Anda di halaman 1dari 4

Suwardi

LA65, Business Law Program, Faculty of Humanities, Bina Nusantara University

2201759136

1. Saudara diminta untuk menjelaskan pengertian pajak, hukum pajak, hukum pajak
material dan formil, dan jelaskan 2 fungsi pajak secara lengkap, serta bagaimana
penyelesaian sengketa pajak (dalam rangka penegakan hukum pajak).
Pajak adalah peralihan kekayaan dari rakyat ke kas negara untuk membiayai pengeluaran
rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama
membiayai public investment
Hukum Pajak adalah hukum yang mengatur hubungan antara pemerintah dengan
rakyatnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban Wajib Pajak dan hak serta
kewajiban pemerintah mengenai pajak.
Hukum pajak material adalah hukum pajak yang mengatur norma-norma yang
menerangkan keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hukum
yang harus dikenakan pajak, siapa-siapa yang dikenakan pajak, berapa besar pajaknya.
Hukum pajak formil adalah hukum pajak yang mengatur norma-normayang
menerangkan keadaan- keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hukum
yang harus dikenakan pajak, siapa-siapa yang dikenakan pajak, berapa besarnya
pajaknya.

Secara umum, fungsi pajak terbagi atas 2 fungsi yaitu:


a. Fungsi Budgeter: berfungsi sebagai penghasilan negara, karena pajak dan/atau hasil
kekayaan alam yang ada di Indonesia merupakan sumber yang terpenting dalam
memberikan penghasilan kepada negara. Pajak bertujuan untuk memasukkan uang
sebanyakbanyaknya dalam kas negara, dengan maksud untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Fungsi budgeter pajak yaitu fungsi dalam mana
pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke Kas
Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku. Fungsi budgeter
disebut fungsi utama karena fungsi inilah yang secara historis pertama kali timbul.
Berdasarkan fungsi ini, pemerintah yang membutuhkan dana untuk membiayai
berbagai kepentingan memungut pajak dari penduduknya.
b. Fungsi Regulerend: Dalam pengambilan kebijakan untuk menentukan arah
kebijakan berbagai bidang kehidupan bangsa, khususnya kegiatan ekonomi, yang
dikaitkan dengan undangundang perpajakan, merupakan fungsi regulasi atau fungsi
mengatur disebut juga fungsi tambahan dari Pajak. Yaitu suatu fungsi pajak
dipergunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Disebut
sebagai fungsi tambahan karena fungsi ini sebagai pelengkap dari fungsi utama pajak,
yakni fungsi budgeter. Berikut beberapa contoh fungsi regulasi (fungsi tambahan)
dalam perundang-undang yang berkaitan dengan perpajakan : 1) Pembaharuan
Perpajakan Nasional 2) Sunset Policy 3) Penurunan Tarif PPh Pribadi dan Badan
Sengketa pajak dapat timbul dari beberapa hal, salah satu sebab dapat timbulnya sengketa
pajak adalah kesalahan perhitungan jumlah pajak milik wajib pajak yang dihitung oleh
fiskus.
Penyelesaian sengketa pajak memiliki spesifikasi penyelesaian sengketa sendiri
dibanding penyelesaian sengketa yang lain. Hal demikian berkaitan dengan karektiristik
pajak sebagai sumber penerimaan negara. Penyelesaian sengketa pajak mengenal ada dua
mekanisme yaitu penyelesaian sengketa melalui upaya administratif yaitu melalui
lembaga keberatan dan melalui lembaga yudikasi yaitu Pengadilan Pajak
Upaya administratif sering disebut sebagai peradilan administrasi tidak murni. Peradilan
administrasi tak murni, adalah semua peradilan yang tidak sepenuhnya memenuhi syarat-
syarat peradilan administrasi murni, misalnya karena tidak nyata terdapat suatu
perselisihan, atau karena yang mengadakan peradilan termasuk dalam atau merupakan
bagian dari salah satu pihak. Salah satu upaya administratif yang dipakai dalam
penyelesaian sengketa upaya keberatan. 1
Penyelesaian sengketa pajak di muka lembaga keberatan, sangatlah berbeda dengan
penyelesaian sengketa di muka pengadilan. Surat keberatan diputuskan oleh hakim

1
Nabitatus Sa’adah, “Mekanisme penyelesaian sengketa pajak dalam system peradilan di Indonesia”,
Adminitrative Law & Governance Journal, Volume 2 Issue 1, March 2019, hal. 4. Diakses di :
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/alj/article/download/5064/2680
doleansi ( pejabat pajak yang diberi tugas untuk memutus surat keberatan), tanpa
mengadakan sidang seperti yang dilakukan di pengadilan 2
Penyelesaian sengketa pajak selain dapat diselesaikan melalui lembaga tidak murni yaitu
lewat lembaga keberatan, juga dapat di selesaikan oleh lembaga pengadilan pajak murni (
yudikatif ). Rochmat Soemitro menjelaskan 6 , yang dimaksud peradilan administrasi
murni adalah peradilan administrasi yang memenuhi syarat-syarat yang menyerupai
peradilan yang dilakukan oleh pengadilan3

2. Pajak di Indonesia dibedakan dalam 2 bagian, yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah.
Saudara menjelaskan Pajak Pusat dan Pajak Daerah dan pajak apa saja yang
dikelola oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Pajak Pusat adalah pajak yang dikelola oleh DJP dan sifatnya lebih luas mengingat
kebutuhannya adalah untuk pembangunan dan negara. Seperti diketahui DJP adalah lembaga
pajak resmi yang mengurus aspek perpajakan untuk masyarakat baik Orang Pribadi atau
Badan.  Sementara untuk Pajak Daerah, pihak yang mengelola adalah Pemerintah Daerah
sehingga lebih spesifik mengacu pada wilayah masing-masing.

Pajak Pusat Pajak Daerah


PPh, PPN, PPnBM dan Bea Meterai Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak
Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame dan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB).

3. Saudara diminta menjelaskan pajak-pajak yang berkaitan dengan property yang


ada di Indonesia, serta sebutkan besar tarif masing-masing pajak tersebut.

Terdapat empat pajak yang berkaitan dengan property yaitu:

2
Nabitatus Sa’adah, “Mekanisme penyelesaian sengketa pajak dalam system peradilan di Indonesia”,
Adminitrative Law & Governance Journal, Volume 2 Issue 1, March 2019, hal. 5. Diakses di :
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/alj/article/download/5064/2680
3
Nabitatus Sa’adah, “Mekanisme penyelesaian sengketa pajak dalam system peradilan di Indonesia”,
Adminitrative Law & Governance Journal, Volume 2 Issue 1, March 2019, hal. 7. Diakses di :
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/alj/article/download/5064/2680
No. Pajak Keterangan
1. PBB (UU 12/2005) Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan atas tanah dan
bangunan yang muncul karena adanya keuntungan dan/atau
kedudukan sosial ekonomi bagi seseorang atau badan yang
memiliki suatu hak atasnya, atau memperoleh manfaat dari
padanya.
Tarif pajak bumi dan bangunan yang berlaku yakni sebesar 0,5%
(lima per sepuluh persen)atas objek pajak
2. BPHTB (UU BPHTB adalah bea yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah
20/2000) dan atau bangunan. Tarif yang dikenakan ialah 10% dari NJOP
(harga rata2 yang diperoleh dari jual beli)
3. PPh (UU 26/2008) PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun
pajak.
Tarif yang dikenakan ialah 5% dari NJOP (harga rata2 yang
diperoleh dari jual beli)
4. PPn (UU 42/2009) PPN adalah pajak yang dikenakan dalam setiap proses produksi
maupun distribusi/pungutan terhadap konsumsi Barang Kena
Pajak/Jasa Kena pajak di dalam daerah Daerah Pabean
Tarif PPN 10% berlaku untuk semua produk yang beredar di dalam
negeri.

Anda mungkin juga menyukai