Anda di halaman 1dari 3

SURAT PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

Pada hari ini, Kamis 28 Desember 2023, telah ditandatangani suatu perjanjian
hutang piutang uang antara kedua pihak yaitu:

1. EDI SANTOSO, bertempat tinggal di Kemanggisan Grogol RT 010/008,


Kec. Palmerah Kota Jakarta Barat, dalam hal ini bertindak atas nama diri
sendiri selanjutnya dalam perjanjian ini disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2. ADIP BAYU KESTARU beralamat di JL. Gunung Agung Desa Dermo


No.100 RT.004/002 Kec. Mojoroto Kota Kediri, dalam hal ini bertindak atas
nama diri sendiri, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK KEDUA.

Terlebih dahulu PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menerangkan bahwa:


3. Para pihak menerangkan terlebih dahulu bahwa PIHAK PERTAMA telah
meminjam dari PIHAK KEDUA sejumlah uang sebesar Rp33.000.000, (tiga
puluh tiga juta rupiah).

4. Bahwa mengenai pinjaman uang tersebut dan sekalian mengenai


pemberian jaminan surat tanah berikut dengan bidang tanahnya tersebut
kedua belah pihak bermaksud hendak menetapkan dalam suatu perjanjian.

Pasal 1
JUMLAH PINJAMAN

PIHAK PERTAMA dengan ini telah meminjam dari PIHAK KEDUA uang
sejumlah Rp25.000.000,- (Dua puluh lima juta rupiah) dengan pengembalian
uang selama 3 Tahun/ 36 Bulan.

Pasal 2
PENYERAHAN PINJAMAN

PIHAK KEDUA telah menyerahkan uang sebagai pinjaman sebesar Rp


25.000.000,- (Dua puluh lima juta rupiah) tersebut secara tunai dan sekaligus
kepada PIHAK PERTAMA pada saat perjanjian ini dibuat dan ditandatangani
dan PIHAK PERTAMA menyatakan telah menerimanya dengan
menandatangani bukti penerimaan (kuitansi) yang sah.

Pasal 3
BUNGA

1. Atas hutang sejumlah Rp 25.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) tersebut,


PIHAK PERTAMA dikenakan bunga setiap bulannya sebesar 10% (sepuluh
persen) oleh PIHAK KEDUA.
2. Pihak yang dikenakan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini
adalah sisa hutang yang belum dibayar oleh PIHAK PERTAMA.
Pasal 4
SISTEM PENGEMBALIAN

PIHAK PERTAMA wajib membayar kembali hutangnya tersebut kepada


PIHAK KEDUA dengan cara pembayaran angsuran sebesar Rp. 950.000,-
(sembilan ratus lima puluh rupiah) setiap bulan, per tanggal sampai
pengembalian uang sejumlah Rp 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah)
tersebut.

Pasal 5
BIAYA PENAGIHAN

Bilamana untuk pembayaran kembali atas segala sesuatu yang berdasarkan


.

perjanjian ini, diperlukan tindakan-tindakan penagihan oleh PIHAK KEDUA


maka segala biaya-biaya penagihan itu baik di hadapan maupun di luar
pengadilan menjadi tanggungan dan wajib dibayar oleh PIHAK PERTAMA.

Pasal 6
PENGEMBALIAN SEKALIGUS

1. Apabila PIHAK PERTAMA karena sebab apapun juga lalai atau ingkar dari
perjanjian ini, namun masih ada hutang yang belum lunas dibayar oleh PIHAK
PERTAMA, maka selambat-lambatnya dalam waktu 2 bulan terhitung
semenjak tanggal jatuh tempo, PIHAK PERTAMA wajib membayar lunas
seluruh tunggakan yang belum dilunasi oleh PIHAK PERTAMA kepada
PIHAK KEDUA.

2. Pihak yang digolongkan sebagai kelalaian atau ingkar janji PIHAK


PERTAMA. Sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini, apabila PIHAK
PERTAMA lalai memenuhi salah satu kewajibannya, yang ditetapkan dalam
perjanjian ini.

a. Terhadap PIHAK PERTAMA diajukan permohonan kepada instansi yang


berwenang, untuk diletakan dibawah pengakuan atau untuk dinyatakan
pailit.
b. Bilamana harta kekayaan dari PIHAK PERTAMA terutama bangunan
rumah tinggal berikut dengan bidang tanahnya disita atau bilamana
terhadap PIHAK PERTAMA dilakukan tindakan eksekusi untuk
pembayaran kepada PIHAK KEDUA.
c. Bilamana PIHAK PERTAMA meninggal dunia.

Pasal 7
KUASA

1. PIHAK PERTAMA dengan ini memberikan kuasa kepada PIHAK KEDUA,


untuk mengambil dan menguasai rumah dan tanah serta turutannya
sebagaimana disebut pada pasal 7 untuk menjual atau melakukan lelang
serta memiliki sendiri atas benda jaminan tersebut dalam rangka melunasi
hutang PIHAK PERTAMA.

2. Kuasa yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA di


dalam atau berdasarkan perjanjian ini, adalah bagian yang terpenting dan
tidak terpisahkan dari perjanjian ini. Kuasa mana tidak dapat ditarik kembali
dan juga tidak akan berakhir, karena meninggal dunianya PIHAK PERTAMA
atau karena sebab apapun juga.

Pasal 8
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Apabila ada hal-hal yang tidak atau belum diatur dalam perjanjian ini dan
juga jika terjadi perbedaan penafsiran atas seluruh atau sebagian dari
perjanjian ini, maka kedua belah pihak telah sepakat untuk menyelesaikannya
secara musyawarah untuk mufakat.

2. Jika penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak menyelesaikan


perselisihan tersebut, maka perselisihan tersebut akan diselesaikan secara
hukum yang berlaku di Indonesia.

Pasal 9
LAIN-LAIN

Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam perjanjian utang piutang
ini, akan diatur lebih lanjut dalam bentuk surat menyurat dan atau addendum
perjanjian yang ditandatangani oleh para pihak yang merupakan salah satu
kesatuan atau bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.

Pasal 10
PENUTUP

Perjanjian Hutang Piutang uang ini dibuat rangkap 2 (dua), di atas kertas
bermeterai cukup untuk masing-masing pihak yang mempunyai kekuatan
hukum yang sama dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dalam
keadaan sehat jasmani dan rohani, serta tanpa unsur paksaan dari pihak
manapun.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

(ABC) (ABC)

SAKSI 1 SAKSI 2

Anda mungkin juga menyukai