Anda di halaman 1dari 8

Lex Privatum, Vol. IV/No.

2/Feb/2016

KAJIAN HUKUM KEADAAN MEMAKSA (FORCE karena kita tidak dapat mengatakan adanya
MAJEURE) MENURUT PASAL 1244 DAN PASAL keadaan memaksa jika keadaan itu terjadi
1245 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM kemudian. 2. Implikasi hukum keadaan
PERDATA1 memaksa (force majeure), bahwa keadaan yang
Oleh: Daryl John Rasuh2 menghalangi pemenuhan prestasi itu ada
tidaknya hanya jika setiap orang sama sekali
ABSTRAK tidak mungkin memenuhi prestasinya bahkan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk debitur sendiri yang bersangkutan tidak
mengetahui apakah faktor-faktor perjanjian mungkin atau sangat berat untuk memenuhi
yang mempengaruhi Keadaan Memaksa (force prestasi. Penentuannya harus berdasarkan
majeure) dan bagaimana implikasi pembatalan kepada masing-masing kasus. Impliasinya
perjanjian yang disebabkan Keadaan Memaksa bahwa debitur tidak harus menanggung risiko
(force majeure), yang dengan menggunakan dalam keadaan memaksa maksudnya debitur
metode penelitian hukum normative baik berdasarkan undang-undang, perjanjian
disimpulkan bahwa: 1. Keadaan memaksa force maupun menurut pandangan yang berlaku
majeure / overmach adalah suatu keadaan yang dalam masyarakat, tidak harus menanggung
terjadi setelah dibuatnya perjanjian, yang risiko. Selain itu karena keadaan memaksa,
menghalangi debitur untuk memenuhi debitur tidak dapat menduga akan terjadinya
prestasinya, di mana debitur tidak dapat peristiwa yang menghalangi pemenuhan
dipersalahkan dan tidak harus menanggung prestasi pada waktu perjanjian dibuat.
risiko serta tidak dapat menduga pada waktu Kata kunci: keadaan memaksa
perjanjian dibuat. Kesemuanya itu sebelum
debitur lalai untuk memenuhi prestasinya pada PENDAHULUAN
saat timbulnya keadaan tersebut. Faktor yang A. Latar Belakang.
mempengaruhi keadaan memaksa (force Batalnya perjanjian seperti diuraikan di
majeure), menurut KUH Perdata ada 3 (tiga) atas, sangat berlainan dengan force majeure
unsur yang harus dipenuhi untuk keadaan š µ Ç vP • Œ]vP ]• µš • P ] ^l v
memaksa, yaitu : a.Tidak memenuhi prestasi; b. u u l• _ Ç vP u Œµ‰ l v •µ šµ l v
Ada sebab yang terletak di luar kesalahan dimana seorang debitur terhalang untuk
debitur ; c.Faktor penyebab itu tidak dapat di melakukan prestasinya karena keadaan atau
duga sebelumnya dan tidak peristiwa yang tidak terduga pada saat
dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur. dibuatnya kontrak, keadaan tersebut tidak
Apabila terjadi keadaan memaksa (force dapat dimintakan pertanggungjwaban kepada
majeure) dan memenuhi unsur a dan c, maka debitur, sementara si debitur tidak dalam
force majeure/overmacht ini disebut absolute keadaan beritikad buruk. Kausa-kausa force
overmacht atau keadaan memaksa yang majaure atau keadaan memaksa telah diatur
bersifat obyektif. Dasarnya adalah dalam KUH Perdata pasal 1244 dan pasal 1245.
ketidakmungkinan (impossibility) memenuhi
prestasi karena bendanya lenyap/musnah. Jika B. PERUMUSAN MASALAH
terjadi force majeure/overmacht yang 1. Apakah faktor-faktor perjanjian yang
memenuhi unsur b dan c, keadaaan ini disebut mempengaruhi Keadaan Memaksa (force
relatieve overmacht atau keadaan memaksa majeure)?
yang bersifat subyektif. Dasarnya ialah kesulitan 2. Bagaimana implikasi pembatalan perjanjian
memenuhi prestasi karena ada peristiwa yang yang disebabkan Keadaan Memaksa (force
menghalangi debitur untuk berbuat. Keadaan majeure)?
memaksa yang menghalangi pemenuhan
prestasi haruslah mengenai prestasinya sendiri, C. METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian Skripsi ini
1
merupakan kajian disiplin Ilmu Hukum, maka
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Wullanmas penelitian ini akan mengaji dan membahas
A.P.G. Frederik, SH.MH; Dr. Denny B.A. Karwur, SH, M.Si
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
080711236

173
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

penelitian hukum secara normatif dari artinya jika tidak dilengkapi dengan ajaran
kepustakaan.3 risiko.
PEMBAHASAN Debitur yang dinyatakan wanprestasi dan
A. Faktor-Faktor Perjanjian dalam Keadaan kepadanya dimintakan sanksi atas wanprestasi
Memaksa (force majeure). yang terjadi dapat membela diri dengan
Keadaan Memaksa dimana adanya mengemukakan berbagai alasan. Salah satunya
peristiwa yang dikategorikan sebagai keadaan adalah karena adanya keadaan memaksa
yang membawa konsekuensi bagi para pihak (force majeure atau overmacht).
dalam suatu perikatan, di mana pihak yang Dalam KUH Perdata, force majeure
tidak dapat memenuhi prestasi tidak diatur dalam Pasal 1244 dan 1245, dalam
dinyatakan wanprestasi. Dengan demikian, bagian mengenai ganti rugi karena force
dalam hal terjadinya keadaan memaksa, majeure merupakan alasan untuk dibebaskan
debitur tidak wajib membayar ganti rugi dan dari kewajiban membayar ganti rugi. Pasal 1244
dalam perjanjian timbal balik, kreditur tidak KUH Perdata mengatur: _Jika ada alasan untuk
dapat menuntut pembatalan karena itu si berutang harus dihukum mengganti biaya,
perikatannya dianggap gugur/terhapus. rugi, dan bunga, bila ia tidak membuktikan,
Beberapa pakar membahas akibat hukum bahwa hal tidak dilaksanakan atau tidak pada
dari keadaan memaksa. waktu yang tepat dilaksanakannya perjanjian
Istilah yang digunakan untuk menyebut itu disebabkan karena suatu hal yang tak terduga,
force majeure/overmacht adalah keadaan pun tak dapat dipertanggungjawabkan padanya,
memaksa meskipun para ahli hukum telah kesemuanya itu pun jika itikad buruk tidak ada
menerjemahkan terminologi tu dengan pada pihaknya_.
keadaan memaksa, dalam pembahasan masih Sementara itu, Pasal 1245 KUH Perdata
juga menggunakan terminologi overmacht. menentukan: _Tidaklah biaya, rugi, dan bunga
Pengertian overmacht secara spesifik, tidak harus digantinya, apabila karena keadaan
diuraikan akan tetapi memberi pengertian memaksa atau karena suatu keadaan yang tidak
overmacht, dengan mendasarkan pada dua disengaja, si berutang berhalangan
ajaran tentang overmacht, yaitu ajaran lama memberikan atau berbuat sesuatu yang
yang disebut Overmacht Objektif dan ajaran diwajibkan, atau karena hal-hal yang sama telah
baru, yaitu Overmacht Subjektif. Makna melakukan perbuatan yang terlarang_.5
Overmacht objektif adalah setiap orang sama Dalam hal ini perikatan diartikan sebagai
sekali tidak mungkin memenuhi verbintenis isi dari sebuah perjanjian yang memiliki sifat
(perikatan). Kusumadi disebut sebagai yang terbuka artinya isinya dapat ditentukan
Impossibilitas, sedangkan Overmacht subjektif oleh para pihak. Dengan beberapa syarat yaitu
adalah tidak terpenuhinya verbintenis karena tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
faktor ^difficult_ (yang merupakan lawan dari kesusilaan, dan undang- undang. Dari perikatan
impossibilitas).4 yang terjadi itu, maka akan menimbulkan
Dasar ajaran force majeure/overmacht adanya suatu hak dan kewajiban yang mengikat
subjektif adalah difficultas (kebalikan dari dan berlaku sebagai undang-undang bagi para
impossibilitas). Misalnya : Sesudah diadakan pihak yang membuatnya, sebagaimana
perjanjian jual-beli secara tiba-tiba, terjadi termasuk dalam KitabUndang-
kenaikan harga barang yang tidak dapat undangHukumPerdata Pasal 1338 :6
diduga lebih dahulu sehingga untuk ^^ mua perjanjian yang dibuat secara sah
memenuhi kewajibannya melever barang, berlaku sebagai undang-undang bagi
si penjual harus membeli barang yang harus mereka yang membuatnya. Perjanjian itu
di-lever tersebut dengan harga yang sangat tidak dapat ditarik kembali selain dengan
tinggi namun kedua ajaran di atas tidak ada sepakat kedua belah pihak, atau karena

3 5
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum KUH Perdata Pasal 1244 dan Pasal 1245.
6
Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985, hal. 14 Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan,
4
Rachmat S.S. Soemadipradja. Penjelasan Hukum tentang Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456 BW, PT.
Keadaan Memaksa. Gramedia Jakarta 2010. Hal. 32. RajaGrafindo Persada.Jakarta.2008. hal 78

174
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

alasan- alasan yang oleh undang- undang Berdasarkan penyebab force


dinyatakan cukup untuk itu, dan perjanjian majeure/Overmacht karena keadaan alam,
harus dilaksanakan dengan iktikad baik_X yaitu keadaan memaksa yang dise- babkan
oleh suatu peristiwa alam yang tidak dapat
Terkait dengan penjelasan diatas dapat diduga dan dihin- dari oleh setiap orang
disimpulkan bahwa perikatan sedikit berbeda karena bersifat alamiah tanpa unsur kesenga-
dari perjanjian yang bersifat terbuka dalam jaan, misalnya banjir, longsor, gempa bumi,
mengatur hak- hak dan kewajiban para pihak. badai, gunung meletus, dan sebagainya.
Ketentuan yang mengatur mengenai masalah Overmacht karena keadaan darurat, yaitu
perjanjian diatur dalam Buku III Kitab Undang- keadaan memaksa yang ditimbulkan oleh
Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. situasi atau kondisi yang tidak wajar, keadaan
Menurut ketentuan Pasal 1313 Kitab Undang- khusus yang bersifat segera dan berlangsung
Undang Hukum Perdata dijela•l v ZÁ W ^ dengan singkat, tanpa dapat diprediksi
Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan sebelumnya, misalnya peperangan, blokade,
mana satuorang atau lebih mengikatkan pemogokan, epidemi, terorisme, ledakan,
dirinya terhadap satu orang lain ataµ o ]Z_.7 kerusuhan massa, termasuk di dalamnya
Hukum perjanjian pada dasarnya adanya kerusakan suatu alat yang
memberikan kebebasan yang seluas- luasnya menyebabkan tidak terpenuhinya suatu
kepada masyarakat untuk mengadakan perikatan.
perjanjian yang bersifat apa saja selama Overmacht karena kebijakan atau
perjanjian itu tidak melanggar ketertiban peraturan pemerintah, yaitu keadaan
umum, kepatutan dan kesusilaan Dalam memaksa yang disebabkan oleh suatu
membuat suatu perjanjian banyak cara atau keadaan di mana terjadi perubahan kebijakan
jenis yang diperlukan dalam masyarakat, baik pemerintah atau hapus atau dikeluar- kannya
hal itu telah diatur dalam undang- undang kebijakan yang baru, yang berdampak pada
maupun hanya berupa kebiasaan yang kegiatan yang sedang berlangsung, misalnya
dilakukan sehari- hari. terbitnya suatu peraturan Pemerintah (pusat
Berdasarkan jenis perjanjian yang maupun daerah) yang menyebabkan suatu
dikemukakan di atas perjanjian kerjasama objek perjanjian/ perikatan menjadi tidak
biasanya memakai perjanjian sepihak karena mungkin untuk dilaksanakan. Dari ketentuan
memberikan kewajiban pada seseorang mengenai force majeure dalam KUH Perdata
sekaligus memberikan hak kepada seseorang dapat dilihat bahwa keadaan memaksa (force
lain untuk menerima prestasi yang telah dibuat, majeure atau overmacht) adalah suatu kejadian
atau bisa juga memakai perjanjian timbal balik yang tidak terduga, tidak disengaja, dan tidak
karena dalam perjanjian tersebut memberikan dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur
hak dan kewajiban kepada para pihak. serta memaksa, dalam arti debitur terpaksa
Dengan demikian tujuan perjanjian tidak menepati janjinya. Debitur wajib
adalah untuk memberikan perlindungan hukum membuktikan bahwa terjadinya wanprestasi
terhadap pihak-pihak yang melakukan karena keadaan memaksa. Untuk dapat
perjanjian sehingga ketentuan yang diatur dikatakan sebagai force majeure, perlu
didalam sebuah kontrak dapat terlaksana dipenuhi unsur-unsur seperti yang sudah
dengan baik dan mempunyai batasan- batasan dibahas di atas.
hak dan kewajiban bagi para pihak yang terlibat Suatu peristiwa atau kondisi tertentu bisa
di dalam perjanjian suatu kontrak tersebut. jadi tidak dapat dikategorikan sebagai force
majeure jika hal tersebut sudah diduga
A.1. Penegakan Hukum Keadaan Memaksa sebelumnya atau karena kelalaian dan atau
(force majeure). kesalahan salah satu atau para pihak dalam
perjanjian peristiwa tertentu itu terjadi. Hal lain
yang juga muncul terkait dengan peristiwa atau
7
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan kondisi force majeure adalah akibat yang
Yang Lahir Dari Perjanjian, RajaGrafindo Persada. mengikutinya. Adanya peristiwa force
Jakarta. 2003, hal 91 majeure membawa konsekuensi atau akibat

175
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

hukum kreditur tidak dapat menuntut bahwa konsumen penggugat tidak diwajibkan
pemenuhan prestasi dan debitur tidak lagi lagi melainkan produsen tergugat langsung
dinyatakan wanprestasi. Dengan demikian, bertanggung jawab sebagai risiko usahanya.
debitur tidak wajib membayar ganti rugi, dan
dalam perjanjian timbal balik kreditur tidak A.3. Jenis peristiwa Keadaan Memaksa (force
dapat menuntut pembatalan karena majeure).
perikatannya dianggap gugur. Jadi, Berdasarkan yurisprudensi dan putusan
pembicaraan mengenai force majeure terkait Mahkamah Agung mengenai ruang lingkup dari
dengan akibatnya terhadap perjanjian itu jenis peristiwa force majeure meliputi:
sendiri dan persoalan risiko. 1. Risiko perang, kehilangan benda objek
perjanjian yang disebabkan dari kuasa Yang
A.2. Tanggungjawab Hukum Keadaan Maha Besar: disambar halilintar, kebakaran,
Memaksa (force majeur) dirampas tentara Jepang dalam masa
Tanggung jawab adalah kewajiban perang.
menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa- 2. Act of God, tindakan administratif
apa boleh dituntut, dipersalahkan, dan penguasa, perintah dari yang berkuasa,
diperkarakan. Dalam kamus hukum, tanggung keputusan, segala tindakan administratif
jawab adalah suatu keseharusan bagi yang menentukan atau mengikat, suatu
seseorang untuk melaksanakan apa yang telah kejadian mendadak yang tidak dapat diatasi
diwajibkan kepadanya.8 Menurut hukum oleh pihak-pihak dalam perjanjian
tanggung jawab adalah suatu akibat atas 3. Peraturan-peraturan pemerintah.
konsekuensi kebebasan seorang tentang Baik PN maupun PT menyatakan bahwa apa
perbuatannya yang berkaitan dengan etika atau yang dikemukakan oleh tergugat Super
moral dalam melakukan suatu perbuatan.9 Radio Company NV tidak dapat
Selanjutnya menurut Titik Triwulan dipergunakan sebagai alasan force majeure
pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, karena apabila tergugat tidak bisa
yaitu hal yang menyebabkan timbulnya hak mendapatkan motor AJS dari NV Danau
hukum bagi seorang untuk menuntut orang karena keluarnya peraturan-peraturan
lain sekaligus berupa hal yang melahirkan pemerintah (KPUI) tentang larangan untuk
kewajiban hukum orang lain untuk memberi mengimpor lebih dari satu merek motor
pertanggungjawabannya.10 maka untuk memenuhi kewajibannya
Menurut hukum perdata dasar terhadap penggugat, ia harus
pertanggungjawaban dibagi menjadi dua berikhtiar/berusaha mendapatkan sepeda
macam, yaitu kesalahan dan risiko. Dengan motor itu dari NV Ratadjasa atau dengan
demikian dikenal dengan pertanggungjawaban jalan lain, asal tidak dengan cara melanggar
atas dasar kesalahan (lilability without based hukum. Baik PN maupun PT menyatakan
on fault) dan pertanggungjawaban tanpa bahwa tergugat Super Radio Company NV
kesalahan yang dikenal (lilability without fault) telah melalaikan kewajibannya.
yang dikenal dengan tanggung jawab risiko 4. Kecelakaan di laut, misalnya kapal
atau tanggung jawab mutlak (strick liabiliy).11 tenggelam karena ombak besar memukul
Prinsip dasar pertanggung jawaban atas dasar lambung kapal
kesalahan mengandung arti bahwa seseorang 5. Keadaan darurat.
harus bertanggung jawab karena ia melakukan situasi atau keadaan yang sama sekali
kesalahan karena merugikan orang lain. tidak dapat diduga dan/atau yang sangat
Sebaliknya prinsip tanggung jawab risiko adalah memaksa yang terjadi di luar kekuasaan
pihak yang harus berprestasi.12
8
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta.
2005. Hal.28.
9 12
Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum. Rineka Cipta, Rachmat S.S. Soemadipradja: Dalam: Putusan MA RI
Jakarta, 2010, hlm. 56 Reg. No. 15 K/Sip/1957; No. 24 K/Sip/1958; No. 558
10
Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum. K/Sip/1971; No. 409 K/Sip/1983; No. 3389 K/Sip/1984; No.
Prestasi Pustaka, Jakarta, 2010, hlm 48. 409 K/Sip/1983; 21/Pailit/2004/PN.Niaga.Jkt.Pst.
11
Ibid. Hal 49

176
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

Bila diperbandingkan dengan lingkup dapat menuntut pembatalan karena


force majeure yang diatur di dalam KUH Perdata perikatannya dianggap gugur, sehingga
maka ada perkembangan yang terjadi. keadaan memaksa atau force majeure terkait
Lingkup force majeure tidak lagi terbatas pada dan merupakan persoalan yang berhubungan
peristiwa alam atau act of God, dan hilangnya dengan risiko.
objek yang diperjanjikan, tetapi sudah meluas Risiko menurut Subekti adalah kewajiban
kepada tindakan administratif penguasa, memikul kerugian yang disebabkan kejadian di
kondisi politik seperti perang. Menurut hemat luar kesalahan salah satu pihak. Persoalan risiko
penulis, perkembangan ini merupakan berpangkal pada terjadinya suatu peristiwa di
perubahan ke arah yang lebih maju, dan bukan luar kesalahan salah satu pihak yang
kemunduran, karena bagaimanapun kondisi- mengadakan perjanjian. Dengan kata lain,
konsisi tersebut realitanya merupakan kondisi persoalan risiko adalah buntut dari keadaan
yang tidak dapat diatasi debitur sehingga memaksa atau force majeure.
menghalangi debitur untuk berprestasi. Dengan demikian maka force majeure atau
bukanlah merupakan terminologi yang asing di
A.4. Keadaan Memaksa (force majeure) sebagai kalangan komunitas Hukum, tetapi force
Perbuatan Melawan Hukum. majeure • Œ Z Œ (] Z Œ Œš] ^< lµ š v Ç vP
Istilah perbuatan melawan hukum o ]Z • Œ_X <}vš l• ZµlµuU force majeure
berasal dari bahasa Belanda disebut dengan dapat diartikan sebagai clausula yang
istilah (onrechmatige daad) atau dalam bahasa memberikan dasar pemaaf pada salah satu
Inggris disebut tort. Kata (tort) berkembang pihak dalam suatu perjanjian, untuk
sedemikian rupa sehingga berarti kesalahan menanggung sesuatu hal yang tidak dapat
perdata yang bukan dari keadaan memaksa diperkirakan sebelumnya, yang mengakibatkan
(force majeure)dan wanprestasi kontrak. Kata pihak tersebut tidak dapat menunaikan
(tort) berasal dari bahasa Latin (orquer) atau kewajibannya berdasarkan kontrak yang telah
(tortus) dalam bahasa Prancis, seperti kata diperjanjikan.
(wrong) berasal dari bahasa Prancis (wrung)
yang berarti kesalahan atau kerugian (injury). B.1 Implikasi hukum perjajian atau kontrak,
Pada prinsipnya, tujuan dibentuknya suatu force majeure.
sistem hukum yang kemudian dikenal dengan 1. Ketidakmungkinan (impossibility)
perbutan melawan hukum tersebut adalah Ketidakmungkinan pelaksanaan kontrak
untuk dapat tercapai sperti apa yang disebut adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak
oleh pribahasa Latin, yaitu (juris praecepta sunt mungkin lagi melaksanakan kontraknya karena
haec honeste vivere, alterum non leadere, suum kejadian diluar tanggung jawabnya.
cuque tribune) artinya semboyan hukum adalah Misalnya kontrak untuk menjual
hidup secara jujur, tidak merugikan orang sebuah rumah , tetapi rumah tersebut hangus
lain dan memberikan orang lain haknya. terbakar api sebelum diserahkan kepada pihak
Sebelum tahun 1919 yang dimaksud perbuatan pembeli.
melawan hukum adalah perbuatan yang 2. Ketidakpraktisan (impracticability)
melanggar peraturan tertulis, seperti dalam Sementara itu, terdapat juga apa yang
perjanjian dimana salah satu pihak wanprestasi ]• µš vP v ^l š] l‰Œ lš]• v_ o u
dalam melakukan kewajibannya. melaksanakan kontrak. Maksudnya adalah
terjadinya peristiwa juga tanpa kesalahan dari
B. Implikasi Keadaan Memaksa (force para pihak, peristiwa tersebut sedemikian rupa,
majeure). dimana dengan peristiwa tersebut para pihak
Peristiwa yang dikategorikan sebagai force sebenarnya secara teoritis masih mungkin
majeure membawa implikasi, konsekuensi atau melakukan prestasinya, tetapi secara praktis
akibat hukum bagi kreditur, dimana tidak dapat terjadi sedemikian rupa, sehingga kalaupun
menuntut pemenuhan prestasi dan debitur dilaksanakan prestasi dalam kontrak tersebut,
tidak lagi dinyatakan wanprestasi sehingga akan memerlukan pengorbanan yang besar dari
debitur tidak wajib membayar ganti rugi dan segi biaya, waktu atau pengorbanan lainnya.
dalam perjanjian timbal balik, kreditur tidak

177
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

Dengan demikian, berbeda dengan 4. Barang objek kontrak musnah atau


ketidakmungkinan melaksanakan kontrak, tidak lagi tersedia.13
dimana kontrak sama sekali tidak mungkin
dilanjutkan, pada ketidakpraktisan pelaksanaan Untuk lebih jelasnya, berikut ini penjelasan
kontrak ini, kontrak masih mungkin untuk kategori masing-masing tersebut :
dilaksanakan, tetapi sudah menjadi tidak Rational dari diberlakukannya frustasi
praktis jika terus dipaksakan. sebagai alasan untuk memaafkan pelaksanaan
3. Frustasi (frustration) kontrak adalah bahwa dimaafkannya
Yang dimaksud dengan fristasi disini pelaksanaan prestasi tersebut juga sama dalam
adalah frustasi terhadap maksud dari kontrak. hal jika dalam keadaan tidak praktis yaitu sudah
Yakni, dalam hal ini terjadi peristiwa yang tidak merupakan asumsi dasar para pihak ketika
dipertanggung jawabkan kepada salah satu kontrak dibuat bahwa hal menyebabkan
pihak, kejadian mana mengakibatkan tidak maksud kontrak menjadi frustasi tersebut
mungkin lagi dicapainya tujuan dibuatnya mestinya tidak terjadi.14
kontrak tersebut, sungguhpun sebenarnya para Dalam ilmu hukum kontrak diajarkan
pihak masih mungkin melaksanakan kontrak bahwa untuk dapat diberlakukannya alasan
tersebut. Karena tujuan dari kontrak tersebut frustasi dari maksud kontrak sehingga alasan
tidak mungkin tercapai lagi, sehingga dengan force majeure dapat diberlakukan, haruslah
demikian kontrak tersebut dalam keadaan memenuhi beberapa unsur, yaitu sebagai
frustasi. berikut:
a. Seperti juga untuk alasan force
B.2. Implikasi ketidakmungkinan, majeure lainya bahwa kejadian yang
ketidakpraktisan dan frustasi dalam Kontrak. menyebabkan frustasi tersebut tidak
1. Ketidakmungkinan Pelaksanaan Kontrak dapat diantisipasi oleh para pihak.
Bahwa ketidakmungkinan pelaksanaan b. Preistiwa yang menyebabkan
kontrak adalah jika terjadi suatu keadaan terjadinya frustasi dari maksud
dimana seseorang tidak mungkin lagi kontrak tersebut adalah peristiwa
melaksanakan kontraknya karena kejadian yang terjadi kemudian, yakni
diluar tanggung jawabnya. Misalnya kontrak peristiwa yang terjadi setelah kontrak
untuk menjual sebuah rumah, tetapi rumah dibuat
tersebut hangus terbakar api sebelum (ditanda tangani) tetapi sebelm
diserahkan kepada pihak pembeli. kontrak tersebut dilaksanakan
Dalam ilmu hukum kontrak sering c. Peristiwa tersebut menyebabkan
dibedakan ketidakmungkinan kedaalm hilangnya secara total atau hampir
ketidakmungkinan objektif dan total dari maksud kontrak yang
ketidakmungkinan subjektif. Ketidakmungkinan bersangkutan.
} i lš]( ] • Œ] ‰ ‰ ŒvÇ š v ^Z o š Œ• µš d. Maksud kontrak yang tidak mungkin
š] l ‰ š ]o lµl vU_ • u vš Œ lagi tercapai tersebut memang
ketidakmungkinan subjektif berdasarkan pada didasari oleh kedua belah pihak
‰ ŒvÇ š v ^• Ç š] l ]• u o lµl vvÇ X_ ketika kontrak dibuat.
e. Maksud kontrak yang tidak mungkin
Ketidakmungkinan untuk melaksanakan lagi tercapai tersebut haruslah
kontrak, sehingga dapat menyebabkan u Œµ‰ l v ^ • Œ_ µvšµl u v
terjadinya force majeure ini dapat dipilah-pilah kontrak dibuat.
kedalam beberapa kategori sebagai berikut : f. Para pihak tidak telah
1. Kematian atau sakit dari debitur. mengalokasikan atau mengasumsikan
2. Tidak mungkin dilaksanakanya dengan resiko dari kejadian yang
cara yang telah disetujui. menyebabkan tidak tercapainya
3. Munculnya larangan oleh hukum. maksud dari kontrak tersebut
13
Loc.Cit.
14
Loc.Cit.

178
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

g. Para pihak yang dibebaskan dari pemenuhan prestasi haruslah mengenai


tanggung jawabnya tidak telah prestasinya sendiri, karena kita tidak dapat
melakukan kesalahan dalam mengatakan adanya keadaan memaksa jika
hubungan dengan kontrak yang keadaan itu terjadi kemudian.
bersangkutan, baik kesalahan dalam 2. Implikasi hukum keadaan memaksa (force
hubungan dengan peristiwa yang majeure), bahwa keadaan yang menghalangi
menyebabkan frustasi tersebut pemenuhan prestasi itu ada tidaknya hanya
maupun tidak. Jadi dia harus tanpa jika setiap orang sama sekali tidak mungkin
dosa atau tangannya harus bersih memenuhi prestasinya bahkan debitur
(clean hand). 15 sendiri yang bersangkutan tidak mungkin
atau sangat berat untuk memenuhi prestasi.
PENUTUP Penentuannya harus berdasarkan kepada
A. Kesimpulan. masing-masing kasus. Impliasinya bahwa
1. Keadaan memaksa force majeure / debitur tidak harus menanggung risiko
overmach adalah suatu keadaan yang terjadi dalam keadaan memaksa maksudnya
setelah dibuatnya perjanjian, yang debitur baik berdasarkan undang-undang,
menghalangi debitur untuk memenuhi perjanjian maupun menurut pandangan
prestasinya, di mana debitur tidak dapat yang berlaku dalam masyarakat, tidak harus
dipersalahkan dan tidak harus menanggung menanggung risiko. Selain itu karena
risiko serta tidak dapat menduga pada keadaan memaksa, debitur tidak dapat
waktu perjanjian dibuat. Kesemuanya itu menduga akan terjadinya peristiwa yang
sebelum debitur lalai untuk memenuhi menghalangi pemenuhan prestasi pada
prestasinya pada saat timbulnya keadaan waktu perjanjian dibuat.
tersebut. Faktor yang mempengaruhi
keadaan memaksa (force majeure), menurut B. SARAN
KUH Perdata ada 3 (tiga) unsur yang harus Klausula force majeure atau overmacht
dipenuhi untuk keadaan memaksa, yaitu : biasa dicantumkan dalam pembuatan
a.Tidak memenuhi prestasi; b. Ada sebab perjanjian atau kontrak dengan maksud
yang terletak di luar kesalahan debitur ; melindungi pihak-pihak. Hal ini terjadi apabila
c.Faktor penyebab itu tidak dapat di duga terdapat bagian dari perjanjian yang tidak
sebelumnya dan tidak dapat dilaksanakan karena sebab-sebab yang
dapat dipertanggungjawabkan kepada berada di luar kontrol para pihak dan tidak bisa
debitur. Apabila terjadi keadaan memaksa dihindarkan dengan melakukan tindakan yang
(force majeure) dan memenuhi unsur a dan sewajarnya dengan pembentukan hukum.
c, maka force majeure/overmacht ini 1. Pembentukan Undang-undang atau
disebut absolute overmacht atau keadaan Peraturan Pemerintah yang baru,
memaksa yang bersifat obyektif. Dasarnya mencantumkan klausula yang dapat
adalah ketidakmungkinan (impossibility) menimbulkan keadaan memaksa. Dalam hal
memenuhi prestasi karena bendanya ini, tidak berarti bahwa prestasi tidak dapat
lenyap/musnah. Jika terjadi force dilakukan, akan tetapi prestasi itu tidak
majeure/overmacht yang memenuhi unsur b boleh dilakukan, akibat adanya undang-
dan c, keadaaan ini disebut relatieve undang atau peraturan pemerintah
overmacht atau keadaan memaksa yang tersebut.
bersifat subyektif. Dasarnya ialah kesulitan 2. Sumpah, dimana dengan sumpah terkadang
memenuhi prestasi karena ada peristiwa dapat menimbulkan keadaan memaksa,
yang menghalangi debitur untuk berbuat. yaitu apabila seseorang yang harus
Keadaan memaksa yang menghalangi berprestasi itu diharuskan atau dipaksa
bersumpah dihadapan saksi-saksi untuk
15
tidak melakukan prestasi .
https://www.academia.edu/9857279/FORCE_MAJEURE_D
AN_AKIBAT-AKIBAT_HUKUMNYA DAFTAR PUSTAKA

179
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

Abdul Manan, Aspek-Aspek Pengubah Hukum. Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan
Kencana Prenana Media Group. Dilengkapi Hukum Perikatan.Pustaka Setia.
Jakarta.2005. Bandung. 2011
Abdulkadir Muhammad. Hukum Perjanjian.
Alumni.Bandung.1986.
........................................Hukum Perdata
Indonesia, Citra Aditya Bakti. Bandung.
2014.
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan,
Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai
1456 BW, PT. RajaGrafindo
Persada.Jakarta.2008
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia,
Jakarta. 2005
Carina M. Pramudyawardani. Penyelesaian
Wanprestasi dalam Perjajian Kredit.
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010.
Djaja S. Meliala, Hukum Perdata dalam
Perspektif BW. Nuansa Aulia. Bandung
2014.
Handri Raharjo. Hukum Perjanjian di Indonesia.
Pustaka Yustitia. Yogyakarta 2009
Hasanudin Rahman, Legal Drafting. Hukum
Dalam Merancang Kontrak
Perorangan/Bisnis. Citra Aditya Bakti,
Bandung. 2000
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. Perikatan
Yang Lahir Dari Perjanjian. RajaGrafindo
Persada. Jakarta. 2003
Munir Fuady. Perbuatan Melawan Hukum
Pendekatan Kontemporer. Citra Adiyta
Bakti. Bandung, 2010
Rahmat S.S. Soemadipradja. Penjelasan
Hukum Tentang Keadaan Memaksa,
(Syarat-syarat pembatalan perjanjian yang
disebabkan keadaan memaksa/force
majeure). Nasional Legal Reform Program.
Jakarta. 2010
Salim H.S., Pengantar Hukum Perdata Tertulis
(BW), Jakarta: Sinar Grafika, 2002
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985,
Soekidjo Notoatmojo. Etika dan Hukum. Rineka
Cipta, Jakarta, 2010
Subekti. Hukum Perjanjian. Alumni Bandung,
2013
.............Pokok- Pokok Hukum Perdata.
Intermasa Jakarta,.2001
Titik Triwulan dan Shinta Febrian. Perlindungan
Hukum. Prestasi Pustaka. Jakarta. 2010

180

Anda mungkin juga menyukai