“COAGULATION DISORDERS”
Disusun Oleh:
Kelompok A3 (Kasus 3)
Fitriani (1820364017)
Hadrah Arisca (1820364018)
Dosen pengampu:
Dr. Jason Merari P, M.M., M.Si., Apt
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Gangguan koagulasi adalah gangguan dalam kemampuan tubuh untuk
mengontrol pembekuan darah. Gangguan koagulasi dapat mengakibatkan perdarahan
(terlalu sedikit pembekuan yang menyebabkan peningkatan risiko perdarahan) atau
trombosis (terlalu banyak pembekuan yang menyebabkan pembekuan darah
menghalangi aliran darah).
Salah satu jenis penyakit gangguan koagulasi adalah hemofilia yaitu berbagai
kelainan perdarahan bawaan yang melibatkan kekurangan satu atau lebih faktor
koagulasi. Hemofilia yang paling umum adalah hemofilia A dan hemofilia B, yang
dihasilkan dari defisiensi faktor koagulasi VIII dan IX, masing-masing. Kedua
hemofilia ini adalah sifat resesif terkait kromosom X, dengan kecenderungan
perdarahan yang bermanifestasi pada keturunan laki-laki.
B. ETIOLOGI HEMOFILIA
Hemofilia A adalah yang paling umum dari gangguan, dengan kejadian 1 dari
5.000 kelahiran hidup laki-laki; dalam populasi umum, kejadiannya 1 dalam 10.000.
Hemofilia B terjadi pada 1 dari 30.000 kelahiran hidup laki-laki, atau 1 dari 60.000
pada populasi umum. Kekurangan faktor koagulasi lain juga dapat terjadi tetapi
jarang terjadi.
Hemofilia A dan B mempengaruhi hemostasis sekunder. Faktor VIII dan IX
diperlukan untuk aktivasi faktor kromosom X, diikuti oleh pembentukan thrombin.
Trombin akan mengarah pada pembentukan fibrin. Ketika cedera terjadi pada
individu dengan hemofilia, fungsi trombosit (bagian dari hemostasis primer) adalah
normal, dengan pembentukan sumbat trombosit. Namun, stabilisasi sumbat platelet
yang terbentuk oleh fibrin tidak terjadi (karena pembentukan thrombin tidak adekuat
untuk menghasilkan fibrin), yang menyebabkan kegagalan pada hemostasis sekunder
dan perdarahan lanjutan.
Faktor defisiensi tidak mutlak di hemofilia, Faktor VIII dan faktor IX tingkat
prokoagulan tetap relatif konstan pada pasien dan sesuai dengan frekuensi dan
keparahan hemoragik. Perdarahan dapat terjadi secara spontan pada pasien dengan
defisiensi berat atau hanya setelah trauma pada pasien dengan beberapa faktor
aktivitas. Tempat yang paling umum untuk perdarahan adalah otot dan sendi besar.
Kebanyakan pasien simptomatik dengan hemofilia A memiliki tingkat faktor VIII
kurang dari 5%. Tingkat keparahan defisiensi dikategorikan sebagai ringan, sedang,
dan berat. Pasien dengan tingkat faktor kurang dari 1% (0,01 U / mL)
diklasifikasikan sebagai memiliki hemofilia berat. Episode hemoragik lebih sering
terjadi pada pasien ini (20 hingga 30 tahun atau lebih setiap tahun) dan sering terjadi
tanpa bukti trauma. Pasien dengan tingkat faktor lebih dari 5% dianggap memiliki
hemofilia ringan. Pasien-pasien ini biasanya hanya perdarahan setelah trauma atau
pembedahan. Pasien dengan tingkat faktor antara 1% dan 5% dianggap memiliki
hemofilia moderat, dengan manifestasi antara dua ekstrem. Kebanyakan pasien
dengan hemofilia memiliki penyakit sedang hingga berat.
C. PATOFISIOLOGI
Hemofilia merupakan penyakit kongenital yang diturunkan oleh gen resesif x-
linked dari pihak ibu. Faktor VIII dan faktor IX adalah protein plasma yang
merupakan komponen yang diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-faktor
tersebut diperlukan untuk pembentukan bekuan fibrin pada tempat pembuluh cidera.
Cedera pada pembuluh darah akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan
terpaparnya darah terhadap matriks subendotelial. Faktor von Willebrand (vWF)
akan teraktifasi dan diikuti adesi trombosit. Setelah proses ini, adenosine
diphosphatase, tromboxane A2 dan protein lain trombosit dilepaskan granul yang
berada di dalam trombosit dan menyebabkan agregasi trombosit dan perekrutan
trombosit lebih lanjut. Cedera pada pembuluh darah juga melepaskan tissue faktor
dan mengubah permukaan pembuluh darah, sehingga memulai kaskade pembekuan
darah dan menghasilkan fibrin. Selanjutnya bekuan fibrin dan trombosit ini akan
distabilkan oleh faktor XIII.
Pada penderita hemofilia dimana terjadi defisit F VIII atau F IX maka
pembentukan bekuan darah terlambat dan tidak stabil. Oleh karena itu penderita
hemofilia tidak berdarah lebih cepat, hanya perdarahan sulit berhenti. Pada
perdarahan dalam ruang tertutup seperti dalam sendi, proses perdarahan terhenti
akibat efek tamponade. Namun pada luka yang terbuka dimana efek tamponade tidak
ada, perdarahan masif dapat terjadi. Bekuan darah yang terbentuk tidak kuat dan
perdarahan ulang dapat terjadi akibat proses fibrinolisis alami atau trauma ringan.
Defisit F VIII dan F IX ini disebabkan oleh mutasi pada gen F8 dan F9. Gen F8
terletak di bagian lengan panjang kromosom X di regio Xq28, sedangkan gen F9
terletak di regio Xq27.2,14 Terdapat lebih dari 2500 jenis mutasi yang dapat terjadi,
namun inversi 22 dari gen F8 merupakan mutasi yang paling banyak ditemukan yaitu
sekitar 50% penderita hemofilia A yang berat. Mutasi gen F8 dan F9 ini diturunkan
secara x-linked resesif sehingga anak laki-laki atau kaum pria dari pihak ibu yang
menderita kelainan ini. Pada sepertiga kasus mutasi spontan dapat terjadi sehingga
tidak dijumpai adanya riwayat keluarga penderita hemofilia pada kasus demikian.
Wanita pembawa sifat hemofilia dapat juga menderita gejala perdarahan walaupun
biasanya ringan.
D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis perdarahan pada hemofilia A dan B sejalan dengan derajat
defisiensinya. Perdarahan yang umum dijumpai adalah mudah memar, perdarahan
oral khususnya perdarahan gusi, hemartrosis dan hematoma yang terjadi secara
spontan atau setelah adanya trauma. Perdarahan yang terjadi pada penyakit von
Willebrand dapat berupa perdarahan ringan sampai berat, biasanya berupa
perdarahan mukokutan seperti memar yang hebat, epistaksis, menoragi, adanya
perdarahan yang memanjang pada luka kecil, perdarahan yang berlebihan setelah
trauma atau cabut gigi.
E. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan perdarahan spontan atau
karena trauma, dicari riwayat keluarga dengan keluhan yang sama meskipun pada
sekitar 20-30% tidak didapatkan riwayat keluarga (terjadi karena adanya mutasi
spontan), pada pemeriksaan fisik dicari tanda-tanda perdarahan, dan pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan masa tromboplastin parsial teraktifasi (aPTT)
memanjang. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
dengan pemeriksaan kadar faktor VIII untuk hemofilia A dan kadar faktor IX untuk
hemofilia B. Diagnosis pasti penyakit von Willebrand ditegakkan berdasarkan
anamnesis yang sugestif untuk penyakit ini dibantu dengan pemeriksaan
laboratorium spesifik. Umumnya didapatkan waktu perdarahan dan aPTT yang
memanjang. Hasil normal pada tes skrining belum menyingkirkan diagnosis penyakit
ini. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan kadar F.VIII, antigen
FVW (VWF:Ag), aktivitas FVW (VWF R:Co) dan VWF multimers.
F. TERAPI
Non Farmakologi
G. GUIDLINE TERAPI
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Tanah Grogot
No. Rekam Medis : 14 00 63 70
Masuk Rumah Sakit : Sabtu, 11 Januari 2014.
B. Keluhan Utama
Rujukan dari RSUD Panglima Sebaya Tanah Grogot. Pasien dirujuk dengan
diagnosa post evakuasi hematom genu kiri + riw. Hemofilia. Saat ini keluhan
bengkak pada lutut kiri terasa hangat dan nyeri.
J. Follow Up Pasien
K. Prognosis:
Dubia ad bonam
L. Pertanyaan
Lakukan Analisis Problem Pengobatan dan saran pengatasannya menggunakan
metode SOAP
PENYELESAIAN KASUS
Identitas Pasien
Kegiatan Keterangan
Pola makan -
Vegetarian Ya/tidak
Merokok Ya/tidak - batang/hari
Meminum alkohol Ya/tidak
Meminum obat herbal Ya/tidak
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan di ruang Melati RSUD.A.W.Sjahranie pada hari senin 18
Januari 2014.
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, E4V5M6 (arti : kesadaran normal dengan cedera kepala
ringan atau tidak ada)
Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah : mmHg
Nadi : 82 x/menit, reguler, kuat angkat
Frekuensi Napas : 20 x/menit, teratur
Temperatur : 37.2oC
Status Gizi : Usia 9 tahun
BB = 25 Kg
TB = 130 cm
IMT = 14.79
Riwayat Alergi : -
Keluhan/Tanda
Faktor IX 65 Kontrol 73 ↓
Kesan Hemofilia A
Hasil Laboratorium tanggal 11 januari 2014
Parameter Hasil Nilai normal Keterangan
Darah Lengkap
Hb 9,0 11-16 ↓
Elektrolit
Na 135 135-155 N
Kimia Darah
GDS 98 60-150 N
Darah Lengkap
Hb 10,2 11-16 ↓
KIE
a. Bila terjadi perdarahan akut terutama daerah sendi, maka tindakan RICE (rest,
ice, compression, elevation) segera dilakukan.
b. Pasien harus istirahat yang cukup.
c. Mengurangi aktivitas yang dapat menyebabkan trauma, benturan.
d. Menjaga kebersihan mulut (riwayat gusi berdarah).
e. Menjaga pola hidup sehat seperti makan yang bergizi dengan memperbanyak
konsumsi makanan tinggi vitamin K yang berfungsi untuk mempercepat
pembekuan darah seperti sayur bayam, kol, buah alpukat.
f. Menjaga berat badan agar tidak berlebih, karena jika BB berlebih dapat
mengakibatkan pendarahan pada sendi-sendi dibagian kaki
g. Pemberian edukasi dan informasi kepada keluarga pasien untuk dapat
mengawasi waktu penggunaan obat sehingga pasien dapat minum obat secara
teratur.
h. Pemberian edukasi dan informasi kepada keluarga pasien untuk dapat
mengawasi kegiatan fisik pasien supaya tidak berlebihan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Farrugia, Albert. 2017. Guide for the Assessment of Clotting Factor Concentrates.
Journal. World Federation of Hemophilia. Edition 3
Kasper, C.K. Silva, M.C.E. 2004. Registry of Clotting Factor Concentrates. Journal.
World Federation of Hemophilia. Edition 5