Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 161 – 169
can increase the total of leaves and tidak membutuhkan perawatan yang rumit,
diameter of branch in 3 types of croton, on tahan terhadap suhu dan kekeringan, selalu
the other side, it can decrease the width of hijau dan berbunga, artistik, tidak
leaves, long, leaves, croen width, corner of membahayakan, mampu hidup pada
leaves and spesific large of leaves in 3 berbagai kondisi dan tanah serta tahan
types of croton. terhadap gangguan fisik. Tanaman Puring
banyak kita jumpai menghiasi jalur hijau,
Keywords: Puring, Green Line, Light taman-taman, perumahan dan di seluruh
Intensity, Plant Morphology pelosok Kota Malang karena memiliki
PENDAHULUAN kemudahan dalam pemeliharaan di lahan
marjinal dan keunikan yang khas pada
Kota Malang dikenal sebagai kota warna daunnya, namun sebagai tanaman
bunga, dikarenakan pada zaman dahulu hias di jalur hijau, tingkat intensitas cahaya
Malang dinilai sangat indah dan cantik yang diterima tanaman puring beragam
dengan banyak pohon-pohon dan bunga disebabkan oleh perbedaan naungan dari
yang berkembang dan tumbuh dengan keberadaan tanaman lain berupa perdu
indah dan asri. Pada saat ini, kota Malang atau pohon yang menaungi tanaman puring.
telah berkembang sedemikian pesat, Intensitas cahaya adalah banyaknya
sehingga harus diimbangi dengan energi yang diterima oleh suatu tanaman
kemampuan pemerintah kota dalam per satuan luas dan per satuan waktu
mempertahankan Ruang Terbuka Hijau (kal/cm/hari). Pada dasarnya intensitas
(RTH). Salah satu bentuk ruang terbuka cahaya matahari akan berpengaruh nyata
hijau (RTH) adalah jalur hijau atau taman terhadap sifat morfologi tanaman. Hal ini
kota. Menurut Dinas Kebersihan dan dikarenakan intensitas cahaya matahari
Pertamanan Kota Malang (2015) beberapa dibutuhkan untuk berlangsungnya
tahun terakhir ini tanaman yang memiliki penyatuan CO2 dan air untuk membentuk
nama latin Codiaeum variegatum yaitu karbohidrat (Asadi et. al, 1997). Menurut
puring telah dikembangkan menjadi icon Bey dan Las (1991), mekanisme pengaruh
tanaman hias Kota Malang. Puring radiasi surya pada tanaman terdiri atas
merupakan tanaman menahun berupa fotoenergi (fotosintesis) dan foto stimuls
perdu, tinggi antara 1 – 3 m. Batang yang terdiri atas proses pergerakan dan
bercabang banyak, bulat, berkayu, berkulit proses pembentukan (klorofil, pigmen,
tipis, kehijauan pada waktu muda kemudian perluasan daun, pertunasan dan
coklat setelah tua, daun tunggal berseling, pembungaan). Setiap tanaman atau jenis
tangkai daun membulat, panjang 1 – 4 cm, pohon mempunyai toleransi yang berlainan
bentuk daun beragam yaitu membundar, terhadap cahaya matahari.
membulat telur, mengipas, menjari, keriting,
permukaan mengkilap, licin, ukuran 2 – 10 BAHAN DAN METODE
cm x 5 – 38 cm (Webster, 1992). Menurut
Rahman (2008) puring adalah tanaman Penelitian dilaksanakan pada bulan
yang memiliki daun paling baik dalam Februari 2016 hingga April 2016 pada
menyerap unsur plumbum (Pb/timah taman median khususnya Jalan Ijen, Jalan
hitam/timbal) yang bertebaran di udara Veteran, dan UPT Kebun Pembibitan
terbuka yaitu 2,05 mg/liter. Selain sebagai Tanaman Hias Dinas Kebersihan dan
tanaman penyerap polutan, puring yang Pertamanan Kota Malang yang merupakan
dikenal juga dengan nama Croton jalan perkotaan dengan jalur hijau atau
digunakan sebagai tanaman hias karena taman kota yang didominasi oleh tanaman
keindahan keragaman corak dan warnanya. Puring. Pengamatan morfologi tanaman
Menururt Derlina (2001), dasar pemilihan dilakukan di Laboratorium Fisiologi
jenis tanaman hias yang dipakai untuk Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
menunjang program penghijauan kota yang Brawijaya. Penelitian dibagi menjadi 3
dilaksanakan juga didasarkan pada faktor bagian, yaitu: (1) inventarisasi, (2)
tanaman itu sendiri. Faktor tanaman seperti observasi, dan (3) analisa data. Tahap
163
inventarisasi dilakukan secara langsung ke menggunakan 3 tunas yang paling baru tiap
lapangan dengan mengumpulkan data tanaman dengan memotong batang puring
jenis-jenis puring yang terdapat di taman sepanjang 20 cm tiap tunas. Variabel yang
median jalan Veteran, taman median jalan diamati yaitu: (a) lebar daun, (b) panjang
Ijen, dan UPT Kebun Pembibitan Tanaman daun, (c) jumlah daun, (d) lebar tajuk, (e)
DKP Kota Malang yang sudah dipangkas sudut duduk daun, (f) diameter batang, dan
bersamaan pada bulan November 2015. (g) luas spesifik daun. Data dianalisis
Dari hasil inventarisasi didapatkan 103 titik dengan analisis ragam (ANOVA). Jika
yang terdapat tanaman puring di taman perlakuan menunjukkan pengaruh yang
median jalan Veteran, taman median jalan nyata terhadap hasil variabel pengamatan,
Ijen, dan UPT Kebun Pembibitan Tanaman maka dilakukan analisis regresi pada taraf
DKP Kota Malang, kemudian ditetapkan 5%.
lokasi observasi 3 jenis puring masing-
masing jenis dengan 6 level intensitas HASIL DAN PEMBAHASAN
cahaya yang berbeda yaitu A = 1000 lux ; B
= 2000 lux ; C = 3000 lux ; D = 4000 lux ; E Berdasarkan hasil pengamatan
= 5000 lux dan F = 12000 lux sehingga morfologi 3 jenis tanaman puring meliputi
ditetapkan 18 titik lokasi pengambilan lebar daun, panjang daun, jumlah daun,
sampel puring jenis Bali, Jet dan Chiang lebar tajuk sudut duduk daun, diameter
Mai. Tahap observasi berupa pengambilan batang dan luas spesifik daun menunjukkan
sampel dan pengumpulan data primer dan bahwa terdapat pengaruh nyata dari
sekunder. Objek yang diamati intensitas cahaya pada keragaan tanaman
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 161 – 169
Puring jenis Bali, Jet, dan Chiang Mai lebar dan panjang daun tanaman puring
berdasarkan analisa regresi. jenis Bali, Jet dan Chiang Mai. Grafik
menunjukkan makin meningkatnya tingkat
Puring Bali intensitas akan didapatkan lebar daun
Bersadasarkan hasil pengamatan (Gambar 1) yang semakin menurun. Dari
morfologi tanaman puring jenis Bali dengan hasil analisa regresi linier didapat suatu
6 tingkat intensitas cahaya menunjukkan persamaan pada lebar daun puring Bali y =
bahwa terdapat pengaruh nyata dari -0,0028x + 8,91, pada puring Chiang Mai y
intensitas cahaya pada lebar daun, panjang = -0,0013x + 5,5 dan pada puring Jet y = -
daun, jumlah daun, lebar tajuk, sudut duduk 0,0035x + 11,27. Berdasarkan koefisien
daun, diameter batang dan luas spesifik determinasi ketiga jenis puring tersebut
daun tanaman puring jenis Bali (Tabel 1). dapat disimpulkan bahwa keragaman lebar
daun puring yaitu 93% pada puring Jet,
Puring Jet 62% pada puring Bali dan 93% pada puring
Bersadasarkan hasil pengamatan Chiang Mai disebabkan oleh pengaruh
morfologi tanaman puring jenis Jet dengan intensitas cahaya. Serupa dengan lebar
6 tingkat intensitas cahaya menunjukkan daun, grafik hubungan intensitas cahaya
bahwa terdapat pengaruh nyata dari dan panjang daun 3 jenis tanaman puring
intensitas cahaya pada lebar daun, panjang menunjukkan penurunan dengan semakin
daun, jumlah daun, lebar tajuk, sudut duduk meningkatnya intensitas cahaya (Gambar
daun, diameter batang dan luas spesifik 2). Berdasarkan koefisien determinasi
daun tanaman puring jenis Jet (Tabel 2). ketiga jenis puring tersebut dapat
disimpulkan bahwa keragaman panjang
Puring Chiang Mai daun puring yaitu 94% pada puring Jet,
Bersadasarkan hasil pengamatan 84% pada puring Bali dan 74% pada puring
morfologi tanaman puring jenis Chiang Mai Chiang Mai disebabkan oleh pengaruh
dengan 6 tingkat intensitas cahaya intensitas cahaya. Grafik panjang daun
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh menunjukkan penurunan sesuai dengan
nyata dari intensitas cahaya pada lebar meningkatnya intensitas cahaya dan ukuran
daun, panjang daun, jumlah daun, lebar luas daun pada intensitas cahaya rendah
tajuk, sudut duduk daun, diameter batang 1000 lux lebih besar dibandingkan
dan luas spesifik daun tanaman puring jenis perlakuan lainnya. Hal ini sejalan dengan
Chiang Mai (Tabel 3). hasil penelitian Haryanti (2010)
menunjukkan bahwa tanaman yang tumbuh
Lebar dan Panjang Daun pada intensitas cahaya yang rendah sampai
Berdasarkan hasil analisa ragam cukup, menunjukkan ukuran luas daun lebih
regresi menunjukkan bahwa terdapat besar. Haris (1999) menyebutkan bahwa
pengaruh nyata dari intensitas cahaya pada peningkatan luas daun merupakan salah
165
25
20
Panjang Daun
15
(cm)
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 161 – 169
250,00
200,00
100,00
Bali y = -0,0619x + 178,3
50,00
R² = 0,84
0,00 CM y = -0,0663x + 222,84
0 5000 10000 R² = 0,73
Jet y = -0,0844x + 205,91
Intensitas Cahaya (lux) R² = 0,61
Gambar 3 Hubungan intensitas cahaya dan luas daun spesifik 3 jenis tanaman Puring
30
Jumlah Daun (helai)
25
20
15 Bali y = 0,0066x + 15,37
R² = 0,62
10
5 CM y = 0,0064x + 11,69
R² = 0,64
0
Jet y = 0,0075x + 15,58
0 5000 10000 R² = 0,79
Intensitas Cahaya (lux)
Gambar 4 Hubungan intensitas cahaya dan jumlah daun 3 jenis tanaman puring
per satuan bobot kering menjadi lebih menunjukkan bahwa penurunan intensitas
besar. cahaya dari 75% menjadi 55%
mengakibatkan penurunan jumlah daun
Jumlah Daun pada tanaman krisan. Kondisi ini
Berdasarkan hasil analisa regresi menunjukkan bahwa puring membutuhkan
didapat suatu persamaan regresi linier pada cahaya optimal untuk mendukung
jumlah daun puring Bali y = 0,0066x + 15,37 pertumbuhannya. Intensitas cahaya
pada puring Chiang Mai y = 0,0064x + merupakan komponen penting bagi
11,69 dan pada puring Jet y = 0,0075x + pertumbuhan puring, karena akan
15,58. Berdasarkan koefisien determinasi mempengaruhi proses fotosintesis yang
ketiga jenis puring tersebut dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan yang
disimpulkan bahwa keragaman jumlah daun ditunjukkan dari banyaknya jumlah daun
puring yaitu 79% pada puring Bali Jet, 64% yang diamati. Peningkatan intensitas
pada puring Chiang Mai dan 62% pada cahaya matahari merupakan sumber energi
puring Bali disebabkan oleh pengaruh utama untuk melakukan proses fotosintesis
intensitas cahaya, dimana grafik hubungan (Lakitan, 1993). Hasil fotosintesis akan
intensitas cahaya dan jumlah daun ditranslokasikan keseluruh jaringan
menunjukkan peningkatan sesuai dengan tanaman melalui floem, yang selanjutnya
bertambahnya intensitas cahaya sebaliknya energi hasil fotosintesis tersebut akan
semakin rendah intensitas cahaya maka dipergunakan tanaman untuk mengaktifkan
jumlah daun tanaman puring semakin pertumbuhan tunas, daun, dan batang
menurun. Hal ini sejalan dengan hasil sehingga tanaman tumbuh optimal.
penelitian Widiastuti et al, (2004)
167
50
40
Lebar Tajuk (cm) 30
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 161 – 169
1,00
Diameter Batang (cm)
0,80
0,60
Bali y = 0,0001x + 0,68
0,40 R² = 0,65
CM y = 0,0004x + 0,59
0,20 R² = 0,73
Jet y = 0,0003x + 0,56
0,00 R² = 0,72
0 5000 10000
Intensitas Cahaya (lux)
Gambar 7 Hubungan intensitas cahaya dan diameter batang 3 jenis tanaman puring
tanaman terlihat bahwa umumnya bila Pradnyawan, Sri. Mudyantini, Widya dan
tanaman tumbuh pada intensitas radiasi Marsusi. 2005. Pertumbuhan,
matahari terlalu rendah daun-daun lebih Kandungan Nitrogen, Klorofil dan
rimbun dan diameter batang lebih kecil. Karotenoid Daun Gynura procumbens
[Lour] Merr. pada Tingkat Naungan
KESIMPULAN Berbeda. Jurnal Biofarmasi 3(1):7-10.
Salisbury, F.B. 2000. Fisiologi Tumbuhan.
Berdasarkan hasil penelitian Bandung: Penerbit ITB Bandung
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Silitonga, R.R. 2007. Puring eksotis.
intensitas cahaya terhadap morfologi Jakarta: PT Buana Ilmu
tanaman puring meliputi perbedaan Populer.Simon and Schuster.
tampilan fisik daun, batang dan lebar tajuk Sumenda, L. Rampe, HL dan Mantiri.
pada 3 jenis puring.. Peningkatan intensitas 2011. Analisa Kandungan Klorofil
cahaya dapat meningkatkan jumlah daun Daun Mangga (Mangifera indica L.)
dan diameter batang pada 3 jenis tanaman pada Tingkat Perkembangan Daun
puring, sebaliknya peningkatan intensitas yang Berbeda. Bioslogos, 1(1): 20-24.
cahaya dapat menurunkan lebar daun, Sunarya, S. 2009. Respon Pertumbuhan
panjang daun, lebar tajuk, sudut duduk Bibit Generasi Kedua Sengon
daun dan luas daun spesifik pada 3 jenis [Paraserianthes Falcataria (L)
puring. Nielsen] Terhadap Berbagai
Intensitas Cahaya . Wana Mukti
DAFTAR PUSTAKA Forestry Research Journal 9(1):23-30.
Suryani, T.V. 2008. Galeri puring. Jakarta:
Ariany, S. Nirwan dan S. Abdul. 2013. Penebar Swadaya.
Pengaruh Kuantitas Cahaya terhadap Tamaki, K. And J. Naka. 1972.
Pertumbuhan dan Kadar Antosianin Physiological studies of the growing
Daun Dewa (Gynura Pseudochina process of Broad bean plants, effects
(L.) Dc) Secara In Vitro. E-Jurnal of shading on the growth and the
Agrotekbis 1(5):413-420. chemical Components in the various
Asadi D, Arsyad M, Zahara H, Darmijati. organs. Technology Journal
1997. Pemuliaan Kedelai untuk Agriculture of Kagawa University
Toleran Naungan dan Tumpangsari. 23(2):157-166.
Jurnal Agrobio Balai Penelitian Widiastoety, D dan F.A. Bahar. 1995.
Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor Pengaruh Intensitas Cahaya
1(2):15-20. Terhadap Pertumbuhan Anggrek
Chairudin, Efendi dan Sabarudin. 2015. Dendrobium. Jurnal Holtikultura
Dampak Naungan Terhadap 4(5):72-75.
Perubahan Karakter Agronomi dan Widiastoety, D., W. Prasetyo dan N.
Morfo-Fisiologi Daun pada Tanaman Salvania. 2000. Pengaruh Naungan
Kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Terhadap Produksi Tiga Kultivar
Jurnal Floratek 10(2):26-35. Bunga Anggrek Dendrobium. Jurnal
Derlina. 2001. Sistem Penghijauan Kota Holtikultura. Badan Penelitian dan
sebagai Sistem Penunjang Kelstarian Pengembangan Holtikultura. Pusat
Alam. Jurnal Pendidikan Science, Penelitian dan Pengembangan
25(1):40-49. Pertanian 9(4):302-306.
Ducrey M, 1992. Influence of cutting Widiastuti, Tohari dan S. Endang. 2004.
methods and dates on stump Pengaruh Intensitas Cahaya dan
sprouting in holm oak (Quercus ilex Kadar Daminosida Terhadap Iklim
L.)coppice. Annal of Forest Science Mikro dan Pertumbuhan Tanaman
49(1):449-464. Krisan Dalam Pot . Jurnal Ilmu
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan Pertanian 11(2):35-42.
dan Perkembangan Tanaman. PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta