Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH HUKUM PAJAK

Margin 3cm kanan, 3cm atas, 3cm bawah, dan 4cm kiri

Spasi 1,5 cm

Font Times New Roman uk. 12

Min 20 Daftar Pustaka

Isi Min 10 lembar

Makalah terdiri dari

1. Cover
2. Kata Pengantar
3. Daftar isi
4. Bab I Pendahuluan (latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian)
5. Bab II Tinjauan Pustaka
Ex. Pengertian Pph, Jenis PPh, dll.
6. Bab II Pembahasan
1. PPh
2. PPN
3. PPNBM
4. PBB
5. Bea Materai
6. Pajak Daerah

Pembahasan terdiri dari 2 masalah hukum terkait judul

Ex:

1. Bagaimana akibat hukum bagi PPAT yang telah menandatangani Akta Jual Beli
namun belum menerima bukti validasi PPH Final oleh KPP Pratama?
2. Bagaimana perlakuan PPh atas pengalihan tanah?

7. Bab III Penutup (kesimpulan dan Saran), Maksimal 1 lembar


8. Daftar Pustaka

Setiap halaman wajib ada footnote, Font TNR uk.10


1. Apakah Materai Merupakan Pajak ?
2. Apakah sama pajak dan perpajakan?
Pajak pasal 1 angka 1 UU KUP
PAJAK adalah konstribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
BERDASARKAN NOTA KUANGAN DAN INFORMASI APBN 2021 Perpajakan
Memilik Cangkupan yang luas dari pajak itu sendiri karena mencangkup
pajak kepabeaanan dan cukai
Tetapi kepabean dan cukai dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai (DJBC)

3. Apakah arti penting kesadaran membayar pajak?

Sumber APBN tersebesar disumbang dari sector pajak, uang pajak


digunakan untuk membiayai pengeluaran public sehubungan dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintah.

4. Apa yang saya peroleh dari pemerintah/negara sbgai kanti


kontraprestasi atas pajak-pajak yang telah saya bayar kepada negara?
1.fasilitas dan insfrastuktur umum dibangun untuk kenyamana
speerti jalan, jembatan, kebersihan, taman2, pasar dsb juga
dibiayai oleh pemerintah
2.biaya Kesehatan, pendidikan menjadi tidak begitu mahal karena
ada subsidi dari negara
3.keamana dan ketertiban dapat terjaga sehingga kita merasa aman
selama berpergian
5. Siapa saja yang harus membayar pajak? Orang Pribadi yang memiliki
NPWP, badan dan bentuk usaha tetap.

Penghasilan seperti apa? Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang


diterima atau diperolah WP baik Indonesia maupun LN yang dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan WP yang bersangkutan.

6. Bagaimana Cara membuat NPWP?


A. Mendaftar secara online di DJP
B. Datang langsung ke kantor pelayanan pajak atau kp2kp syarat cukup
dengan membawa KTP yang berlaku
7. Kapan masyarakat harus membayar pajak?
Untuk WP Orang pribadi penyampaian SPT Tahunan pph dilakukan paling
lambat tanggal 31 maret dan untuk WP Badan penyampaian SPT Tahunan
dilakukan paling lambat akhir bulan April. Mis untuk pajak tahun 2021
maka pelaporan WP pribadi dilakukan terkahir tgl 31 maret 2022 dan
akhir april untuk WP badan.
WP Seperti apa? Yaitu WP yang telah memenuhi persyaratan subjektif
dan objektif sesuai dengan ketentuan perpajakan.
8. Pajak adalah :
-Wajib = konstribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan
-memaksa = bersifat memaksa berdasarkan UU
-Tidak ada Imbalan = dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung
Rakyat makmur = dan digunkaan untuk keperluan Negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
9. Jenis dan Hierarki Peraturan PerUU Perpajakan:
Uu 12/2011 tentang pembentukan per uu dalam pasl 7 ayat 1 (UUD, TAP
MPR, UU/PERPU, PP, PERPRES, PERDA PROV, PERDA KAB/KOTA.
- UUD pasal 23 ayat 2 UUD, Setelah amandemen k3 dinyatakan dalam
pasal 23a yang menegaskan bahwa pajak dan pungutan bersifat
memaksa untuk kepentingan negara diatur dengan UU. Untuk itulah
pungutan pajak diberi kewenangan yang berkekuatan memaksa guna
mencapai tujuan negara tersebut, dimana legitimasi dinyatakan
dalam konstitusi dasar yang merupakan sumber peraturan tertinggi
di Indonesia.
- UU/PERPU
Pajak yang mempunyai daya paksa tersebut implementasinya tidak
dilakukan dengan semna-mena, tetapi harus melalui uu yang
mekanismennya tentu melalui persetujuan dari wakil rakyat di
parlemen.
- Peraturan Pemerintah (PP)
- Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
- Per Dirjen Perpajakan
Seandainya dalam pelaksanaan harus dilakukan melalui peraturan per
uu yang lebih rendah, tetapi tetap tidak boleh vertentangan dengan
uu.

KUP (UU Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan 6/1983, 9/1994,
16/2000, 28/2007, 16/2009
PPh 7/1983, 7/1991, 10/1994, 17/2000, 36/2008
PPN & PPnBM 8/1983, 11/1994, 18/2000, 42/2009
PBB 12/1985, 12/1994
Bea Materai 13/1985
Pengadilan Pajak 14/2002
PPSP 19/1997, 19/2000
BPHTB 21/1997, 20/2000

10. Bagaimana pajak bagi selebgram sama dengan pekerja seni atau artis,
youtober dan penjual olshop di medsos?
Endorsement :
1. Paid endorsement (konten tidak ditentukan oleh pemilik barang)
2. Paid promote (konten ditentukan oleh pemilik barang)
UU no 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

AGEN SELEBGRAM

Pasal 23
PEMILIK
PRODUK
Pasal 21

SELEBGRAM

Status pemberi penghasilan menjadi penentu apakah PPh Pasal 21 Selebgram


dipotong atau disetor sendiri .

Permenkeu 210/PMK.010/2018 Transaksi e-commorce meliputi :

1.PPN, PPnBM, PPh atas transksi di dalam daerah pabean

2. bea masuk dan atau pajak dalam rangka Impor atas Impor Barang

Perdagangan melalui e-commerce dilakukan melalui:

1. Platform (wadah elektronik) seperti situs web,aplikasi, layanan konten yang


berbasis elektronik.
2. Marketplace (pasar elektronik) sepeeti online retail, media social, daily
deals, classified ads merupakan sarana komunikasi elektronik yang digunakan
untuk transkasi kegiatan perdagangan elektronik.
Pajak e-commerce daily deals merupakan salah satu dari empat model bisnis
yang dikenakan pajak e-commerce sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak Nomor SE/62/PJ/2013 tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas
Transaksi e-Commerce.
Display Advertising adalah salah satu jenis format iklan digital yang
memanfaatkan platform website, media sosial, dan media digital lain. Bisa
dikatakan format iklan ini adalah format iklan yang paling sering kita temui
saat berselancar di dunia digital.
Platform display ads sangat beragam mulai dari Google, Bing, Youtube,
Facebook, dan Instagram. Display advertising dan iklan online lainnya
dikenakan cost per click (CPC). Artinya, setiap kali pengguna di mesin
pencarian mengeklik iklan Anda, maka Anda akan dikenai biaya berdasarkan
keseluruhan strategi penawaran yang telah Anda sepakati.
Search Ads atau Search Advertising
Salah satu iklan yang populer digunakan oleh bisnis adalah search
advertising. Format iklan ini merupakan format yang ditemukan ketika Anda
melakukan penjelajahan pada mesin pencari seperti Google dan Bing.
Selain kedua jenis iklan di atas, classified advertising termasuk penyumbang
belanja iklan terbesar di Indonesia. Classified Advertising atau dikenal
juga dengan iklan baris adalah salah satu media pemasaran yang paling umum.
Biasanya Anda dapat menemukan iklan baris pada koran ataupun majalah. Namun
seiring berjalannya waktu, media pemasaran iklan baris pun mulai
memanfaatkan dunia digital, salah satunya adalah melalui sebuah website.
Permenkeu 210/PMK.010/2018 Transaksi e-commorce merupakan aturan
mengenai pemungutan pajak dari transaksi perdagangan melalui system
elektronik atas pph dari kegiatan online,
youtober,selebgram,reseller,ojek online , endorsement malalui system
elektronik.

 Pembayaran pajak disamakan dengan pembayaran premi.Masyarakat seakan


mempertanggungjawabkan keselamatan dan keamanan jiwanya kepada negara?
 Perbedaan pajak dan Perpajakan ?
 Kenapa hukum pajak merupakan hukum public?
Karena pajak merupakan kebijakan public yang ditetapkan dalam dokumen
formal. Dalam arti lain diatur dalam per uu yang berlaku.
Sanksi pajak 1. Sanksi Administrasi (bunga, denda dan kenaikan) dan 2.sanksi
pidana

Pertemuan I
Perkenalan OFF BELA KELAS C EMI KELAS D

Pertemuan II
Ruang Lingkup Ilmu Hukum Pajak
Sejarah Perpajakan, Pengertian Pajak ,Unsur Pajak, Subjek Pajak, Objek Pajak
dan Fungsi Pajak. ON BELA

Pertemuan III

Hierarki Peraturan terkait Pajak, Jenis-Jenis Pajak/(Pembagian Hukum


Pajak/Penggolongan pajak), dan Peranan Pajak Bagi Negara. ON EMI

Pertemuan IV

Ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan

Hak dam kewajiban pemerintah dan wajib pajak, Penerapan UU KUP, Kedudukan
Hukum Pajak dengan Hukum-Hukum Lainnya. ON BELA

Pertemuan V
Landasan Filosofis, Teori dan Asas Pemungutan Pajak ON EMI

Pertemuan VI Presentasi PPH OFF BELA

Pertemuan VII Presentasi PPN OFF EMI

Peretemuan VIII UTS

Pertemuan IX Presentasi PPNBM OFF BELA

Pertemuan X Presentasi PBB OFF EMI

Pertemuan XI Presentasi Bea Materai OFF BELA

Pertemuan XII Presentasi Pajak Daerah OFF EMI

Pertemuan XIII Tarif Pajak serta Pemeriksaan dan Penagihan Pajak ON BELA

Pertemuan XIV Upaya Hukum Sengketa Pajak dan Peradilan Pajak ON EMI

Pertemuan XV Pungutan lain selain pajak (cukai, bea masuk keluar,


pabean,retribusi,sumbangan) ON EMI KELAS D ON BELA KELAS C

Pertemuan XVI UAS

SYARAT PAJAK
1. Syarat keadilan
2. Syarat yuridis
3. Syarat ekonomis
4. Syarat finansial
5. Sistem pemungutan harus sederhana

A. Subjek pajak dalam negeri

1. Seseorang / orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang tinggal
di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan atau setahun, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
2. Badan yang berdiri atau berkedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan
pemerintah dengan kriteria dibawah ini
a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
c. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat
3. atau Pemerintah Daerah
d. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan
c. Warisan yang belum dibagikan sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

B. Subjek Pajak Luar Negeri


 Orang pribadi yang tidak bermukim di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia
kurang dari 183 hari dalam jangka waktu 12  bulan atau setahun, dan badan yang tidak
berdiri dan tidak berkedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan dalam bentuk usaha tetap di Indonesia.
 Seseorang yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, seseorang yang berada di Indonesia
kurang dari 183hari dalam jangka waktu 12 bulan atau setahun, dan badan yang tidak
berdiri dan tidak berkedudukan di Indonesia, yang menerima atau mendapatkan
penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Objek Pajak

Objek pajak adalah penghasilan atau disebut juga setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dikonsumsi atau meningkatkan harta kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk :

1. Penghasilan karena pekerjaan / jasa, gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun dan imbalan lainnya terkecuali ditentukan lain dalam Undang-undang.

2. Hadiah undian, hadiah dari pekerjaan atau kegiatan dan hadiah penghargaan

3. Laba usaha

4. Keuntungan penjualan atau keuntungan dari pengalihan harta

5. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai
pengganti saham atau penyertaan modal;

6. Keuntungan yang diperoleh karena adanya pengalihan harta kepada para pemegang saham,
sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya seperti :

 Keuntungan likuidasi, keuntungan penggabungan, keuntungan peleburan, keuntungan


pemekaran, keuntungan pemecahan, keuntungan pengambilalihan usaha atau
reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
 Keuntungan dari pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang
diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
 Keuntungan dari penjualan / pengalihan sebagian atau semuanya dari hak penambangan,
tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.
 Penerimaan kembali pembayaran pajak yang sudah dibebankan menjadi biaya dan
pembayaran tambahan dari pengembalian pajak.
7. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
8. Dividen, termasuk yang diberikan  perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian
SHU ( Sisa Hasil Usaha ) koperasi.

9.  Royalti atau imbalan atas penggunaan hak

10. Sewa dan penghasilan lain yang berhubungan dengan penggunaan harta


11. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

12. Keuntungan yang diperoleh karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

13. Keuntungan selisih kurs mata uang asing

14. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva

15. Premi asuransi

16. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

17. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak

18. Penghasilan dari usaha berbasis syariah

19. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan

20. Surplus Bank Indonesia.

Yang tidak termasuk dari objek pajak

1. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat
yang dibentuk dan/atau disahkan oleh pemerintah, dan zakat yang diterima oleh penerima zakat yang
berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk dan/atau disahkan oleh pemerintah
dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur berdasarkan
Peraturan Pemerintah

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan

3. warisan

4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal
5. Imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima dalam bentuk natura atau
kenikmatan

6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa

7. Dividen atau laba yang diterima PT ( perseroan terbatas ) sebagai Wajib Pajak dalam negeri,
Koperasi, BUMN ( Badan Usaha Milik Negara ) atau BUMD ( Badan Usaha Milik Daerah ) dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia dengan syarat :

 Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.


 Bagi PT, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen minimal 25% dari jumlah modal yang disetor.
8. Iuran dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar
oleh pemberi kerja maupun pegawai.

9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g,
dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan

10. Bagian keuntungan / Laba yang di terima para anggota dari Perseroan Komanditer dimana modal
yang disetorkan tidak dibagikan atas saham – saham, persekutuan, perkumpulan, Firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan
syarat badan pasangan usaha tersebut:

 Perusahaan UKM ( mikro, kecil dan menengah ) atau yang menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
 Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
11. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

12. Kelebihan atau sisa lebih yang diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan, penelitian dan pengembangan yang terdaftar pada instansi yang membidanginya yang
diterapkan kembali dalam bentuk sarana atau prasarana kegiatan dibidang pendidikan dalam jangka
waktu paling lama 4 tahun semenjak kelebihan atatu sisa lebih tersebut diperoleh, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib
Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

Subjek yang Tidak Termasuk Subjek Pajak


Sesuai dengan Pasal 3 Ayat (1) UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang tidak
termasuk subjek pajak dalam negeri maupun luar negeri adalah:

1. Kantor perwakilan negara asing

2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik

3. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:

 Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut

 Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain
memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota

4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada huruf c,


dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan
lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Dalam beleid ini pun disebutkan, untuk organisasi internasional yang tidak termasuk subjek pajak
pada huruf c tersebut ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan (KMK).

Penghasilan yang Dikecualikan dari Objek


Pajak
Sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) UU PPh, berikut ini adalah yang dikecualikan dari objek
pajak:

1. Bantuan atau sumbangan

Ini termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah. Dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia.
Juga yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan
yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak. Di mana ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan

2. Harta hibahan

Harta hibahan ini adalah yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil.

Di mana ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan.

3. Warisan

4. Harta termasuk setoran tunai

Harta termasuk setoran tunai ini adalah yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

5. Penggantian atau imbalan

Penggantian atau imbalan ini sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah. Kecuali yang
diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak
yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit).

6. Pembayaran dari perusahaan asuransi

Pembayaran dari perusahaan asuransi ini yakni ditujukan kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

Note: Perlu juga diketahui, inilah 5 Metode Penentuan Transfer Pricing yang Wajar

7. Dividen atau bagian laba


Ketentuan adalah dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan
syarat:

 Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan

 Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang
disetor

8. Iuran

Iuran ini merupakan yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

9. Penghasilan dari modal

Penghasilan dari modal ini termasuk yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud
pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan KMK.

10. Bagian laba

Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif.

11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura ini berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan
syarat badan pasangan usaha tersebut:

 Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha
yang diatur dengan atau berdasarkan PMK

 Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia

12. Beasiswa
Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan PMK.

13. Sisa lebih

Sisa lebih hasil usaha yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya.

Kemudian ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa
lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK.

14. Bantuan atau santunan

Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kepada
Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK.

Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22


1. Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan tidak terutang Pajak Penghasilan. Pengecualian ini harus dinyatakan dengan Surat
Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak (DJP)

2. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau Pajak Pertambahan Nilai
(PPN).

Impor barang yang dibebaskan dari bea masuk di antaranya:

 yang dilakukan ke dalam Kawasan Berikat (kawasan tanpa bea masuk hingga barang tersebut dikeluarkan
untuk impor, ekspor atau re-impor) dan Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor (EPTE). Yaitu tempat
penimbunan barang dagangan karena pengimpornya tidak membayar bea masuk sebagaimana mestinya.

 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 PP N. 6 Tahun 1969 tentang Pembebanan atas Impor
sebagaimana diubah dan ditambah terakhir dengan PP Nomor 26 tahun 1988 Jo. Peraturan Pemerintah
Nomor 2 tahun 1973, adalah: berupa kiriman hadiah dan untuk tujuan keilmuan.

3. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali.
4. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian
diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk
keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

5. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak berkenaan dengan:

 Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna
Anggaran/KPA, bendahara pengeluaran, dan KPA atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang
diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran/KPA). Dengan jumlah paling banyak Rp2.000.000 dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah

 Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (BUMN tertentu dan Bank BUMN) yang jumlahnya paling
banyak Rp10.000.000. Dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah

 Pembayaran untuk: Pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-benda pos dan
pemakaian air dan listrik.

9. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk
tujuan ekspor

10. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan


Operasional Sekolah (BOS).

Pengecualian dari pemungutan PPh Pasal 22 atas barang impor sebagaimana dimaksud pada point 2
di atas, tetap berlaku dalam hal barang impor tersebut dikenakan tarif bea masuk sebesar 0%.

Pengecualian sebagaimana dimaksud pada point 1 dan 6 dinyatakan dengan Surat Keterangan
Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh DJP.

Pengecualian sebagaimana dimaksud pada point 4, 5, dan 7 di atas dilakukan tanpa Surat
Keterangan Bebas (SKB).

Ketentuan Pengecualian pengenaan PPh Pasal 22 atas kegiatan Impor barang yang dibebaskan dari
pungutan Bea Masuk dan/atau PPN, atas impor sementara dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai yang tata caranya diatur oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan/atau DJP
Dikecualikan dari Pungutan PPh Pasal 4 ayat
(2)
Subjek maupun objek yang tidak termasuk dalam pengenaan PPh Pasal 4 ayat (2) dibagi menjadi
beberapa bagian, di antaranya:

Bunga deposito, tabungan dan diskonto Sertifikat BI dengan syarat tertentu

Pemotongan pajak atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat
Bank Indonesia tidak dilakukan terhadap:

1. Bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia sepanjang jumlahnya tidak
melebihi Rp7.500.000 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah
2. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar
negeri di Indonesia
3. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat Bank Indonesia yang diterima atau diperoleh Dana
Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Sepanjang dananya diperoleh dari
sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 UU No. 11/1992 tentang Dana Pensiun;
4. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan rumah sederhana dan sangat
sederhana serta kavling siap bangun. Digunakan untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah
susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.

Bunga obligasi dengan syarat tertentu

Ketentuan dalam pengenaan PPh Pasal 4 ayat (2) terkait bunga obligasi ini tidak berlaku apabila:

1. Wajib Pajak dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan
memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf h Undang-Undang PPh
2. Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.

Penghasilan berupa bunga obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak bank yang
didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia, dikenai PPh berdasarkan tarif
umum sesuai UU PPh.

Note: Mungkin Anda ingin mengetahuinya bisa baca selengkapnya Pengertian Capital Gain dan
Hubungannya dengan Pajak Penghasilan

Diskonto SPN dengan syarat tertentu


Pemotongan pajak tidak dilakukan atas diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak:

1. Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia
2. Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
3. Reksa dana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, selama 5 tahun
pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.

Perusahaan modal ventura dari transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangan usahanya dengan syarat tertentu

Atas penghasilan perusahaan modal ventura dari transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangan usaha yang tidak memenuhi ketentuan di atas
dikenakan PPh sesuai dengan ketentuan dalam UU PPh.

Mengingat perlakuan PPh atas penghasilan dalam PP ini berbeda dengan perlakuan atas
penghasilan lainnya, maka kepada perusahaan modal ventura diwajibkan melakukan pembukuan
yang terpisah atas penghasilan maupun biaya yang berkaitan dengan penghasilan dari transaksi
penjualan saham ini.

Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan syarat tertentu

Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh dalam pasal 4 ayat (2) adalah :

1. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari
Rp 60.000.000 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah
2. Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang
memerlukan persyaratan khusus
3. Orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat. Lalu, badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil. Yang
mana ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK. Sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan
4. Badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada badan
keagamaan. Lalu badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan koperasi atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil. Di mana ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK. Sepanjang hibah
tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangkutan
5. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan.
Termasuk yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh dalam pasal 4 ayat
(2) ini adalah pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan yang tidak termasuk subjek pIlustrasi gedung perkantoran yang disewakan jadi objek PPh

Objek yang Dikecualikan dari PPh 23


Pemotongan PPh 23 dikecualikan atas:

1. Penghasilan yang dibayar atau berulang kepada bank

2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi

3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak
dalam negeri, koperasi, BUMN/BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

 Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan

 Bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling
rendah 25% dari jumlah modal yang disetor

 Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer. Di mana modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif

 SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya

 Penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi

sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.

Tax Reform

Reformasi pajak di Indonesia dimulai tahun 1983 dengan memperkenalkan


prinsip self assessment,menyederhanakan dan menurunkan tarif PPh dan
memberlakukan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebagai pengganti PPn (Pajak
Penjualan). Setelah berjalan 10 tahun, reformasi pajak 1983 ini dilanjutkan
dengan reformasi pajak 1994 dan 1997 yang mengubah undang-undang
sebelumnya dan membuat undang-undang baru. Dalam reformasi lanjutan ini,
tarif PPh kembali diturunkan dan mulai diperkenalkan PPh Final. Selain itu,
pajak daerah dan retribusi daerah untuk pertama kalinya ditata dalam sebuah
undang-undang. Demikian juga PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) dan
BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan) masing-masing ditata
dalam undang-undang. Reformasi pajak 1983, 1994, dan 1997 diterima baik
oleh masyarakat dan sukses mencapai target atau sasarannya. Sedangkan
reformasi-reformasi pajak pasca 1997, meski dengan biaya yang amat mahal,
tetapi karena tidak direncanakan dengan baik dan bermuatan politis,
memberikan indikasi kegagalan.

eformasi perpajakan adalah perubahan sistem perpajakan secara signifikan dan komprehensif yang mencakup
pembenahan administrasi perpajakan, perbaikan regulasi perpajakan, dan peningkatan basis pajak.[1] Bentuk
pelaksanaannya dapat bervariasi tergantung pada kondisi yang dihadapi, termasuk menambah atau
mengurangi tarif pajak, mengubah lapisan penghasilan kena pajak, mengubah ambang batas Penghasilan Kena
Pajak (PKP), mengubah dasar pengenaan pajak, memberlakukan pajak-pajak baru dan menghapus pajak-pajak
lama, mengubah komposisi penerimaan pajak maupun melakukan perubahan mendasar terhadap praktik-praktik
dan prosedur administratif perpajakan.[2]
Pada dekade 1980-an, di seluruh dunia terjadi reformasi pajak yang hampir universal. Pada periode tersebut,
hampir semua negara di Eropa Barat melakukan reformasi pajak. Pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan Akta
Reformasi Pajak (Tax Reform Act) pada tahun 1986. Di Kanada diberlakukan pajak pertambahan nilai (goods and
services tax). New Zealand merevisi struktur pajaknya secara mendasar. Australia melakukan perubahan
substansial undang-undang pajaknya. Jepang juga melakukan reformasi pajak.[2]
Salah satu alasan terpenting dilakukannya reformasi pajak di banyak negara-negara berkembang adalah untuk
mengubah sistem perpajakan agar memenuhi persyaratan ekonomi pasar dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan bersaing secara internasional.[3]

Daftar isi

 1Reformasi perpajakan di Indonesia

 2Catatan

 3Referensi

 4Pranala luar

Reformasi perpajakan di Indonesia[sunting | sunting sumber]


Di Indonesia, reformasi perpajakan mulai dilakukan pada akhir tahun 1983.[4], dengan keluarnya lima undang-
undang perpajakan baru. Hal itu dilakukan karena undang-undang yang berlaku sebelumnya dibuat oleh
pemerintah Kolonial Belanda dan dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Kelima undang-undang
itu adalah:

 Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
 UU No 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh)
 UU No 8 tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (PPnBM)
 UU No 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
 UU No 13 Tahun 1985 Tentang Bea Meterai.
Pada tahun 1997 dikeluarkan beberapa UU baru untuk melengkapi UU yang telah ada, yaitu UU No 17 Tahun 1997
tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak, UU No 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
UU No 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, UU No 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak dan UU No 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Salah satu masalah terbesar yang dihadapi Indonesia adalah penerimaan negara yang masih sangat tergantung
dari sektor migas. Selain itu kecilnya tingkat penerimaan pajak dan rasio pajak dibandingkan dengan negara-
negara ASEAN dan G20 lainnya. Oleh karena itu Pemerintah berupaya untuk meningkatkan penerimaan negara
dari sektor pajak.
Pada akhir tahun 2016, Pemerintah Indonesia mengukuhkan program reformasi perpajakan melalui Surat
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 885/KMK.03/2016 tanggal 9 Desember 2016 tentang Pembentukan Tim
Reformasi Perpajakan.[5]

Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau
keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia
yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif
dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang ini. Kawasan pabean adalah kawasan dengan batasbatas
tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barangyang sepenuhnya
berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur
pelaksana tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai.
Pada umumnya, Kepabeanan meliputi kegiatan impor dan ekspor serta pemungutan atas bea masuk dan bea keluar.
Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan
Undang-Undang ini yang dikenakan terhadap barang yang diimpor. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari
daerah pabean. Bea keluar  adalah  pungutan  negara  berdasarkan  Undang-Undang  yang dikenakan terhadap barang
ekspor.

Anda mungkin juga menyukai