ANEKA RESEP KUE
Asam,Basa,Buffer dan pH
KIMIA
Kimia Organik
Pemisahan Senyawa dan campuran
Reaksi kimia
sifat kimia,fisika dan proses pemisahan senyawa
sifat koligatif larutan(penurunan titik beku)
Tanaman Obat
RSS
ALKALOID
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan
terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam
amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak
digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara
biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini.
1. Sifat-Sifat Fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N
seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer,
sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari
struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa
padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi.
Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik
berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa
bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan
protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.
2. Sifat-Sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada
nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron,
sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih
bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih
basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik
elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh
yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang
mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi,
terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-
oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan
jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa
organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah
dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
KLASIFIKASI
Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya bahwa alkaloid sebagai kelompok
senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal tentang alkaloid. Sistem klasifikasi yang diterima,
menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai (a) Alkaloid sesungguhnya, (b)
Protoalkaloid, dan (c) Pseudoalkaloid. Meskipun terdapat beberapa perkecualian.
(a) Alkaloid Sesungguhnya
Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas phisiologi yang
luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen dalam cincin
heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ; biasanya terdapat aturan tersebut adalah kolkhisin
dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan
alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.
(b) Protoalkaloid
Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan asam amino tidak
terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam
amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini.
Contoh, adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin.
(c) Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa.
Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh: konessin dan
purin (kaffein))
Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:
a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik
Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini adalah :
1. Alkaloid Piridin-Piperidin
Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk
dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana
tabacum dari famili Solanaceae.
2. Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum tulang
belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes
mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia
hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari
Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae)
3. alkaloid QuinolinMempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini
adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap
Plasmodium vivax
4. Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili
Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora
secondiflora
5. Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan
psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari
Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk
penyakit Leukimia dan Hodgkin‟s.
6. Alkaloid Imidazol
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada famili
Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua.
7. Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (fam
: Leguminocaea).
8. Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4
cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus.
9. Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari
feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini
ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae)
10. Alkaloid Purin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi (Coffea
arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis
dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili
Sterculiaceae dan Theobroma cacao.
b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik
Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon pada
rantai samping.
1. Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)
Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah satu atom karbon pada
rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora
secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale.
2. Alkaloid Capsaicin
Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum baccatum,
Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense.
Leave a Reply
Enter your comment here...
Guest
Log In
Log In
Log In
Name (required)
Website
Connecting to %s
Post Comment
Search
Search
Pages
o ALKALOID
o ANEKA RESEP KUE
o Asam,Basa,Buffer dan pH
o KIMIA
o Kimia Organik
o Reaksi kimia
o Tanaman Obat
Archives
o March 2011
o September 2009
o May 2009
o September 2008
Categories
o Uncategorized (10)
Bookmarks
o anemia ibu hamil
o blogx my sister
o IATT
o istilah
o kesehatan
o kumpulan cerpen
o kumpulan lagu
o materi bidan
o pmf uii
o robet PR
o SMA Q
o tanaman obat
o tumbuhan obat
Meta
o Register
o Log in
sayacintafarmasi http://hersipa.wordpress.com/alkaloid/
Skip to content
Home
About
← antivirus, antikanker, antijamur
alkaloid & antihistamin →
fitokimia
Posted on March 27, 2011 by sayacintafarmasi
SIFAT FISIKA
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N
seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer,
sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari
struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa
padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi.
Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik
berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa
bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan
protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.
SIFAT KIMIA
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada
nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron,
sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih
bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih
basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik
elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh
yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang
mengandung gugus amida. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah
mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi
ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan
berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam
dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering
mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk
garamnya.
KLASIFIKASI
Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya bahwa alkaloid sebagai kelompok
senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal tentang alkaloid. Sistem klasifikasi yang diterima,
menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai (a) Alkaloid sesungguhnya, (b)
Protoalkaloid, dan (c) Pseudoalkaloid. Meskipun terdapat beberapa perkecualian.
(b) Protoalkaloid
Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan asam amino tidak
terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam
amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini.
Contoh, adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin.
(c) Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa.
Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh: konessin dan
purin (kaffein))
Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini adalah :
1. Alkaloid Piridin-Piperidin Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang
termasuk dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana
tabacum dari famili Solanaceae. 2. Alkaloid Tropan Mengandung satu atom nitrogen dengan
gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang
ada pada otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa
belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili
Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp, Mandragora
officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae) 3. Alkaloid
Quinolin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah ;
Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap Plasmodium
vivax 4. Alkaloid Isoquinolin Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak
ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus
scoparius dan Sophora secondiflora 5. Alkaloid Indol Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1
cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia
serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang
sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk penyakit Leukimia dan Hodgkin‟s. 6.
Alkaloid Imidazol Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan
pada famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua. 7. Alkaloid Lupinan Mempunyai 2 cincin
karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (fam : Leguminocaea). 8.
Alkaloid Steroid Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang
mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus.
9. Alkaloid Amina Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan
tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin
atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae) 10. Alkaloid
Purin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi (Coffea
arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis
dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili
Sterculiaceae dan Theobroma cacao.
Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon pada
rantai samping. 1. Alkaloid Efedrin (alkaloid amine) Mengandung 1 atau lebih cincin karbon
dengan atom Nitrogen pada salah satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin
dari Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana,
Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale. 2. Alkaloid Capsaicin Dari Chile
peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum,
Capsicum frutescens, Capsicum chinense.
IDENTIFIKASI
Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang mengandung
alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman kering yang direfluks
dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan
filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam
klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila
hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang bersifat asam
dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan
endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa
berair juga harus diteliti untuk menentukan adanya alkaloid quartener. Prosedur Kiang-Douglas
agak berbeda terhadap garam alkaloid yang terdapat dalam tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau
laktat). Bahan tanaman kering pertama-tama diubah menjadi basa bebas dengan larutan encer
amonia. Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan kloroform, ekstrak dipekatkan dan
alkaloid diubah menjadi hidrokloridanya dengan cara menambahkan asam klorida 2 N. Filtrat
larutan berair kemudian diuji terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi
mayer,Dragendorff atau Bauchardat. Perkiraan kandungan alkaloid yang potensial dapat
diperoleh dengan menggunakan larutan encer standar alkaloid khusus seperti brusin. Beberapa
pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis alkaloid. Pereaksi sering didasarkan
pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi
seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan
merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam
nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium jodida
dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks silikon dioksida dan tungsten
trioksida. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar dalam halsensitivitas
terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang
sensitif dibandingkan pereaksi wagner atau dragendorff. Kromatografi dengan penyerap yang
cocok merupakan metode yang lazim untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran yang
kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan
kromatografi lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah
pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan memberikan noda
berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa beberapa
sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna
jingga dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam
fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida. Kebanyakan alkaloid bereaksi
dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi
khusus tersedia untuk menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (p-
dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat karakteristik biru
atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium amonium sulfat (CAS) berasam
(asam sulfat atau fosfat) memberikan warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna
tergantung pada kromofor ultraungu alkaloid. Campuran feriklorida dan asam perklorat
digunakan untuk mendeteksi alkloid Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru
fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah direaksikan dengan asam format dan fenilalkilamin
dapat terlihat dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan
vanilin-asam fosfat. Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam asam klorida 0,5 N,
sensitif terutama pada inti tripolon alkaloid kolkisin dan sejumlah kecil 1 μg dapat terdeteksi.
SIMPLISIA
1. Alkaloid Piridin-Piperidin
Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen, dengan struktur inti :
Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan : 1. Turunan Piperidin, meliputi piperini yang
diperoleh dari Piperis nigri Fructus; yang berasal dari tumbuhan Piperis nigri (fam : Piperaceae)
berguna sebagai bumbu dapur. 2. Turunan Propil-Piperidin, meliputi koniin yang diperoleh dari
Conii Fructus; yang berasal dari tumbuhan Conium maculatum (Fam: Umbelliferae) berguna
sebagai antisasmodik dan sedatif. 3. Turunan Asam Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh
dari Areca Semen; yang berasal dari tumbuhan Areca catechu (fam: Palmae) berguna sebagai
anthelmentikum pada hewan. 4. Turunan Pirinin & Pirolidin, meliputi nikotin yang diperoleh
dari Nicoteana Folium; yang berasal dari tumbuhan Nicotiana tobaccum (fam: Solanaceae)
berguna sebagai antiparasit, insektisida dan antitetanus. Tumbuhan yang juga mengandung
alkaloid ini adalah kuli dari Punica granatum (fam: Punicaceae) yang berguna sebagai taenifuga.
2. Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sumsum tulang
Berasal dari tumbuhan Datura stramonium, D. Metel (fam Solanaceae), tumbuh pada daerah
yang memiliki suhu yang panas daun dan bijinya mengandung alkaloid Skopolamin; berfungsi
sebagai antispasmodik dan sedative. Pada tumbuhan Hyoscyamus muticus dan H. Niger (fam
Solanaceae), tumbuh didaerah Amerika Selatan dan Kanada dikenal dengan nama Henbane
daun dan bijinya digunakan sebagai relaksan pada otot.
2. Kokain
Senyawa ini berfungi sebagai analgetik narkotik yang menstimulasi pusat syaraf, selain itu juga
berfungsi sebagai antiemetik dan midriatik. Zat ini bersal dari daun tumbuhan Erythroxylum
coca, E. Rusby dan E. Novogranatense (fam Erythroxylaceae). Kokain lebih banyak
disalahgunakan (drug abuse) oleh sebagian orang dengan nama-nama yang lazim dikalangan
mereka seperti snow, shabu-shabu, crak dan sebagainya. 3. Atropin, Apotropin dan Belladonina
Atropa dari bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata Atropos yang berarti tidak dapat
dibengjokkan atau disalahgunakan, ini disebabkan karena belladona merupakan obat yang sangat
beracun dan dapat menyebabkan kematian. Belladonna barasal dari bahasa Italia Bella artinya
cantik dan Donna artinya wanita. Bila cairan buah diteteskan pada mata akan menyebabkan
dilatasi dari pupil mata sehingga menjadi sangat menarik Akar dan daun tumbuhan Atropa
belladonna (fam Solanaceae) merupakan sumber dari senyawa ini, digunakan sebagai
antispamolitik, antikolinergik, anti asma dan midriatik. Zat ini merupakan hasil dari hiosiamin
selama ekstraksi sehingga tak dapat ditemukan dalam tanaman. Atropin yang dihasilkan secara
sintetik lebih mahal daripada yang berasal dari ekstraksi dari tanaman dan tidak dapat disaingi
harganya.
3. Alkaloid Quinolin
2. Akronisina
Berasal dari kulit batang tumbuhan Acronychia bauery (fam : Rutaceae, berfungsi sebagai
antineoplastik yang tealah diujikan pada hewan coba dan diharapkan mampu merupakan obat
yang efektif untuk kemoterapi neoplasma pada manusia.
3. Camptothecin.
Diperoleh dari buah, sebagian kayu atau kulit dari pohon Camptotheca acuminata (fam :
Nyssaceae), suatu pohon yang secara endemik tumbuh di daratan cina. Ekstrak dari tumbuhan ini
ternyata mempunyai keaktifan terhadap leukemia limpoid.
4. Viridicatin
4. Alkaloid Isoquinolin
1. Morfin
Penggunaan morfin khusus pada nyeri hebat akut dan kronis , seperti pasca bedah dan setelah
infark jantung, juga pada fase terminal dari kanker.Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang
menyertai : 1). Infark miokard; 2). Mioplasma;3). Kolik renal atau kolik empedu ; 4). Oklusio
akut pembuluh darah perifer , pulmonal atau koroner;5) perikarditis akut, pleuritis dan
pneumotoraks spontan dan 6). Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar , fraktur dan nyeri pasca-
bedah. Morfin diperoleh dari biji dan buah tumbuhan Papaver somniferum dan P. Bracheatum
(fam : Papaveraceae) salah satu hasil tanaman ini berupa hasil sadapan dari getah buah yang
dikenal sebagai “opium” yang berarti candu, Candu merupakan „ibu‟ dari morfin, mulanya
dikembangkan sebagai obat penghilang rasa sakit sekitar tahun 1810. Morfin dikategorikan
sebagai obat yang ajaib karena mampu mengurangi rasa sakit akibat operasi atau luka parah.
Pada saat dikonsumsi, obat ini menyebabkan penggunanya berada dalam kondisi mati rasa
sekaligus diliputi perasaan senang/ euforia seperti sedang berada dalam alam mimpi. Oleh karena
efek sampingnya yang berupa euforia ini, pada tahun 1811 obat ini diberi nama Morpheus sama
seperti nama dewa mimpi Yunani oleh Dr. F.W.A. Serturner, seorang ahli obat dari Jerman.
Pertengahan tahun 1850, morfin telah tersedia di seluruh Amerika Serikat dan semakin populer
dalam dunia kedokteran. Morfin dimanfaatkan sebagai obat penghilang rasa sakit yang membuat
takjub dokter-dokter pada masa itu. Sayangnya, ketergantungan terhadap obat tersebut
terlewatkan, tidak terdeteksi sampai masa Perang Saudara berakhir. Dengan adanya penggunaan
yang berlebihan yang terus menerus ataupun kadang-kadang dari suatu obat yang secara tidak
layak atau menyimpang dari norma pengobatan yang lazim maka hal tersebut dikatakan drug
abuse terlebih lagi apabila pada pemakaian morfin sebagai obat keras. Morfin tergolong kedalam
hard drugs yakni zat-zat yang pada penggunaan kronis menyebabkan perubahan perubahan
dalam tubuh si pemakai, sehingga penghentiannya menyebabkan gangguan serius bagi fisiologi
tubuh, yang disebut gejala penarikan atau gejala abstimensi. Gejala ini mendorong bagi si
pecandu untuk terus menerus menggunakan zat zat ini untuk menghindarkan timbulnya gejala
abstimensi.dilain pihak , dosis yang digunakan lambat laun harus ditingkatkan untuk
memperoleh efek sama yang dikehendaki (toleransi). Hard drugs menyebabkan ketergantungan
fisik (ketagihan ) hebat dan menyebabkan toleransi terhadap dosis yang digunakan.
2. Emetina
Senyawa ini berfunsi sebagai emetik dan ekspektoran, diperoleh dari akar tumbuhan Cephaelis
ipecacuanha dan C. Acuminata (fam : Rubiaceae) 3. Hidrastina dan Karadina Senyawa ini
berasal dari tumbuhan Hydrastis canadensis (fam : Ranunculaceae) dikenal pula sebagai
Yellowroot; bagian yang digunakan berupa umbi akar berkhasiat sebagai adstrigensia pada
radang selaput lendir. 4. Beberina Berupa akar dan umbi akar dari tumbuhan Berberis vulgaris
(dari Oregon), B. Amition (dari Himalaya), dan B. aristaca (India) dari familia Berberidaceae
yang berguna sebagai zat pahit/amara dan antipiretik.
5. Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol dengan inti seperti di bawah ini :
1. Reserpina
Merupakan hasil ekstraksi dari akar tumbuhan Rauwolfia serpentine dari suku Apocynaceae
yang terkadang bercampur dengan fragmen rhizima dan bagian batang yang melekat padanya.
Senyawa ini berfungsi sebagai antihipertensi. Dalam perdagangan terdapat 5 jenis yaitu R.
Serpentine, R. Canescens, R. Micratha, dan R. Tetraphylla. Selain sebagai anti hipertensi juga
berfungsi sebagai traqulizer (penenang),
Diperoleh dari tumbuhan Vinca rosea, Catharanthus roseus (fam : Apocynaceae) berupa herba
yang berkhasiat sebagai antitumor.
Berasal dari tumbuhan Strychnos nux-vomica dan S. ignatii (fam :Loganiaceae) yang terdapat di
Filifina, Vietnam dan Kamboja. Bagian tanaman yang diambil berupa ekstrak biji yang telah
kering dengan khasiat sebagai tonikum dalam dosis yang kecil sedangkan dalam pertanian
digunakan sebagai ratisida (racun tikus).
Simplisianya dikenal dengan nama Calabar bean, ordeal bean, chop nut dan split nut berupa biji
dari tumbuhan Physostigma venenosum (fam : Leguminosae) yang berkhasiay sebagai
konjungtiva pengobatan glaukoma.
Alkaloid ini asalnya berbeda dibandingkan dengan yang lain, sebab berasal dari jamur yang
menempel pada sejenis tumbuhan gandum yang kemudian dikeringkan. Jamur ini berguna
sebagai vasokonstriktor untuk penyakit migrain yang spesifik dan juga sebagai oxytoksik.
Diperoleh dari sisik jamur yang menempel pada tumbuhan Claviceps purpurea (fam:
Hypocreaceae), jamur ini merupakan parasit pada tumbuhan tersebut, selain itu jamur ini juga
terdapat pada tumbuhan Secale cornutum (fam: Graminae). 6. Kurare Diperoleh dari kulit batang
Stricnos crevauxii, C. Castelnaci, C. Toxifera (fam:loganiaceae) dan Chondodendron
tomentosum (fam: Menispermaceae) yang berguna sebai relaksan pada otot.
6. Alkaloid Imidazol
7. Alkaloid Lupinan
alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus, Cytisus scopartus (fam : Leguminocaea) dan
Anabis aphylla (fam : Chenopodiaceae) berupa daun tumbuhan yang telah dikeringkan
berkhasiat sebagai oksitoksik.
8. Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4
cincin karbon. Inti dari steroid adalah :
1. Germidina, Germitrina Diperoleh dari umbi akar tumbuhan Veratrum viride (fam: Liliaceae)
yang berguna sebagai antihipertensi.
2. Protoveratrin Diperoleh dari umbi akar tumbuhan Veratrum album (fam : Liliaceae) yang
berguna sebagai insektisida & antihioertensi.
3. Sevadina Diperoleh dari biji sebadilla (Sebadilla Semen) dari tumbuhan Schonecaulon
officinalis (fam: Liliaceae) berguna sebagai insektisida.
9. Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari
feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin.
1. Efedrina
Berasal dari herba tumbuhan Ephedra distachya, E. Sinica dan E. Equisetina (fam : Gnetaceae)
berguna sebagai bronkodilator. Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama Ma Huang dalam
bahasa Cina Ma berarti sepat sedangkan Huang berati kuning, hal ini mungkin dihubungkan
dengan rasa dan warnan simplisia ini. Selain dari persenyawaan alam, alkaliod ini juga dibuat
dalam bentuk sintetis garam seperti Efedrin Sulfat dan Efedrin HCl yang berbetuk kristal,
sifatsifat farmakologiknya sama dengan Efedrin dan dipakai sebagai simpatomimetik.
2. Kolkisina
Alkaloid ini berasal dari biji tumbuhan Colchicum autumnalei (fam : Liliaceae) berguna sebagai
antineoplasmik dan stimulan SSP, selain pada biji kormus (pangkal batang yang ada di dalam
tanah) tumbuhan ini juga mengandung alkaloid yang sama.
3. d- Norpseudo Efedrina
Senyawa di atas diperoleh dari daun-daun segar tumbuhan Catha edulis (fam : Celastraceae)
nama lain dari tumbuah ini dalah Khat atau teh Abyssina, tumbuhan ini berupa pohon kecil atau
semak-semak yang berasal dari daerah tropik Afrika Timur. Khasiat dari simplisia ini adalah
stimulan pada SSP.
4. Meskalina
Diperoleh dari sejenis tumbuhan cactus Lophophora williamsii (fam : Cactaceae) dikenal dengan
nama Peyote yang dapat menyebabkan halusinasi dan euphoria
Alkaliod ini diperoleh dari biji kopi Coffe arabica, C. Liberica (fam: Rubiaceae) mengandung
kafein. Aksi dari kopi pada prinsipnya di dasarkan pada daya kerja kafein, yang bekerja pada
susunan syaraf pusat, ginjal, otot otot jantung. tumbuhan lain yang juga mengandung caffein
seperti camellia sinensis (fam: Theaceae), cola nitida (fam starculiaceae).
Diperoleh dari biji tumbuhan Theobroma cacao (fam: Sterculaceae) yang berguna sebagai
diuretik dan stimulan SSP.
Senyawa Nitrogen
Asam Amino
Ada 2 golongan, yi aa protein (as. Glutamate, as. Aspartat, asparagin) dan aa non protein
(histidin, triptofan, sistein, metionin).
Sifat: tidak berwarna, ttitik leleh tinggi, larut dalam air, bentuk ester lebih mudah menguap
Penggolongan :
Deteksi :
1. Moniamin alifatik
Metilamin, heksilamin (tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi, mudah menguap, konsentrasi
>>> à bau tidak enakk)
1. Amina aromatic
1. KKt : n-butanol-HAc-H2O=4:1:5
2. 10 : ninhidrin : merah à ungu; 2-asetoasetilfenol 1% / EtOH à fluorosensi kuning
(spesifik)
3. 20 : ninhidrin à warna lemah (cenderung biru); na nitroprussid + asetanilid 10%
+Na2CO3 20% à biru
4. 30 : dragendorf à jingga
5. KGC : karena mudah menguap
6. KLT : selulosa MN 30, lebih baik gabungan KLT dan elektroforesis
Alkaloid
Reaksi warna :
1. Coffein : semua
2. Hyoscyamin (atropine) : wasicky à merah violet (pemanasan)
3. Kodein : HNO3(p) à kuning-coklat pucat ; Erdmann à hijau-coklat; frohde à hijau-biru;
mandolin à biru-violet; wasicky à merah terang (pemanasan); mecke à biru jadi ijo
4. Papaverin : hno3(p)à kuning pucat; Erdmann à kuning pucat; frohde à violet biru jadi
kuning; mandolin ? Biru hijau jadi biru; wasicky à jingga (pemanasan); marquis à merah
anggur jadi kuning jingga; mecke à hijau buri jadi merah jadi violet tua (pemanasan)
5. Morphin : HNO3(p) à jingga jadi kuning; Erdmann à kecoklatan; frohde à merah violet
jadi hijau; mandolin à violet; wasicky à merah terang (pemanasan); marquis à merah
violet; mecke à biru, biru hijau
6. Emetin : HNO3(p) à kuning jadi orange; Erdmann à hijau kuning; frohde à hijau
7. Strychnine : HNO3(p) à kuning; mandolin à biru violet jadi merah
Sintesis hyoscyamin :
Asam khorismat à asam prephenat à pretirosin, p-hidroksifenil piruvic acid, asam fenil piruvat à
fenilalanin
Leave a Reply
Guest
Log In
Log In
Log In
Name (required)
Website
Please log in to WordPress.com to post a comment to your blog.
Connecting to %s
Post Comment
Search
Search for:
Recent Posts
o toksik
o eksipien farmasetika
o barbital
o sulfonamida
o vitamin
Archives
o June 2011
o April 2011
o March 2011
o December 2010
Categories
o Uncategorized
Meta
o Register
o Log in
o Entries RSS
o Comments RSS
o WordPress.com
sayacintafarmasi
Theme: Twenty Ten Get a blog at WordPress.com
sayacintafarmasi
Skip to content
Home
About
← fitokimia
shampo dan pewarna →
alkaloid & antihistamin
Posted on April 3, 2011 by sayacintafarmasi
1. Reaksi Bouchardat
Cara: pada objek glass, taruh zat + talk lalu aduk-aduk, letakkan cincinnya dan taruh objek glass
di atas cincin tersebut. Taruh kapas di atasnya, yang dilihat yang di atasnya.
1. 2. Reaksi warna
Dengan asam kuat : H2SO4 pekat dan HNO3 pekat (umumnya menghasilkan warna kuning
atau merah)
Pereaksi Marquis
o Zat + 4 tetes formalin + 1 ml H2SO4 pekat (melalui dinding tabung, pelan-pelan)
→ warna.
o Pereaksi Forhde : larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat
1. 3. Reaksi Kristal:
2. Reaksi Kristal dragendorf
Pada objek glass, zat +HCl aduk, lalu teteskan dragendorf di pinggirnya dan jangan dikocok,
diamkan 1 menit à Kristal dragendorf
Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup dengan cover glass
à panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang terbentuk.
1. Pada objek glass, zat + asam lalu ditaburkan serbuk sublimat dengan spatel, sedikit saja
digoyangkan di atasnya à Kristal terlihat.
2. Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH sampai alkali + sol. Iodii lalu dipanaskan hingga
berwarna kuning (terbentuk iodoform), lalu lihat Kristal bunga sakura di mikroskop.
3. Reaksi Herapatiet. (reagen : air + spirtus + asam cuka biang + sedikit H2SO4 dan aqua
iod sampai agak kuning pada objek glass). Zat + 1 tetes reagen → kristal lempeng
(coklat/violet)
Reaksi Identifikasi:
2. Larutan zat dalam air +NaOH 0,1 N + 3 ml CCl4 à dikocok , dibiarkan à pisahkan lapisan
organik + sedikit tembaga à kocok à keruh lalu terbentuk endapan.
5. Reaksi Nelzer: Larutan zat dalam alkohol absolut + 1 tetes CuSO4 dan CS2 à coklat minyak.
8. Larutan zat dalam air + AgNO3 à endapan (AgCl), dicuci dengan air, + NH4OH à endapan
akan larut kembali.
1.2.1 Morfin
Sinonim : Dionin
Reaksi Identifikasi:
2. Zat + H2SO4 + FeCl3 à dipanaskan dalam air mendidih à biru + HNO3 à merah/coklat merah
tua.
Organoleptis : serbuk hablur atau hablur jarum mengkilat atau massa berbentuk kubus; putih;
tidak berbau; rasa pahit.
Reaksi Identifikasi:
1. Larutan zat dalam air +1 tetes FeCl3 à biru (hilang dengan penambahan asam/ etanol 95% /jika
dipanaskan).
2. Zat dilarutkan dalam campuran H2SO4 encer & air (1:19) + KI à coklat kuning.
3. Zat + H2SO4 + FeCl3 à dipanaskan dalam air mendidih à biru + HNO3 à merah/coklat merah
tua.
7. Reaksi SERULAS & LEFORT: larutan zat dalam H2SO4 encer + KI + CHCl3 à dikocok;
lapisan CHCl3 akan berwarna ungu.
8. Reaksi HUSEMAN: zat + H2SO4 pekat à dipanaskan di atas api sehingga dihasilkan apomorfin
+ HNO3 65% + KNO3 padat à violet merah lalu menjadi merah darah.
9. Larutan zat dalam air +AgNO3 à endapan (AgCl), dicuci dengan air, + NH4OH à endapan akan
larut kembali.
1.2.2 Kodein
1. Zat + H2SO4 + FeCl3 à dipanaskan dalam air mendidih à biru + HNO3 à merah/coklat merah
tua.
Reaksi Identifikasi:
1. Larutan zat dalam air + AgNO3 à endapan (AgCl), dicuci dengan air + NH4OH à
endapan akan larut kembali.
Organoleptis : serbuk hablur atau hablur berbentuk jarum halus; putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air panas
Reaksi Identifikasi:
1. Larutan zat dalam air dinetralkan dengan NH4OH encer + AgNO3 à endapan kuning perak
fosfat yang larut dalam HNO3 encer & dalam NH4OH encer.
2. Larutan zat dalam HNO3 encer + amonium molibdat à dihangatkan à endapan kuning kenari
terang.
Organoleptis : hablur atau serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit lalu pedas.
Reaksi Identifikasi:
1. Zat + H2SO4 + FeCl3 à dipanaskan dalam air mendidih à biru + HNO3 à tidak menghasilkan
warna merah /coklat merah tua.
8. Reaksi BOSMAN: larutan zat dalam H2SO4 encer + KMNO4 à dikocok dengan CHCl3; à
lapisan CHCl3 akan berwarna violet kemudian terbentuk endapan coklat.
9. Larutan zat dalam air + AgNO3 à endapan (AgCl), dicuci dengan air + NH4OH à endapan
akan larut kembali.
Reaksi Identifikasi:
3. Larutan zat + H 2SO 4 pekat à Tidak berwarna , Lalu + Formaldehid àWarna merah
- HgCl2
- K 3Fe(CN)6
- Asam pikrat
3.1 Kofein
Organoleptis: Serbuk atau bentuk jarum mengkilat biasanya menggumpal. Berwarna putih,
Rasanya pahit, Tidak berbau Bersifat netral terhadap kertas lakmus.
Kelarutan : Dalam air = 1:20, mudah larut dalam spiritus dan CHCl3, sukar larut dalam
eter, agak sukar larut dalam etanol 95%.
Reaksi Identifikasi:
1. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan pada suhu 80 selama 4 jam dan
didispersikan dalam paraffin cair pekat menunjukan maksimum hanya pada panjang gelombang
yang sama seperti pada kofein PK.
2. Reaksi Murexide: Violet. Warna ini akan hilang jika ada penambahan larutan alkali.
3. Larutan zat dalam air + I2 à tidak terjadi nedapan; + HCl à endapan Coklat, larut dalam NaOH
1. Larutan zat + larutan tannin dalam air àendapan putih dalam reagen berlebih
2. Larutan jenuh + larutan HgCl2 5% à endapan putih, rekristal dengan pemanasan akan
tampak kristal jarum panjang
3. Reaksi Zwikker à batang panjang tidak berwarna
3.2 Diuretin
Reaksi Identifikasi:
3.3 Theobromin
Reaksi Identifikasi:
1. Raksi Murexide ( + )
2. Parri (- )
3. Zat + larutan tannian à Endapan putih
4. Zat + HCl + Aq. Iod àEndapan coklat à hijau tua
5. Reaksi Kristal
Dragendorf
Fe-kompleks
Cu-kompleks
3.4 Theofillin
Organoleptis : Serbuk hablur, berwarna putih, tidak berbau, rasa pahit, mantap di udara.
Kelarutan : Dalam air = 1:180, dalam spiritus = 1:80, tidak larut dalam eter, sukar larut dalam
CHCl3, mudah larut dalam air panas, larut dalam 120 bagian etanol 95%, mudah larut dalam
alkali hidroksida dan dalam ammonia encer.
Reaksi Identifikasi:
1. Raksi Murexide ( + )
2. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium
bromide menunjukan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada
teofilin BPFI
3. Larutan jenuh + larutan tannin àendapan yang larut dalam pereaksi yang berlebihan
4. Fluoresensi
1. Larutan + NH4OH + AgNO3 à Endapan seperti selai yang larut dalam HNO3
1. Reaksi Kristal
Mayer
Bouchardat
Dragendorf
Fe-kompleks
Cu-kompleks
Sublimasi
3.5 Aminofillin
Organoleptis : Bubuk atau serbuk, berwarna putih agak kekuningan, bau lemah mirip
amoniak, rasanya pahit
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air, jika dibiarkan mungkin menjadi keruh, Praktis tidak larut
dalam etanol 95% , Praktis tidak larut dalam eter
Reaksi Identifikasi:
1. Larutkan zat dalam 10 ml air, netralkan dengan asam klorida encer à endapan putih. Saring
lalu cuci endapan dengan air, keringkan pada suhu 105 ; suhu lebur endapan lebih kurang 272.
Lakukan idendifikasi lagi:
Kelarutan : Mudah larut dalam air hangat. Jika diencerkan dengan volume air sama,
pelahan-lahan kofeina terpisah sebagian yang dengan penambahan air larut kembali.
Reaksi Identifikasi:
1. Larutkan lebih kurang 20 kurang 20 mg dalam 1 ml asam klorida dalam cawan porselen,
tambahkan 100 mg kalium klorat, uapkan di atas air hingga kering. Tempatkan cawan
terbalik di atas bejana yang berisi beberapa tetes ammonia; sisa berwarna lembayung
yang dengan penambahan larutan alkali akan hilang.
2. Pada 5 ml larutan 1% b/v tambahkan 1 ml larutan raksa (III) sulfat, panaskan hingga
mendidih, tambahkan 1 ml larutan kalium permanganate: terbentuk endapan putih.
3. Hablurkan kembali sisa yang diperoleh pada Penetapan kadar kofeina dengan air panas,
keringkan pada suhu 80 selama 4 jam; suhu lebur hablur antara 235 dan 237.5
Organoleptis : Bubuk kristal jarum, mengkilap, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
berbau, rasa sangat pahit.
Reaksi Identifikasi:
Kelarutan : dalam air (1:4800), spiritus (1:1). Dalam H2SO4 berfluoresensi biru kuat
Reaksi Identifikasi:
1. Reaksi Thalleiochin → hijau zamrud (warna ini dapat dihasilkan pula jika dikocok
dengan kloroform).
4. Reaksi Herapathiet : zat + 1 tetes reagen → kristal platces (coklat/violet), spesifik untuk
kinin.
5. Reaksi kristal :
Organoleptis : hablur berbentuk jarum, putih, tidak berbau, pahit. Oleh pengaruh cahaya warna
menjadi tua
Kelarutan : larut dalam 810 bagian air dan dalam 95 bagian etanol (95%), sukar larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Reaksi identifikasi :
1. Pada 5ml larutan 0,1% b/v tambahkan 2 atau 3 tetes larutan brom P dan 1ml amonia
encer P → terjadi warna hijau zamrud.
2. Pada larutan 0,5% b/v tambahkan asam sulfat encer P volume sama → terjadi
fluorosensi biru tua.
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 25 bagian air, dalam lebih kurang 2 bagian etanol (90%) P
dan dalam lebih kurang 2 bagian kloroform P ; sangat sukar larut dalam eter P.
Reaksi identifikasi:
1. Larutkan 5mg dalam 10ml air, tambahkan 1 tetes asam sulfat encer P → terjadi
fluorosensi biru kuat.
2. Pada 5ml larutan 0,1% b/v tambahkan 2 sampai 3 tetes larutan brom P, dan 5 tetes
amoniak P → terjadi warna hijau zamrud.
Kelarutan : Larut dalam alkohol (1:60), alkohol panas (1:2), kloroform (1:110), eter (1:500),
praktis tidak larut dalam air
Reaksi Identifikasi:
1. Reaksi Fluoresensi
Reaksi Identifikasi:
1. Marquis : hijau coklat
2. Frohde : biru hijau
3. Wassicky : ungu
4. Zat + HNO3 pkt : hijau tua + KOH spir → merah
5. Zat + H2SO4 + K2Cr2O7 pdt → ungu – biru muda
6. Feigel→ merah biru stabil, + air → warna hilang. (khas dan peka)
1. 1. Golongan Anilin
1.1 Asetanilid
Kelarutan : dalam air (1:0,5), dalam spiritus (1:3,7), dalam eter (1:2,5), dalam kloroform
(1:12)
- Zat padat + H2SO4 conc. + K2Cr2O7 padat diaduk : ungu → biru hijau
- Ditambah Aq.Brom : mula warna hilang, bila berlebihan : timbul endapan putih
1.2 Fenasetin
Kelarutan : dalam air (1 : 0,06), dalam spiritus (1 : 6,7), dalam eter (1 : 1,5)
- Zat + HCl → dipanaskan → saring + air → filtrat + K2Cr2O7 → berwarna merah ungu
1. Zat + resorchin + H2SO4 pekat → panaskan diatas api kecil ad mendidih → dinginkan →
tambahkan air + NaOH ad basa → menghasilkan warna ungu merah, berfluorosensi
merah coklat
2. Zat + H2SO4 pekat → panaskan lalu dinginkan → ditambah air + resorchin + NaOH + I2
→ menghasilkan warna ungu tua → ditambah HCl berlebih → berwarna ungu kuning
1.3 Parasetamol
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam Natrium hidroksida 1N, mudah larut
dalam etanol
- Uji adanya amina aromatis : Zat + NaOH + etanol dipanaskan → larutan berbau isonitril
(bau busuk)
Kelarutan : dalam air (mudah), dalam methanol (mudah), dalam eter (tidak larut)
Reaksi untuk identifikasi:
2.2 Antipyrin
Organoleptis : serbuk hablur tidak berwarna atau putih, tidak berbau dan agak pahit
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan kloroform,
agak sukar larut dalam eter
- Zat + HCl 0,5 N + pereaksi (HgCl2 + KI + aquadest) → timbul endapan kuning
- Reaksi Millon : Larutan zat dalam air + pereaksi Millon : berwarna kuning-hijau
- Larutan zat dalam air + NaNO2 + HCl dil. : berwarna hijau dan timbul kristal hijau (lama)
- Larutan zat dalam air + asam tannat → panaskan → timbul endapan putih
2.3 Pyramidon
Kelarutan : Dalam air 1:18, dalam spiritus 1:1,5 , larut baik dalam eter dan kloroform.
3.1 Eukinin
Organoleptis : hablur putih, berbentuk bulu atau jarum, tidak berbau, tidak berasa,
jika dikunyah agak pahit
- Zat + asam asetat + H2SO4 (p) → dipanaskan diatas waterbath → menghasilkan bau etil
asetat
- Zat + 10 ml KOH (p) 2,5% dalam etanol → mula-mula larut, berangsur-angsur terbentuk
endapan putih
Kelarutan : mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol, kloroform dan eter.
- Lapisan air yang diperoleh pada PK setelah penyarian klorokuin, netralkan dengan asam
nitrat encer P. tambahkan larutan amonium molibdat P volume sama, hangatkan; terbentuk
endapan kuning
4.1 Benzokain
Organoleptis : serbuk hablur, putih, tidak berbau, agak pahit disertai rasa tebal
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam
kloroform P, mudah larut dalam eter P.
- Panaskan lebih kurang 50 mg dengan 0,1 ml asam asetat P, dan 0,25 ml asam sulfat P à
bau etilasetat
4.2 Lidokain
Organoleptis : serbuk hablur, putih agak kekuningan, bau khas mantap di udara Kelarutan :
praktis tidak larut dalam air, sangat larut dalam alkohol dan kloroform, mudah larut dalam eter,
larut dalam minyak.
- 100 mg zat larutkan dalam 1 ml etanol (95%) P tambahkan 10 tetes larutan kobalt (II)
klorida P, kocok selama 2 menit à hijau terang dan endapan halus.
Organoleptis : hablur kecil, putih atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa agak pahit;
menunjukkan sifat anestetika lokal jika diletakkan di atas lidah.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam etanol, sukar larut dalam kloroform, praktis
tidak larut dalam eter.
Reaksi Identifikasi :
- Zat + NaOH, dipanaskan = maka akan keluar NH3 dan etilen diamin, periksa dengan
lakmus
- HgCl2
5.1 INH
Sinonim : Isonicotinathidrazid/Isoniazid
Organoleptis : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak pahit,
terurai perlahan-lahan oleh udara dan cahaya.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%), sukar larut dalam
kloroform dan eter
Reaksi identifikasi :
- Jika dipijar, menimbulkan bau piridin, meleburkan uapnya kuning muda
Inti Pyridin
- zat + Na2CO3 dilebur = bau piridin + CNBr + annilin = merah jingga
- larutan dalam methanol + HCl + DAB = merah coklat, kadang-kadang kuning
Reaksi Kristal
- Dragendorf
- Fekompleks
6.1 Dicodid
Dyhydrocodeini HCl
Kelarutan :larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, tidak larut dalam
kloroform dan eter. Dicodid bitartras larut dalam air.
Reaksi identifikasi
Reaksi Kristal
- Dragendorf
1. 7. Alkaloid Sintetik Furan
7.1 Santonin
Reaksi identifikasi :
- Zat + H2SO4 pekat = larutan berwarna kuning, pada pemanasan lalu menjadi cokelat
orange
- Zat H2SO4 25% tidak berwaarna, + beberapa tetes FeCl3 = merah ungu
- Zat + H2SO4 pekat + resorsin, panaskan + air = cokelat kuning dengan flouresensi hijau
kuat
Reaksi Kristal
ANTIHISTAMIN
Sifat Antihistamin
Identifikasi Antihistamin
Antihistamin dapat diidentifikasikan dengan beberapa cara :
Titik leleh, contoh titik leleh dari Difenhidramin berkisar 1660 – 1670
Reaksi Warna (gunakan asam pekat) :
- Dengan H2SO4 pekat → semua memberikan warna, kecuali antistin dan chlortrimeton
1. Multergan : Rosa
2. Phenergan : Rosa merah
3. Histaphen : Kuning tua
4. Avil : Kuning
5. Neo-antergan: Merah
6. Neo-benodin : Kuning dengan bintik jingga
7. Benadryl : Jingga + coklat + merah
8. Fenatiazin : merah + jingga + hijau
Masing-masing zat + H2SO4 pekat/HCl pekat/HNO3 pekat -> berwarna + air -> berubah
(kemungkinan alkaloid 80%), jika tetap kemungkinan alkaloid, tapi beberapa alkaloid juga bisa
menyebabkan perubahan warna (tergantung posisi N). Perlu dilakukan reaksi pendukung lainnya.
- Mandelin
- Frohde
- Marquis
1. Benadryl : ungu
2. Avil : Kekuningan
3. Multergen : Ungu
4. Antistin : lama lama akan berwarna ungu
- FeCl3
- AgNO3
Reaksi Kristal
1. AuCl3
2. PtCl3
3. Asam Pikrat
4. Asam Pikrolon
5. Garam Reinekat
Proses kerja : zat dilarutkan dalam HCL 0,2 N kemudian ditambahkan pereaksi → endapan,
dipanaskan dalam api kecil hingga larut, dinginkan→ mengkristal
- Pengecualian untuk pereaksi asam pikrat: pada gelas objek, zat diberi air kemudian ditetesi
asam pikrat, jangan ditambah HCl (dengan HCl, yang keluar adalah kristal asam pikrat sendiri.
- Pengecualian untuk asam pikrolon : Tidak perlu dipanaskan dalam api kecil
Dragendorff
Pereaksi : Larutan bismut nitrat basa dalam air/asam asetat glasial dengan KI dalam air
- Batang korek api dicelupkan kedalam campuran (zat dalam HCl), lalu dibasahi dengan
HCl pekat, atau
- Batang korek api dibasahi dengan HCl pekat, keringkan lalu celupkan kedalam
campuran (zat dalam HCl) untuk penentuan amin aromatis primer (berwarna jingga).
1. I. Derivat Etanolamin
1. 1. ANTIMO
- Sinonim : dimenhidrat
- Reaksi :
· zat + HNO3 p → -
1. 2. DRAMAMIN
· – Sinonim :
dimenhidrat, amosud
- Reaksi :
· zat + HNO3 → -
· zat + H2SO4 p → -
· zat + AgNO3 → -
3. BENADRYL
- Reaksi :
dimetilamin
1. 4. NEO-BENODIN
- Reaksi :
· zat + HNO3 p → -
· reaksi bellstein → +
Yang termasuk dalam derivat etilendiamin adalah tripenelamin HCl, antazolin HCl, dan lain-lain.
Contoh sediaan :
1.ANTISTIS
- Reaksi :
1. 2. AZARON
spiritus
- Reaksi :
· zat + HNO3 p → -
Kehijaun
benzaldehid
Yang termasuk dalam derivat alkilamin adalah klorfeniramin,dan lain-lain. Contoh sediaan :
1. 1. AVIL
Sinonim : Pheniramin
- Pemerian : berupa larutan berwarna kekuning-kuningan,
benzene
- Reaksi :
Yang termasuk dalam derivat fenotiazin adalah prometazin, chlorpomazin, dan lain-lain. Contoh
sediaan :
1. 1. PHENARGAN . HCl
- Reaksi :
2. LARGACTYL
– Sinonim : Chlorpomazin
- Reaksi :
· reaksi bellstein → +
· reaksi yodoform → +
· reaksi roux → merah coklat
3. CHLORPROMAZIN HCl
- Reaksi :
· zat + DAB-HCl → -
· zat berfluoresensi
Yang termasuk dalam derivate trisiklik yang lainnya adalah siproheptadin,dan lain-lain. Contoh
sediaan :
1. 1. SIPROHEPTADIN
- Reaksi :
1. 1. ASTEMIZOL
1. Sifat: bubuk putih atau hampir putih; praktis tidak larut dalam air, larut dalam alkohol,
mudah larut dalam diklorometan dan metanol; terlindung dari cahaya.
2. Indentifikasi: spektrum serapan inframerah (197K).
3. 2. FEKSOFENADIN
1. Sifat: bubuk putih atau hampir putih; sedikit larut dalam air, mudah larut dalam metanol,
sangat sedikit larut dalam aseton; terjadi polimorfisme.
2. Indentifikasi: spektrum serapan inframerah (197K); pembentukan endapan klorida.
3. 3. LORATADIN
1. Sifat: bubuk putih atau hampir putih, bubuk kristal; praktis tidak larut dalam air, mudah
larut dalam aseton dan metanol; terjadi polimorfisme.
2. Indentifikasi: spektrum serapan inframerah (197M).
3. 4. SETRIZIN
1. Sifat: bubuk putih atau hampir putih; mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam
aseton dan diklorometan; larutan 5% dalam air memiliki pH 1,2-,1,8
1. 1. SIMETIDIN
1. Sifat
bubuk putih atau hampir putih; sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol, praktis tidak larut
dalam diklorometan; bubuk polimorfisme; larutan dalam asam mineral encer
1. Indentifikasi
Ranitidin
Untuk mengetahui gugus CN, zat didestruksi sehingga CN pecah menjadi CN¯.
Kemudian CN¯ + AgNO3 à mengendap
Reinerhard à +
Sublimasi
Tambahan: untuk membedakan antihistamin dan alkaloid à reaksi pengenalan: dilakukan di plat
tetes zat ditetesi asam sulfat pekat; asam klorida; dan asam pikrat à berwarna + air à warna tetap
(alkaloid) atau warna berubah (anti histamin)
Leave a Reply
Guest
Log In
Log In
Log In
Name (required)
Website
Connecting to %s
Post Comment
Search
Search for:
Recent Posts
o toksik
o eksipien farmasetika
o barbital
o sulfonamida
o vitamin
Archives
o June 2011
o April 2011
o March 2011
o December 2010
Categories
o Uncategorized
Meta
o Register
o Log in
o Entries RSS
o Comments RSS
o WordPress.com
sayacintafarmasi
Theme: Twenty Ten Blog at WordPress.com.
http://sayacintafarmasi.wordpress.com/2011/04/03/shampo-dan-pewarna/