Anda di halaman 1dari 5

1.

Bahwa overmacht atau force majeure adalah kejadian yang terjadi


diluar kemauan dan kemampuan para pihak dan membuat
kewajiban kontraktual tidak dapat dipenuhi. Overmacht dapat
terjadi karena kebijakan atau peraturan pemerintah, misalnya
membuat objek perjanjian tidak mungkin dilaksanakan dan dapat
terjadi juga dimana pemenuhan prestasi menimbulkan kesulitan
(difficulitas) pelaksanaannya atau disebut juga hardship.
2. Bahwa overmacht juga dapat terjadi karena adanya
ketidakpraktisan (impracticability). Dimana secara teori,
pelaksanaan perjanjian masih memungkinkan, namun memerlukan
pengorbanan yang besar dari segi biaya, waktu dan yang lainnya,
misalnya harga barang yang melonjak tinggi atau adanya larangan
mengirim barang oleh Pemerintah. Karena adanya larangan dari
pemerintah ini maka tertutupnya alternatif legal untuk memenuhi
perjanjian (Yurisprudensi Putusan MA RI No. Reg. 24 K/Sip/1958).
3. Dalam hal terjadinya force majeure atau overmacht tidak ada
kewajiban membayar ganti rugi dan dalam perjanjian timbal balik,
kreditur tidak dapat menuntut pembatalan karena perikatannya
gugur.
4. Dalam Pasal 1244 dan 1245 KUH Perdata, force majeure sebagai
alasan hukum yang membebaskan dari kewajiban melaksanakan
perjanjian dan ganti rugi. Membebaskan ini dapat bersifat relative
bila keadaan memaksanya bersifat sementara, artinya kebebasan
hanya bertujuan menunda, bukan membatalkan.
5. Peraturan DMO adalah fakta hukum dan kebijjakan yang tidak
dapat dilanggar oleh PT MR karena sifatnya yang mengikat dan
terdapatnya ancaman pembekuan izin, denda dan kompensasi atas
pelanggaran terhadap peraturan tersebut. Kondisi ini merupakan
force majeure bagi PT MR.
6. Unsu tidak terduga dalam force majeure tidak cukup dibantah atas
dasar kemungkinan terjadinya saja, harus ada kepastian bahwa
peristiwa itu akan terjadi sehingga orang berpikiran sehat dapat
memperhitungkannya.
7. Bahwa unsur dari force majeure yang harus dipenuhi adalah sebab
yang tidak terduga (Pasal 1244), peristiwa tersebut bukan
kesalahan para pihak (Pasal 1245), peristiwa tidak disengaja dan
tidak adanya itikad buruk.
8. Ketentuann hardship di Indonesia belum ada pengaturan jelasnya,
sehingga dapat dipersamakan atau diatur dengan ketentuan
overmacht.
9. Menurut Mariam Datus Badrulzaman, terdapat overmacht khusus
dimana berlaku suatu peraturan yang mana pelaksanaan prestasi
bukan tidak dapat dilakukan, namun tidak boleh dilakukan.
10. Menurut Munir Fuady, Force majeure dapat terjadi juga karena
adanya aturan hukum yang melarang pelaksanaan kontrak
tersebut. Meskipun tidak melarang, namun pelaksanaannya karena
suatu peraturan menjadi tidak reasonable.
11. Pada kebijakan DMO yang menjadi masalah PT MR, keadaan
memaksanya tidak diketahui sampai kapan berlakunya. Sehingga
alih-alih menambah biaya karena penangguhan kewajiban dan
merugikan PT MR, maka dibatalkanlah perjanjian tersebut. SEP
tidak dapat menuntut kepada PT MR karena adanya keadaan
memaksa yang tak terduga ini.
12. Karena overmacht, maka tidak ada kewajiban pemenuhan
prestasi dan gugurnya kewajiban mengganti kerugian. Hilangnya
kewajiban pemenuhan prestasi juga berlaku gugur bagi pihak
lainnya.
13. Pada perjanjian timbal balik, saat terjadi force majeure dan
salah satu pihak tidak lagi berkewajiban, maka pihak lainnya juga
bebas dari kewajibannya.
14. Hardship dalam hukum Indonesia dapat dipersamkan dengan
overmacht atau force majeure yang sifatnya relative.
15. Jika force majeure dapat dibuktikan maka perjanjian dapat
dibatalkan dan tidak dapat dibebankan penggantian kerugian
padanya (Yurisprudensi Putusan MA RI No. 409K/Sip/1983).
16. Tindakan administrative penguasa yang mengikat merupakan
kejadian yang tidak dapat diatasi dan merupakan force majeure
sehingga membebaskan dari dampak dan penggantian kerugian.
Hal ini sifatnya relative dan sementara sampai ada perubahan
kebijakan sebelumnya.
17. Kebijakan pemerintah dianggap force majeure bila kebijakan
tersebut melarang pelaksanaan perjanjian dan bila memaksakan
pelaksanaannya, maka dianggap melanggar dan akan ditangkap
atau dikenai hukuman.

a. Clausula Rebus Sic Stantibus adalah perubahan keadan yang


menimbulkan kesilutan ekstrim bagi salah satu pihak
melaksanakan perjanjian. Perubahan tersebut harus mengubah
dasar, objek, dan tujuan perjanjian.
b. Klausul ini tidak dapat menjadi alasan hukum pengakhiran
perjanjian tanpa adanya persetujuan. Perjanjian harus dijalankan
sebaik-baiknya sebagaimana asas pacta sunt servanda atau
perjanjian berlaku sebagai undang-undang (Pasal 1338 ayat 1)
c. Pasal 1381 KUH Perdata mengatur mengenai hapusnya perikatan,
dimana secara khusus berakhirnya perjanjian dapat juga karena
ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak atau dengan
persetujuan.
d. Pada pasal 1318 KUH Perdata, perikatan hapus apabila karena
berlakunya suatu syarat batal. Secara khusus, berakhirnya
perjanjian dapat disebabkan karena ditentukan dalam perjanjian
oleh para pihak atau para pihak menentukan bahwa dengan
peristiwa tertentu perjanjian akan hapus.
e. Tidak terjadi overmacht bila sudah ada perkiraan akan adanya
peristiwa tersebut. Hal ini dilihat dari tingkat pengetahuan dan
pengalaman yang semestinya menjadi alasan memperhitungkan
tentang akan terjadinya peristiwa tersebut.
f. Pembebasan ganti rugi karena overmacht merupakan pembebasan
mutlak sepanjang bisa dibuktikannya.
g. Bahwa bila pelaksanaan kontrak menjadi lebih berat bagi salah
satu pihak, pihak tersebut tunduk untuk melaksanakan kontrak
sesuai dengan ketentuan hardship.
h. Bila perubahan keadaan pelaksanaan konntrak dapat dihitung
dengan keuangan, maka perubahan tersebut nilainya 50% atay
lebih dari biaya awal, sehinngga nilainya dapat dianggap jumlah
yang fundamental.
i. Perubahan fundamental keseimbangan kontrak dapat dilihat dari
adanya kenaikan substansial dari ongkos yang harus ditanggung
oleh salah satu pihak saat melaksanakan kewajibanya dan hal
tersebut hanya ditanggung olehnya, dan/atau adanya peruntunan
substansial dari nilai pelaksanaan kontrak yang diterima oleh
salah satu pihak atau tidak bernilai sama sekali.
j. Perubahan regulasi DMO merupakan hal yang tak bisa diprediksi.
Meskipun regulasi DMO sudah terjadi, namun perubahan regulasi
yang secepat dan tiba-tiba dalam perjanjian dengan jangka waktu
yang tak lama merupakan diluar analisis risiko atau perhitungan
para pihak saat membuat perjanjian. Sebelumnya pun, PT MR
belum mengalami hal seperti ini sebelumnya.
k. Untuk membuktikan hardship, harus dibuktikan dahulu perubahan
keseimbangan yang fundamentalnya, meningkatnya biaya
pelaksanaan kontra, dan/atau menurunnya nilai kontrak yang
diterima salah satu pihak.
l. Bilamana terjadi ketidakseimbangan dalamm perjanjian dan dapat
dibuktikannya, harus dinilai apakah adil dan patut apabila
perjanjian tersebut tetap dilaksanakan.

1. Bahwa kebijakan DMO (domestic market obligation) sebanyak 25%


telah membuat pelaksanaan perjanjian menjadi sulit hingga waktu
yang belum ditentukan.
2. Bahwa jenis batubara yang dimiliki oleh PT MR merupakan
batubara yang spesifikasinya sesuai dengan spesifikasi kebutuhan
batubara dalam kebijakan DMO sehingga perlu melaksanakan
kontrak dengan PLN untuk memenuhi kewajiban DMO, kalau tidak
maka akan dikenai hukuman penghentian sementara produksi,
pencabutan izin, denda dan kompensasi.
3. Bahwa dikeluarkannya kebijakan DMO ini sangat mendadak dan
tidak didiskusikan terlebih dahulu dengan para penguasaha
batubara.
4. Dalam waktu yang belum ditentukan sampai kapan, kebijakan
DMO ini menunda pelaksanaan perjanjian yang menyebabkan
naiknya ongkos bagi PT MR karena harus menanggung biaya
demurrage kapal pengangkut yang nilai rata-ratanya 20K-40K USD
per harinya apabila terjadi overstay.
5. Bahwa ada kerugian yang dihadapi PT MR dengan adanya
kebijakan DMO, dimana sisa batubara yang akan dikirimkan ke
SEP harus dijual ke PLN dengan nilai jual yang lebih rendah. Selain
itu, tanpa menghitung biaya penundaan untuk memenuhi
kebutuhan DMO, PT MR juga harus menambah operational cost
untuk memenuhi sisa pengiriman kepada SEP jika perjanjiannya
tetap dilanjutkan.
6. Bahwa harga jual batubara kepada PLN adalah sebesar USD70 per
metrik ton dengan spesifikasi kalori 6.322 kcal/kg-nya.

Anda mungkin juga menyukai