Anda di halaman 1dari 3

SURAT PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

1) Pada hari ini, Jum’at 2 Desember2022, telah ditandatangani suatu perjanjian hutang
piutang uang antara kedua pihak yaitu:

1. Sodara Muh.Zainul Akbari beralamat di Desa gonggang RT.018/003 Kec. Poncol


Kab.Magetan, dalam hal ini bertindak atas nama diri sendiri selanjutnya dalam
perjanjian ini disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2.Koprasi Hikmah beralamat di Desa Temboro,RT.009/003 ,Kec Karas,Kab Magetan,


dalam hal ini bertindak atas nama diri sendiri, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut
PIHAK KEDUA.

Terlebih dahulu PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menerangkan bahwa:

3. Para pihak menerangkan terlebih dahulu bahwa PIHAK PERTAMA telah


meminjam dari PIHAK KEDUA sejumlah uang sebesar Rp 270.000000 (Dua ratus
tujuh puluh juta rupiah)
4. Bahwa mengenai pinjaman uang tersebut dan sekalian mengenai pemberian
jaminan surat tanah berikut dengan bidang tanahnya tersebut kedua belah pihak
bermaksud hendak menetapkan dalam suatu perjanjian.

Pasal 1
JUMLAH PINJAMAN

PIHAK PERTAMA dengan ini telah meminjam dari PIHAK KEDUA uang sejumlah
Rp 270.000000 (Dua ratus tujuh puluh juta rupiah)dengan pengembalian uang selama
4 Tahun.

Pasal 2
PENYERAHAN PINJAMAN

PIHAK KEDUA telah menyerahkan uang sebagai pinjaman sebesar Rp 270.000000


(Dua ratus tujuh puluh juta rupiah)tersebut secara tranfer di Bank PUNDHI dan
sekaligus kepada PIHAK PERTAMA pada saat perjanjian ini dibuat dan
ditandatangani dan PIHAK PERTAMA menyatakan telah menerimanya dengan
menandatangani bukti penerimaan (kuitansi) yang sah.

Pasal 3
BUNGA

1. Atas hutang sejumlah Rp 270.000000 (Dua ratus tujuh puluh juta rupiah)
tersebut, PIHAK PERTAMA dikenakan bunga setiap bulannya sebesar 10% (sepuluh
persen) oleh PIHAK KEDUA.

2. Pihak yang dikenakan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah
sisa hutang yang belum dibayar oleh PIHAK PERTAMA.

Pasal 4
SISTEM PENGEMBALIAN

PIHAK PERTAMA wajib membayar kembali hutangnya tersebut kepada PIHAK


KEDUA dengan cara pembayaran Cash selama 4 Tahun dan sedekah selama per
3bulan sekali,sebagai jaminan KK,KTP,Tempat usaha,dan 4 Saudara.
Pasal 5
BIAYA PENAGIHAN

1. Bilamana untuk pembayaran kembali atas segala sesuatu yang berdasarkan perjanjian ini,
diperlukan tindakan-tindakan penagihan oleh PIHAK KEDUA maka segala biaya-biaya
penagihan itu baik di hadapan maupun di luar pengadilan menjadi tanggungan dan wajib
dibayar oleh PIHAK PERTAMA.

Pasal 6
PENGEMBALIAN SEKALIGUS

1. Apabila PIHAK PERTAMA karena sebab apapun juga lalai atau ingkar dari perjanjian ini,
namun masih ada hutang yang belum lunas dibayar oleh PIHAK PERTAMA, maka
selambat-lambatnya dalam waktu 4 Tahun terhitung semenjak tanggal jatuh tempo, PIHAK
PERTAMA wajib membayar lunas seluruh tunggakan yang belum dilunasi oleh PIHAK
PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.

2. Pihak yang digolongkan sebagai kelalaian atau ingkar janji PIHAK PERTAMA.
Sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini, apabila PIHAK PERTAMA lalai memenuhi
salah satu kewajibannya, yang ditetapkan dalam perjanjian ini.

a. Terhadap PIHAK PERTAMA diajukan permohonan kepada instansi yang berwenang,


untuk diletakan dibawah pengakuan atau untuk dinyatakan pailit.

b. Bilamana harta kekayaan dari PIHAK PERTAMA terutama bangunan rumah tinggal
berikut dengan bidang tanahnya disita atau bilamana terhadap PIHAK PERTAMA dilakukan
tindakan eksekusi untuk pembayaran kepada PIHAK KEDUA.
c. Bilamana PIHAK PERTAMA meninggal dunia.

Pasal 7
KUASA

1. PIHAK PERTAMA dengan ini memberikan kuasa kepada PIHAK KEDUA, untuk
mengambil dan menguasai rumah dan tanah serta turutannya sebagaimana disebut pada pasal
7 untuk menjual atau melakukan lelang serta memiliki sendiri atas benda jaminan tersebut
dalam rangka melunasi hutang PIHAK PERTAMA.

2. Kuasa yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA di dalam atau
berdasarkan perjanjian ini, adalah bagian yang terpenting dan tidak terpisahkan dari
perjanjian ini. Kuasa mana tidak dapat ditarik kembali dan juga tidak akan berakhir, karena
meninggal dunianya PIHAK PERTAMA atau karena sebab apapun juga.

Pasal 8
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Apabila ada hal-hal yang tidak atau belum diatur dalam perjanjian ini dan juga jika terjadi
perbedaan penafsiran atas seluruh atau sebagian dari perjanjian ini, maka kedua belah pihak
telah sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat.

2. Jika penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak menyelesaikan perselisihan


tersebut, maka perselisihan tersebut akan diselesaikan secara hukum yang berlaku di
Indonesia.

Pasal 9
LAIN-LAIN
Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam perjanjian utang piutang ini, akan diatur
lebih lanjut dalam bentuk surat menyurat dan atau addendum perjanjian yang ditandatangani
oleh para pihak yang merupakan salah satu kesatuan atau bagian yang tidak terpisahkan dari
perjanjian ini.

Pasal 10
PENUTUP

Perjanjian Hutang Piutang uang ini dibuat rangkap 2 (dua), di atas kertas bermeterai cukup
untuk masing-masing pihak yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dan ditandatangani
oleh kedua belah pihak dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, serta tanpa unsur paksaan
dari pihak manapun.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

(Muh.Zainul Akbari) (Ust.Yahya)

SAKSI-SAKSI:

(........................................)

Anda mungkin juga menyukai