Margin 3cm kanan, 3cm atas, 3cm bawah, dan 4cm kiri
Spasi 1,5 cm
1. Cover
2. Kata Pengantar
3. Daftar isi
4. Bab I Pendahuluan (latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian)
5. Bab II Tinjauan Pustaka
Ex. Pengertian Pph, Jenis PPh, dll.
6. Bab II Pembahasan
1. PPh
2. PPN
3. PPNBM
4. PBB
5. Bea Materai
6. Pajak Daerah
Ex:
1. Bagaimana akibat hukum bagi PPAT yang telah menandatangani Akta Jual Beli
namun belum menerima bukti validasi PPH Final oleh KPP Pratama?
2. Bagaimana perlakuan PPh atas pengalihan tanah?
KUP (UU Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan 6/1983, 9/1994,
16/2000, 28/2007, 16/2009
PPh 7/1983, 7/1991, 10/1994, 17/2000, 36/2008
PPN & PPnBM 8/1983, 11/1994, 18/2000, 42/2009
PBB 12/1985, 12/1994
Bea Materai 13/1985
Pengadilan Pajak 14/2002
PPSP 19/1997, 19/2000
BPHTB 21/1997, 20/2000
10. Bagaimana pajak bagi selebgram sama dengan pekerja seni atau artis,
youtober dan penjual olshop di medsos?
Endorsement :
1. Paid endorsement (konten tidak ditentukan oleh pemilik barang)
2. Paid promote (konten ditentukan oleh pemilik barang)
UU no 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
AGEN SELEBGRAM
Pasal 23
PEMILIK
PRODUK
Pasal 21
SELEBGRAM
2. bea masuk dan atau pajak dalam rangka Impor atas Impor Barang
Pertemuan I
Perkenalan OFF BELA KELAS C EMI KELAS D
Pertemuan II
Ruang Lingkup Ilmu Hukum Pajak
Sejarah Perpajakan, Pengertian Pajak ,Unsur Pajak, Subjek Pajak, Objek Pajak
dan Fungsi Pajak. ON BELA
Pertemuan III
Pertemuan IV
Hak dam kewajiban pemerintah dan wajib pajak, Penerapan UU KUP, Kedudukan
Hukum Pajak dengan Hukum-Hukum Lainnya. ON BELA
Pertemuan V
Landasan Filosofis, Teori dan Asas Pemungutan Pajak ON EMI
Pertemuan XIII Tarif Pajak serta Pemeriksaan dan Penagihan Pajak ON BELA
Pertemuan XIV Upaya Hukum Sengketa Pajak dan Peradilan Pajak ON EMI
SYARAT PAJAK
1. Syarat keadilan
2. Syarat yuridis
3. Syarat ekonomis
4. Syarat finansial
5. Sistem pemungutan harus sederhana
1. Seseorang / orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang tinggal
di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan atau setahun, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
2. Badan yang berdiri atau berkedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan
pemerintah dengan kriteria dibawah ini
a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
c. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat
3. atau Pemerintah Daerah
d. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan
c. Warisan yang belum dibagikan sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
Objek Pajak
Objek pajak adalah penghasilan atau disebut juga setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dikonsumsi atau meningkatkan harta kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk :
1. Penghasilan karena pekerjaan / jasa, gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun dan imbalan lainnya terkecuali ditentukan lain dalam Undang-undang.
2. Hadiah undian, hadiah dari pekerjaan atau kegiatan dan hadiah penghargaan
3. Laba usaha
5. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai
pengganti saham atau penyertaan modal;
6. Keuntungan yang diperoleh karena adanya pengalihan harta kepada para pemegang saham,
sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya seperti :
12. Keuntungan yang diperoleh karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
16. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
17. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
19. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
1. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat
yang dibentuk dan/atau disahkan oleh pemerintah, dan zakat yang diterima oleh penerima zakat yang
berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk dan/atau disahkan oleh pemerintah
dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur berdasarkan
Peraturan Pemerintah
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan
3. warisan
4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal
5. Imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima dalam bentuk natura atau
kenikmatan
6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa
7. Dividen atau laba yang diterima PT ( perseroan terbatas ) sebagai Wajib Pajak dalam negeri,
Koperasi, BUMN ( Badan Usaha Milik Negara ) atau BUMD ( Badan Usaha Milik Daerah ) dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia dengan syarat :
9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g,
dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
10. Bagian keuntungan / Laba yang di terima para anggota dari Perseroan Komanditer dimana modal
yang disetorkan tidak dibagikan atas saham – saham, persekutuan, perkumpulan, Firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan
syarat badan pasangan usaha tersebut:
Perusahaan UKM ( mikro, kecil dan menengah ) atau yang menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
11. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
12. Kelebihan atau sisa lebih yang diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan, penelitian dan pengembangan yang terdaftar pada instansi yang membidanginya yang
diterapkan kembali dalam bentuk sarana atau prasarana kegiatan dibidang pendidikan dalam jangka
waktu paling lama 4 tahun semenjak kelebihan atatu sisa lebih tersebut diperoleh, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib
Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain
memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota
Dalam beleid ini pun disebutkan, untuk organisasi internasional yang tidak termasuk subjek pajak
pada huruf c tersebut ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan (KMK).
Ini termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah. Dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia.
Juga yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan
yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak. Di mana ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan
2. Harta hibahan
Harta hibahan ini adalah yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil.
Di mana ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan.
3. Warisan
Harta termasuk setoran tunai ini adalah yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
Penggantian atau imbalan ini sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah. Kecuali yang
diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak
yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit).
Pembayaran dari perusahaan asuransi ini yakni ditujukan kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
Note: Perlu juga diketahui, inilah 5 Metode Penentuan Transfer Pricing yang Wajar
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang
disetor
8. Iuran
Iuran ini merupakan yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.
Penghasilan dari modal ini termasuk yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud
pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan KMK.
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura ini berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan
syarat badan pasangan usaha tersebut:
Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha
yang diatur dengan atau berdasarkan PMK
12. Beasiswa
Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan PMK.
Sisa lebih hasil usaha yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya.
Kemudian ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa
lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK.
Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kepada
Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK.
2. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau Pajak Pertambahan Nilai
(PPN).
yang dilakukan ke dalam Kawasan Berikat (kawasan tanpa bea masuk hingga barang tersebut dikeluarkan
untuk impor, ekspor atau re-impor) dan Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor (EPTE). Yaitu tempat
penimbunan barang dagangan karena pengimpornya tidak membayar bea masuk sebagaimana mestinya.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 PP N. 6 Tahun 1969 tentang Pembebanan atas Impor
sebagaimana diubah dan ditambah terakhir dengan PP Nomor 26 tahun 1988 Jo. Peraturan Pemerintah
Nomor 2 tahun 1973, adalah: berupa kiriman hadiah dan untuk tujuan keilmuan.
3. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali.
4. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian
diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk
keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna
Anggaran/KPA, bendahara pengeluaran, dan KPA atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang
diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran/KPA). Dengan jumlah paling banyak Rp2.000.000 dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah
Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (BUMN tertentu dan Bank BUMN) yang jumlahnya paling
banyak Rp10.000.000. Dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah
Pembayaran untuk: Pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-benda pos dan
pemakaian air dan listrik.
9. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk
tujuan ekspor
Pengecualian dari pemungutan PPh Pasal 22 atas barang impor sebagaimana dimaksud pada point 2
di atas, tetap berlaku dalam hal barang impor tersebut dikenakan tarif bea masuk sebesar 0%.
Pengecualian sebagaimana dimaksud pada point 1 dan 6 dinyatakan dengan Surat Keterangan
Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh DJP.
Pengecualian sebagaimana dimaksud pada point 4, 5, dan 7 di atas dilakukan tanpa Surat
Keterangan Bebas (SKB).
Ketentuan Pengecualian pengenaan PPh Pasal 22 atas kegiatan Impor barang yang dibebaskan dari
pungutan Bea Masuk dan/atau PPN, atas impor sementara dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai yang tata caranya diatur oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan/atau DJP
Dikecualikan dari Pungutan PPh Pasal 4 ayat
(2)
Subjek maupun objek yang tidak termasuk dalam pengenaan PPh Pasal 4 ayat (2) dibagi menjadi
beberapa bagian, di antaranya:
Pemotongan pajak atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat
Bank Indonesia tidak dilakukan terhadap:
1. Bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia sepanjang jumlahnya tidak
melebihi Rp7.500.000 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah
2. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar
negeri di Indonesia
3. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat Bank Indonesia yang diterima atau diperoleh Dana
Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Sepanjang dananya diperoleh dari
sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 UU No. 11/1992 tentang Dana Pensiun;
4. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan rumah sederhana dan sangat
sederhana serta kavling siap bangun. Digunakan untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah
susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.
Ketentuan dalam pengenaan PPh Pasal 4 ayat (2) terkait bunga obligasi ini tidak berlaku apabila:
1. Wajib Pajak dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan
memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf h Undang-Undang PPh
2. Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
Penghasilan berupa bunga obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak bank yang
didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia, dikenai PPh berdasarkan tarif
umum sesuai UU PPh.
Note: Mungkin Anda ingin mengetahuinya bisa baca selengkapnya Pengertian Capital Gain dan
Hubungannya dengan Pajak Penghasilan
1. Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia
2. Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
3. Reksa dana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, selama 5 tahun
pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.
Perusahaan modal ventura dari transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangan usahanya dengan syarat tertentu
Atas penghasilan perusahaan modal ventura dari transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangan usaha yang tidak memenuhi ketentuan di atas
dikenakan PPh sesuai dengan ketentuan dalam UU PPh.
Mengingat perlakuan PPh atas penghasilan dalam PP ini berbeda dengan perlakuan atas
penghasilan lainnya, maka kepada perusahaan modal ventura diwajibkan melakukan pembukuan
yang terpisah atas penghasilan maupun biaya yang berkaitan dengan penghasilan dari transaksi
penjualan saham ini.
Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh dalam pasal 4 ayat (2) adalah :
1. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari
Rp 60.000.000 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah
2. Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang
memerlukan persyaratan khusus
3. Orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat. Lalu, badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil. Yang
mana ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK. Sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan
4. Badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada badan
keagamaan. Lalu badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan koperasi atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil. Di mana ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK. Sepanjang hibah
tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangkutan
5. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan.
Termasuk yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh dalam pasal 4 ayat
(2) ini adalah pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan yang tidak termasuk subjek pIlustrasi gedung perkantoran yang disewakan jadi objek PPh
2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak
dalam negeri, koperasi, BUMN/BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
Bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling
rendah 25% dari jumlah modal yang disetor
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer. Di mana modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif
Penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi
Tax Reform
eformasi perpajakan adalah perubahan sistem perpajakan secara signifikan dan komprehensif yang mencakup
pembenahan administrasi perpajakan, perbaikan regulasi perpajakan, dan peningkatan basis pajak.[1] Bentuk
pelaksanaannya dapat bervariasi tergantung pada kondisi yang dihadapi, termasuk menambah atau
mengurangi tarif pajak, mengubah lapisan penghasilan kena pajak, mengubah ambang batas Penghasilan Kena
Pajak (PKP), mengubah dasar pengenaan pajak, memberlakukan pajak-pajak baru dan menghapus pajak-pajak
lama, mengubah komposisi penerimaan pajak maupun melakukan perubahan mendasar terhadap praktik-praktik
dan prosedur administratif perpajakan.[2]
Pada dekade 1980-an, di seluruh dunia terjadi reformasi pajak yang hampir universal. Pada periode tersebut,
hampir semua negara di Eropa Barat melakukan reformasi pajak. Pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan Akta
Reformasi Pajak (Tax Reform Act) pada tahun 1986. Di Kanada diberlakukan pajak pertambahan nilai (goods and
services tax). New Zealand merevisi struktur pajaknya secara mendasar. Australia melakukan perubahan
substansial undang-undang pajaknya. Jepang juga melakukan reformasi pajak.[2]
Salah satu alasan terpenting dilakukannya reformasi pajak di banyak negara-negara berkembang adalah untuk
mengubah sistem perpajakan agar memenuhi persyaratan ekonomi pasar dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan bersaing secara internasional.[3]
Daftar isi
2Catatan
3Referensi
4Pranala luar
Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
UU No 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh)
UU No 8 tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (PPnBM)
UU No 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
UU No 13 Tahun 1985 Tentang Bea Meterai.
Pada tahun 1997 dikeluarkan beberapa UU baru untuk melengkapi UU yang telah ada, yaitu UU No 17 Tahun 1997
tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak, UU No 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
UU No 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, UU No 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak dan UU No 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Salah satu masalah terbesar yang dihadapi Indonesia adalah penerimaan negara yang masih sangat tergantung
dari sektor migas. Selain itu kecilnya tingkat penerimaan pajak dan rasio pajak dibandingkan dengan negara-
negara ASEAN dan G20 lainnya. Oleh karena itu Pemerintah berupaya untuk meningkatkan penerimaan negara
dari sektor pajak.
Pada akhir tahun 2016, Pemerintah Indonesia mengukuhkan program reformasi perpajakan melalui Surat
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 885/KMK.03/2016 tanggal 9 Desember 2016 tentang Pembentukan Tim
Reformasi Perpajakan.[5]
Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau
keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia
yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif
dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang ini. Kawasan pabean adalah kawasan dengan batasbatas
tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barangyang sepenuhnya
berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur
pelaksana tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai.
Pada umumnya, Kepabeanan meliputi kegiatan impor dan ekspor serta pemungutan atas bea masuk dan bea keluar.
Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan
Undang-Undang ini yang dikenakan terhadap barang yang diimpor. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari
daerah pabean. Bea keluar adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang yang dikenakan terhadap barang
ekspor.