Kata kunci: bioaktif peptida, kacang gude, pepsin, derajat hidrolisis, antioksidan
ABSTRACT: The study of the effect of pepsin enzyme for the production of pigeon pea
(Cajanus cajan (L.) Millsp.) protein hydrolyzate which is active as antioxidants has been
carried out with variations in hydrolysis time of 0, 30, 60, 90, and 120 minutes. Enzymatic
protein hydrolysis is a very efficient method for producing bioactive peptides and also
showing antioxidant activity. This study was conducted to determine the concentration of free
amino acids released during the hydrolysis process, the value of hydrolysis degrees,
antioxidant activity, and the influence of hydrolysis time on antioxidant activity. Amino acid
concentrations were measured using standard amino acid leucine using a spectrophotometer
at λmax 570 nm and obtained the highest concentration of protein hydrolyzate at 2,4671 mg /
mL. The pepsin enzyme is able to hydrolyze proteins with the highest hydrolysis degree
value of 23.59%. Antioxidant activity was tested in vitro using DPPH radical and measured at
λmaks 517 nm. Based on the research of pigeon pea hydrolyzate it has the highest antioxidant
activity of 82.46%. The results showed the influence of the variation of hydrolysis time on
the increase in the number of free amino acids, the value of hydrolysis degrees, and
antioxidant activity. It is known that the longer the hydrolysis time, the results obtained
increase. The highest results in each of these processes occur at 120 minutes so that the
results are possible can still increase with the addition of hydrolysis time.
180
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 7, Nomor 2, Oktober 2019
181
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 7, Nomor 2, Oktober 2019
terhadap kulit biji kacang gude (warna ditambahkan HCl 10 N hingga mencapai
hitam) sehingga diperoleh kacang gude pH 2 (40 tetes) dengan pengocokan kuat.
kupas. Kacang gude kupas yang masih Selanjutnya, ditambah enzim pepsin (16
basah kemudian di oven pada 50 oC selama mg) lalu diaduk hingga homogen.
24 jam sehingga diperoleh kacang gude Hidrolisis dilakukan dengan variasi waktu
kupas kering. Kacang gude kupas kering 0, 30, 60, 90, 120 menit. Untuk hidrolisis 0
ini selanjutnya di blender lalu diayak menit, campuran larutan langsung diambil
dengan ukuran 60 mesh sehingga diperoleh (5 mL) dan dipanaskan dalam air mendidih
tepung kacang gude. (100 oC) selama 10 menit untuk
menonaktifkan enzim. Sisa larutan
Isolasi protein (Bamdad, et al. dengan diinkubasi dalam waterbath shaker pada
modifikasi) [5] suhu 47 oC dan diambil (5 mL) setiap
Tepung kacang gude (20 g) variasi waktu inkubasi. Isolat kacang gude
dimasukkan ke dalam gelas beker, yang telah terhidrolisis kemudian
kemudian diekstraksi dengan ditambahkan dipanaskan dalam air mendidih selama 10
200 mL NaOH 0,2% kemudian diaduk dan menit. Masing-masing hidrolisat dengan
diukur pHnya (pH 12). Campuran diaduk variasi waktu ditambahkan NaOH 0,1 N
menggunakan shaker rotator selama 60 hingga mencapai pH 5. Selanjutnya,
menit. Selanjutnya campuran dimasukkan hidrolisat protein disentrifugasi 5000 rpm
ke dalam tabung sentrifuge dan selama 15 menit pada 4 oC. Pelet dibuang
disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm dan supernatan yang diperoleh disimpan
selama 15 menit pada 4 oC. Supernatan pada suhu -20 oC sebelum dianalisis.
hasil sentrifugasi ditampung dan disimpan
pada 20 oC, sedangkan pelet diekstraksi Uji Kualitatif Asam Amino (Metode
kembali dengan setengah volume awal Ninhidrin)
NaOH (100 mL) hingga 2 kali Uji ninhidrin ini dilakukan dengan
pengulangan. Supernatan yang ditampung cara mencampur larutan uji dengan larutan
dari 3 kali pengulangan hasil sentrifugasi ninhidrin. Masing-masing larutan uji
kemudian ditambahkan HCl 2 N hingga disiapkan sebanyak 1 mL dan larutan
mencapai pH 4,5 dan dilakukan sentrifugasi ninhidrin sebanyak 5 mL. Campuran
kembali. Dari hasil sentrifugasi, pelet yang dipanaskan dengan suhu 100 selama 15
diperoleh dicuci dengan penambahan air menit. Pengujian yang dilakukan
suling (100 mL) kemudian pH diatur menunjukkan hasil yang positif, jika larutan
menjadi 4,5 dan disentrifugasi kembali. berubah warna menjadi warna biru-ungu.
Selanjutnya, supernatan hasil sentrifugasi
dibuang dan pelet (isolat protein) yang Penentuan Kadar Asam Amino (Metode
dihasilkan disaring menggunakan kertas spektrofotometri ninhidrin)
saring 110 mm yang telah diketahui Larutan standar asam amino (yang
beratnya lalu dioven pada 50 oC selama 4 diwakili leusin) disiapkan dengan
jam, kemudian ditimbang menggunakan mengencerkan larutan stok leusin 0,2 mM
neraca analitik dan dicatat beratnya. Hasil menggunakan pelarut yang sama yang
isolasi protein ini berupa fraksi protein digunakan untuk menyiapkan larutan
(isolat). sampel protein dan ditambahkan sebanyak
0,2 mL reagen ninhidrin. Sebanyak 0,2 mL
Pembuatan hidrolisat protein reagen ninhidrin juga ditambahkan ke
Hidrolisat dari kacang gude dibuat dalam 1 mL sampel hidrolisat protein yang
dengan cara menghidrolisis isolat protein akan diuji, ke dalam 1 mL larutan blanko,
menggunakan enzim pepsin. Isolat protein dan ke dalam 1 mL larutan protein yang
(4 gram) ditambah aquades (100 mL) tidak dihidrolisis. Semua campuran
sambil diaduk. Kemudian, campuran selanjutnya dibaca absorbansinya pada
182
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 7, Nomor 2, Oktober 2019
183
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 7, Nomor 2, Oktober 2019
184
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 7, Nomor 2, Oktober 2019
dengan NH3 sehingga membentuk senyawa banyak ikatan peptida yang terputus
kompleks dan menghasilkan warna biru- sehingga makin banyak asam amino yang
ungu. Semakin banyak ninhidrin pada zat terlepas.
uji yang dapat bereaksi, maka warna yang
timbul semakin pekat. Kompleks berwarna
biru-ungu tersebut menyerap pada panjang 3
gelombang 570 nm sehingga secara 2,4671
Konsentrasi (mg/mL)
kuantitatif metode ninhidrin ini juga dapat 2,5
digunakan untuk menentukan kadar asam 2 1,7354
amino bebas secara spektrofotometri. 1,5 1,1608
Pada penelitian ini menggunakan 1
standar asam amino leusin yang telah diuji 0,5 0,2751
menggunakan spektrofotometer dan 0,0005
hasilnya ditampilkan pada Gambar 2. 0
P0 P1 P2 P3 P4
Gambar 3. Kurva hubungan konsentrasi
1,4 asam amino dengan variasi waktu hidrolisis
1,2
Absorbansi
1
0,8 3.5 Penentuan derajat hidrolisis
0,6 Penentuan derajat hidrolisis
y = 0,21x + 0,1889
0,4 R² = 0,9951 menggambarkan indikator terjadinya proses
0,2 dan hasil hidrolisis. Selama proses
0
hidrolisis berlangsung, molekul protein
0 2 4 6
yang dikatalisis oleh enzim proteolitik akan
Konsentrasi Leusin (mg/mL)
mengalami pemutusan ikatan peptida.
Persentase ikatan peptida yang terlepas
Gambar 2. Kurva Standar Asam Amino akibat proses hidrolisis dapat dinyatakan
Leusin dengan derajat hidrolisis. Derajat hidrolisis
dalam proses hidrolisis protein kacang gude
Pada uji ninhidrin digunakan lima ditentukan dengan metode soluble SN-TCA
sampel hidrolisat protein kacang gude dengan prinsip pengukuran kadar nitrogen
dengan variasi waktu hidrolisis 0, 30, 60, yang terlarut dalam larutan trichloroacetic
90, dan 120 menit (P0, P1, P2, P3, P4) acid (TCA), setelah komponen yang tidak
ditampilkan pada Gambar 3. Dari terlarut mengalami pengendapan akibat
absorbansi sampel dilakukan perhitungan proses sentrifugasi. Keuntungan dari
dengan menggunakan persamaan regresi metode ini adalah proses analisisnya yang
sehingga diperoleh relatif lebih cepat dan praktis dibandingkan
hasil konsentrasi asam amino pada setiap metode lain.
pengulangan kemudian dihitung rata- Pembanding dalam penentuan derajat
ratanya. Data yang diperoleh menunjukkan hidrolisat ini adalah hidrolisat protein
bahwa semakin lama waktu hidrolisis kacang gude yang tidak dihidrolisis.
protein kacang gude maka kadar asam Penambahan TCA bertujuan untuk
amino bebas semakin tinggi. Hal ini mengendapkan sisa protein yang tidak
menunjukkan semakin banyak asam amino terhidrolisis karena TCA merupakan agen
bebas yang terlepas ke dalam sampel pengendapan atau presipitasi dimana ion
hidrolisat protein. Perubahan ini negatif TCA akan bergabung dengan
menunjukkan bahwa dengan bertambahnya protein yang berperan sebagai kation (pH
waktu hidrolisis oleh enzim pepsin makin larutan dalam kondisi asam hingga
185
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 7, Nomor 2, Oktober 2019
186
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 7, Nomor 2, Oktober 2019
187
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 7, Nomor 2, Oktober 2019
kacang gude paling tinggi sebesar 2,4671 [3] Maria C. Linder. Nutritional
mg/mL. Enzim pepsin mampu Biochemistry and Metabolism.
menghidrolisis dengan nilai derajat California State University, 1992.
hidrolisis tertinggi sebesar 23,59%. [4] Mathew C.K. and Van Holde K.E.
Hidrolisat protein kacang gude mempunyai Biochemistry, 2nd edition: 143,
aktivitas antioksidan tertinggi sebesar California. The Benjamin Cumming
82,46%. Variasi waktu hidrolisis Publishing Company, Inc., 1996.
berpengaruh terhadap peningkatan jumlah [5] Bamdad F. Dokhani S.H. Keramat J.
asam amino bebas, nilai derajat hidrolisis, and Zaerie R. The Impact of
dan aktivitas antioksidan. Hasil tertinggi Germination and in vitro Digestion on
pada masing-masing proses tersebut terjadi the Formation of Angiostensin
pada waktu 120 menit sehingga hasil Converting Enzyme (ACE) Inhibitory
dimungkinkan masih dapat meningkat Peptides from Lentil Proteins
dengan penambahan waktu hidrolisis. Compared to Whey Protein. Int. J. of
Biol. Biomol. Agric. Food and Biotech.
Eng. 2009, 3(1), 109-119.
5. DAFTAR PUSTAKA [6] AOAC. Official Methods of Analysis of
The Association of Official Analytical
[1] Samaranayaka A. G. P. and Li-Chan E.
C. Y. Food-Derived Peptidic Chemist, AOAC. Washington DC,
Antioxidants: A Review of Their 1995.
Production, Assessment, and Potential
Applications. Journal of Functional
Foods. 2011, 3, 229-254.
[2] Syarifuddin, M.U. Kapasitas
Antioksidan dan Stabilitas Ekstrak
Pigmen Antosianin Kulit Kacang Gude
Hitam (Cajanus cajan [Linn.] Millsp.)
dengan Variasi Pelarut. Skripsi,
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret, 2011.
188