OLEH
LOVIE ANGELYTA WILYANI WILLMAN
19304077
Sementara itu penerapan pajak pertambahan nilai pada perusahaan yang kena pajak
mengalami masalah pada kesesuai dengan Undang-Undang No.42 Tahun 2009, baik dalam PPN
Keluaran maupun PPN Masukan. Penelitian mengenai penerapan Akuntansi pada Pajak
Pertambahan Nilai sudah sering dilakukan oleh para peneliti sebelumnya dengan metode analisis
dan strategi yang tepat digunakan oleh masing-masing peneliti. Hasil penelitian terdahulu dalam
penelitian ini bertujuan sebagai dasar dalam mendapatkan gambaran dalam menyusun kerangka
berfikir dan diperlukan sebagai acuan untuk mendukung pembahasan dalam penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Januri (2017) tentang Analisis Penerapan Akuntansi Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) pada PT. Perkebunan Nusantara IV Medan. Penelitian ini
menggunakan metode studi literatur untuk menentukan hasil. Hasil penelitian menunjukan
bahwa perhitungan PPN sudah sesuai dengan UU yang berlaku, namun penerapan akutansinya
masih belum baik dan memadai untuk menghasilkan informasi bagi perusahaan agar dapat
menghitung, mencatat, menyajikan, menyetor dan melaporkan jumlah penjualan lokal antara
SPT PPN dan laporan laba rugi. Pelaporan SPT PPN 2014 dan 2015 sudah tepat waktu.
Ketelitian dalam pencatatan akuntansi pajak PPN perlu ditingkatkan sehingga jumlah penjualan
lokal SPT Masa PPN dan yang disajikan di laporan laba rugi sama. Pelaporan SPT PPN juga
sebaikan di laporkan lebih awal untuk menghindari terjadinya keterlambatan dan sanksi.
Hadi Sutomo (2019) dengan penelitiannya tentang Analisis Penerapan Pajak
Pertambahan Nilai pada PT Sarana Aspal Nusantara. Peneliti menggunakan metode analisis
deskriptif dengan teknik pengumpulan data studi kepustakaan. Hasil penelitiannya adalah
perusahaan telah melakukan kewajiban pemungutan, perhitungan, penyetoran dan pelaporan
dengan benar sesuai dengan ketentuan UU PPN yang berlaku. Perbedaan nominal DPP di SPT
PPN dengan penjualan di laporan laba rugi merupakan pembayaran dimuka dan adanya
realisasi/penyelesaian atas pembayaran dimuka tersebut. Namun dalam penelitian ini tidak
dibahas bagaimana detail masalah pencatatan akuntansinya.
Anggraini Darise (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Akuntansi Pajak
Pertambahan Nilai pada PT XYZ menggunakan metode penelitian dokumentasi dari transaksi-
transaksi penjualan dan pembelian yang ada di PT XYZ. Hasil penelitian memperoleh
kesimpulan bahwa perhitungan akuntansi pajak pertambahan nilai yang ada menggunakan sistem
perhitungan PK – PM (Pajak Keluaran dan Pajak Masukan) sehingga dapat dengan mudah
menentukan besar pajak yang akan dibayar oleh perusahaan dan kemudian membandingkan
perhitungan perusahaan dan perhitungan pajak. Ini disebabkan adanya transaksi yang tidak dapat
diakui oleh pajak namun diakui oleh perusahaan.
a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, yang meliputi :
a) Jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan;
b) Jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak
lain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel
unjuk, cek, atau sarana lainnya;
c) Jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa: sewa
guna usaha dengan hak opsi, anjak piutang, usaha kartu kredit dan/atau
pembiayaan konsumen, jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai,
termasuk gadai syariah dan fidusia; dan jasa penjaminan;
d) Jasa asuransi, merupakan jasa pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian,
asuransi jiwa, dan reasuransi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen
asuransi, penilai kerugian asuransi, dan konsultan asuransi.
5) Jasa keagamaan, meliputi jasa pelayanan rumah ibadah, jasa pemberian khotbah
atau dakwah, jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan, jasa lainnya di bidang
keagamaan.
6) Jasa pendidikan, meliputi Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa
penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa,
pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan jasa
penyelenggaraan pendidikan luar sekolah.
7) Jasa kesenian dan hiburan, meliputi semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja
seni dan hiburan.
8) Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan meliputi jasa penyiaran radio atau televisi
baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang tidak bersifat iklan
dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.
9) Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri
yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.
10) Jasa tenaga kerja, meliputi jasa tenaga kerja, jasa penyediaan tenaga kerja
sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil
kerja dari tenaga kerja tersebut dan jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga
kerja.
11) Jasa perhotelan, meliputi jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel,
rumah penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan
kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap dan jasa penyewaan ruangan
untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel,rumah penginapan, motel, losmen
dan hostel.
12) Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan
secara umum, meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah
seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pemberian Ijin Usaha
Perdagangan,pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak dan pembuatan Kartu Tanda
Penduduk (KTP).
13) Jasa penyediaan tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat parkir dan/atau
pengusaha kepada pengguna tempat parkir dengan dipungut bayaran. Jasa telepon
umum dengan menggunakan uang logam atau koin yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun swasta.
14) Jasa pengiriman uang dengan wesel pos.
15) Jasa boga atau katering.
Di dalam Pasal 4 UU PPN Tahun 2009 disebutkan bahwa PPN dikenakan atas:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;
2. Impor Barang Kena Pajak; pajak juga dipungut pada saat impor Barang Kena Pajak.
Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jendral Bea dan Cukai;
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
(Djuanda & Lubis, 2013)
2.2.5 Subjek Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Resmi, pajak pertambahan nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung, artinya pajak
yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dialihkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pihak-
pihak yag mempunyai kewajiban memungut, menyetor, dan melaporkan PPN terdiri dari:
1. Pengusaha kena pajak (PKP) yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa
kena pajak didalam daerah pabean dan melakukan ekspor barang kena pajak berwujud
atau barang kena paja tidak berwujud atau jasa kena pajak.
2. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak (PKP).
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan usaha dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean,
melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
B. Akun pajak keluaran Pajak keluaran adalah pajak yang dipungut pengusaha kena pajak pada
waktu penyerahan barang kena pajak konsumen. Masalahnya pencatatan pajak keluaran tidak
berbeda dengan pajak masukan, yaitu kemungkinan perbedaannya pada saat penyerahan barang
kena pajak disaat di buatkan faktur pajak.
2.2.10 Tarif Dan Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai, tarif PPN ditetapkan sebesar 10% dan 0%. Tarif 0% hanya diterapkan atas
ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak Berwujud dan Ekspor JKP. Namun berdasarkan
ketentuan Undang-Undang tersebut, tarif PPN dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan
paling tinggi 15% yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Terjadi
perubahan tarif pajak sejak di tetapkannya Undang-undang Harmonisasi Perpajakan yang
menjadikan tarif pajak dari 10% menjadi 11%. Cara menghitung PPN adalah dengan cara
mengalihkan tarif PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi Harga Jual, Penggantian,
Nilai Impor, Nilai Ekskpor atau nilai ain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah mentri keuangan. Dapat di rumuskan sebagai berikut :
Penelitian dari Putri Dyah Marhaeni Bawana Puspitasari dan Siti Sundari (2021) tentang
Penerapan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai pada PT Surya Trias Gemilang Surabaya.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil pengkajian membuktikan
bahwa perusahaan yang diteliti sudah menetapkan tarif PPN dan memungut pajak berlandaskan
UU No 42 Tahun 2009, namun terjadi keterlambatan dalam penyetoran kurang bayar PPN pada
SPT Masa PPN bulan februari 2018 sehingga terbit sanksi. Penelitian ini tidak membahas detail
pencatatan jurnal yang terjadi di perusahaan.
Gracela Rawis et al (2021) yang meneliti tentang Penerapan Akuntansi Pajak
Pertambahan Nilai pada CV Karya Wenang Manado menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil 9 penelitian menyatakan bahwa perusahaan yang
diteliti sudah melakukan pemungutan PPN sesuai tarif yang berlaku dan melakukan pelaporan
SPT Masa PPN serta pembayarannya sesuai dengan UU PPN namun dari segi waktu masih
ditemukan adanya keterlambatan. Pembahasan dalam penelitian ini cukup mendetail sampai ke
pencatatan atas keterlambatan penyetoran dan pelaporan SPT.
Anggraini Darise (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Akuntansi Pajak
Pertambahan Nilai pada PT XYZ menggunakan metode penelitian dokumentasi dari transaksi-
transaksi penjualan dan pembelian yang ada di PT XYZ. Hasil penelitian memperoleh
kesimpulan bahwa perhitungan akuntansi pajak pertambahan nilai yang ada menggunakan sistem
perhitungan PK – PM (Pajak Keluaran dan Pajak Masukan) sehingga dapat dengan mudah
menentukan besar pajak yang akan dibayar oleh perusahaan dan kemudian membandingkan
perhitungan perusahaan dan perhitungan pajak. Ini disebabkan adanya transaksi yang tidak dapat
diakui oleh pajak namun diakui oleh perusahaan.
Dalam penelitian Rizqi Rolando Kansil (2015) tentang Analisis Penerapan Akuntansi
Pajak Pertambahan Nilai pada Pengusaha Kena Pajak di PT. Jaya Abadi Manado dengan
menggunakan metode observasi data sekunder yang diperoleh dari perusahaan yang diteliti.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan tarif PPN sudah sesuai dengan ketentuan UU
PPN yaitu 10% dari harga jual kios atau ruko. Perusahaan menggunakan metode akrual basis
untuk mencatat transaksi PPN dan yang menjadi dasar pengenaan PPN adalah harga jual produk
atau lebih dikenal dengan istilah Harga Pengikatan. Hasil penelitian juga menampilkan jurnal-
jurnal akuntansi PPN yang terkait sesuai transaksi yang terjadi.
Dalam penelitian Dumais,Elim (2015) tentang Analisis Penerapa Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) pada CV. Alfa Perkasa Manado. Hasil penelitian yang dilakukan yaitu pencatatan
dann pelaporan sudah sesuai dengan Undang-undang No.42 Tahun 2009
Damayanti (2012) Analisis Perhitungan Paajak Prtambahan Nilai (PPN) pada CV. Sarana
Teknik Kontrol Surabaya. Dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa perusahaan masih
belum menerapkan Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan Undang-undang No.42 Tahun 2009.
Fransiska Dinarti(2011) Analisis Perhitungan Pajak Pertabahan Nilai (PPN) pada PT.
Garuda Express Delivery Cabang Semarang. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu perusahaan
belum menerapkan Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan Undang-Undang No.42 Tahun 2009.
Selviana dan Lidya (2011) Analisis Penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada CV.
Kusuma Agung Mandiri Palembang. Menurut penelitian yang telah dilakukan bahwa perusahaan
hamper telah sesuai menerapkan undang-undang yang berlaku.
Herrina dan syaitri (2010) Analisis Perhitungan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) pada CV. Famili. Hasil penelitian menunjukan bahwa perusahaan hampir telah sesuai
menerapkan Pajak Pertambahan Nilai dengan Undang-undang yang berlaku.
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Perusahaan