2/Feb/2016
KAJIAN HUKUM KEADAAN MEMAKSA (FORCE karena kita tidak dapat mengatakan adanya
MAJEURE) MENURUT PASAL 1244 DAN PASAL keadaan memaksa jika keadaan itu terjadi
1245 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM kemudian. 2. Implikasi hukum keadaan
PERDATA1 memaksa (force majeure), bahwa keadaan yang
Oleh: Daryl John Rasuh2 menghalangi pemenuhan prestasi itu ada
tidaknya hanya jika setiap orang sama sekali
ABSTRAK tidak mungkin memenuhi prestasinya bahkan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk debitur sendiri yang bersangkutan tidak
mengetahui apakah faktor-faktor perjanjian mungkin atau sangat berat untuk memenuhi
yang mempengaruhi Keadaan Memaksa (force prestasi. Penentuannya harus berdasarkan
majeure) dan bagaimana implikasi pembatalan kepada masing-masing kasus. Impliasinya
perjanjian yang disebabkan Keadaan Memaksa bahwa debitur tidak harus menanggung risiko
(force majeure), yang dengan menggunakan dalam keadaan memaksa maksudnya debitur
metode penelitian hukum normative baik berdasarkan undang-undang, perjanjian
disimpulkan bahwa: 1. Keadaan memaksa force maupun menurut pandangan yang berlaku
majeure / overmach adalah suatu keadaan yang dalam masyarakat, tidak harus menanggung
terjadi setelah dibuatnya perjanjian, yang risiko. Selain itu karena keadaan memaksa,
menghalangi debitur untuk memenuhi debitur tidak dapat menduga akan terjadinya
prestasinya, di mana debitur tidak dapat peristiwa yang menghalangi pemenuhan
dipersalahkan dan tidak harus menanggung prestasi pada waktu perjanjian dibuat.
risiko serta tidak dapat menduga pada waktu Kata kunci: keadaan memaksa
perjanjian dibuat. Kesemuanya itu sebelum
debitur lalai untuk memenuhi prestasinya pada PENDAHULUAN
saat timbulnya keadaan tersebut. Faktor yang A. Latar Belakang.
mempengaruhi keadaan memaksa (force Batalnya perjanjian seperti diuraikan di
majeure), menurut KUH Perdata ada 3 (tiga) atas, sangat berlainan dengan force majeure
unsur yang harus dipenuhi untuk keadaan š µ Ç vP • Œ]vP ]• µš • P ] ^l v
memaksa, yaitu : a.Tidak memenuhi prestasi; b. u u l• _ Ç vP u Œµ‰ l v •µ šµ l v
Ada sebab yang terletak di luar kesalahan dimana seorang debitur terhalang untuk
debitur ; c.Faktor penyebab itu tidak dapat di melakukan prestasinya karena keadaan atau
duga sebelumnya dan tidak peristiwa yang tidak terduga pada saat
dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur. dibuatnya kontrak, keadaan tersebut tidak
Apabila terjadi keadaan memaksa (force dapat dimintakan pertanggungjwaban kepada
majeure) dan memenuhi unsur a dan c, maka debitur, sementara si debitur tidak dalam
force majeure/overmacht ini disebut absolute keadaan beritikad buruk. Kausa-kausa force
overmacht atau keadaan memaksa yang majaure atau keadaan memaksa telah diatur
bersifat obyektif. Dasarnya adalah dalam KUH Perdata pasal 1244 dan pasal 1245.
ketidakmungkinan (impossibility) memenuhi
prestasi karena bendanya lenyap/musnah. Jika B. PERUMUSAN MASALAH
terjadi force majeure/overmacht yang 1. Apakah faktor-faktor perjanjian yang
memenuhi unsur b dan c, keadaaan ini disebut mempengaruhi Keadaan Memaksa (force
relatieve overmacht atau keadaan memaksa majeure)?
yang bersifat subyektif. Dasarnya ialah kesulitan 2. Bagaimana implikasi pembatalan perjanjian
memenuhi prestasi karena ada peristiwa yang yang disebabkan Keadaan Memaksa (force
menghalangi debitur untuk berbuat. Keadaan majeure)?
memaksa yang menghalangi pemenuhan
prestasi haruslah mengenai prestasinya sendiri, C. METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian Skripsi ini
1
merupakan kajian disiplin Ilmu Hukum, maka
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Wullanmas penelitian ini akan mengaji dan membahas
A.P.G. Frederik, SH.MH; Dr. Denny B.A. Karwur, SH, M.Si
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
080711236
173
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
penelitian hukum secara normatif dari artinya jika tidak dilengkapi dengan ajaran
kepustakaan.3 risiko.
PEMBAHASAN Debitur yang dinyatakan wanprestasi dan
A. Faktor-Faktor Perjanjian dalam Keadaan kepadanya dimintakan sanksi atas wanprestasi
Memaksa (force majeure). yang terjadi dapat membela diri dengan
Keadaan Memaksa dimana adanya mengemukakan berbagai alasan. Salah satunya
peristiwa yang dikategorikan sebagai keadaan adalah karena adanya keadaan memaksa
yang membawa konsekuensi bagi para pihak (force majeure atau overmacht).
dalam suatu perikatan, di mana pihak yang Dalam KUH Perdata, force majeure
tidak dapat memenuhi prestasi tidak diatur dalam Pasal 1244 dan 1245, dalam
dinyatakan wanprestasi. Dengan demikian, bagian mengenai ganti rugi karena force
dalam hal terjadinya keadaan memaksa, majeure merupakan alasan untuk dibebaskan
debitur tidak wajib membayar ganti rugi dan dari kewajiban membayar ganti rugi. Pasal 1244
dalam perjanjian timbal balik, kreditur tidak KUH Perdata mengatur: _Jika ada alasan untuk
dapat menuntut pembatalan karena itu si berutang harus dihukum mengganti biaya,
perikatannya dianggap gugur/terhapus. rugi, dan bunga, bila ia tidak membuktikan,
Beberapa pakar membahas akibat hukum bahwa hal tidak dilaksanakan atau tidak pada
dari keadaan memaksa. waktu yang tepat dilaksanakannya perjanjian
Istilah yang digunakan untuk menyebut itu disebabkan karena suatu hal yang tak terduga,
force majeure/overmacht adalah keadaan pun tak dapat dipertanggungjawabkan padanya,
memaksa meskipun para ahli hukum telah kesemuanya itu pun jika itikad buruk tidak ada
menerjemahkan terminologi tu dengan pada pihaknya_.
keadaan memaksa, dalam pembahasan masih Sementara itu, Pasal 1245 KUH Perdata
juga menggunakan terminologi overmacht. menentukan: _Tidaklah biaya, rugi, dan bunga
Pengertian overmacht secara spesifik, tidak harus digantinya, apabila karena keadaan
diuraikan akan tetapi memberi pengertian memaksa atau karena suatu keadaan yang tidak
overmacht, dengan mendasarkan pada dua disengaja, si berutang berhalangan
ajaran tentang overmacht, yaitu ajaran lama memberikan atau berbuat sesuatu yang
yang disebut Overmacht Objektif dan ajaran diwajibkan, atau karena hal-hal yang sama telah
baru, yaitu Overmacht Subjektif. Makna melakukan perbuatan yang terlarang_.5
Overmacht objektif adalah setiap orang sama Dalam hal ini perikatan diartikan sebagai
sekali tidak mungkin memenuhi verbintenis isi dari sebuah perjanjian yang memiliki sifat
(perikatan). Kusumadi disebut sebagai yang terbuka artinya isinya dapat ditentukan
Impossibilitas, sedangkan Overmacht subjektif oleh para pihak. Dengan beberapa syarat yaitu
adalah tidak terpenuhinya verbintenis karena tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
faktor ^difficult_ (yang merupakan lawan dari kesusilaan, dan undang- undang. Dari perikatan
impossibilitas).4 yang terjadi itu, maka akan menimbulkan
Dasar ajaran force majeure/overmacht adanya suatu hak dan kewajiban yang mengikat
subjektif adalah difficultas (kebalikan dari dan berlaku sebagai undang-undang bagi para
impossibilitas). Misalnya : Sesudah diadakan pihak yang membuatnya, sebagaimana
perjanjian jual-beli secara tiba-tiba, terjadi termasuk dalam KitabUndang-
kenaikan harga barang yang tidak dapat undangHukumPerdata Pasal 1338 :6
diduga lebih dahulu sehingga untuk ^^ mua perjanjian yang dibuat secara sah
memenuhi kewajibannya melever barang, berlaku sebagai undang-undang bagi
si penjual harus membeli barang yang harus mereka yang membuatnya. Perjanjian itu
di-lever tersebut dengan harga yang sangat tidak dapat ditarik kembali selain dengan
tinggi namun kedua ajaran di atas tidak ada sepakat kedua belah pihak, atau karena
3 5
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum KUH Perdata Pasal 1244 dan Pasal 1245.
6
Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985, hal. 14 Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan,
4
Rachmat S.S. Soemadipradja. Penjelasan Hukum tentang Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456 BW, PT.
Keadaan Memaksa. Gramedia Jakarta 2010. Hal. 32. RajaGrafindo Persada.Jakarta.2008. hal 78
174
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
175
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
hukum kreditur tidak dapat menuntut bahwa konsumen penggugat tidak diwajibkan
pemenuhan prestasi dan debitur tidak lagi lagi melainkan produsen tergugat langsung
dinyatakan wanprestasi. Dengan demikian, bertanggung jawab sebagai risiko usahanya.
debitur tidak wajib membayar ganti rugi, dan
dalam perjanjian timbal balik kreditur tidak A.3. Jenis peristiwa Keadaan Memaksa (force
dapat menuntut pembatalan karena majeure).
perikatannya dianggap gugur. Jadi, Berdasarkan yurisprudensi dan putusan
pembicaraan mengenai force majeure terkait Mahkamah Agung mengenai ruang lingkup dari
dengan akibatnya terhadap perjanjian itu jenis peristiwa force majeure meliputi:
sendiri dan persoalan risiko. 1. Risiko perang, kehilangan benda objek
perjanjian yang disebabkan dari kuasa Yang
A.2. Tanggungjawab Hukum Keadaan Maha Besar: disambar halilintar, kebakaran,
Memaksa (force majeur) dirampas tentara Jepang dalam masa
Tanggung jawab adalah kewajiban perang.
menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa- 2. Act of God, tindakan administratif
apa boleh dituntut, dipersalahkan, dan penguasa, perintah dari yang berkuasa,
diperkarakan. Dalam kamus hukum, tanggung keputusan, segala tindakan administratif
jawab adalah suatu keseharusan bagi yang menentukan atau mengikat, suatu
seseorang untuk melaksanakan apa yang telah kejadian mendadak yang tidak dapat diatasi
diwajibkan kepadanya.8 Menurut hukum oleh pihak-pihak dalam perjanjian
tanggung jawab adalah suatu akibat atas 3. Peraturan-peraturan pemerintah.
konsekuensi kebebasan seorang tentang Baik PN maupun PT menyatakan bahwa apa
perbuatannya yang berkaitan dengan etika atau yang dikemukakan oleh tergugat Super
moral dalam melakukan suatu perbuatan.9 Radio Company NV tidak dapat
Selanjutnya menurut Titik Triwulan dipergunakan sebagai alasan force majeure
pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, karena apabila tergugat tidak bisa
yaitu hal yang menyebabkan timbulnya hak mendapatkan motor AJS dari NV Danau
hukum bagi seorang untuk menuntut orang karena keluarnya peraturan-peraturan
lain sekaligus berupa hal yang melahirkan pemerintah (KPUI) tentang larangan untuk
kewajiban hukum orang lain untuk memberi mengimpor lebih dari satu merek motor
pertanggungjawabannya.10 maka untuk memenuhi kewajibannya
Menurut hukum perdata dasar terhadap penggugat, ia harus
pertanggungjawaban dibagi menjadi dua berikhtiar/berusaha mendapatkan sepeda
macam, yaitu kesalahan dan risiko. Dengan motor itu dari NV Ratadjasa atau dengan
demikian dikenal dengan pertanggungjawaban jalan lain, asal tidak dengan cara melanggar
atas dasar kesalahan (lilability without based hukum. Baik PN maupun PT menyatakan
on fault) dan pertanggungjawaban tanpa bahwa tergugat Super Radio Company NV
kesalahan yang dikenal (lilability without fault) telah melalaikan kewajibannya.
yang dikenal dengan tanggung jawab risiko 4. Kecelakaan di laut, misalnya kapal
atau tanggung jawab mutlak (strick liabiliy).11 tenggelam karena ombak besar memukul
Prinsip dasar pertanggung jawaban atas dasar lambung kapal
kesalahan mengandung arti bahwa seseorang 5. Keadaan darurat.
harus bertanggung jawab karena ia melakukan situasi atau keadaan yang sama sekali
kesalahan karena merugikan orang lain. tidak dapat diduga dan/atau yang sangat
Sebaliknya prinsip tanggung jawab risiko adalah memaksa yang terjadi di luar kekuasaan
pihak yang harus berprestasi.12
8
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta.
2005. Hal.28.
9 12
Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum. Rineka Cipta, Rachmat S.S. Soemadipradja: Dalam: Putusan MA RI
Jakarta, 2010, hlm. 56 Reg. No. 15 K/Sip/1957; No. 24 K/Sip/1958; No. 558
10
Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum. K/Sip/1971; No. 409 K/Sip/1983; No. 3389 K/Sip/1984; No.
Prestasi Pustaka, Jakarta, 2010, hlm 48. 409 K/Sip/1983; 21/Pailit/2004/PN.Niaga.Jkt.Pst.
11
Ibid. Hal 49
176
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
177
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
178
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
179
Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
Abdul Manan, Aspek-Aspek Pengubah Hukum. Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan
Kencana Prenana Media Group. Dilengkapi Hukum Perikatan.Pustaka Setia.
Jakarta.2005. Bandung. 2011
Abdulkadir Muhammad. Hukum Perjanjian.
Alumni.Bandung.1986.
........................................Hukum Perdata
Indonesia, Citra Aditya Bakti. Bandung.
2014.
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan,
Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai
1456 BW, PT. RajaGrafindo
Persada.Jakarta.2008
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia,
Jakarta. 2005
Carina M. Pramudyawardani. Penyelesaian
Wanprestasi dalam Perjajian Kredit.
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010.
Djaja S. Meliala, Hukum Perdata dalam
Perspektif BW. Nuansa Aulia. Bandung
2014.
Handri Raharjo. Hukum Perjanjian di Indonesia.
Pustaka Yustitia. Yogyakarta 2009
Hasanudin Rahman, Legal Drafting. Hukum
Dalam Merancang Kontrak
Perorangan/Bisnis. Citra Aditya Bakti,
Bandung. 2000
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. Perikatan
Yang Lahir Dari Perjanjian. RajaGrafindo
Persada. Jakarta. 2003
Munir Fuady. Perbuatan Melawan Hukum
Pendekatan Kontemporer. Citra Adiyta
Bakti. Bandung, 2010
Rahmat S.S. Soemadipradja. Penjelasan
Hukum Tentang Keadaan Memaksa,
(Syarat-syarat pembatalan perjanjian yang
disebabkan keadaan memaksa/force
majeure). Nasional Legal Reform Program.
Jakarta. 2010
Salim H.S., Pengantar Hukum Perdata Tertulis
(BW), Jakarta: Sinar Grafika, 2002
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985,
Soekidjo Notoatmojo. Etika dan Hukum. Rineka
Cipta, Jakarta, 2010
Subekti. Hukum Perjanjian. Alumni Bandung,
2013
.............Pokok- Pokok Hukum Perdata.
Intermasa Jakarta,.2001
Titik Triwulan dan Shinta Febrian. Perlindungan
Hukum. Prestasi Pustaka. Jakarta. 2010
180