Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEDUDUKAN DAN URGENSI MAHAR DALAM


PERNIKAHAN

Disusun : Ella Miftakhul Jannah

Prodi: Syari’ah Muamalah

Semester : 4

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF

STAIM KENDAL NGAWI


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan kehadirat allah SWT, atas


berbagai rahmat ,taufik dan hidayah-Nya yang telah dianugrahkan kepada kita
semua. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
beserta keluarga dan pengikut setianya semogga kesuksesan senantiasa mewujud
dalam kehidupan dunia dan akhirat .kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besanya kepada bapak Ahamad Taufiqurrohman,M.H.I selaku dosen pembimbing
matakuliah hukum perkawinan dan kepada segenap pihak yangtelah memberikan
bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ‘kedudukan dan urgensi mahar dalam
pernikahan’dalam rangka memenuhi tugas kuliah hukum perkawinan.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.secara teknis kamitelah


berupaya optimal untuk menyelesaikan makalah ini .namun pada kenyataannya
tidak dapat dipungkiri masih banyak kekurangan sesuai.maka itu kami
mengharapkan keritikan dan saran dari pembaca .demikian maakalah ini kami
buat, kami ucapkan terimakasih.

Ngawi, 12 juni 2020

Ella Miftahukhul Jannah


DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi .......................................................................................................... iii

Rumusan Masalah ............................................................................................ iv

BAB I Pembahasan .......................................................................................... 1

BAB II Kesimpulan ......................................................................................... 3

Daftar Pustaka .................................................................................................. 4


RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas penulis membatasi masalah


yang akan dikaji dalam karya tulis ilmiah ini denganbeberapa
pertanyaandalamrumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi perbedaan pendapatantaraImam


Syafi‟idan Imam Sahnun mengenai mahar fasid dan akibat hukumnya
terhadap keabsahan pernikahan?

2. Bagaimana analisispenulis terkaitpendapat Imam Syafi‟I dan Imam


Sahnun mengenai mahar fasiddan akibat hukumnyaterhadap keabsahan
pernikahan?
BAB I

PEMBAHASAN

Setiap akad pernikahan dari akad dilaksanakan dengan sempurna dan sah
dapat menimbulkan pengaruh hak istri kepada suami .hak istri yang wajib
dilaksanakan suami adalah mahar ,besar kecilnya ditetepkan atas persetujuan
kedua belah pihak

a. Pemberian mahar pada saat itu di tujukan pada wali si wanita sebagai imbalan
bagi para wali yang telah membesarkannya dan juga sebagai resiko kehilangan
perannya dalam keluarga
b. Pemberian mahar kepada wanita bukanlah
sebagaihargadariperempuanitudanbukanpulasebagaipembelianperempuanitudar
iorangtuanya,pensyari’atanmaharjugamerupakansalahsatusyaratyangdapatmen
ghalalkanhubungansuamiisteri,yaituinteraksitimbalbalikyangdisertailandasanka
sih sayang dengan peletakan status kepemipinan keluarga kepada suami dalam
berumh tangga.

Kewajiban pemberian mahar oleh calon suami juga merupakan suatu


gambaran dari sebuah kemauan dan tanggung jawab dari suami untuk memenuhi
nafkah yang jelas diperlukan dalam kehidupan berumahtangga.yang kewajiban
memberikan nafkah ( mahar dan kebutuhan rumah tangga).

Hanyalah laki - laki ,karena memang menjadi kodrat bagi laki - laki karena
ia memiliki tanggung jawab dan kemauan dan berusaha memenuhi kebutuhan dan
mecari Rizki ,sedangkan tugas seorang wanita dalam keluarga adalah menjaga
rumah tangga ,terutama mendidik anak. Walaupun dalam kenyataannya tidak
sedikit kaum perempuan yang memenuhi kebutuhan rumah tangganya dengan
bekerja sendiri.

1
Pemberian mahar saat ini kepada calon istri dilakukan dengan berbagai macam
carayang dianggap unik dan mengesankan. Salah satunya adalah membingkai
mahar dalam bentuk masjid ,kapal dan lain- lain .dalam sebuah bingaki kaca .

1. Pengertian mahar

Mahar secara etimologi artinya maskawin. Secara terminologi , mahar ialah


pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon
suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon
suaminya.atau pembrian yang wajib bagi calon suami kepada istrinya baik dalam
bentuk benda maupun jasa,kemerdekan.

2.Syarat-syarat Mahar

Mahar yang diberikan kepada calon istri harus memenuhi syarat - syarat sebagai
berikut

a. Harga berharga. Tidak sah mahar dengan yang tidak berharga walaupun tidak
ada ketentuan banyak atau sedikitnya mahar,mahr sedikit , tepi bernilai tetap sah
disebut mahar

b. Barangnya suci dan bisa diambil manfaat .tidak sah mahar dengan memberikan
khamar,babi atau darahkarena semua itu haram dan tidak berharga.

c. Barangnya bukan barang ghasab. Ghasab artinya mengambil barang mili orang
lain tanpa izinnya namun tidak termasuk milikinya karena berniat untuk
mengambilnya kelak. Memberikan mahar dengan barang hasil ghasab tidak sah,
tetapi akadnya tetap sah

d. Bukan barang yang tidak jelas keadanya.tidak sah mahar dengan memberikan
barang yang tidak jelas keadaannya ati tidak disebutkan jenisnya.

3.Fungsi-Fungsi Mahar

Salah satu usaha Islam dalam memperhatikan dan menghargai permpuan yaitu
memberikan hak untuk perempuan memberikan hak untuk memegang usahanya

2
.di zaman jahiliah hak permpuan dihilangkan dan disia - siakan ,lalu Islam datang
mengembalikan hak- hak itu , kepadanya di berikan mahar dan kepada suami
diwajibkan memberikan mahar kepadanya bukan kepada ayahnya dan kepada
orang paling dekat kepadanya.

Kedudukan Mahar Dalam Hukum Islam

Sebagaimana telah dijelaskan pada poin sebelumnya, maka secara garis besar
berikut akan diuraikan mengenai kedudukan mahar dalam hukum islam.

1. Wajib Diberikan Oleh Mempelai Pria

Mahar merupakan kewajiban yang harus di berikan oleh calon mempelai laki-laki
kepada mempelai wanita. Mahar yang diberikan sendiri merupakan persetujuan
dari pihak mempelai wanita. Bahkan Rasulullah SAW selalu menjadikan mahar
sebagai pertanyaan yang beliau utrakan pada setiap keinginan seorang umat yang
ingin menikah. Tentunya hal ini menyiratkan betapa pentinh nilai mahar tidak
hanya dalam pernikahan namun juga dalam hukum islam.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hadrad al-Aslami bahwa dia datang
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta fatwa tentang wanita,
maka beliau bertanya: “Berapa engkau memberi mahar kepadanya?” Ia
menjawab: “Dua ratus dirham.”

2. Bersifat Tidak Memberatkan

Ahmad meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Akhir-akhir ini muncul fenomena jumlah mahar yang fantastis, biasamya mereka
merupakan publik figur yang pastinya selalu disorot kehidupannya. Islam sendoro
tidak membatasi berapa jumlah mahar yang bisa diberikan baik batas minimal
maupun maksimal. Meskipun demikian melihat bagaimana pentingnya kedudukan
mahar dalam pernikahan islam, maka tentu sebaiknya mahar tidaklah bersifat
memberatkan sebagaimana kewajiban istri terhadap suami dalam islam .
Meskipun sang mempelai pria masuk kedalam kategori mampu namun sebaiknya

3
mahar yang dimintakan tidak memberatkan dan mudah diperoleh demi lancarnya
prosesi pernikahan.

3. Tidak Harus Berbentuk Benda

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad as-Sa’idi Radhiyallahu


anhu, ia mengatakan, “Aku berada di tengah kaum di sisi Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, tiba-tiba seorang wanita berdiri lalu mengatakan: ‘Wahai
Rasulullah, sesungguhnya dia menghibahkan dirinya kepadamu, maka bagaimana
pendapatmu mengenainya ? (Dalam riwayat Malik: “Sesungguhnya aku
menghibahkan diriku kepadamu”). Beliau tidak menjawabnya sedikit pun.
Kemudian ia berdiri kembali lalu berkata: ‘Wahai Rasulullah, dia menghibahkan
dirinya kepadamu, maka bagaimana pendapatmu mengenainya?’ Beliau tidak
menjawabnya sedikit pun. Kemudian dia berdiri untuk ketiga kalinya lalu berkata:
‘Dia telah menghibahkan dirinya kepadamu, maka bagaimana pendapatmu
mengenainya?’ Lalu seorang pria berdiri dan mengatakan, ‘Wahai Rasulullah,
nikahkanlah aku dengannya?’ Beliau bertanya, ‘Apakah engkau mempunyai
sesuatu?’ Ia menjawab: ‘Tidak.’ Beliau bersabda: ‘Pergilah, lalu carilah walaupun
cincin yang terbuat dari besi!’ Ia pun pergi dan mencari, kemudian datang seraya
mengatakan: ‘Aku tidak mendapatkan sesuatu, dan tidak pula mendapatkan cincin
dari besi.’ Beliau bertanya: ‘Apakah engkau hafal suatu surat dari al-Qur-an?’ Ia
menjawab: ‘Aku hafal ini dan itu.’ Beliau bersabda: ‘Pergilah, karena aku telah
menikahkanmu dengannya, dengan mahar surat al-Qur-an yang engkau hafal.”

Meskipun pada umumnya mahar berbentuk benda, namun islam tidak


mensyaratkan ketentuan yang mengharuskan hal ini. Bahkan jika anda tidak
memiliki harta benda sama sekali untu dijadikan sebagai mahar. Maka hafalan
satu surah dari Al-Quran juga dapat digunakan sebagai mahar. Tentunya hal ini
harus dikonsultasikan dengan calon mempelai perempuan. Agar tidak terjadi
kesalah pahaman yang dapat merusak esensi dari sakralnya momen pernikahan.

4
4. Merupakan Permintaan Dari Mempelai Wanita

Mahar sendiri merupakan permintaan yang diajukan oleh mempelai


wanita. Namun, tentu sifatnya tidak mutlak sebab, tergantung pada kemampuan
mempelai pria serta negosiasi dari kedua belah pihak keluarga. Ini berarti bahwa
sang calon mempelai wanitalah yang menentukam sebera besar ia mengajukam
permintaan mahar kepada calon mempelai pria. Namun, jika berpatokan pada
hadist dan sabda Rasulullah, seorang wanita disarankan agar mengajukan mahar
yang ringan dan mudah.

5. Bukan Merupakan Simbol Kebanggaan Bagi Perempuan

Mahar sekali lagi bukan menjadi alat atau standar dalam melihat kualitas
calon mempelai. Paradigman yang berlaku diIndonesia biasanya masih
menggunakan adat yang kental dimana seorang gadis yang memiliki pendidikan
mumpuni dan dari keluarga berada pasti akan mendapatkan mahar yang mahal.
Meskipun demikian tentunya hal ini bukam menjadi sebuah hal yang layak
dibanggakan atau dipamerkan didepan umur sebagaimana hukum pamer dalam
islam . Apalagi sampai membuat kebanggaan hingga menjadikan diri angkuh dan
merasa lebih baik dari wanita lainnya.

6. Mahar Harus Didapatkan Dengan Jalan yang Halal

Mengingat betapa pentingnya kedudukan mahar makan tentu juga harus


dilihat bagaimana proses untuk mendapatkannya. Sebab pernikahan merupakan
sebuah prosesi yang sakral dan memiliki nilai historical yang penting. Maka
jangan sampai tercoreng akibat adanya mahar yang diperoleh dengan cara yang
tidak halal, seperti dari hasil mencuri atau berbuat kejahatan. Tentunya apapun
yang diperoleh dari jalan haram maka akan berpengaruh pada hukum pernikahan
yang juga akan menjadi haram.

7. Kepemilikan Atas Mahar Merupakan Hak Mutlak Istri

Mahar sendiro merupakan hak mutlak yang dimiliki oleh seorang istri.
Sehingga sang suami tidak bisa meminta kembali atau menggunakannya tanpa

5
pesetujuan sang istri. Hal tersebut tertuang dalam Firman Allah SWT, dalam QS.
An-Nisa: 4, yang artinya:

“Berikanlah Maskawin (mahar) kepada wanita  (yang kamu nikahi) sebagai


pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada
kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, makanlah (ambillah)
pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”

Macam-macam Mahar
Ulama fiqih sepakat bahwa mahar itu ada dua macam, yaitu:
1.      Mahar Musamma
 Mahar Musamma, yaitu mahar yang sudah disebut atau dijanjikan kadar dan
besarnya ketika akad nikah.Atau, mahar yang dinyatakan kadarnya pada waktu
akad nikah.
Ulama fikih sepakat bahwa,dalam pelaksanaannya, mahar musamma harus
diberikan secara penuh apabila:
a.       Telah bercampur (bersenggama).
b.      Salah satu dari suami istri meninggal. Dengan demikian menurut ijma’.
Mahar musamma juga wajib dibayar seluruhnya apabila suami telah
bercampurdengan istri, dan ternyata nikahnya rusak dengan sebab tertentu, seperti
ternyata istrinya mahram sendiri, atau dikira perawan ternyata janda, atau hamil
dari bekas suami lama. Akan tetapi, kalau istri dicerai sebelum bercampur, hanya
wajib dibayar setengah.
2.       Mahar Mitsli (Sepadan)
Mahar Mitsli yaitu mahar yang tidak disebut besar kadarnya pada saat sebelum
ataupun ketika terjadi pernikahan. Atau mahar yang diukur (sepadan) dengan
mahar yang pernah diterima oleh keluarga terdekat, agakjauh dari tetangga
sekitarnya, dengan memerhatikan status sosial, kecantikan, dan sebagainya.
Mahar Mitsli juga terjadi dalam keadaan sebagai berikut:
a.       Apabila tidak disebutkan kadar mahar dan besarnya ketika berlangsung akad
nikah, kemudian suami telah bercampur dengan istri, atau meninggal sebelum
bercampur.

6
b.      Jika mahar musamma belum dibayar sedangkan suami telah bercampur dengan
istri dan ternyata nikahnya tidak sah.
Nikah yang tidak disebutkan dan tidak ditetapkan maharnya disebut nikah
tafwid. Hal ini menurut jumhur ulama dibolehkan.

7
Pengertian Hak dan Kewajiban

Dalam bahasa latin untuk menyebut hak yaitu dengan ius, sementara
dalam istilah Belanda digunakan istilah recht. Bahasa Perancis menggunakan
istilah droit untuk menunjuk makna hak. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah
law untuk menunjuk makna hak.
Secara istilah pengertian hak adalah kekuasaan/wewenang yang dimiliki
seseorang untuk mendapatkan atau berbuat sesuatu. Sementara menurut C.S.T
Cansil hak adalah izin atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum kepada
seseorang. Menurut van Apeldoorn hak adalah hukum yang dihubungkan dengan
seseorang manusia atau subyek hukum tertentu, dengan demikian menjelma
menjadi suatu kekuasaan. Dalam pengertian ini, C.S.T. Cansil membagi hak ke
dalam hak mutlak (hak absolut) dan hak relative (hak nisbi).
1.      Hak Mutlak (hak absolut)
Hak mutlak adalah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang untuk
melakukan suatu perbuatan, hak mana bisa dipertahankan kepada siapapun juga,
dan sebaliknya setiap orang harus menghormati hak tersebut.
Sementara itu macam-macam hak mutlak dibagi ke dalam tiga golongan:
a.       Hak Asasi Manusia
b.      Hak Publik Mutlak
c.       Hak Keperdataan
Sedangkan macam-macam hak keperdataan yaitu antara lain sebagai berikut:
a.       Hak Marital
b.      Hak/Kekuasaan Orang Tua
c.       Hak Perwalian
d.      Hak Pengampuan
2.      Hak Relatif (hak nisbi)
Hak relatif adalah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang tertentu
atau beberapa orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa
orang lain tertentu memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu.
Sedangkan kewajiban berasal dari kata wajib yang berarti keharusan untuk
berbuat sesuatu. Jadi pengertian kewajiban yaitu sesuatu yang harus dilakukan

8
oleh seseorang oleh karena kedudukannya. Kewajiban timbul karena hak yang
melekat pada subyek hukum.

9
BAB II

KESIMPULAN

Mahar merupakan pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri
sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta bagi seorang
istri kepada calon suaminya.atau seatu pemberian yang diwajibkan bagi calon
suami kepada calon istrinya baik dalam bentuk benda maupun jasa.agama tidak
menetapkan jumlah minimum dan bengitu pula jumlah maksimum dari mahar.hal
inidisebabkan oleh perbedaan tingkatan kemampuan manusia dalam
memberikannyq .mahar boleh dilaksanakan dan diberikan dengan kontan atau
utang ,apakah mau dibayar kontan sebagian dan utang sebagian

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jaziri, Abdurrahman. Al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah,  juz 4.


Mujid, Abdul. dkk, Kamus Istilah Fikih,Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.
Muhktar,Kamal,Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan
Bintang, 1994.
Hasan, Mustofa. Pengantar Hukum Keluarga, Bandung : CV Pustaka Setia, 2011.
Al-Fauzan, Saleh.Fiqh Sehari-hari, Depok: GemaInsani,
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, Jakarta : Rajawali Pers, 2010.
Daradjat , Zakiyah, dkk, Ilmu Fiqh, Jakarta: Depag RI, 1985.
Ghazali, Abdurrahman.Fiqih MunakahatJakarta, Prenada Media, 2003.

11

Anda mungkin juga menyukai