Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KEADAAN MEMAKSA (OVERMATCH)

Disusun oleh :

M.KARYA AMANDA (200300026 )


NURMAILA SITORUS (200300021)
SITI HAWALNI (200300019)
MILLA RIANI (200300016)
GILANG PRATAMA (200300018)
WULANDARI (200300010)

DOSEN PENGAMPU: SYAFRIZAL S.H.,M.H.

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM MUHAMMADIYAH KISARAN ASAHAN

T.A : 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa berkat rahmat dan
karunia Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang ``keadaanterpaksa’’
(OVERMATCH) dengan lancar. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Hukum Perdata dengan dosen pengampu Bapak Syafrizal S.H.,M.H.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terlepas


dariitu, kamim menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan tugas selanjutnya.

Kisaran, 20 Desember 2021

Penulis

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................ 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Akibat Overmacht dalam Hukum Perdata.................................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................................. 9
B. Saran.......................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. 10

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Batalnya perjanjian sangat berlainan dengan force majeure atau Overmacht


atau juga yang sering disebut sebagai “keadaan memaksa” yang merupakan suatu
keadaan dimana seorang debitur terhalang untuk melakukan prestasinya karena
keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak, keadaan
tersebut tidak dapat dimintakan pertanggung jawaban kepada debitur, sementara
sidebitur tidak dalam keadaan beritikad buruk. Kausa-kausa force majeure atau
keadaan memaksa telah diaturdalam KUH Perdata pasal 1244 dan pasal 1245.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Akibat Overmacht dalam Hukum perdata ?

4|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN, UNSUR, DAN RUANG LINGKUP OVERMACHT

1. PENGERTIAN

Istilah “keadaan memaksa”, yang berasal dari istilah overmacht atau force
majeure, dalam kaitannya dengan suatu perikatan atau kontrak tidak ditemui
rumusannya secara khusus dalam Undang-undang, tetapi disimpulkan dari
beberapa pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH PERDATA).
Dari Pasal-Pasal KUH Perdata, disimpulkan bahwa overmacht adalah “keadaan
yang melepaskan seseorang atau suatu pihak yang mempunyai kewajiban untuk
dipenuhinya berdasarkan suatu perikatan, yang tidak dapat memenuhi
kewajibannya, dari tanggung jawab untuk memberi ganti rugi, biaya dan bunga,
dan/atau dari tanggung jawab untuk memenuhi kewajiban tersebut. 1

Berdasarkan Pasal 1244 dan Pasal 1245 KUH Perdata, Pengertian


Overmacht adalah “ Suatu keadaan dimana debitur terhalangan memberikan
sesuatu atau melakukan sesuatu atau melakukan perbuatan yang di larang di
dalam perjanjian. 2

Menurut para ahli :

 Menurut Kusumadi :

Beliau memberi pengertian overmacht, dengan mendasarkan pada


dua ajaran tentang overmacht itu sendiri, yaitu ajaran lama yang disebut
overmacht objektif : “Setiap orang sama sekali tidak mungkin memenuhi
verbintenis (perikatan) yang oleh kusumadi disebut sebagai
“impossibilitas”. Dan ajaran baru Overmacht subjektif: “ tidak

1
Rahmad S.S. Soemadipradja Penjelasan Hukum Tentang Keadaan memaksa, (Jakarta: Nasional Legal Reform
Program,2010), Hlm.3
2
Prof. R. Subekti, S.H., R. Tjitrosudibio, KUH Perdat, (Jakarta: PT Balai Pustaka) Hlm, 324-325

5|Page
terpenuhinya verbintenis karna faktor “difficult = Sulit” ( yang merupakan
lawan dari impossibilitas).

 Menurut R. Subekti:

Keadaan memaksa adalah suatu keadaan dimana tidak


terlaksananya apa yang diperjanjikan disebabkan oleh hal – hal yang
sama sekali tidak dapat diduga dan debitur tidak dapat berbuat apa apa
terhadap keadaan atau peristiwa yang timbul di luar dugaan tadi. 3

Setelah Membaca semua pengertian diatas, menurut kami


Overmacht menurut KUH Perdata adalah: “keadaan di mana debitur
(pihak yang dipinjami) terhalang memberikan sesuatu atau melakukan
sesuatu atau melakukan perbuatan yang dilarang dalam perjanjian, yang
mana debitur tidak dapat berbuat apa apa terhadap keadaan atau
peristiwa yang timbul di luar dugaan tadi.

2. UNSUR – UNSUR KEADAAN MEMAKSA

Berdasarkan pasal-pasal KUH Perdata, Unsur-unsur Keadaan Memaksa


meliputi:

a. Peristiwa yang tak terduga;


b. Tidak dapat di pertanggung jawabkan kepada debitur;
c. Tidak ada i’tikad buruk dari debitur;
d. Adanya keadaan yang tidak disengaja oleh debitur;
e. Keadaan itu menghalangi debitur berprestasi;
f. Jika prestasi dilaksanakan maka akann terkena langgaran
g. Keadaan diluar kesalahan debitur;
h. Debitur tidak gagal berprestai (menyerahkan barang);
i. Kejadian tersebut tidak dapat dihindari oleh siapapun (baik debitur
maupun pihak lain);
j. Debitur tidak terbukti melakukan kesalahan atau kelalaian.

3
Prof. Subekti, S.H., Pokok Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa,1992) Hlm. 144

6|Page
A. AKIBAT OVERMACHT

Terjadinya peristiwa overmacht menimbulkan suatu akibat baik terhadap


perikatan maupun terhadap resiko yang harus dihadapi oleh para pihak di dalam
perjanjian. Pengaturan akibat terjadinya overmacht dapat di temukan di dalam
berbagai doktrin yang dikemukakan oleh para ahli. 4 Berikut ini akan di paparkan
lebih lanjut mengenai akibat overmacht ditinjau dari segi akibat terhadap perikatan
dan risiko:

1. R. Setiawan

Merumuskan bahwa suatu keadaan memaksa menghentikan bekerjanya


perikatan dan menimbulkan beberapa akibat, yaitu:

I. Kreditur tidak lagi dapat meminta pemenuhan prestasi;


II. Debitur tidak lagi dapat dinyatakan lalai," dan karenanya tidak
wajib membayar ganti rugi;
III. Risiko tidak beralih kepada debitur;
IV. Pada persetujuan timbal balik, kreditur tidak dapat menuntut
pembatalan.

2. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yang menyítir Dr. H.F.A Vollmar.

Overmacht harus dibedakan apakah sifatnya sementara ataukah tetap.


Dalam halovermacht sementara, hanya mempunyai daya menangguhkan dan
kewajibannya untuk berprestasi hidup kembali jika dan sesegera faktor
overmacht itu sudah tidak ada lagi, demikian itu kecuali jika prestasinya lantas
sudah tidak mempunyai arti lagi bagi kreditur. Dalam hal terakhir ini,
perutangannya menjadi gugur (misalnya taksi yang dipesan untuk membawa
seseorang ke stasiun karena ada kecelakaan lalu lintas, tidak dapat datang pada
waktunya, dan ketika lalu lintas sudah aman kembali, kereta api sudah tidak
dapat dicapai lagi).

4
Martha Eri Safira, M.H., HUKUM PERDATA,(Ponorgo: CV Nata Karya,2017) Hlm.83

7|Page
3. Abdul Kadir Muhammad:

Membedakan keadaan memaksa yang bersifat objektif dan subjektif.


Keadaan memaksa yang bersifat obyektif dan bersifat tetap otomatis aktif
perikatan dalam arti perikatan itu batal (perjanjian akan batal sejak awal)." 5

BAB III
5
Hj. Komariah SH., M.Si, Hukum Perdata, (Malang: UMM PRESS,2019) Hlm.116

8|Page
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ketidakpastian hukum merupakan masalah besar dan sistemik yang mencakup


keseluruhan unsur masyarakat. Di samping itu, ketidakpastian hukum juga
merupakan hambatan untuk mewujudkan perkembangan politik, sosial, dan
ekonomi yang stabil serta adil. Ketidakpastian ini umumnya bersumber dari hukum
tertulis yang tidak jelas dan kontradiktif satu sama lain. Selain itu, juga karena
ketidakpastian dalam penerapan hukum oleh institusi pemerintah ataupun
pengadilan.

Overmacht/force majeure sebagai salah satu pokok bahasan Restatement


dalam buku ini, memberikan kepastian hukum dalam berinvestasi dan
melaksanakan kegiatan ekonomi di Indonesia. Caranya, yaitu dengan memperjelas
konsep-konsep hukum yang masih menjadi perdebatan di dunia praktik, khususnya
memperjelas konsep-konsep syarat-syarat pembatalan perjanjian berdasarkan Pasal
1244 dan 1245 KUH Perdata. Selain itu, MA dan pengadilan di bawahnya
menerapkan konsep keadaan memaksa ini sesuai kata-kata dalam Undang-Undang,
dan belum memberikan tafsiran yang lebih luas.

B. SARAN

Mengingat Dari Pembahasan diatas mengenai Pengertian Overmacht ini sendiri,


bahwa tidak ada pembahasan secara khusus mengenai pengertian dari overmacht.
Maka dari itu hendaknya pemerintah dapat melakukan tindak lanjut dengan
membuat pengertian overmacht ini secara legal agar dapat menjadi rujukan
masyarakat umum mengenai pengertian overmacht ini sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

9|Page
Rahmad S.S. Soemadipradja Penjelasan Hukum Tentang Keadaan memaksa, (Jakarta:
Nasional Legal Reform Program,2010), Hlm.3

Prof. R. Subekti, S.H., R. Tjitrosudibio, KUH Perdat, (Jakarta: PT Balai Pustaka) Hlm, 324-325
Rahmad S.S. Soemadipradja Penjelasan Hukum Tentang Keadaan memaksa, (Jakarta:
Nasional Legal Reform Program,2010), Hlm.3

Prof. R. Subekti, S.H., R. Tjitrosudibio, KUH Perdat, (Jakarta: PT Balai Pustaka) Hlm, 324-325

Prof. Subekti, S.H., Pokok Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa,1992) Hlm. 144

Hj. Komariah SH., M.Si, Hukum Perdata, (Malang: UMM PRESS,2019) Hlm.116

Martha Eri Safira, M.H., HUKUM PERDATA,(Ponorgo: CV Nata Karya,2017) Hlm.83

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai