PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perselisihan antar Pihak Pertama dan Pihak Kedua, maka penyelesaian
dilakukan secara musyawarah untuk mufakat sebanyak 3 ( tiga ) sesi pertemuan;
2. Apabila musyawarah dan mufakat tidak tercapai maka para pihak sepakat bahwa
penyelesaian perselisihan akan ditentukan secara hokum dengan memilih domisili hokum
pada panitera Pengadilan Negeri terdekat;
3. Dalam hal terjadinya perselisihan dan masih dalam proses penyelesaian para pihak tetap
harus memenuhi segala hak dan kewajiban yang telah timbul sebelum terjadinya
perselisihan tersebut.
Pasal 8
KETENTUAN – KETENTUAN LAIN
1. Segala ketentuan lain yang belum diatur dalamperjanjian kerjasama kemitraan ini dan
atau perubahan akan ditetapkan dalam aturan perubahan dan menjadi satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian Kontrak Kemitraan ini SPKK;
2. Jika pada perjanjian ini berakhir PIHAK KEDUA masih mempunyai kewajiban
pembayaran yang belum selesai kepada PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA
tetap bertanggung jawab untuk menyelesaikan pembayarannya kepada PIHAK
PERTAMA.
Pasal 9
PENUTUP
Demikian SPKK ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak di Purwokerto pada hari
dan tanggal tersebut di atas pada pembukaan SPKK ini, serta dibuat rangkap 2 (dua) dengan
bematerai cukup yang mempunyai kekuatan hokum yang sama bagi para pihak Dengan catatan
apabila dikemudian hari dalam waktu berjalan terdapat kekeliruan dan atau belum tercantum
dalam perjanjian ini oleh kedua belah pihak maka akan diadakan perubahan dan ditinjau
kembali.
PASAL 10
PASAL 11
KUASA KOPERASI
2. Apabila setelah berakhirnya jangka waktu perjanjian kredit karena sebab apapun juga
ternyata menurut pertimbangan KOPERASI, DEBITUR tidak dapat menyelesaikan
kewajibannya berdasarkan perjanjian kredit, KOPERASI berhak dan dengan ini diberi
kuasa oleh DEBITUR untuk mengambil tindakan – tndakan dalam rangka pelunasan
hutang dan biaya lain yang timbul karena dan untuk pelaksanaan perjanjian kredit atau
diharuskan oleh ketentuan otoritas jasa keuangan ( “OJK” ) atau ketentuan pemerintah
yang berlaku.
PASAL 12
PENGALIHAN HAK DAN KEWAJIBAN
2. DEBITUR dengan ini menyatakan setuju atas pengalihan yang dilakukan oleh
KOPERASI sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini.
PASAL 13
1. Pelaksanaan perjanjian kredit ini tunduk, diartikan, ditafsirkan dan dilaksanakan menurut
ketentuan hokum dan peraturan perundang-undangan Negara Republik Indonesia.
KETENTUAN LAINNYA
2. Dalam hal terdapat satu, sebagian atau lebih dari ketentuan-ketentuan dalam perjanjian
kredit menjadi tidak berlaku atau tidak dapat dilaksanakan karena adanya suatu
ketentuan, peraturan perundang-undangan, putusan atau kebijaksanaan dari instansi
pemerintah yang berwenang maka hal tersebut tidak akan menyebabkan ketentuan-
ketentuan lainnya dalam perjanjian kredit menjadi tidak berlaku atau tidak mengikat
kecuali KOPERASI menentukan lain.
3. Perjanjian kredit ini tidak dapat diubah atau ditambah, kecuali dengan satu perjanjian
perubahan atau tambahan yang ditanda tangani oleh KOPERASI dan DEBITUR tentang
perubahan perjanjian kredit ( addendum ) dan merupakan satu kesatuan dengan perjanjian
kredit ini.
4. Seluruh dokumen yang diserahkan DEBITUR kepada KOPERASI akan disimpan oleh
KOPERASI sampai dinyatakan lunas oleh KOPERASI.
5. Segala sesuatu yang belum cukup diatur dalam perjanjian kredit ini yang oleh
KOPERASI diatur dalam surat-menyurat maupun dibuatkan dengan dokumen-
dokumen/akta-akta lain, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perjanjian
kredit.
PARA PIHAK menyatakan dengan ini menjamin akan kebenaran Identitas PARA
PIHAK sesuai tanda pengenal yang disampaikan dan bertanggung jawab sepebuhnya atas
hal tersebut dan selanjutnya PARA PIHAK juga menyerahkan telah mengerti dan
memahami isi akta ini.
Demikian perjanjian kredit ini dibuat pada tempat, hari dan tanggal sebagaimana
disebutkan pada bagian awal perjanjian kredit dan segera ditandatangani setelah dibaca,
dimengerti dan disetujui oleh PARA PIHAK, berlaku sejak tanggal ditandatanganinya.
Perjanjian kredut ini dibuat dala rangkap 2 ( dua ) masing-masing bermaterai cukup dan
memiliki kekuatan hokum yang sama.
PASAL 7
KOMPENSASI
Apabila dalam jangka waktu kerjasama ini, menunjuk pasal 6 belum terpenuhi atau
terjadi kendala terhadap PIHAK PERTAMA seperti “ Pemutusan hubungan kerjasama
sepihak antara PT ARKA SURYA GROUP dengan Pihak Lapas “ sesuai Pasal 2, maka
PIHAK PERTAMA akan bertanggung jawab dengan cara mengganti PO dengan Lapas
lainnya yang bekerja sama dengan PIHAK PERTAMA ( PT. ARKA SURYA GROUP )
PASAL 8
Keadaan Memaksa ( Force Majeure )
1. Yang dimaksud dengan Keadaan Memaksa ( Force Majeure ) adalah keadaan atau
peristiwa yang terjadi diluar dugaan, kemampuan dan kekuasaan semua pihak yang
mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan kewajiban salah satu pihak atau semua
pihak sesuai dengan ketentuan Perjanjian ini, yaitu :
a. Keadaan perang, huru-hara ( terlepas adanya perang atau tidak ), invasi, tindakan
permusuhan asing.
b. Pertentangan, revolusi,pemberontakan atau pengambil-alihan kekuasaan-militer.
c. Radiasi ionisasi, atau kontaminasi radioaktif dari bahan bakar nuklir atau limbah
nuklir yang berasal dari pembakaran bahan bakar nuklir ledakan toxic radioaktif,
atau kandungan berbahaya dari ledakan rakitan atau yang mengandung komponen
nuklir,
d. Gelombang tekanan ditimbulkan dari pesawat udara atau peralatan aeronautika
yang bergerak dengan kecepatan suara melebihi kecepatan suara
PASAL 10
ADDENDUM
Hal-hal tidak atau belum cukup diatur dalam perjanjian ini akan diatur dan
dijelaskan lebih lanjut oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dalam
Addendum tersendiri yang ditandatangani kedua belah pihak dan menjadi satu
kesatuan dan tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian kerjasama ini.
PASAL 11
PAJAK-PAJAK