D. 2010. Respon pertumbuhan tunas
dari protokorm-like bodies menjadi planlet anggrek Dendrobium hibrida in
vitro terhadap dua jenis media dan pemberian tripton. Jurnal
Agrotropika.15(1):23-27.
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda
Muhammad Thamrin dan Ibunda Chatimatun Nisa. Penulis dilahirkan di
Banjarbaru pada tanggal 13 Oktober 1992. Penulis adalah putri ketiga dari tiga
bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari MA PPMI Assalaam Sukoharjo dan
pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten praktikum
Tanaman Hias dan Bunga tahun 2015. Penulis aktif sebagai pengurus Dewan
Mushola TPB Asrama A4 pada tahun 2011, staf Departemen Fundrising and
Marketing LDK Al Hurriyyah pada tahun 2011 dan 2012. Penulis juga ikut serta
dalam kegiatan Kuliah Kerja Praktikum yang bertempat di Desa Rawa Gempol
Kulon, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang pada tahun 2014.