Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS KETERKAITAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 28 TAHUN 2009


TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN PERWALI BANDAR
LAMPUNG NOMOR 144 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN
DAN PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME

Berdasarkan Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan Daerah Otonom, yang
selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kota Bandar Lampung merupakan salahsatu daerah otonom yang mana pemerintahan
Kota Bandar Lampung berwenang untuk mengatur sendiri tata pengelolaan dan
pemungutan pajak reklame yang sesuai dengan daerahnya tersebut.

Sedangkan Pajak Reklame sendiri didefinisikan sebagai pajak atas penyelenggaraan


reklame,.masih dalam Undang-Undang yang sama, memberikan pengertian mengenai
reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya
dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan,
atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang
dapat dilihat, dibaca, didengar, diraskan, dan/atau dinikmati oleh umum.

Reklame, pada umumnya berisikan iklan yang sengaja dibuat oleh sebuah perusahaan
untuk memperkenalkan suatu prosuk maupun jasa yang dihasilkan oleh perusahaan,
reklame sering di jumpai di pinggir jalan yang cukup strategis. Adapun Bagian
Kesepuluh dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah menjelaskan dalam Pajak Reklamepada Pasal 47 sebagai berikut:

(1) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Reklame.


(2) Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi:
a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya;
b. Reklame kain;
c. Reklame melekat, stiker;
d. Reklame selebaran;
e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
f. Reklame udara;
g. Reklame apung;
h. Reklame suara;
i. Reklame film/slide; dan
j. Reklame peragaan.
(3) Tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame adalah:
a. penyelenggaraan Reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta
mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya;
b. label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang
berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya;
c. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan
tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang
mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut;
d. Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; dan
penyelenggaraan Reklame lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pasal 48 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak


Daerah dan Retribusi Daerah menjelaskan mengenai pihak-pihak yang menjadi
subjek dalam pajak reklame, adapun yang menjadi subjek pajak reklame dalam
Undang-Undang ini ialah :

1) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan
Reklame.
2) Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang
menyelenggarakan Reklame.
3) Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang
pribadi atau Badan, Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan
tersebut.
4) Dalam hal Reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga
tersebut menjadi Wajib Pajak Reklame.

Jadi jika dikaitkan dengan kewenangan Kota Bandar Lampung sebagai daerah
otonom, sehingga memiliki kewenangan untuk mengatur daerah nya sendiri, dalam
hal ini berkaitan dengan penyelenggaraan dan pemungutan pajak daerah, yang diatur
secara khusus dalam Peraturan Wali Kota (PERWALI) Bandar Lampung Nomor 144
Tahun 2011 tentang penyelenggaraan dan pemungutan pajak Reklame didapati
analisis sebagai berikut:

Pemerintah Kota Bandar Lampung berwenang untuk membuat peraturan khusus


mengenai penyelenggaraan dan pemungutan pajak reklame di wilayah Kota Bnadar
Lampung. Kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota Bandar Lampung terhadap
kenaikan pajak reklame yang tertulis didalam Peraturan Walikota Bandar Lampung
Nomor 114 Tahun 2011 yaitu dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan dan
pemungutan pajak reklame di wilayah Kota Bandar Lampung, sesuai dengan
Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 01 Tahun 2011 tentang pajak
Daerah. Pajak Reklame adalah salah satu Pajak Asli Daerah (PAD) dan salah satu
sumber pendapatan asli Daerah yang menunjukan posisi strategis dalam hal
pendanaan pembiayaan Daerah. Maka pendapatan dari pajak reklame ini harus
dioptimalkan seefisien mungkin dengan dikeluarkannya kebijakan tentang kenaikan
pajak reklame ini maka target PAD dari pajak reklame terealisasi pada tahun 2012 dan
ditargetkan bertambahnya pemasukan di tahun 2013. Peningkatan pendapatan pajak
reklame pada tahun 2012 yang masuk melalui kas Daerah dipergunakan untuk
pembiayaan pembangunan dan penyelenggaraan Pemerintahan.

Peran DISPENDA sebagai unsur pelaksana otonomi Daerah yang melaksanakan urusan
Pemerintahan Daerah telah tepat fungsi dan peranannya dalam melaksanakan sebagian
urusan Pemerintah Daerah dibidang pengelolaan pendapatan Daerah berdasarkan azas
otonomi dan tugas pembantuan terutama Perumusan kebijakan tekhnis, perencanaan,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian dibidang pendapatan Daerah yang berkaitan
dengan Peraturan WaliKota Nomor 114 Tahun 2011.

Keluhan pengusaha reklame diawal penerapan kebijakan kenaikan pajak reklame


dikarenakan kenaikan pajak yang cukup tinggi dan kurangnya sosialisasi terhadap
peraturan tersebut, sehingga pihak pengusaha harus mengatur ulang system budgeting
mereka. Permasalahan yang terjadi diawal penerapan kebijakan Pemerintah Kota
menaikkan pajak reklame setelah keluarnya Peraturan Wali Kota Nomor 114 Tahun 2011
dikarenakan kurangnya sosialisasi peraturan tersebut dan terkesan terburu-buru dalam
mengeluarkan peraturan kebijakan tersebut, sehingga sempat terjadi selisih paham antara
pengusaha dan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang kemudian dikoordinasikan
dengan menemui pihak Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) melalui pertemuan
dengan pihak perusahaan dan pengusaha reklame. Sebagaimana telah dievaluasi diatas
Faktor-faktor penghambat dalam penerapan kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung
dikarenakan kurangmya sosialisasi Pemerintah Kota dalam menerbitkan kebijakannya
yang baru sehingga berdampak dengan adanya penolakan dari perusahaan dan para
pengusaha reklame terhadap terbitnya PERWALI Nomor 114 Tahun 2011 bagi
DISPENDA penolakan tersebut menghambat upaya penerapan kebijakan baru tersebut
sedangkan bagi perusahaan dan pengusaha kenaikan yang sangat tinggi itu dinilai
memberatkan dan merugikan.

Anda mungkin juga menyukai