Anda di halaman 1dari 3

Materi CoC Nasional

Materi CoC Nasional Senin, 17 Januari 2022

Implementasi Klausul Force Majeure Dalam Perjanjian


Oleh : NURLELY AMAN- EVP KONTRAK DAN LEGAL BUSINESS PARTNER

PT PLN (Persero) sebagai BUMN yang bertanggung Para Pihak dapat menyepakati dalam Perjanjian,
jawab untuk menyediakan tenaga listrik bagi keadaan atau peristiwa tertentu yang dikategorikan
kepentingan umum di seluruh wilayah Indonesia, sebagai peristiwa Force Majeure. Secara umum,
memiliki peran penting selaku katalisator pemulihan yang termasuk dalam peristiwa Force Majeure
ekonomi selama Pandemi COVID-19. Di sisi lain antara lain adalah peperangan, kerusuhan, revolusi,
Pandemi COVID-19 juga berdampak pada bencana alam, gempa bumi, pemogokan, dan
perlambatan pembangunan infrastruktur kebakaran.
ketenagalistrikan yang disebabkan adanya Apabila dalam Perjanjian diatur secara tegas
pembatasan kegiatan proses produksi untuk produk- pandemi sebagai peristiwa Force Majeure maka hal
produk yang tidak termasuk kategori esensial, tersebut dapat dijadikan alasan Force Majeure,
pembatasan mobilisasi masyarakat termasuk work namun dalam hal tidak dinyatakan secara tegas
from home di berbagai negara mengakibatkan dalam Perjanjian maka yang perlu diperhatikan
terhambatnya pasokan peralatan, mobilisasi personil adalah prestasinya (kewajiban debitur) bukan
dan perizinan yang terkait dengan pembangunan peristiwanya semata.
infrastruktur ketenagalistrikan.
Pada prinsipnya, Force Majeure dibagi menjadi
Di tengah kondisi tersebut, banyak mitra PLN, baik Force Majeure Absolut dan Force Majeure Relatif.
mitra Independent Power Producer (IPP) maupun Force Majeure Absolut adalah peristiwa yang
mitra kontraktor/vendor yang mengajukan menyebabkan pemenuhan prestasi debitur sama
permohonan relaksasi pemenuhan kewajiban sekali tidak mungkin dilakukan sehingga
kontraktual kepada PLN dalam bentuk perpanjangan perikatannya menjadi batal, misalnya: barang yang
jangka waktu penyelesaian pekerjaan dan/atau merupakan objek perjanjian musnah, maka
penundaan jadwal Commercial Operation Date (COD) perjanjian “tidak mungkin” dilaksanakan, sehingga
dengan alasan Pandemi COVID-19 sebagai peristiwa akibatnya Perjanjian dapat diakhiri.
Force Majeure atau Keadaan Kahar. Untuk menilai
apakah suatu keadaan dapat dikategorikan sebagai Adapun Force Majeure Relatif adalah peristiwa yang
suatu peristiwa Force Majeure, perlu ditinjau kembali menyebabkan pemenuhan prestasi secara normal
ketentuan kontraktual baik dari aspek teknis maupun tidak mungkin dilakukan, namun secara tidak
legal dan disertai pada justifikasi yang valid. normal masih mungkin dilakukan. Artinya Perjanjian
masih mungkin untuk dilaksanakan namun dengan
Menurut R. Subekti: Force Majeure atau sering pengorbanan atau biaya yang sangat besar dari
diterjemahkan sebagai Keadaan Memaksa pihak debitur, misalnya dalam Perjanjian
(Overmacht) adalah suatu keadaan dimana seorang pembangunan gedung harga material impor
debitur terhalang untuk melakukan prestasinya menjadi sangat tinggi sehingga dalam hal ini debitur
karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga masih dapat melaksanakan prestasinya namun
pada saat dibuatnya kontrak, keadaan tersebut tidak
dengan biaya yang lebih besar. Dalam hal ini sering
dapat dimintakan pertanggungjawaban kepada
dikatakan bahwa Perjanjian masih mungkin
debitur, sementara si debitur tidak dalam keadaan
beritikad buruk. (possible) dilaksanakan, tetapi tidak praktis lagi.
Terhadap jenis Force Majeure ini Para Pihak dapat
Artinya Pandemi COVID-19 dapat dikategorikan menyepakati penyesuaian ketentuan dalam
menjadi peristiwa Force Majeure apabila memenuhi
Perjanjian.
unsur-unsur: a. kejadian tidak terduga; b. adanya
halangan; c. tidak disebabkan oleh kesalahan debitur;
d. tidak dapat dibebani risiko kepada debitur. Hal. 1
Materi CoC Nasional
Materi CoC Nasional Senin, 17 Januari 2022

Implementasi Klausul Force Majeure Dalam Perjanjian


Oleh : NURLELY AMAN- EVP KONTRAK DAN LEGAL BUSINESS PARTNER

Untuk dampak ekonomi yang disebabkan Pandemi 3. Pihak yang mengalami Force Majeure harus
COVID-19, dapat dikategorikan sebagai Force melakukan tindakan segera dalam upaya
Majeure yang bersifat relatif sehingga jalan keluar penanganan atau best effort yang wajar untuk
yang dapat diambil adalah renegosiasi Perjanjian. memperbaiki atau mengurangi kerugian akibat
peristiwa Force Majeure dan menyampaikan
Suatu peristiwa dapat dikategorikan sebagai bukti-bukti pelaksanaan upaya tersebut.
peristiwa Force Majeure apabila memenuhi syarat
materil dan formil. Syarat materil merupakan syarat Pemenuhan persyaratan materil bersifat mutlak,
mutlak yang diatur dalam suatu perjanjian berupa artinya bahwa apabila suatu peristiwa tidak
unsur-unsur suatu peristiwa dapat dikategorikan memenuhi unsur-unsur materil Force Majeure
sebagai peristiwa Force Majeure dan harus berdasarkan justifikasi dan penilaian dari aspek
dibuktikan oleh pihak yang mengalami peristiwa teknis dan legal, maka peristiwa tersebut tidak
Force Majeure. dapat diakui sebagai peristiwa Force Majeure.
Sedangkan apabila persyaratan formil tidak
terpenuhi, maka sepanjang memenuhi persyaratan
Berdasarkan Pasal 1244 dan Pasal 1245 KUHPerdata
materil, Para Pihak dapat menyepakati terjadinya
syarat materil harus memenuhi unsur-unsur antara
suatu peristiwa Force Majeure meskipun
lain:
persyaratan formil tidak terpenuhi.
1. Adanya kejadian yang tidak terduga, di luar
kekuasaan pihak yang mengalami Force Adapun pertanggungjawaban atas
Majeure; ketidakmampuan atau halangan melaksanaan
2. Kejadian tersebut mengakibatkan pihak yang prestasi akibat Force Majeure tidak dibebankan
kepada pihak yang mengalami peristiwa Force
mengalami Force Majeure tidak dapat Majeure.
melaksanakan prestasi bukan karena kesalahan
pihak tersebut (hubungan kausalitas); Sebagai contoh terjadinya peristiwa Force Majeure
3. Kejadian tersebut secara langsung mengenai dalam pelaksanaan Kontrak di Lingkungan PLN
sasaran obyek Perjanjian yang dapat adalah peristiwa Force Majeure yang terjadi dalam
mengakibatkan keterlambatan atau terhentinya pelaksanaan PPA antara PLN dengan salah satu IPP
pemenuhan prestasi; untuk Jual Beli Tenaga Listrik dari PLTM. Salah satu
4. Tidak ada itikad buruk dari pihak yang
mengalami Force Majeure. kewajiban (prestasi) IPP adalah memenuhi
pembangunan PLTM sesuai target COD yang
Adapun syarat formil merupakan syarat yang dipersyaratkan dalam PPA. Apabila IPP wanprestasi,
bersifat administratif yang diatur secara spesifik di maka IPP akan dikenakan denda keterlambatan.
dalam suatu Perjanjian. Sebagai contoh syarat
formil adalah sebagaimana diatur dalam Power Melalui Surat IPP kepada PLN, IPP mengajukan
Purchase Agreement (PPA), antara lain: permohonan perpanjangan COD PLTM akibat
1. Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis adanya kebijakan lockdown oleh Pemerintah
bentuk peristiwa dan perkiraan lamanya Tiongkok akibat Pandemi COVID-19. Adanya
peristiwa Force Majeure dalam jangka waktu kebijakan lockdown tersebut mengakibatkan
tertentu sejak peristiwa Force Majeure terjadi; keterlambatan pengiriman turbin generator PLTM
2. Adapun pemberitahuan tertulis tersebut dari Tiongkok ke Indonesia karena terkendala
disertai dengan bukti dokumen tertulis dari proses logistik, proses pembebasan pajak serta
instansi yang berwenang yang menerangkan penyelesaian dokumen dan pajak-pajak barang
adanya peristiwa Force Majeure; impor.

Hal. 2
Materi CoC Nasional
Materi CoC Nasional Senin, 17 Januari 2022

Implementasi Klausul Force Majeure Dalam Perjanjian


Oleh : NURLELY AMAN- EVP KONTRAK DAN LEGAL BUSINESS PARTNER

Berdasarkan PPA, pandemi tidak termasuk Berdasarkan ketentuan KUHPerdata dan PPA,
peristiwa yang dikategorikan sebagai Force kebijakan lockdown akibat Pandemi COVID-19 oleh
Majeure. Namun demikian Pandemi COVID-19 yang Pemerintah Tiongkok yang menyebabkan
menyebabkan adanya kebijakan lockdown keterlambatan pengiriman turbin generator PLTM
merupakan peristiwa yang tidak terduga di luar ke Indonesia secara materil dapat dikategorikan
kekuasaan IPP, hal ini didukung dengan surat dari sebagai peristiwa Force Majeure. Namun demikian,
pabrikan dan sertifikat dari China Council for the peristiwa tersebut tidak memenuhi unsur-unsur
Promotion of International Trade China Chamber of syarat formil sebagaimana dipersyaratkan dalam
International Commerce (CCPIT) sebagai lembaga PPA. Oleh karena itu, untuk menetapkan kebijakan
perdagangan Tiongkok. lockdown dapat diakui sebagai peristiwa Force
Majeure, sehingga dapat memenuhi syarat formil
Kebijakan lockdown tersebut juga mempengaruhi diperlukan kesepakatan para pihak dan disertai
operasional pabrikan yang memproduksi turbin dengan dokumen-dokumen pendukung yang dapat
generator PLTM yang berdampak secara langsung diterima oleh PLN.
pada objek PPA, yaitu pelaksanaan konstruksi,
pengujian dan komisioning PLTM. Hal tersebut juga Peristiwa lockdown tersebut termasuk dalam jenis
menyebabkan pengiriman turbin generator PLTM Force Majeure Relatif yang menyebabkan PPA tetap
baru dapat dilaksanakan pada Oktober 2020, dapat dilaksanakan namun pelaksanaan kewajiban
dimana sebelumnya pengiriman ditargetkan pada tertentu yang terdampak oleh Force Majeure dapat
minggu ke-4 Januari 2020. ditangguhkan sehingga memerlukan penyesuaian
dalam pelaksanaanya. Penyesuaian tersebut
Sehubungan dengan telah terpenuhinya syarat berkaitan dengan perpanjangan jangka waktu COD
materil tersebut di atas, maka kebijakan lockdown PLTM, dimana perpanjangan jangka waktu yang
di Pabrikan akibat Pandemi COVID-19 secara materil dapat diberikan terbatas pada jangka waktu
dapat dianggap sebagai peristiwa Force Majeure. pelaksanaan kebijakan lockdown yang diberlakukan
oleh Pemerintah Tiongkok atau justifikasi lain yang
Adapun terkait persyaratan formil peristiwa Force dapat dipertanggungjawabkan.
Majeure kebijakan lockdown di Pabrikan akibat
Pandemi COVID-19 tidak memenuhi unsur-unsur
syarat formil sebagaimana diatur dalam PPA sebagai
berikut:
1. Pemberitahuan adanya kebijakan lockdown
secara lisan dan tertulis dari IPP kepada PLN
melebihi jangka waktu yang ditentukan dalam
PPA.
2. Belum ada dokumen pendukung terkait
pemenuhan best effort yang wajar untuk
memperbaiki atau mengurangi akibat
terlambatnya pengiriman turbin generator
PLTM ke Indonesia.
3. Belum ada dokumen pendukung terkait
pemberitahuan secara tertulis berakhirnya
Force Majeure dari IPP kepada PLN.

Hal. 3

Anda mungkin juga menyukai