Anda di halaman 1dari 12

Keadaan Memaksa

(force majeure)
Oleh : -Muhamad Ilham P.
-Nurul Lailatul K.
Pengertian keadaan memaksa (force majeure)
2

Secara etimologi keadaan memaksa (force majeure) berasal


dari bahasa Perancis yang berarti “kekuatan yang lebih
besar”. Sedangkan secara terminologi adalah suatu kejadian
yang terjadi diluar kemampuan manusia dan tidak dapat
dihindarkan sehingga suatu kegiatan tidak dapat
dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya.
3

Menurut Kompilasi Hukum


Ekonomi Syariah (KHES)
Pasal 40 keadaan memaksa
atau darurat adalah keadaan
dimana salah satu pihak yang
mengadakan akad terhalang
untuk melaksanakan
prestasinya.
1
Dasar Hukum Keadaan Memaksa (Force Majeure)

‫ص َّدقُوا َخ ْْيٌ لَ ُك ْم ۖ إِ ْن ُكْن تُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن‬ ِ


َ َ‫َوإِ ْن َكا َن ذُو عُ ْسَرةٍ فَنَظَرةٌ إِ َ َٰل َمْي َسَرةٍ ۚ َوأَ ْن ت‬
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang)
itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 280)
Dalam Pasal 41 KHES, terdapat syarat-syarat keadaan memaksa atau
darurat diantaranya yaitu:
1. Peristiwa yang menyebabkan terjadinya darurat tersebut tidak terduga oleh para pihak.
Contohnya: banjir, angin putting beliung, dan gempa bumi.
2. Peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkankepada pihak yang harus
melaksanakan prestasi.
3. Peristiwa yang menyebabkan darurat tersebut di luar kesalahn pihak yang harus
melakukan prestasi.
4. Pihak yang harus melakukan prestasi tidak dalam keadaan beriktikad buruk.

5
Unsur-Unsur Keadaan Memaksa (Force Majeure)
6
◈ Ada suatu peristiwa atau suatu kejadian yang menciptakan atau melahirkan suatu
keadaan yang tidak sama dengan keadaan yang sebelumnya, tidak seperti biasanya.
Peristiwa dapat berupa bencana alam, kebakaran, perubahan peraturan perundang-
undangan dan sebagainya.
◈ Peristiwa itu tidak terduga, artinya tidak dapat diperkirakan sebelumnya oleh debitur
perihal waktu dan tempat kejadiannya peristiwa itu.
◈ Peristiwa itu diluar kekuasaan debitur, artinya bahwa terjadinya peristiwa itu bukan
karena salahnya debitur dan tidak pula dapat dihalangi atau dikendalikannya.
◈ Peristiwa itu menghalangi debitur untuk memenuhi kewajibannya, baik karena
peristiwa itu berkaitan dengan obyek perikatan ataupun berkaitan dengan cara
pemenuhan.
Jenis-Jenis Keadaan Memaksa (Force Majeure)
7
Jenis-jenis force majeure terbagi menjadi
beberapa kategori, yaitu berdasarkan sasaran,
pelaksanaan prestasi, jangka waktu berlakunya
keadaan yang menyebabkan keadaan memaksa
(force majeure) sebagai berikut:
Berdasarkan sasaran yang terkena keadaan memaksa (force
majeure) dibedakan menjadi berikut ini:
8

1. Force majeure Objektif 2. Force majeure Subjektif


Force majeure yang bersifat objektif ini Force majeure yang bersifat subjektif
terjadi atas benda yang merupakan objek terjadi manakala force majeure tersebut
kontrak tersebut. Artinya, keadaan benda terjadi bukan dalam hubungannya dengan
tersebut sedemikian rupa sehingga tidak objek dari kontrak yang bersangkutan,
mungkin lagi dipenuhi prestasi sesuai tetapi dalam hubungannya dengan
kontrak, tanpa adanya unsur kesalahan perbuatan atau kemampuan debitur
dari pihak debitur. Misalnya, benda itusendiri. Misalnya, jika si debitur sakit
tersebut terbakar. Karena itu, pemenuhan berat sehingga tidak mungkin berprestasi
prestasi sama sekali tidak mungkin lagi.
dilakukan karena yang terkena adalah
benda yang merupakan objek kontrak.
Dalam segi kemungkinan pelaksanaan prestasi dalam kontrak, suatu
keadaan memaksa (force majeure) dapat dibedakan menjadi dua jenis:
9

1. Force majeure Absolut 2. Force majeure Relatif


Yang dimaksud dengan force force majeure yang bersifat
majeure absolut adalah suatu force relatif adalah suatu force
majeure yang terjadi sehingga majeure dimana pemenuhan
prestasi dari kontrak sama sekali prestasi secara normal tidak
tidak mungkin dilakukan. mungkin dilakukan, sungguh
Misalnya, barang yang merupakan pun secara tidak normal masih
objek dari kontrak musnah. mungkin dilakukan.
Dilihat dari segi jangka waktu berlakunya keadaan yang menyebabkan terjadinya
keadaan memaksa (force majeure), keadaan memaksa dapat dibedakan ke dalam:
10
1. Force majeure Permanen 2. Force majeure Temporer
Suatu force majeure dikatakan Sebaliknya, suatu force majeure
bersifat permanen jika sama dikatakan bersifat temporer
sekali sampai kapan pun suatu bilamana terhadap pemenuhan
prestasi yang terbit dari prestasi dari kontrak tersebut
kontrak tidak mungkin tidak mungkin dilakukan untuk
dilakukan lagi. Misalnya, jika sementara waktu, misalnya
barang yang merupakan objek karena terjadi peristiwa tertentu,
dari kontrak tersebut musnah dimana setelah peristiwa tersebut
diluar kesalahan debitur. berhenti, prestasi tersebut dapat
dipenuhi kembali.
Akibat Hukum Keadaan Memaksa (Force Majeure)
11
◈ Kreditur tidak dapat menuntut pemenuhan prestasi.
◈ Debitur tidak dapat lagi dinyatakan lalai.
◈ Debitur tidak wajib membayar ganti rugi.
◈ Risiko tidak beralih kepada debitur.
◈ Kreditur tidak dapat menuntut pembatalan dalam perjanjian timbal
balik.
◈ Perikatan dianggap gugur.
12

Anda mungkin juga menyukai