NIM : 201810220311157
Kelas ; TP/4C
1. Teknologi Fermentasi
Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa
yang lebih sederhana dengan melibatkan mikroorganisme. Fermentasi sering disebut
sebagai teknologi untuk meningkatkan mutu bahan pangan. Secara umum semua produk
akhir fermentasi biasanya mengandung senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna
daripada bahan asalnya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa fermentasi juga berfungsi sebagai
salah satu cara pengolahan dalam rangka pengawetan bahan dan cara untuk mengurangi
bahkan menghilangkan zat racun yang dikandung suatu bahan. Substrat berperan penting
dalam fermentasi karena digunakan sebagai media tumbuh mikroba yang mengandung
zat-zat nutrisi yang dibutuhkan selama proses fermentasi berlangsung. Substrat dapat
berupa substrat sumber karbon dan substrat sumber nitrogen. Produk terfermentasi
umumnya mudah diurai secara biologis dan mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi
dari bahan asalnya. Hal tersebut selain disebabkan oleh sifat mikroba yang katabolik atau
memecah komponen-komponen yang komplek menjadi lebih sederhana sehingga lebih
mudah dicerna, tetapi juga dapat mensintesis beberapa vitamin yang komplek. Hasil
fermentasi sangat bergantung pada bahan pakan sebagai substrat, macam mikroba atau
inokulum dan kondisi lingkungan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
metabolisme mikroba tersebut.
2. Teknologi Enzimatis
Enzim berfungsi sebagai biokatalisator yaitu mempercepat laju suatu reaksi kimia
tanpa ikut terlibat dalam reaksi tersebut. Enzim mengubah molekul substrat menjadi hasil
reaksi (produk) yang molekulnya berbeda dari substrat tetapi enzim tidak ikut berubah
maka dari itu disebut biokatalisator. Enzim merupakan katalisator (protein katalitik)
untuk reaksi-reaksi kimia di dalam sistem biologi.
Sebagai katalis, enzim memiliki ciri khas yaitu bersifat tidak diubah oleh reaksi yang
dikatalisnya, enzim tidak mengubah kedudukan normal dari kesetimbangan kimia,
meskipun enzim mempercepat reaksi. Kinerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti, konsentrasi substrat, pH, suhu, dan inhibitor. Faktor tersebut dapat berpengaruh
pada stabilitas enzim yang merupakan sifat penting enzim dalam aplikasinya sebagai
biokatalis. Stabilitas enzim dapat didefinisikan sebagai kestabilan kinerja enzim selama
penyimpanan, penggunaan, dan kestabilan terhadap senyawa tertentu (asam, basa) serta
pengaruh temperatur dan pH ekstrim
METODE
Singkong segar dikupas kulitnya, dicuci hingga bersih, dipotong tipis-tipis dan tiriskan.
Siapkan air rendaman (media fermentasi) yang mengandung bakteri asam laktat sebanyak
1:9 (v/v). Rendam singkong dalam media fermentasi selama waktu perlakuan. Kemudian
singkong
dicuci sebanyak 3 kali dan tiriskan. Selanjutnya dikeringkan dalam oven suhu 50 °C
selama 24 jam. Kemudian dihaluskan menjadi tepung, diayak dan dikemas dalam
kemasan plastic
HASIL
Derajat Putih
Proses fermentasi menyebabkan penurunan derajat putih tepung singkong yang
dimodifikasi. Penurunan derajat putih diduga disebabkan oleh cairan kubis yang
teroksidasi yang ditambahkan pada air rendaman singkong. Air rendaman yang berwarna
keruh (komponen warna) yang menempel pada singkong menyebabkan penurunan
derajat putih tepung singkong namun dapat dikurangi dengan proses pencucian sehingga
penurunan derajat putih tidak banyak berpengaruh. Warnanya tidak akan sama dengan
tepung singkong tanpa modifikasi (control)
Suhu Gelatinisasi
Suhu gelatinisasi yang lebih rendah pada tepung singkong yang dimodifikasi secara
fermentasi
menunjukan bahwa hidrasi atau pengikatan air lebih mudah terjadi, sehingga pada suhu
yang
lebih rendah, granula pati sudah mulai tergelatinisasi.
Ph
Nilai pH terendah dijumpai pada tepung singkong termodifikasi dengan lama fermentasi
72 jam (4.03) diduga bahwa BAL menghasilkan asam laktat terbanyak. Seiring
bertambahnya lama fermentasi maka nilai pH tepung singkong termodifikasi semakin
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan modifikasi secara fermentasi dengan
bakteri asam laktat dapat menurunkan nilai pH dari tepung singkong
Kadar Air
Kadar air tertinggi terdapat pada tepung singkong dengan lama perendaman 72 jam
sedangkan terendah pada tepung singkong tanpa fermentasi (kontrol). Perlakuan
fermentasi menyebabkan naiknya kadar air tepung singkong secara nyata seiring dengan
bertambah waktu fermentasi sebaliknya terjadi peningkatan kadar air tepung singkong
secara nyata seiring berkurangnya waktu fermentasi
Kadar Pati (Amilosa:Amilopektin)
Hasil kadar pati tertinggi terdapat pada tepung singkong termodifikasi secara fermentasi.
Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan modifikasi secara fermentasi dapat meningkatkan
kadar pati tepung singkong. Terlihat bahwa semakin lama fermentasi cenderung
menaikkan kadar pati dari tepung singkong. Hal diduga bahwa selama proses fermentasi
berlangsung, terjadi penghilangan
zat gizi pada singkong seperti protein, lemak dan mineral.
METODE
Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Pektinolitik
Sampel limbah kulit buah jeruk dihaluskan dengan mortar steril dan kemudian ditimbang
tepat
sebanyak 5 g. Sampel tersebut diencerkan dengan seri pengenceran 10-1–10-6 dengan
larutan pengencer garam fisiologis (NaCl) 0,85%. Dari setiap pengenceran diambil
sebanyak 1 ml dan diinokulasikan secara pour plate dengan media pektin agar sebagai
media selektif bakteri pektinolitik. Inkubasi dilakukan pada suhu 37C dan 50C selama
24-48 jam. Pemurnian isolat dilakukan dengan quadrant streak. Morfologi koloni bakteri
diamati berdasarkan bentuk, tepian, elevasi, struktur dalam, warna dan diameter.
Karakterisasi isolat bakteri dilakukan berdasarkan morfologi koloni dan morfologi sel
isolat bakteri meliputi pewarnaan gram, pewarnaan endospora, dan pengukuran sel. Uji
biokimia dilakukan dengan uji katalase.
HASIL
Suhu optimum dari beberapa isolat adalah 35-55C. Menurut Grampp, et al., (1978),
Proses klarifikasi jus jeruk yang melibatkan enzim biasanya berlangsung pada suhu 35-
55oC. Oleh karena itu, enzim ini dapat digunakan dalam proses klarifikasi jus jeruk.
Adanya peningkatan suhu akan meningkatkan energi kinetik, sehingga menambah
intensitas tumbukan antara substrat dan enzim. Akan tetapi, peningkatan suhu lebih lanjut
akan menurunkan aktivitas enzim. Hal ini disebabkan karena enzim akan mengalami
denaturasi. Enzim mengalami perubahan konformasi pada suhu yang terlalu tinggi,
sehingga substrat terhambat dalam memasuki sisi aktif enzim (Yusriah dan Kuswytasari,
2013). Semakin tinggi afinitas enzim terhadap substrat pectin maka enzim tersebut akan
lebih berperan dalam proses klasifikasi jus jeruk. Enzim Pektinase tersebut dapat
menurunkan viskositas jus jeruk dan pektin cair 1%, meningkatkan kecerahan jus jeruk.
SUMBER:
Edam, Mariati. 2017. Aplikasi Bakteri Asam Laktat Untuk Memodifikasi Tepung
Singkong Secara Fermentasi. Jurnal Penelitian Teknologi Industri 9(1):1-8.
Widowati, Esti, dkk. 2014. Produksi dan Karakterisasi Enzim Pektinase oleh Bakteri
Pektinolitik dalam Klarifikasi Jus Jeruk Manis (Citrus cinensis). Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan 3 (1):17-20.