Anda di halaman 1dari 5

Konsekuensi dari Penggunaan Biofuel dalam

Kebijakan Uni Eropa Terhadap Perubahan Iklim

Fitri Rohmadhanita 161201118

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019
A. Pendahuluan
Pemanasan global (global warming) adalah salah satu isu yang hangat
diperbincangkan dalam wacana lingkungan hidup. Sudah menjadi pengetahuan
umum bahwa kelangsungan hidup manusia membutuhkan daya dukung lingkungan
hidup yang sehat. Salah satu penyebab utama dari pemanasan global adalah
meningkatnya gas rumah kaca (greenhouse gas, disingkat GHG) di atmosfir bumi.
GHG adalah gas-gas yang menyerap panas matahari ketika dipantulkan kembali
oleh permukaan bumi. Di antara GHG itu terdiri dari uap air, karbondioksida
(CO2), nitro oksidan (N2O) dan metan. GHG sendiri memang diperlukan bumi
agar tetap hangat. Namun, sekarang ini, terjadi peningkatan tajam jumlah GHG
yang disebabkan oleh tindakan manusia, seperti penggunaan bahan bakar fosil. 

Uni Eropa sendiri telah memiliki tujuan atau langkah yang sangat besar dalam
mengembangkan kebijakan terkait lingkungan, selama dua dekade terakhir Uni
Eropa telah mengambil peran penting dalam mempromosikan Multilateral
Environmental Agreements (MEAs). Terutama dalam masalah perubahan iklim
dengan cara mengganti bahan bakar kendaraan dengan menggunakan Biofuel. Hal
ini dilakukan oleh Uni Eropa untuk mengurasi emisi gas CO2 dari transportasi,
terlebih pada saat ini bahan bakar kendaraan menimbulkan dua tantangan untuk Uni
Eropa. Pertama, dalam ketentuan Protokol Kyoto Uni Eropa telah menyetujui
dalam membatasi emisi gas CO2, namun dalam waktu yang sama peningkatan
konsumsi bahan bakar transportasi telah menghasilkan emisi gas CO2 yang cukup
signifikan. Kedua, ketergantungan pada impor minyak dari Timur Tengah yang
tidak stabil secara politisi sehingga menimbulkan fluktuasi harga sehingga
mengganggu pasokan bahan bakar.1

Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan ancaman yang ditimbulkan oleh


perubahan iklim membuat Uni Eropa meningkatkan promosi dalam penggunaan
bahan bakar Biofuel yang dinilai dapat mengatasi kedua tantangan tersebut, dalam
mengurangi gas CO2 dan emisi polusi lainnya. Selain itu tujuan pengembangan
Biofuel dapat memberi lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Uni Eropa
terutama bagi penduduk yang tinggal di desa. Penggunaan bahan bakar bensin atau
solar dinilai menyumbang sekitar 15% gas CO2 (GHG) dan lebih dari 70% di
antaranya datang dari transportasi jalan. 2 Penggunaan bensin dan solar diperkirakan
akan berlipat ganda dalam waktu 25tahun ke depan dan GHG akan meningkat
sehingga perlu suatu pencegahan dalam mengurangi gas CO2 tersebut.
1
Ryan,Lisa. Stimulating the use of biofuel in the EU: Implication fro climate change policy, University College
Dulbin, Volume 34, Issue 17, November 2006
2
Saimakallio,Sampo. How to ensure greenhouse gas emission reductions by increasing the use of biofuels?
Suitability of the European Union sustainability criteria, VTT Technical Research Centre of Finland, Department of
Energy Systems, Volume 35, Issue 8, August 2011.
B. Diskusi
Sebagian besar di Eropa telah mengalami peningkatan suhu udara permukaan
yakni 0,8oC dalam suhu rata-rata. Menurut Hasil GCM (General Circulation
Models) mencatat bahwa perubahan Iklim besar dapat terjadi di Benua Eropa
yang diakibatkan oleh emisi CO2, hasil dari analisis GCM menunjukkan bahwa
suhu tahunan di Eropa dengan laju hangat 0,1 dan 0,4 oC.3 Perubahan iklim
sangat begitu berdampak di Eropa terutama pada sektor pertanian adanya
kemungkinan kekurangan pasokan air dan mnyebabkan kering berkepanjangan
sehingga dapat berdampak pada hasil panen yang rendah. Untuk tanaman
musim semi, perubahan iklim yang ekstrem dapat memungkinkan gagal panen
akibat suhu yang tidak sesuai.

Sehingga hal tersebut menjadi alasan Eropa dalam pembuatan kebijakan terkait
tentang perlindungan terhadap lingkungan, dengan cara mengganti penggunaan
bahan bakar fosil dengan biofuel kebijakan itu dipandang penting dengan
alasan, Pertama, banyak masalah lingkungan secara intrinsik lintas batas
maupun internasional. Kedua, peningkatannya lalu lintas. Maka dari itu Uni
Eropa membuat kebijakan penggunaan bahan bakar alternatif yakni penggunaan
biofuel didukung pada Oktober 1990 Menteri Energi dan Lingkungan
mengumumkan bahwa Uni Eropa secara keseluruhan akan berusaha
mengurangi atau menstabilkan emisi gas CO2.4

Biofuel merupakan bahan bakar kendaraan bermotor yang dinilai ramah


lingkungan. Biofuel dipandang sebagai elemen penting dalam pengembangan
pasar bahan bakar alternatif, dan Uni Eropa sendiri telah mempromosikan
biofuel. Di bawah Dewan Parlemen negara-negara anggota diperintahkan untuk
memastikan prorporsi minimum dalam penggunaan biofuel dengan nilai
referensi untuk target nasional diberikan sebesar 2% pada tahun 2005
sedangkan pada tahun 2010 sebesar 5.75%.5 Negara anggota juga diizinkan
untuk mengurangi bea cukai pada biofuel.

Uni Eropa mencantumkan 10 Produk yang dianggap sebagai bahan bakar


biofuel akan tetapi dari jumlah tersebut hanya dua yang ada paling sering
digunakan sampai saat ini yakni, Biodiesel, yang diproduksi dari minyak nabati,
seperti biji-bijian seperti biji kedelai atau kelapa sawit atau dari bahan limbah
organik. Bioalkohol atau Biotanol, diproduksi dalam bentuk metanol atau

3
E. Olesen, Jorgen and Bindi, Marco. Consequences of climate change for European agricultural
productivity, land use and polic, European Journal of Agrenomy, Volume 16, Issue 4, June 2002
4
A. Schreurs, Miranda and Tiberghien, Yves. Multi-Level Reinforcement: Explaining European Union Leadership in
Climate Change Mitigation, Massachusetts Institute of Technology, Volume 7, Issue 4, November 2007.
5
Ryan, Lisa. Loc.cit
etanol, dengan menggunakan bahan tanaman sereal, tanaman gula seperti tebu
dari Brazil, Tanaman pati, Tanaman lignoselulosa, Residu liglnoselulosa.

Namun sejumlah penelitian terbaru menyimpulkan bahwa peningkatan


produksi biofuel tidak cukup membantu dalam mengurangi masalah
lingkungan dengan alasan. Pertama, emisi GHG pengurangan dicapai dengan
menggantikan bahan bakar fosil dengan biofuel berdampak kepada penggunaan
lahan langsung dan khususnya berdampak deforestasi. Kedua, dampak yang
lain yakni dampak terhadap kehilangan keaneka ragaman hayati secara
signifikan. Ketiga, produksi biofuel, dapat membuat harga pangan menjadi
meningkat sehingga dapat memunculkan masalah sosial.6Akan tetapi produksi
jumlah penggunaan biofuel di Uni Eropa tumbuh diangka yang kecil
dibandingkan dengan total penggunaan bahan bakar fosil yakni sekitar 0.3%
dari semua jenis bahan bakar fosil terutama bensin dan solar pada tahun 2003.7

Biaya produksi biofuel bervariasi dan tergantung pada harga bahan baku yang
digunakan, metode produksi, tingkat pemurnian yang dilakukan. Produksi
biofuel dapat menghasilkan berbagai jenis dan jumlah produk sampingan
seperti pakan Ternak dan listrik. Kisaran dari perkiraan biaya penggunaan
bahan bakar alternatif di Eropa berkisaran sebesar 945 euro perliter sedangkan
bahan bakar fosil 386 euro perliter. Harga termurah untuk produksi bahan bakar
di Eropa yakni produksi biotanol berasal dari bahan pati. Agar menguntungkan,
harga biofuel harus cukup dapat bersaing dengan harga bahan bakar fosil.
Mengingat perbedaan biaya dengan bahan bakar fosil, Uni Eropa telah
memberlakukan setiap negara anggota melakukan pengurangan biaya pajak dan
cukai untuk bahan bakar biofuel itu sendiri.

Namun pada Juli-Desember 2004 pengurangan biaya pajak dan cukai terhadap
biofuel tidak dapat menyamakan kedudukan harga antara bahan bakar biofuel
dengann bahan bakar fosil. Hal ini menunjukan bahwa dibutuhkannya suatu
interverensi lebih lanjut bagi seluruh negara anggota Uni Eropa dalam
mempromosikan biofuel dalam transportasi di Eropa. Masyarakat memiliki
sejumlah pilihan untuk mengurangi jumlah gas CO2 yang dilepaskan ke
atmosfer dengan beralih ke bahan bakar biofuel dengan tingkat harga yang tidak
begitu tinggi.

6
Saimakallio,Sampo. Loc.cit.
7
Ryan, Lisa. Ibid
Ketika harga bahan bakar fosil naik, tingkat subsidi diperlukan untuk
mengkompensasi perbedaan biaya antar biofuel dan bahan bakar fosil dengan
memberikan pengurangan pajak dan cukai yang diberikan oleh negara
anggota tidak lebih tinggi dari perbedaan biaya keduanya. Dalam hal ini
merupakan semua tugas bersama setiap negara anggota dalam menentukan
harga biofuel sebelum dipotok pajak dan cukai agar harganya tidak lebih tinggi
dari bahan bakar fosil. Dalam penggunaan biofuel dengan tujuan untuk
pengurangan polusi atau gas CO2 di Eropa harus dihitung sesuai dengan RED
metodologi tergantung pada kasus yang dihadapi.

C. Kesimpulan
Efek perubahan global secara keseluruhan kemungkinan akan meningkatkan
produktivitas bagi lingkungan Eropa, karena meningkatnya konsentrasi gas
CO2 akan secara langsung meningkatkan penggunaan sumber daya secara terus
menerus. Subsitusi bahan bakar biofuel dengan bahan bakar fosil telah
diusulkan di Uni Eropa sebagai bagian dari strategi untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca atau CO2 dari transportasi jalan, meningkatkan keamanan pasokan
energi dan mendukung pengembangan pertanian. Penggunaan biofuel saat ini
dinilai hemat namun dalam pengelolaan bahan bakar biofuel sendiri memiliki
dampak lain bagi lingkungan. Maka penggunaan Biofuel di Eropa harus ditata
dengan matang melihat dampak negatif dan positif yang diberikan dalam
penggunaan bahan bakar biofuel itu sendiri.

Terdapat resiko dalam mempromosikan biofuel dengan reduksi rendah atau


bahkan sebaliknya dalam penggunaan biofuel meningkatkan GHG mengingat
pasokan biofuel mungkin saja mengalami kelangkaan sehingga membuat semua
kembali beralih dengan bahan bakar fosil dan menyebabkan dampak negatif
yang cukup signifikan dan membuat jatuh targetnya dalam pengurangan gas
CO2 di Eropa. Maka dari itu untuk pengurangan gas CO2 hanya biofuel yang
dihasilkan dalam perhitungan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai