Kredit
ABSTRAK
This study aims to analyze the impact of the Covid-19 pandemic on debtors who
renege on agreements due to Force Majeur as a result of the Covid-19 pandemic.
The method was normative-empirical research, with a conceptual approach. The
results showed the completion of banking credit agreements as a result of Force
Majeure due to the Covid-19 pandemic, which creditors conducted to save debtors
from bad loans, including by conducting reduction, reconditioning, and restructuring,
the implementation of guarantees through auctions, this is based on Bank Indonesia
Regulation.
1
Ery Agus Priyono, ‘Aspek Keadilan Dalam Kontrak Bisnis Di Indonesia (Kajian Pada Perjanjian Waralaba
)’, Law Reform, 14.1 (2018), 15 <Https://Doi.Org/10.14710/Lr.V14i1.20233>.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif-empiris
yakni penelitian hukum yang memadukan antara penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosial/empiris. Pada jenis penelitian semacam ini peneliti
melakukan penelitian dengan mengkombain kedua tipe penelitian sebagaimana
disebutkan diatas dalam sebuah penelitian.3 Metode penelitian ini didukung dengan
pendekatan konseptual, yaitu jenis pendekatan dalam penelitian hukum yang
memberikan sudut pandang analitis tentang pemecahan masalah dalam penelitian
hukum, dilihat dari aspek dan konsep hukum di baliknya, juga dapat dilihat dari nilai-
nilai yang terkandung dalam penyemaian suatu aturan yang terkait dengan konsep
yang digunakan.
3
Syahruddin Nawi, Penelitian Hukum Normatif Versus Penelitian Hukum Empiris. 2017.
4
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Indonesia).
5
Lathifah Hanim And Ms. Noorman, ‘Penyelesaian Perjanjian Kredit Bank Sebagai Akibatforce Majeure
Karena Gempa Di Yogyakarta’, Jurnal Pembaharuan Hukum, 3.2 (2016), 161
<Https://Doi.Org/10.26532/Jph.V3i2.1406>.
6
Hanim And Ms. Noorman.
7
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2O2O Tentang Penetapan Bencana Nonalam
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 Sebagai Bencana Nasional, Fundamental of Nursing, 2020, p. 18=30.
8
Peraturan Perturan Otoritas Jasa Keuangan NO.11/POJK.02/2020, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2020,
MMXIX, 2020 <https://www.ojk.go.id/id/regulasi/Documents/Pages/Stimulus-Perekonomian-Nasional-Sebagai-
Kebijakan-Countercyclical-Dampak-Penyebaran-Coronavirus-Disease-2019/Ringkasan Eksekutif POJK 11 -
2020.pdf>.
9
Ida Bagus Gde Gni Wastu, I Gusti Ngurah Wairocana, And Desak Putu Dewi Kasih, ‘Kekuatan Hukum
Perjanjian Kredit Di Bawah Tangan Pada Bank Perkreditan Rakyat’, Acta Comitas, 2017, 83
<Https://Doi.Org/10.24843/Ac.2017.V02.I01.P08>.
10
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, 2002.
11
Ery Agus Priyono, ‘Aspek Keadilan Dalam Kontrak Bisnis Di Indonesia (Kajian Pada Perjanjian
Waralaba )’, Law Reform, 14.1 (2018), 15 <Https://Doi.Org/10.14710/Lr.V14i1.20233>.
12
M. Aqim Adlan, ‘Penyelesaian Kredit Macet Perbankan Dalam Pandangan Islam Tinjauan Regulasi
Kasus Kredit Macet Akibat Bencana Alam’, An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah, 2.2 (2016)
<Https://Doi.Org/10.21274/An.2016.2.2.145-186>.
13
Alwiyah Sakti Ramdhon Syah Rakia, ‘Health Protocol Sanctions Policy in Sorong Mayor Regulation’,
Amsir Law Journal, 2.2 (2020), 69–78 <https://doi.org/https://doi.org/10.36746/alj.v2i2.38>.
14
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
15
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
16
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, 2003.
17
Sri Lestari Poernomo, ‘Standar Kontrak Dalam Perspektif Hukum Perlindungan Konsumen’, Jurnal
Penelitian Hukum De Jure, 19.1 (2019), 109 <https://doi.org/10.30641/dejure.2019.v19.109-120>.
Jika unsur-unsur itu terpenuhi, maka barulah para pihak dikatakan bisa
terhindar dari dugaan wanprestasi, karena tidak melaksanakan prestasi atau break
the agreement. Sedangkan jika mengacu pada hukum acara, maka Pandemi Covid-
19 sudah merupakan Notoir Feit yang diketahui bersama dan tidak terbantahkan,
sehingga tidak perlu untuk dibuktikan lagi. Jika ditelaah secara teoritis Force
Majeure (Overmacht) terbagi menjadi dua, yakni :
a) Absolute Overmacht keadaan yang sifatnya tetap sehingga pelaksanaan
prestasi tidak mungkin dilakukanpara pihak terikat kontrak.
b) Relative Overmacht sifat keadaan memaksa sementara sehingga pemenuhan
prestasi masih mungkin dilakukan
Jika faktor keadaan memaksa sudah tidak ada lagi, maka kewajiban untuk
berprestasi muncul kembali. Secara langsung atau tidak, akan berdampak pada
kinerja dan kapasitas para pihak, sehingga mempengaruhi kemampuan para pihak
dalam memenuhi kesepakatan yang tertuang dalam kontrak. Seperti debitur
misalnya, akan mengalami kesulitan dan kendala didalam memenuhi kewajiban
membayar atau mengangsur utang.
Pandemi merupakan Force Majeure (Overmacht), yang masuk kategori
keadaan darurat, dimana keadaan memaksa yang ditimbulkan oleh situasi atau
kondisi yang tidak wajar, keadaan khusus yang bersifat segera, dan berlangsung
singkat, tanpa bisa diprediksi jauh sebelumnya. Dalam keadaan memaksa ini, terjadi
peristiwa yang tidak terduga yang terjadi di luar kesalahan para debitur setelah
terjadinya sebuah perjanjian, sehingga peristiwa tersebut menghalangi debitur untuk
memenuhi prestasinya sebelum dinyatakan lalai, dan oleh karenanya debitur tidak
dapat disalahkan untuk tidak menanggung risiko atas peristiwa tersebut.
Kesimpulan
Penyelesaian perjanjian kredit bank sebagai akibat Force Majeure karena
pandemi Covid-19, yang dilakukan kreditur untuk menyelamatkan debitur dari kredit
macet tersebut yakni dengan melakukan Recheduling, Reconditioning, dan
Restructuring, kemudian eksekusi jaminan melalui lelang. Hal ini berdasar pada
Referensi
Alwiyah Sakti Ramdhon Syah Rakia, ‘Health Protocol Sanctions Policy In Sorong
Mayor Regulation’, Amsir Law Journal, 2.2 (2020), 69–78
<Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.36746/Alj.V2i2.38>
Gni Wastu, Ida Bagus Gde, I Gusti Ngurah Wairocana, And Desak Putu Dewi
Kasih, ‘Kekuatan Hukum Perjanjian Kredit Di Bawah Tangan Pada
Bank Perkreditan Rakyat’, Acta Comitas, 2017, 83
<Https://Doi.Org/10.24843/Ac.2017.V02.I01.P08>
Hanim, Lathifah, And Ms. Noorman, ‘Penyelesaian Perjanjian Kredit Bank Sebagai
Akibat Force Majeure Karena Gempa Di Yogyakarta’, Jurnal
Pembaharuan Hukum, 3.2 (2016), 161
<Https://Doi.Org/10.26532/Jph.V3i2.1406>
Priyono, Ery Agus, ‘Aspek Keadilan Dalam Kontrak Bisnis Di Indonesia (Kajian
Pada Perjanjian Waralaba)’, Law Reform, 14.1 (2018), 15
<Https://Doi.Org/10.14710/Lr.V14i1.20233>