Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI ANALISIS I

(Analisis Kualitatif Golongan Antibiotik)

Disusun Oleh :

Ira Triani

31117022

Kelas : Farmasi 3A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BAKTI TUNAS HUSADA

2019
No praktikum :4

Hari/Tanggal : Senin/ 29 september 2019

No sampel : 105 dan 268

Tujuan praktikum : 1) menganalisis preparasi sampel zat organik dalam sediaan farmasi.

2) menganalisis dan mengidentifikasi zat organik dalam sediaan farmasi.

3) menetapkan kemurnian dan mutu, dari pada bahan yang dipakai


dalam farmasi terutama bahan obatan sehingga berfungsi untuk
menghindari pemalsuan.

A. Teori dasar
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh berbagai jasad renik
bakteri, jamur dan aktinomises, yang dapat berkasiat menghentikan pertumbuhan atau
membunuh jasad renik lainnya. Antibiotik yang diperoleh secara alami dari mikroorganisme
disebut antibiotika alami, antibiotika yang disintesis dilaboratorium dengan menambahkan
senyawa kimia disebut antibiotika semisintesis (Subronto dan Tjahajati, 2001).
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme hidup terutama fungi dan
bakteri dari beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. (Tjay,
1978).

Suatu bahan diklasifikasikan sebagai antibiotika apabila (Djide, 2006) :


1. Bahan tersebut merupakan produk metabolisme (alami maupun sintesis)
2. Bahan tersebut adalah produk sintesis yang dihasilkan sebagai analog struktur suatu
antibiotika yang terdapat di alam.
3. Bahan tersebut mengantagonis pertumbuhan atau keselamatan suatu spesies
mikroorganisme atau lebih
4. Bahan tersebut efektif dalam konsentrasi rendah.
Secara umum antibiotika terbagi atas (Raharja, 2002) :
1) Penisilin
Penisilin-G dan turunanya bersifat bakterisid terhadap terutama kuman gram positif dan
hanya beberapa kuman negatif. Contoh : asam klavulanat, benzilpenisilin, ampisilin.
2) Sefalosporin
Berkhasiat bakterisid dalam fase pembunuhan kuman, berdasarkan penghambatan
sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk ketangguhan dingdingnya. Contoh
: sefaleksin, sefamandol, sefotaksim.
3) Aminoglikosida
Aktivitasnya bakterisid berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi dinding bakteri dan
mengikat bakteri E.coli. contoh : streptomisin, gentamisin, amiksin.
4) Tertrasiklin
Mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Contoh :
tertrasiklin, doksisilin.
5) Makrolida dan linkomisin
Eritromisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri gram positif, dan spectrum
kerjannya mirip dengan penisilin-G. Contoh : eritromisin, azitromisin, linkomisin.
6) Polipeptida
Khasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya dan kemampuannya
untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri. Contoh : polimiksin B, basitrasin,
gramisidin.
7) Antibiotik lain
Khasiat bersifat bakteriostatis terhadap bakteri S. Aureus berdasarkan perintangan
sintesa polipeptida kuman. Contoh : kloramfenikol, vankomisin, asam fusidat,
spektinomisin.

Sifat umum antibiotika :


a) Berbentuk serbuk putih
b) Tidak berasa, sedikit pahit dan pahit.
c) Tidak berbau kecuali golongan penisilin.
d) Larut dalam air atau alkohol, yang kurang larut misalkan kloramfenikol.
e) Reaksi penggolongan sulit dilakukan karena strukturnya berbeda.
f) Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak.
g) Tidak bersifat alergenik dan menimbulkan efek samping bila dipergunakan jangka
panjang.
h) Tetap aktif dalam plasma, cairan badan atau eksudat.
i) Berspektrum luas
B. Prosedur kerja

1) Uji Organoleptik

sampel

Bentuk Warna Rasa Bau

2) Uji pendahuluan

sampel

asam sulfat
(H2SO4)

(+) (-)
1. golongan β-laktam → amoxicilin, 1. golongan lain →
penisilin,ampisilin (kuning) kloramfenikol,
thiampenicol
2. golongan sefalosporin → cefixime,
cefradoxil (kuning) 2. golongan quinolon →
ciprofoxacin,
3. golongan tetrasiklin → (ungu) levofloxacin
4. golongan lain → rifampisin (ungu
merah )
3) Uji identifikasi golongan

kloramfenikol :
zat + KOH + piridin →ungu
merah
Gol. Kloramfenikol

Thiampenicol : (-)

Tetrasiklin HCl :
zat + FeCl3 → ungu coklat
Gol. Tetrasiklin
Oksitetrasiklin :
zat + asam sulfat P → ungu
merah +air →kuning

Eritromisin :
Gol. Makrolida sampel + HNO3 pekat → ungu
muda

Amoxicilin :
Gol. Penisilin
sampel

zat + asam sulfat → kuning

Gentamisin :
Gol. Aminoglikosida
zat + Reagen nessler →hitam

Gol. Rimfampisin zat + FeCl3 → hijau lumut

Ethambutol HCl :
sampel + CuSO4 NaOH → biru
intensif
Gol. Anti TB
Isoniazid :
zat + FeCl3 → kuning ↓ endapan
coklat merah

Cifrofloxacin :
sampel + bromtymol + metyl red
→ kuning hijau
Gol. Kuinolon
Levofloxacin :
sampel + HCl 4N + CaCl2 +
NH4SCN → endapan biru hijau
lanjutan....
Cefixime :
Gol. sepalosporin zat + asam sulfat + asam
nitrat →kuning

Ampicilin :
Gol. Lain zat + reagen marquis
→kuning muda

C. Hasil pengamatan

No sampel 105

No Cara kerja Hasil pengamatan Prediksi


1. Uji organoleptis :
a. Bentuk a. Serbuk halus
b. Warna b. Putih Thiamphenicol
c. Bau c. Tidak berbau

2. Uji pendahuluan
Sampel + etanol → votex → Terbentuk dua lapisan Thiampenicol
sentrifugasi

3. Uji penggolongan
Sampel + asam sulfat Larutan berwarna ungu Kloramfenikol
merah
4. uji penegasan
 zat + KOH + piridin Larutan bening (-) kloramfenikol
 zat + fehling A + fehling B Larutan berwarna (-)amoxicilin
merah
 zat
1. + FeCl3 Larutan berwarna isoniazid
merah bata

 zat + CuSO4 + NaOh Larutan berwarna biru Ethambutol HCl


intensif

Sampel yang seharusnya Ciprofloxacin

No sampel 258

No Cara kerja Hasil pengamatan Prediksi


1. Uji organoleptis :
d. Bentuk a. Serbuk halus
e. Warna b. Putih Kloramfenikol ,
f. Bau c. Tidak berbau amoxicilin

2. Uji pendahuluan
Sampel + etanol →vortex → Terbentuk 2 lapisan Isoniazid
sentrifugasi

3. Uji golongan
Analit + asam sulfat Larutan bening Isoniazid (golongan
anti TB )
4. Uji penegasan
Analit + FeCl3 Larutan berwarna
kuning

Sampel yang seharusnya Isoniazid


D. Pembahasan
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan tentang analisi kualitatif senyawa
golongan Antibiotik. Dalam praktikun ini terdapat dua sampel yang diuji yaitu sampel no 157
dan sampel no 268.
pada sampel no 107 dilakuka uji organoleptis terlebih dahulu dengan melihat dari
bentuk, warna, dan bau pada sampel. Setelah diamati sampel tersebut memiliki bentuk serbuk
yang berwarna putih dan tidak berbau dengan dugaan awal bahwa sampel tersebut adalah
thiampenicol. Setelah uji organoleptis dilakukan percobaan untuk melihat apakah pada
sampel no 107 mengandung matriks talk atau tidak, setelah dilakuka pengujian dengan
menambahkan aquadest pada sampel terlihat bahwa sampel tersebut tidak menunjukannya
dua lapisan dimana apabila terbentuk dua lapisan dibagian atas tersebut berupa talk. uji
pendahuluan dengan memasukan sampel terlebih dahulu, lalu menambahkan etanol lalu di
vortex agar homogen, setelah itu di sentifugasi dimana tersebntuk dua lapisan dan diambil
fase atas itulah yang digunakan untuk pengujian selanjutnya sebagai analit. Setelah uji
pendahuluan dilakuka uji golongan untuk mengetahui sampel yang didapatkan itu termasuk
kedalam golongan antibiotik yang mana. Uji golongan ini dengan memasukan analit lalu
ditambahkan asam sulfat yang menghasilkan larutan berwarna ungu merah dengan dugaan
bahwa sampel tersebut berupa kloramfenikol. Selanjutnya dilakukan uji penegasan untuk
membuktikan bahwa sampel tersebut merupakan kloramfenikol, uji penegasan ini dengan
memasukan zat yang ditambahkan dengan KOH dan piridin yang menghasilkan larutan
bening yang ternyata (-) kloramfenikol. Lalu dilakukan identifikasi lagi dengan memasukan
zat yang ditambah dengan pereaksi fehling A+B yang menghasilkan larutan berwarna merah
yang ternyata (-) amoxicilin. Dilakukan lagi identifikasi dengan memasukan zat yang
ditambahkan besi (III) klorida yang menghasilkan larutan berwarna merah bata dengan
dugaan bahwa sampel tersebut adalah isoniazid. Tetapi jika sampel tersebut isoniazid
seharusnya membentuk endapan merah bata tetapi dari hasil sebelumnya tidak menunjukan
endapan merah bata, sehingga dilakukan uji penegasan kembali dengan memasukan zat yang
ditambah dengan Tembaga (II) Sulfat dan Natrium Hidroksida yang menghasilkan larutan
berwarna biru intensif. Dengan dugaan bahwa sampel tersebut berupa Ethambutol HCl.
Tetapi sampel yang seharusnya itu Ciprofloxacin (golongan Kuinolon). Ciprofloxacin dapat
diidentifikasi menggunaka bromtymol dan metylred yang menghasilkan warna kuning
sampai hijau. Selain menggunakan bromtymol dan metil red yaitu menggunakan asam
klorida dan air. Reaksi yang terjadi yaitu :
Pada sempel no 258 juga dilakukan terlebih dahulu uji organoleptis dengan melihat
dari bentuk, warna dan bau pada sampel. Setelah diamati sampel tersebut memiliki bentuk
serbuk yang berwarna putih dan tidak berbau dengan dugaan awal bahwa sampel tersebut
kloramfenikol, amoxicilin. Setelah uji organoleptis, dilakukan percobaan untuk melihat
apakah pada sampel no 268 mengandung matriks talk atau tidak, setelah dilakuka pengujian
dengan menambahkan aquadest pada sampel terlihat bahwa sampel tersebut tidak
menunjukannya dua lapisan dimana apabila terbentuk dua lapisan dibagian atas tersebut
berupa talk. Pada sampel 268 pun sama seperti sampel sebelumnya dilakukan uji
pendahuluan dengan memasukan sampel terlebih dahulu, lalu menambahkan etanol lalu di
vortex agar homogen, setelah itu di sentifugasi dimana tersebntuk dua lapisan dan diambil
fase atas itulah yang digunakan untuk pengujian selanjutnya sebagai analit. Setelah uji
pendahuluan dilakuka uji golongan untuk mengetahui sampel yang didapatkan itu termasuk
kedalam golongan antibiotik yang mana. Uji golongan ini dengan memasukan analit lalu
ditambahkan asam sulfat yang menghasilkan larutan bening dengan dugaan bahwa sampel
tersebut berupa Isoniazid (golongan anti TB). Setelah dilakukannya uji penggolongan maka
dikakukanlah uji penegasan dimana uji ini dilakukan untuk membuktikan bahwa sampel
tersebut merupakan Isoniazid (golongan anti TB), dilakuka dengan memasukan zat yang
kemudian ditambahkan dengan pereaksi besi (III) klorida yang menghasilkan larutan
berwarna kuning, dengan dugaan bahwa sampel tersebut berupa Isoniazid. Sampel 268
ternyata memang Isoniazid, karena ketika adanya penambahan pereaksi besi (III) klorida
menghasilkan senyawa kompleks berwarna kuning. Hal ini terjadi karena senyawa yang tidak
jenuh mampu mengalami reaksi adisi oleh oksidator besi (III) klorida / FeCl3. Oleh karena itu
isoniazid merupakan senyawa tidak jenuh sehingga perubahan warna dapat terjadi. Selain
dengan besi (III) klorida, isoniazid dapat bereaksi dengan CuSO4, pereaksi ini digunakan
untuk mengidentifikasi adanya gugus aldehid pada suatu senyawa apabila senyawa tersebut
tidak mempunyai gugus aldehid, maka akan terbentuk larutan berwarna biru yang perlahan
memudar. Sehingga pada saat isoniazid ditambah dengan pereaksi CuSO4 akan menghasilkan
larutan berwarna biru, oleh sebab itu isoniazid merupakan senyawa yang tidak mempunyai
gugus aldehid. Selain itu bisa juga dengan hidrogen peroksida dan juga oksigen yang
menghasilkan nitric oxide, Nitric oxide ini dihasilkan dari aktivasi isoniazid oleh hidrogen
peroksida dan oksigen. Reaksi yang terjadi seperti :

E. Kesimpulan
Sampel no 105 adalah Ethambutol HCl, yang seharusnya adalah Ciprofloxacin.
Sampel no 268 adalah Isoniazid, yang seharusnya adalah Isoniazid.

F. Daftar pustaka
Subronto. Tjahajati, Ida. 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah Mada University Press;
Yogyakarta.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 1978, Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-
efek Sampingnya, Edisi Keempat, Depkes RI, Jakarta, 246-258.
Djide, Natsir & Sartini. (2006). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Laboratorium
Mikrobiologi Farmasi. Universitas Hasanuddin. Makassar ; 123.
Tjay dan Rahardja, 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek
Sampingnya, Edisi V, PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai