Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)


Kantor: Gedung H lt 4 Kampus, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor:
(024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001 Website:
www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR
SOAL UJIAN
Review Kajur/Kaprodi
No. Dokumen Tanggal Terbit Tgl Tanda Tangan
No. Revisi 02 Hal 1 dari 1
FM-02-AKD-22 1 Juni 2016

UJIAN TENGAH SEMESTER


TAHUN AJARAN 2021/2022
FAKULTAS HUKUM

Nama Mata Kuliah : Hukum Lingkungan


SKS 2
Semester/Tahun : Genap/2022
Prodi/Jurusan : Ilmu Hukum S1
Pengampu : Dr. Suhadi, S.H., M.Si dan Dr. Asmarani R, S.H.M.Kn.

Petunjuk:
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini (dikerjakan urut nomor) dengan
menyebutkan sumber rujukan dari literatur dan/atau peraturan perundang undangan.
2. Jawaban diketik di kertas A4, font Candara 12, spasi 1.5
3. Jawaban dikirim melalui email Komting paling lambat tanggal 16 April 2022 Pukul
17.00 WIB, untuk selanjutnya dikirim ke email dosen pengampu.

Pertanyaan :
1. Masalah lingkungan merupakan masalah nyata yang dihadapi masyarakat lokal, nasional
dan global. Deskripsikan masalah lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal Saudara,
dan jelaskan faktor yang menjadi penyebabnya.
2. Lingkungan dan pembangunan memiliki kaitan yang sangat erat. Jelaskan maksud
pernyataan tersebut dan berikan contoh konkrit untuk memperjelas jawaban Saudara.
3. Jelaskan peran hukum lingkungan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup? Berikan contoh konkrit untuk memperjelas argumen Saudara.
4. Konsep pembangunan berkelanjutan terdiri atas beberapa prinsip, diantaranya adalah
prinsip keadilan antar generasi. Jelaskan maksud prinsip tersebut dan berikan contoh
konkrit upaya-upaya nyata untuk mewujudkannya.
5. Salah satu asas dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terdapat
dalam Undang Undang 32 Tahun 2009 adalah asas pencemar membayar. Tunjukkan pasal
dalam undang undang tersebut yang merupakan perwujudan dari asas pencemar
membayar
JAWABAN UTS HUKUM LINGKUNGAN
Nama : Doni Yanto
NIM : 8111420368
Nomor Absen : 29

1. Alam Hayati dan Alam Non-Hayati yang dibingkai dalam interaksi Lingkungan
dengan manusia pada dasarnya bekerja secara harmonis. Lingkungan tidak akan
menimbulkan kerusakan kepada peradaban manusia, asalkan manusia tidak
menimbulkan kerusakan terlebih dahulu. Meskipun pada banyak kasus alam
merusak karena mekanismenya begitu, banyak permasalahan lingkungan yang
timbul sebab perilaku dan Tindakan manusia.
Permasalahan lingkungan sudah menjadi isu arus utama dan umum di
masyarakat baik lokal, nasional hingga internasional. Beberapa masalah lingkungan
antara lain adalah Perubahan Iklim, Kerusakan Hutan, Banjir, Longsor dan Erupsi.
Dan karena masalah-masalah lingkungan tersebut menjadi isu utama masyarakat
global hingga lokal, diperlukan sikap tanggap dan solusi. Dalam bingkai masyarakat
internasional, isu lingkungan sudah dibahas dan dilindungi melalui berbagai
pengesahan konvensi dan perjanjian, dan begitupun pada tataran nasional,
pemerintah bersangkutan sudah meregulasi perlindungan hukum meskipun
pelaksanaannya terkadang pasang surut. Dalam tataran regional atau lokal, peran
dan partisipasi masyarakat juga pemerintahnya lebih intens karena permasalahan
lingkungan yang terjadi lebih dekat dan bisa ditelusuri sebab dan bagaimana
menanggulanginya.
Di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat pun terjadi dan bahkan sering
terjadi bencana serta permasalahan lingkungan yang secara alamai terjadi juga
disebabkan perbuatan manusia. Sebagai daerah yang berada di timur Jawa Barat
juga berdirinya Gunung Ciremai yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat,
kesuburan tanah di Kuningan cukup baik dan suasananya pun cukup lembab dan
sejuk. Karena adanya gunung tersebut, kontur dan topografi kebanyakan daerah di
Kuningan adalah perbukitan, meskipun banyak juga dataran rendah.
Akibatnya, karena kondisi geografis yang demikian, pun fakta bahwa beberapa
wilayah dan Kawasan hutan mulai dibuka dan digunakan untuk keperluan pertanian
juga keperluan komersial, saat musim hujan, daerah Kuningan sering sekali
mengalami bencana-bencana yang identic tiap tahunnya, Banjir, Longsor, Badai,
dan Cuaca Ekstrim1. Beberapa bencana alam yang cukup menjadi sorotan adalah
Longsor Desa Pinara yang setidaknya membuat 170 warga diungsikan sementara
dan banyak sarana umum juga rumah warga yang hancur bahkan secara
administrative desa Pinara hampir hilang2 dan Banjir Cibingbin yang menalan lebih
dari 6 desa dan telah menyebabkan kerugian material yang tidak sedikit3.
Terkait sebab bencana tersebut tidak dirilis secara resmi dan detail mengapa
hal tersebut dapat terjadi, himbauan dari pemerintah hanyalah hati-hati saat musim
hujan karena bencana seperti demikian dapat terjadi. Masalahnya adalah, hujan saja
tidak dapat menjadi faktor satu-satunya yang menyebabkan terjadinya bencana
alam. Ada faktor yang dibuat manusia seperti pembukaan lahan, jeleknya
pengaturan saluran air, penebangan pohon dan penggunaan lahan untuk pertanian
yang tidak diatur secara baik menjadi faktor-faktor lain yang membuat beberapa
bencana alam di Kuningan terjadi. Meskipun begitu, masalah yang lebih luasnya
adalah cuaca buruk dan perubahan iklim dibaliknya yang menjadi masalah
mendatang. Hujan badai yang disebabkan oleh perubahan iklim yang luar biasa,
telah menjadi pemicu dari bencana alam yang dari awal sudah dikikis oleh manusia.
2. Pembangunan pada dasarnya adalah upaya untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat yang mana berarti, kegiatan dalam bentuk apapun sepanjang untuk
menyediakan kesempatan bagi masyarakat untuk memperbaiki kehidupannya,
merupakan pembangunan. Contohnya adalah pembangunan Pabrik oleh pihak
swasta, pembangunan Setidaknya pembangunan sebagai upaya untuk menunjang
kesejahteraan masyarakat telah terbukti berhasil.
Meskipun begitu, seringkali akibat yang hadir dari upaya “pembangunan” yang
tidak tepat telah mendistorsi lingkungan dan membuat kehidupan manusia terancam
dengan berbagai permasalahan lingkungan yang dating seperti pemanasan global,
kebakaran hutan, erupsi, banjir, polusi dll. Ringkasnya, neraca pembangunan
seringkali tidak begitu menggemberikan. Hal ini seolah menjadi jurang pemisah

1
Lilis Sri Handayani, 226 Bencana Alam Landa Kuningan Sepanjang 2021. Republika. Diakses dari
https://www.republika.co.id/berita/r59ywg330/226-bencana-alam-landa-kuningan-sepanjang-2021#:~:text=Bencana%20alam
%20di%20Kuningan%20didominasi,sebelumnya%20yang%20mencapai%20260%20kejadian .
2
Ahmad Ripai, Setengah Rumah di Desa Pinara Hilang akibat Longsor 2017, Sampai kini warga masih benahi fasos.
CirebonTribun. Diakses dari https://cirebon.tribunnews.com/2021/08/13/setengah-rumah-di-desa-pinara-hilang-akibat-longsor-
2017-sampai-kini-warga-masih-benahi-fasos.
3
Pemerintah Kabupaten Kuningan, Sungai Cijangkelok Meluap, 6 Desa di Cibingbin Kuningan Banjir bandang. Diakses dari
https://www.kuningankab.go.id/berita/sungai-cijangkelok-meluap-6-desa-di-cibingbin-kuningan-banjir-bandang.
antara pembangunan yang satu sisi menghadirkan kemajuan, dan sisi lainnya justru
merusak lingkungan dan mengancam kehidupan manusia. Seolah-olah, keduanya
merupakan permasalahan yang tertutup dan terpisah. Hal ini kemudian menjadi
perdebatan antara dua pihak arus utama, ada yang mendukung pembangunan dengan
dasar kemajuan dan modernitas juga menunjang kesejahteraan masyarakat, dan di
sisi lainnya ada yang mendukung perlindungan lingkungan dengan menjauhkan
jangkauan pembangunan dan aktivitas ekonomi dari lingkungan tersebut.
Padahal, keduanya merupakan persoalan yang berkaitan dan dapat berjalan
berdampingan. Pandangan ini merupakan pendekatan lintas sectoral yang
mempertimbangkan bahwa sinergi antara lingkungan dan pembangunan merupakan
urgensi Bersama untuk melindungi lingkungan dan di lain sisi menopang
pembangunan secara berkelanjutan. Dalam hal ini, pembangunan tidak boleh
mengabaikan peran dan lingkungan sekitarnya yang terancam oleh pembangunan
tanpa control tersebut, hal ini kemudian menciptakan konsep pembangunan
berwawasan lingkungan serta pembangunan berkelanjutan.
Contoh hubungan antara lingkungan dengan pembangunan adalah isu Jakarta
yang sewaktu-waktu dapat tenggelam4 karena masalah seperti naiknya air laut,
penggunaan air tanah yang berlebihan, kepadatan penduduk, pencemaran air,
masalah sampah, dan berbagai perkara lainnya. Permasalahan yang terjadi di Jakarta
tersebut merupakan isu lingkungan yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Dalam
hal ini, karena menghiraukan isu lingkungan maka terjadilah permasalahan
lingkungan, yang kemudian perlu ditangani dengan biaya tak sedikit dan pada
akhirnya menghambat pembangunan. Di sisi lain, pembangunan di Jakarta dan
kepadatan penduduk yang berlebihan pun menjadi sebab isu lingkungan lainnya.
Sehingga, hemat saya, perkara lingkungan dan pembangunan serta sebab-akibatnya
dalam kasus Jakarta tenggelam tersebut tidak dapat terpisahkan dan perlu regulasi
yang bijaksana dan tepat untuk menanggulanginya.
3. Lingkungan merupakan kebutuhan fundamental bagi manusia. Untuk
menyelenggarakan kehidupan yang aman, nyaman dan sejahtera, manusia tidak bisa
menyisihkan peran lingkungan. Karena hal tersebut, sebagai actor dalam ekosistem
lingkungan, manusia perlu menjaga lingkungan tersebut agar keberlangsungan dan
ketersediannya terjamin. Perlindungan tersebut harus meliputi banyak hal seperti
4
Ade Miranti Karunia, Luhut: Isu Jakarta Tenggelam menjadi Alarm bagi Pemerintah. Kompas. Diakses dari
https://money.kompas.com/read/2022/01/03/200000226/luhut--isu-jakarta-tenggelam-menjadi-alarm-bagi-pemerintah-?page=all.
pendayagunaan, pemanfaatan, dan banyak hal lainnya perlu diatur sehubungan
untuk menjaga keberlangsungan lingkungan. Perlindungan tersebut haruslah tegas
mengingat eksploitasi terhadap alam dan lingkungan di sekitarnya telah begitu
massif. Penambangan mineral yang berlebihan, pembukaan lahan yang memakan
habis hutan dengan endemic di dalamnya, serta pembunuhan satwa liar untuk
menunjang keamanan, telah menjadi tak terkendali belakangan ini dan perlu
perlindungan juga atauran yang tegas, dimana, sanksi dan pidana setidaknya perlu
diterapkan untuk hal tersebut.
Pemerintah Indonesia setidaknya sudah mencoba mengatur dan menyediakan
hukum lingkungan perihal melindungi dan menegaskan perlindungan lingkungan.
Adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan
banyak produk hukum lainnya menjadi bukti komitmen dan keseriusan pemerintah
Indonesia untuk melindungi lingkungan melalui payung hukum yang tegas dan kuat.
Perlindungan Lingkungan Hidup sebagaimana dikutip dari Undang-Undnag
Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 1 (2) menjelaskan bahwa Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan upaya systematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum.
Berdasarkan rumusan dalam UU PPLH tersebut dapat diketahui bahwa peranan
hukum dan diaturnya pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup berupaya
untuk melestarikan fungsi dan keberlanjutan lingkungan melalui upaya-upaya
seperti pengawasan, penegakan hukum, perencanaan serta pemeliharaan. Konsepsi
ini pun menunjukan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan merupakan
tanggung jawab negara, pemerintah, masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan
lainnya.
Peranan hukum tersebut amat krusial, karena tanpa adanya perangkat hukum
yang jelas dan tegas membuat perlindungan lingkungan tak akan berjalan secara
maksimal. Dimana eksploitasi terhadap lingkungan akan terus terjadi karena tidak
adanya Tindakan tegas dari pihak berwajib. Hukum juga berperan untuk
memberikan efek jera kepada pelaku perusak lingkungan dan berhak meminta
kompensasi atas kerusakan lingkungan melalui denda untuk memperbaiki
lingkungan. Ketegasan hukum tersebut dapat diimplikasikan melalui menindah
pelaku pelanggaran atau kejahatan terhadap lingkungan yang dapat diberlakukan
Tindakan represif melalui instrument seperti Tindakan administrative, Tindakan
perdata, dan Tindakan pidana.
4. Sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya, bahwa sinergi Pembangunan dan
Lingkungan tak terpisahkan dan antara keduanya harus saling mengimbangi
sehingga menciptakan konsep pembangunan berwawasan lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan. Konsep ini merupakan pendekatan dalam
pembangunan yang tidak hanya mempertimbangkan aspek ekonomi semata, namun
dalam beberapa tahapan, perlu mempertimbangkan aspek keseimbangan ekologi,
aspek keadilan sosial dan aspek aspirasi politis dan sosial budaya dari masyarakat
lokal. Prinsipnya sendiri adalah memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Selain disamping
memperhatikan lingkungan ditengah pembangunan, pembangunan berkelanjutan
memiliki beberapa dimensi ruang antara lain adalah Pengentasan kemiskinan; Pola
Konsumsi dan Produksi, Dinamika Kependudukan, Pengelolaan dan Peningkatan
Kesehatan masyarakat, dan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman. Semua
dimensi tersebut harus dilandaskan pada prinsip awal yakni menjamin kebutuhan
hari ini dan kebutuhan generasi mendatang.
Sebagaimana dalam prinsip pembangunan berkelanjutan, ada prinsip keadilan
antar generasi yang merupakan prinsip dasar dari model pembangunan ini. Keadilan
antar generasi sendiri merupakan pandangan dan konsep yang melahirkan kewajiban
melindungi dan menjamin lingkungan melalui tiga jenis perlindungan, terhadap
opsi, kualitas dan akses terhadap lingkungan (Weiss, 1996). Ketiga aspek
perlindungan tersebut setidak-tidaknya dapat menjamin dan menyediakan akses dan
pemanfaatan lingkungan yang adil dan setara untuk generasi mendatang. Aspek
perlindungan tersebut menjadi urgensi serta dorongan bagi Pemerintah untuk aware
terhadap kepentingan generasi mendatang atas keperluan lingkungan yang
selanjutnya harus diatur juga hukum yang melindungi dan menjamin keberlanjutan
lingkungan.
Contoh dari penerapan prinsip keadilan tersebut dapat ditemukan dalam UU
PPLH yang menghendaki adanya AMDAL untuk menilai terhadap bentuk usaha
yang sekiranya mungkin mengancam keberlanjutan lingkungan atau tidak,
kemudian Undang-Undang Nommor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris
Agreement yang mengatur berbagai prinsip dan upaya penanganan perubahan iklim,
dimana masalah perubahan iklim sendiri merupakan masalah global yang
mengancam keberlanjutan banyak aspek lingkungan untuk generasi mendatang.
5. Pada umumnya, kesadaran pelaku ekonomi terhadap tanggung jawab atas potensi
dampak negative dari proses produksi dan proses ekonominya tidaklah menjadi
dasar pertimbangan. Hal ini diperparah dengan politik pemanfaatan sumber daya
alam pemerintah, berorientasi kepada eksploitasi sehingga yang mendukung
pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pendapatan dan devisa negara.
Dibentuknya UU Nomor 11 Tahun 1967 adalah contoh kebijakan dan politik
pemanfaatan sumber daya alam untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional
melalui eksploitasi sumber daya tambang yang ada di Indonesia. Hal ini ditambah
dengan UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang PLH yang tidak mengatur secara tegas
mengenai sanksi terhadap pelaku pencemaran, kecuali kompensasi terhadap korban
saja.
Meskipun politik pemanfaatan seperti itu sudah direformasi dan ditinggalkan
dan mengupayakan pembangunan berkalnjutan dan telah ada perkembangan
pengaturan serta penegasan dalam beberapa hal, seperti prinsip pencemar membayar
atau polluter-pays principle. Prinsip yang pada intinya mengatur bahwa pencemar
harus menanggung beban atau biaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran
yang ia timbulkan. Sebagai salah satu instrument ekonomi, prinsip ini membayar
menggunakan internalisasi biaya dalam proses produksi bertujuan untuk mencegah
kemungkinan munculnya pencemaran.
Polluter-pays Principle berusaha memberi arah dalam pengaturan hukum
lingkungan mengenai peristiwa pencemaran, dimana prinsip ini menekankan pada
sebuah kewajiban atau pembebanan kewajiban pada pencemar untuk membayar
kerugian yang dialami korban. Prinsip ini setidaknya dapat ditemukan dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH), yang dapat ditemukan dalam Pasal 2 (mengenai prinsip
dan asas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup); Pasal 54 (tentang
tanggung jawab yang mencemarkan atau merusak lingkungan untuk
memulihkannya melalui cara-cara seperti remediasi, rehabilitasi, restorasi dll); Pasal
87 (tentang tanggung jawab usaha yang melalkukan pencemaran atau perusakan
lingkungan dan merugikan pada orang lain harus membayar sejumlah ganti rugi dan
Tindakan tertentu); dan Pasal 88 (mengatur mengenai asas strict liability dan juga
tanggungjawab mengganti kerugian terhadap pengelolaan limbah yang
menimbulkan ancaman serius dan kerugian).

Anda mungkin juga menyukai