Anda di halaman 1dari 4

D.

Keadaan memaksa force majeure / overmach adalah suatu keadaan yang terjadi setelah
dibuatnya perjanjian, yang menghalangi debitur untuk memenuhi prestasinya, di mana debitur tidak
dapat dipersalahkan dan tidak harus menanggung risiko serta tidak dapat menduga pada waktu
perjanjian dibuat. Kesemuanya itu sebelum debitur lalai untuk memenuhi prestasinya pada saat
timbulnya keadaan tersebut. Faktor yang mempengaruhi keadaan memaksa (force majeure),
menurut KUH Perdata ada 3 (tiga) unsur yang harus dipenuhi untuk keadaan memaksa, yaitu :
a.Tidak memenuhi prestasi; b. Ada sebab yang terletak di luar kesalahan debitur ; c.Faktor penyebab
itu tidak dapat di duga sebelumnya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur. Apabila
terjadi keadaan memaksa (force majeure) dan memenuhi unsur a dan c, maka force
majeure/overmacht ini disebut absolute overmacht atau keadaan memaksa yang bersifat obyektif.
Dasarnya adalah ketidakmungkinan (impossibility) memenuhi prestasi karena bendanya
lenyap/musnah. Jika terjadi force majeure/overmacht yang memenuhi unsur b dan c, keadaaan ini
disebut relatieve overmacht atau keadaan memaksa yang bersifat subyektif.

Dasarnya ialah kesulitan memenuhi prestasi karena ada peristiwa yang menghalangi debitur
untuk berbuat. Keadaan memaksa yang menghalangi pemenuhan prestasi haruslah mengenai
prestasinya sendiri, karena kita tidak dapat mengatakan adanya keadaan memaksa jika keadaan itu
terjadi kemudian. 2. Implikasi hukum keadaan memaksa (force majeure), bahwa keadaan yang
menghalangi pemenuhan prestasi itu ada tidaknya hanya jika setiap orang sama sekali tidak mungkin
memenuhi prestasinya bahkan debitur sendiri yang bersangkutan tidak mungkin atau sangat berat
untuk memenuhi prestasi. Penentuannya harus berdasarkan kepada masing-masing kasus.
Impliasinya bahwa debitur tidak harus menanggung risiko dalam keadaan memaksa maksudnya
debitur baik berdasarkan undang-undang, perjanjian maupun menurut pandangan yang berlaku
dalam masyarakat, tidak harus menanggung risiko. Selain itu karena keadaan memaksa, debitur
tidak dapat menduga akan terjadinya peristiwa yang menghalangi pemenuhan prestasi pada waktu
perjanjian dibuat.

Peristiwa yang dikategorikan sebagai force majeure membawa implikasi, konsekuensi atau
akibat hukum bagi kreditur, dimana tidak dapat menuntut pemenuhan prestasi dan debitur tidak lagi
dinyatakan wanprestasi sehingga debitur tidak wajib membayar ganti rugi dan dalam perjanjian
timbal balik, kreditur tidak dapat menuntut pembatalan karena perikatannya dianggap gugur,
sehingga keadaan memaksa atau force majeure terkait dan merupakan persoalan yang berhubungan
dengan risiko. Risiko menurut Subekti adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan kejadian
di luar kesalahan salah satu pihak. Persoalan risiko berpangkal pada terjadinya suatu peristiwa di luar
kesalahan salah satu pihak yang mengadakan perjanjian. Dengan kata lain, persoalan risiko adalah
buntut dari keadaan memaksa atau force majeure.

Dengan demikian maka force majeure atau bukanlah merupakan terminologi yang asing di
kalangan komunitas Hukum, tetapi force majeure secara harafiah berarti “Kekuatan yang lebih
besar”. Konteks hukum, force majeure dapat diartikan sebagai clausula yang memberikan dasar
pemaaf pada salah satu pihak dalam suatu perjanjian, untuk menanggung sesuatu hal yang tidak
dapat diperkirakan sebelumnya, yang mengakibatkan pihak tersebut tidak dapat menunaikan
kewajibannya berdasarkan kontrak yang telah diperjanjikan.

Klausula force majeure atau overmacht biasa dicantumkan dalam pembuatan perjanjian
atau kontrak dengan maksud melindungi pihak-pihak. Hal ini terjadi apabila terdapat bagian dari
perjanjian yang tidak dapat dilaksanakan karena sebab-sebab yang berada di luar kontrol para pihak
dan tidak bisa dihindarkan dengan melakukan tindakan yang sewajarnya dengan pembentukan
hukum.
1. Pembentukan Undang-undang atau

Peraturan Pemerintah yang baru, mencantumkan klausula yang dapat menimbulkan keadaan
memaksa. Dalam hal ini, tidak berarti bahwa prestasi tidak dapat dilakukan, akan tetapi prestasi itu
tidak boleh dilakukan, akibat adanya undang- undang atau peraturan pemerintah tersebut.

2. Sumpah, dimana dengan sumpah terkadang dapat menimbulkan keadaan memaksa, yaitu apabila
seseorang yang harus berprestasi itu diharuskan atau dipaksa bersumpah dihadapan saksi-saksi
untuk tidak melakukan prestasi .
E. PENGERTIAN RISIKO DAN BAHAYA DENGAN OVERMATCH

Menurut Subekti, risiko yaitu kewajiban untuk memikul kerugian yang


disebabkan olehsuatu peristiwa yang terjadi di luar kesalahan salah satu pihak,
yang menimpa barang yangmenjadi objek perjanjian.Dalam buku ke III kitab undang-
undang hukum perdata, yaitu pasal1237, berbunyi: “Dalam hal adanya perikatan untuk
memberikan suatu barang tertentu, makabarang itu semenjak perikatan dilahirkan, adalah
tanggungan si berpiutang”.Perkataan tanggungan dalam pasal ini sama dengan “risiko
Dengan demikian, dalamperikatan adanya pemberian barang, jika barang sebelum
diserahkan, musnah karena suatuperistiwa diluar kesalahan salah satu pihak, kerugian
ini harus dipikul oleh “si berpiutang”, yaitupihak yang menerima barang itu.Di luar dari
ketentuan pasal 1237 KUH Perdata tersebut, : Dalam hukum perjanjian, risiko
ialah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu kejadian (peristiwa) di
luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang dimaksudkan dalam
perjanjian. dapat diambil kesimpulan bahwa risiko itu adalah kemungkinan
terjadinya suatu peristiwa yang berdampak terhadap pencapaian sasaran
organisasi, baik berdampak negatif (sesuatu yang tidak diharapkan namun terjadi)
maupun berdampak positif (sesuatu yang diharapkan namun tidak terjadi)

Dalam KUH Perdata, menyatakan bahwa overmacht adalah “keadaan di mana


debitur terhalang memberikan sesuatu atau melakukan sesuatu atau melakukan
perbuatan yang dilarang dalam perjanjian”. Pengertian ini kemudian disesuaikan dengan
terminologi yang digunakan, yaitu keadaan paksa. Adapun akibat dari keadaan memaksa
(overmacht), yaitu: Kreditur tidak dapat meminta pemenuhan prestasi (pada saat
terjadinya overmacht atau keadaan memaksa sementara sampai berakhirnya keadaan
memaksa tersebut) Gugurnya debitur untuk mengganti kerugian kepada kreditur. Force
Majeure atau keadaan memaksa (overmacht) keadaan di mana debitur gagal
menjalankan kewajibannya pada pihak kreditur dikarenakan kejadian yang berada di
luar kuasa pihak yang bersangkutan, misalnya karena gempa bumi, tanah longsor,
epidemik, kerusuhan, perang, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

https://kamus.tokopedia.com/f/force-majeure/

https://www.coursehero.com/file/34850352/RESIKO-DAN-OVERMATCHdocx/

https://yuridis.id/mengenal-apa-itu-keadaan-memaksa-overmacht-atau-force-
majeure-serta-unsur-unsurnya-menurut-kuh-perdata/

Anda mungkin juga menyukai