Anda di halaman 1dari 1

Savira Ramadhanty – Hukum Perikatan BATCH 16 WEEKEND 03011998

1. Aksidentalia. Boleh, asalkan ketentuan risiko yang diperjanjian lain selain daripada
yang ditentukan oleh hukum yang berlaku tersebut tidak merugikan pihak yang
terlibat dalam perjanjian dan memperhatikan syarat sah perjanjian 1320 KUHPer.
2. Berbeda. Seorang dikatakan wanprestasi jika telah melanggar perjanjian yang telah
disepakati para pihak dan timbul penggantian kerugian atas hal tersebut (1243
KUHPer) sedangkan perbuatan melawan hukum apabila perbuatan yang dilakukan
bertentangan dengan hak orang lain sehingga menimbulkan kerugian dan harus
mengganti kerugian tersebut (1365 KUHPer). Yang menjadi tolok ukur perbedaannya
adalah unsurnya. Wanprestasi harus ada perjanjian antar pihak sedangkan PMH tidak,
wanprestasi ada pihak yang melanggar isi perjanjian yang sudah disepakati dan PMH
ada perbuatan melawan hukum. Pada praktiknya, ada yurisprudensi yang
memperbolehkan penggabungan PMH dan wanprestasi dalam satu gugatan dan ada
juga yang tidak. Namun menurut pandangan saya pribadi, penggabungan gugatan
wanprestasi dan PMH akan membuat gugatan menjadi obscuur libel dan harus
diselesaikan secara tersendiri.
3. Overmacht tidak serta merta mengugurkan prestasi para pihak dalam perjanjian dan
tidak dapat langsung disimpulkan hal tersebut sebagai wanprestasi. Harus dilihat
apakah keadaan memaksanya absolut atau relatif. Jika absolut maka bisa dilakukan
penundaan kewajiban atau pembatalan perjanjian namun jika relatif bisa dilakukan
renegosiasi. Overmacht juga tidak serta merta membuat perjanjian menjadi tidak
berlaku, hal tersebut tergantung apakah ada ketentuan di awal mengenai pembatalan
perjanjian jika terjadi overmacht dan dapat dilihat dari jenis keadaan memaksanya
apakah absolut atau relatif.
4. Persamaan keduanya merupakan peristiwa tak terduga dan tak diharapkan terjadi saat
perjanjian disepakati, terjadi diluar kesalahan dan resiko debitur. Perbedaannya force
majeur bisa berakibat perjanjian pada penundaan prestasi dan/atau pembatalan
perjanjian sedangkan hardship mempengaruhi keseimbangan perjanjian dan
memberikan kesempatan bagi para pihak untuk renegosiasi. Contoh untuk overmacht
adalah perjanjian cicilan yang dibuat sebelum pandemi COVID-19 serta tidak
mencantumkan klausul overmacht dan debitur tidak bisa membayar tepat waktu
karena pandemi mempersulit ekonominya maka dampaknya pembayaran bisa ditunda
(karena masih dianggap relative). Contoh hardship adalah terjadinya krisis ekonomi
dan umumnya terjadi diluar Indonesia (hardship tidak dikenal di Indonesia) maka
karena adanya keadaan hardship, kontrak dapat di renegosiasi kembali.

Anda mungkin juga menyukai