Anda di halaman 1dari 7

Lex Privatum Vol. VIII/No.

1/Jan-Mar/2020

AKIBAT HUKUM BAGI YANG MELANGGAR mengajukan gugatan untuk menyampaikan


SUATU PERJANJIAN YANG TELAH DI SEPAKATI tuntutan kepada pihak tertentu, dengan tujuan
(WANPRESTASI)1 agar dapat di periksa dan di sidangkan oleh
Oleh: Syantica S. Sulengkampug2 pengadilan untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus sengketa.
ABSTRAK Kata kunci: wanprestasi; melanggar perjanjian;
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui sanksi apa saja yang diberikan PENDAHULUAN
ketika terjadi akibat dari Wanprestasi dan A. Latar Belakang
bagaimana penyelesaiannya apabila terjadi Perikatan melahirkan hak dan kewajiban
Wanprestasi dalam perjanjian yang telah dalam lapangan hukum harta kekayaan, dengan
disepakati kedua belah pihak di mana dengan demikian berarti perjanjian juga akan
metode penelitian hukum normatif melahirkan hak dan kewajiban dalam hukum
disimpulkan: 1. Bahwa perjanjian sangat di harta kekayaan bagi pihak-pihak yang membuat
butuhkan dalam menentukan suatu perbuatan. perjanjian. Namun dalam perjanjian yang
Perjanjian adalah suatu perisiwa dimana dibuat pasti ada salah satu pihak yang ingin
seseorang atau satu pihak berjanji kepada mengingkar suatu perjanjian yang telah
seorang atau pihak lain atau dimana dua pihak disepakati yaitu wanprestasi. Dimana
itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu wanprestasi disebabkan oleh suatu keadaan
hal. Wanprestasi itu disebabkan karena adanya tertentu ataupun ketidakmampuan dari salah
2 alasan:1) Karena kesalahan debitur, baik satu pihak untuk memenuhi isi perjanjian yang
karena kesengajaan ataupun kelalaiannya. 2) telah dibuat sebelumnya.
Karena keadaan memaksa (Overmacht/force
majure), diluar kemampuan debitur atau tidak B. Perumusan Masalah
bersalah. Wanprestasi juga memiliki sanksi bagi 1. Sanksi apa saja yang diberikan ketika
seseorang yang melakukannya : a) Kewajiban terjadi akibat dari Wanprestasi ?
membayar kerugian yang diderita oleh pihak 2. Bagaimana penyelesaiannya apabila
lawan (ganti rugi); b) Berakibat pembatalan terjadi Wanprestasi dalam perjanjian
perjanjian; c) Peralihan risiko; d) Membayar yang telah disepakati kedua belah pihak ?
biaya perkara (apabila masalahnya sampai
dibawa ke pengadilan). 2. Bahwa Hukum Positif C. Metode Penelitian
Indonesia memberikan beberapa pilihan untuk Penelitian ini menggunakan metode
penyelesaian sengketa, yaitu : a. Non Litigasi. penelitian yang termasuk jenis penelitian
Bahwa penyelesaian Non Litigasi dapat normative.
dilakukan diluar pengadilan dengan cara
konsultasi, mediasi, konsilasi, atau penilaian PEMBAHASAN
ahli.Penyelesaian sengketa melalui non litigasi A. Sanksi-Sanksi Yang Di Berikan Ketika
ini jauh lebih efektif dan efisien seperti Terjadinya Akibat Wanprestasi
penyelesaian yang dikenal dengan Alternatif Faktor-faktor penyebab Wanprestasi
Despute araesolution (ADR). B. Litigasi. Bahwa Dalam pelaksanaan isi perjanjian
litigasi merupakan proses penyelesaian sebagaimana yang telah ditentukan dalam
sengketa melalui pengadilan . Penyelesaian suatu perjanjian yang sah, tidak jarang terjadi
sengketa ini dilakukan oleh para pihak untuk wanprestasi oleh pihak yang dibebani
mempertahankan hak dan kewajiban dimuka kewajiban (debitur) tersebut. Tidak
persidangan di pengadilan. Prosedur dalam dipenuhinya suatu prestasi atau kewajiban
penyelesaian litigasi ini lebih bersifat formal (wanprestasi) ini dapat dikarenakan oleh dua
dan sangat teknis. Penyelesaian sengketa di kemungkinan alasan. Dua kemungkinan alasan
pengadilan ini juga harus dilakukan dengan tersebut antara lain adalah:
1. Karena kesalahan debitur, baik karena
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Dr. Rudy R. kesengajaan ataupun kelalaiannya.
Watulingas, SH., MH; Nixon Wulur , SH., MH
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
16071101050

31
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

Kesalahan disini adalah kesalahan yang (inggris) keadaan memaksa ini dilukiskan
menimbulkan kerugian.3 Dikatakan orang dengan istilah “Frustation” yang berarti
mempunyai kesalahan dalam peristiwa halangan, yaitu suatu keadaan atau
tertentu kalau ia sebenarnya dapat peristiwa yang terjadi diluar tanggung
menghindari terjadinya peristiwa yang jawab pihak-pihak yang membuat
merugikan itu baik dengan tidak berbuat perikatan (perjanjian) itu tidak dapat
atau berbuat lain dan timbulnya kerugian dilaksanakan sama sekali.7
itu dapat dipersalahkan kepadanya. Dalam keadaan memaksa ini debitur tidak
Dimana kesemuanya dengan dapat dipersalahkan karena keadaan
memperhitungkan keadaan dan suasana memaksa tersebut timbul diluar kemauan
pada saat peristiwa itu terjadi. dan kemampuan debitur. Wanprestasi
Kerugian itu dapat dipersalahkan yang diakibatkan oleh keadaan memaksa
kepadanya (debitur) jika ada unsur biasa terjadi karena benda yang menjadi
kesengajaan atau kelalaian dalam objek perikatan itu binasa atau lenyap,
peristiwa yang merugikan itu pada diri bisa juga terjadi karena perbuatan debitur
debitur yang dapat dipertanggung untuk berprestasi itu terhalang seperti
jawabkan kepadanya. Kita katakan debitur yang telah diuraikan diatas. Keadaan
sengaja kalau kerugian itu memang diniati memaksa yang menimpa benda objek
dan dikehendaki oleh debitur, sedangkan perikatan bisa menimbulkan kerugian
kelalaian adalah peristiwa dimana seorang sebagian dan dapat juga menimbulkan
debitur seharusnya tahu atau patut kerugian total.
menduga, bahwa dengan perbuatan atau Sedangkan keadaan memaksa yang
sikap yang diambil olehnya akan timbul menghalangi perbuatan debitur memenuhi
kerugian.4 prestasi itu bisa bersifat sementara
Disini debitur belum tahu pasti apakah maupun bersifat tetap.
kerugian akan muncul atau tidak, tetapi Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam
sebagai orang yang normal seharusnya keadaan memaksa itu ialah:8
tahu atau bisa menduga akan a) Tidak dipenuhi prestasi karena suatu
kemungkinan munculnya kerugian peristiwa yang membinasakan benda
tersebut. Dengan demikian kesalahan menjadi objek perikatan, hal ini
disini berkaitan dengan masalah “dapat tentunya bersifat tetap.
menghindari” (dapat berbuat atau b) Tidak dapat dipenuhi prestasi karena
bersikap lain) dan “dapat menduga” (akan suatu peristiwa yang menghalangi
timbulnya kerugian).5 perbuatan debitur untuk berpestasi,
2. Karena keadaan memaksa ini dapat bersifat tetap atau
(Overmacht/force majure), diluar sementara.
kemampuan debitur atau tidak bersalah. c) Peristiwa itu tidak dapat diketahui
Keadaan memaksa ialah keadaan dimana atau diduga akan terjadi pada waktu
tidak dapat dipenuhinya prestasi oleh membuat perikatan baik oleh debitur
pihak debitur karena terjadinya suatu maupun oleh kreditur, jadi bukan
peristiwa bukan karena kesalahannya, karena kesalahan para pihak,
peristiwa mana tidak dapat diketahui atau khususnya debitur.
tidak dapat diduga akan terjadi pada Mengenai keadaan memaksa yang
waktu membuat perikatan.6 Vollmar menjadi salah satu penyebab timbulnya
menyatakan bahwa overmacht itu hanya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian.
dapat timbul dari kenyataan-kenyataan Dikenal dua macam ajaran mengenai
dan keadaan-keadaan tidak dapat diduga keadaan memaksa tersebut dalam ilmu
lebih dahulu. Dalam hukum anglo saxon hukum, yaitu ajaran memaksa yang
bersifat objektif dan subjektif, yang mana
3
J. Satrio, Op. Cit, hal. 90.
ajaran mengenai keadaan memaksa
4
Ibid, hal. 91.
5 7
Ibid. Ibid.
6 8
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 27 Ibid.

32
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

(overmachtsleer) ini sudah dikenal dalam bahwa perjanjian yang telah dibuat
hukum romawi, yang berkembang dari itu menjadi melawan hukum jika
janji (bedig) pada perikatan untuk dilaksanakan.12 Dalam keadaan yang
memberikan benda tertentu.9 Dalam hal seperti ini secara otomatis keadaan
benda tersebut karena adanya keadaan memaksa tersebut mengakhiri
yang memaksa musnah maka tidak hanya perikatan karena tidak mungkin dapat
kewajiban untuk menyerahkan tetapi dipenuhi. Dengan kata lain perikatan
seluruh perikatan menjadi hapus, tetapi menjadi batal, keadaan memaksa
prestasinya harus benar-benar tidak disini bersifat tetap.13
mungkin lagi. Pada awalnya dahulu hanya 2) Keadaan Memaksa yang bersifat
dikenal ajaran mengenai keadaan Subjektif
memaksa yang bersifat objektif. Lalu Dikatakan subjektif dikarenakan
dalam perkembangannya kemudian menyangkut perbuatan debitur itu
muncullah ajaran mengenai keadaan sendiri, jadi terbatas pada perbuatan
memaksa yang bersifat subjektif. atau kemampuan debitur. Salah
1) Keadaan yang memaksa bersifat seorang sarjana yang terkenal
objektif mengembangkan teori tentang
Objektif artinya benda yang menjadi keadaan memaksa adalah houwing
objek perikatan tidak mungkin dapat menurut dalam buku V (lima), Brakel
dipenuhi oleh siapapun.10 Menurut mengemukakan keadaan memaksa
ajaran ini debitur baru bisa adalah kalau debitur telah melakukan
mengemukakan adanya keadaan segala upaya yang menurut ukuran
memaksa (Overmacht) kalau setiap yang berlaku dalam masyarakat yang
orang dalam kedudukan debitur tidak bersangkutan patut untuk dilakukan,
mungkin untuk berprestasi sesuai dengan perjanjian tersebut.14
(Sebagaimana mestinya).11 Jadi Abdul Kadir Muhammad, menyatakan
keadaan memaksa tersebut ada jika wanprestasi terjadi dikarenakan adanya 2 (dua)
setiap orang sama sekali tidak kemungkinan yaitu:
mungkin memenuhi prestasi yang 1. Keadaan memaksa (overmacht /
berupa benda objek perikatan itu. forcemejeur).
Oleh karena itu ukurannya “orang” 2. Karena kesalahan debitur, baik karena
(pada umumnya) tidak bisa kesengajaan maupun lalai.
berprestasi, sehingga kepribadiannya, Overmacht adalah suatu keadaan atau
kecakapan, keadaan, kemampuan kejadian yang tidak dapat diduga-duga terjadi,
finansialnya tidak dipakai sebagai sehingga menghalangi seorang debitur untuk
ukuran, yang menjadi ukuran adalah melakukan prestasinya sebelum ia lalai untuk
orang pada umunya dan karenanya apa dan keadaan mana tidak dapat
dikatakan memakai ukuran objektif. dipersalahkan kepadanya.
Dasar ajaran ini adalah Overmacht dibagi dua yaitu:
ketidakmungkinan. Vollmar 1. Overmacht mutlak adalah apabila
menyebutkan keadaan memaksa ini prestasi sama sekali tidak dapat
dengan istilah “absolute overmacht” dilaksanakanoleh siapapun.
apabila benda objek perikatan ini 2. Overmacht yang tidak mutlak adalah
musnah diluar kesalahan debitur. pelaksanaan prestasi masih
Marsch and soulsby juga mengatakan dimungkinkan, hanya memerlukan
bahwa suatu perjanjian tidak mungkin pengorbanan dari debitur.
dilaksanakan apabila setelah Kesengajaan maupun lalai, kedua hal
perjanjian dibuat terjadi perubahan tersebut menimbulkan akibat yang berbeda,
dalam hukum yang mengakibatkan dimana akibat karena adanya kesengajaan,

9 12
J. Satrio, Op. Cit, hal. 254. Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 29
10 13
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 28 Ibid.
11 14
J. Satrio, Loc. Cit. J.Satrio, Op. Cit, hal. 263.

33
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

sidebitur harus lebih banyak mengganti (Pasal 1245 KUHPerdata). dengan kata lain,
kerugian dari pada akibat adanya kelalaian. seseorang atau debitur yang lalai telah
Surat peringatan yang menyatakan debitur melakukan wanprestasi dapat menghapusnya
telah melakukan wanprestasi disebut dengan dengan mengajukan alasan bahwa telah terjadi
somasi. Yang dimaksud dengan debitur oleh force majeure. Force Majeure adalah klausula
houwing adalah debitur yang bersangkutan. yang biasa dicantumkan dalam pembuatan
Disini tidak dipakai ukuran adalah subjek kontrak dengan maksud melindungi pihak-
debitur tertentu, maka tidak bisa melepaskan pihak. Hal ini terjadi apabila terdapat bagian
diri dari pertimbangan “debitur yang dari kontrak yang tidak dapat dilaksanakan
bersangkutan dengan semua ciri-cirnya” atau karena sebab-sebab yang berada diluar control
dengan perkataan lain kecakapan, tingkat para pihak dan tidak bisa dihindarkan dengan
sosial, kemampuan ekonomis debitur yang melakukan tindakan yang sewajarnya.18
bersangkutan turut diperhitungkan.15 Tetapi apabila seseorang yang memang lalai
Dasar ajaran ini adalah kesulitan-kesulitan telah melakukan wanprestasi bukan karena
menurut ajaran ini debitur itu masih mungkin force majeure, akibatnya dia dapat terkena
memenuhi prestasi walaupun mengalami sanksi. Sanksi yang dimaksudkan itu dapat
kesulitan atau menghadapi bahaya. Vollmar berupa :
menyebutnya dengan istilah “relatieve a) Kewajiban membayar kerugian yang
overmacht”. Keadaan memaksa dalam hal ini diderita oleh pihak lawan (ganti rugi);
bersifat sementara.16 Oleh karenanya perikatan b) Berakibat pembatalan perjanjian;
tidak otomatis batal melainkan hanya terjadi c) Peralihan risiko;
penundaan pelaksanaan prestasi oleh debitur. d) Membayar biaya perkara (apabila
Jika kesulitan yang menjadi hambatan masalahnya sampai dibawa ke
pelaksanaan prestasi oleh debitur. Sudah tidak pengadilan).19
ada lagi maka pemenuhan prestasi diteruskan.
Timbulnya ajaran mengenai keadaan B. Penyelesaian Sengketa (Wanprestasi)
memaksa seperti yang telah diuraikan diatas Hukum positif kita telah memberikan
dikarenakan keadaan memaksa tidak beberapa pilihan penyelesaian sengketa, dalam
mendapatkan pengaturan secara umum dalam sistem Hukum Indonesia ada beberapa
Undang-Undang.17 Karena itu hakim berwenang penyelesaian sengketa yaitu:
meminta fakta yang terjadi (wanprestasi) A. Non Litigasi
bahwa debitur sedang dalam keadaan Dalam penyelesaian sengketa melalui non-
memaksa (overmacht) atau tidak, sehingga litigasi, kita telah mengenal adanya
diketahui apakah debitur dapatdibebani penyelesaian sengketa Alternatif atau
kewajiban atas resiko atau tidak atas Alternative Dispute Resolution (ADR), yang
wanprestasi tersebut. dijelaskan dalam Pasal 1 angka (10)
Dalam keadaan memaksa, seseorang Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
melakukan wanprestasi atau tentang arbitrase dan ADR, yang
melalaikankewajibannya disebabkan karena menyatakan sebagai berikut:
suatu keadaan diluar kekuasaannya. “Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah
Sebaliknya, seseorang dikatakan melakukan lembaga penyelesaian sengketa atau beda
wanprestasi bukan karena keadaan memaksa, pendapat melalui prosedur yang disepakati
melainkan telah mealkukan pelanggaran para pihak, yakni penyelesaian sengketa
terhadap syarat perjanjian. Dengan demikian diluar pengadilan dengan cara konsultasi,
akibatnya pun berbeda. mediasi, konsilasi, atau penilaian ahli”.
Dalam hal ini apabila seseorang dapat Akhir-akhir ini pembahasan mengenai
membuktikan bahwa dia berada dalam alternative dalam penyelesaian sengketa
keadaan memaksa atau force majeure, justru semakin ramai dibicarakan, bahkan perlu
dia dibebaskan dari risiko atau tanggung jawab dikembangkan untuk mengatasi

15 18
Ibid, hal. 263. I.G. Rai Widjaya, S.H., M.A., Merancang Suatu Kontrak,
16
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal.30 Kesaint Blanc, Jakarta, 2003, hal. 75.
17 19
Ibid Ibid, hal. 78.

34
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

kemacetan dan penumpukan perkara di permasalahan yang sedang dihadapi


pengadilan maupun di Mahkamah Agung. oleh kedua belah pihak.
Penyelesaian sengketa melalui non-litigasi 3) Mediasi Menurut Peraturan
jauh lebih efektif dan efisien sebabnya Mahkamah Agung No 1 Tahun 2016
pada masa belakangan ini, berkembangnya Tentang Prosedur Mediasi di
berbagai cara penyelesaian sengketa Pengadilan adalah cara penyelesaian
(settlement method) di luar pengadilan, sengketa melalui proses perundingan
yang dikenal dengan Alternatif Dispute untuk memperoleh kesepakatan para
Resolution disingkat menjadi (ADR) dalam pihak dengan dibantu mediator.
berbagai bentuk, seperti:20 Mediasi (mediation) melalui sistem
1) Arbitrase Pasal 1 ayat (1) Undang- kompromi (compromise) diantara
Undang No. 30 Tahun 1999 para pihak, sedang pihak ketiga yang
menjelaskna bahwa, “Arbitrase adalah bertindak sebagai mediator hanya
cara penyelesaian suatu sengketa sebagai penolong (helper) dan
perdata diluar pengadilan umum yang fasilitator.
didasarkan pada perjanjian arbitrase 4) Konsilasi merupakan lanjutan dari
yang dibuat secara tertulis oleh para mediasi. Mediator berubah fungsi
pihak yag bersengketa”. Arbitrase menjadi konsiliator. Dalam hal ini
digunakan untuk mengantisipasi konsiliator menjalankan fungsi yang
perselisihan mungkin terjadi maupun lebih aktif dalam mencari bentuk-
yang sedang mengalami perselisihan bentuk penyelesaian sengketa dan
yang tidak dapat diselesaikan secara menawarkannya kepada para pihak.
negosiasi/konsultasi maupun melalui Jika para pihak dapat menyetujui,
pihak ketiga serta untuk menghindari solusi yang dibuat konsiliator akan
penyelesaian sengketa melalui menjadi resolution.
peradilan. Dalam perkembangannya 5) Penilaian Ahli merupakan cara
penyelesaian melalui Arbitrase penyelesaian sengketa oleh para
terkenalnya didalamnya Badan pihak dengan meminta pendapat atau
Arbitrase Nnasional Indonesia yang penilaian ahli terhadap perselisihan
disingkat menjadi (BANI) Bani telah yang sedang terjadi. Selain dari cara
mempunyai mekanisme dalam penyelesaian sengketa sebagaimana
penyelesaian sengketa diluar disebutkan diatas yang didasarkan
pengadilan yang telah diakui oleh kepada Undang-Undang No. 30 Tahun
Mahkamah Agung (MA). 1999, dalam sistem Hukum Indonesia
2) Negosiasi Menurut Ficher dan Ury, tentang hal tersebut telah diatur
negosiasi merupakan komunikasi dua dalam Undang-Undang Nomor 48
arah yang dirancang untuk mencapai Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
kesepakatan pada saat kedua belah Kehakiman sebagaimana disebutkan
pihak memiliki berbagai kepentingan dalam Pasal 58 dan Pasal 60, yang ada
yang sama maupun yang berbeda. Hal pokoknya menentukan tentang
ini selaras dengan apa yang penyelesaian sengketa yang dilakukan
diungkapkan oleh Susanti Adi melalui mediasi. Hasil akhir dari
Nugroho bahwa, negosiasi ialah rangkaian proses penyelesaian
proses tawar-menawar untuk sengketa diluar pengadilan, dengan
mencapai kesepakatan dengan pihak mengacu kepada ketentuan
lain melalui proses interaksi, sebagaimana diatur dalam Pasal 6
komunikasi yang dinamis dengan ayat 7 Undang-Undang No 30 Tahun
tujuan untuk mendapatkan 1999 yang berhasil maka akan
penyelesaian atau jalan keluar dari menghasilkan kesepakatan atau
perdamaian diantara para pihak.
B. Litigasi
20
Kelompok Kerja Alternatif Penyelesaian Sengketa
Mahkamah Agung RI, 123/KMA/SK/VII/2013, hal. 43.

35
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

Litigasi merupakan proses penyelesaian mengadili suatu perkara adalah Pengadilan


sengketa di pengadilan, dimana semua Negeri tempat tinggal tergugat.
pihak yang bersengketa saling berhadapan
satu sama lain untuk mempertahankan PENUTUP
hak-haknya dimuka pengadilan. Hasil akhir A. Kesimpulan
dari suatu penyelesaian sengketa melalui 1. Bahwa perjanjian sangat di butuhkan
litigasi adalah putusan yang menyatakan dalam menentukan suatu perbuatan.
win-lose solution. Prosedur dalam jalur Perjanjian adalah suatu perisiwa dimana
litigasi ini sifatnya lebih formal (very seseorang atau satu pihak berjanji
formalistic) dan sangat teknis (very kepada seorang atau pihak lain atau
technical). Seperti yang dikatakan J. David dimana dua pihak itu saling berjanji
Reitzel “there is a long wait for litigants to untuk melaksanakan suatu hal.
get trial”, jangankan untuk mendapat Wanprestasi itu disebabkan karena
putusan yang berkekuatan hukum tetap, adanya 2 alasan:
untuk menyelesaikan pada satu instansi 1) Karena kesalahan debitur, baik
peradilan saja, harus antri menunggu. karena kesengajaan ataupun
Menurut Suyud Margono berpendapat kelalaiannya.
bahwa:21 2) Karena keadaan memaksa
“Litigasi adalah gugatan atas suatu konflik (Overmacht/force majure), diluar
yang diritualisasikan untuk menggantikan kemampuan
konfilk sesungguhnya, dimana para pihak debitur atau tidak bersalah.
memberikan kepada seorang pengambilan Wanprestasi juga memiliki sanksi bagi
keputusan dua pilihan yang seseorang yang melakukannya :
bertentangan”. a) Kewajiban membayar kerugian yang
Dalam Pasal 24 UUD 1945 Bahwa diderita oleh pihak lawan (ganti rugi);
kekuasaan kehakiman dilakukan oleh b) Berakibat pembatalan perjanjian;
sebuah Mahkamah Agung dan Badan c) Peralihan risiko;
peradilan yang berada dibawahnya dalam d) Membayar biaya perkara (apabila
lingkungan peradilan umum, lingkungan masalahnya sampai dibawa ke
peradilan agama, lingkungan peradilan pengadilan)
militer, lingkungan peradilan tata usaha 2. Bahwa Hukum Positif Indonesia
negara, dan oleh Mahkamah Konstitusi. memberikan beberapa pilihan untuk
Ketentuan Pasal 24 mengisyaratkan bahwa penyelesaian sengketa, yaitu :
penyelesaian sengketa melalui jalur a. Non Litigasi
pengadilan dengan menggunakan Bahwa penyelesaian Non Litigasi
pendkatan hukum. Yang dilakukan melalui dapat dilakukan diluar pengadilan
pengadilan, dalam penyelesaian sengketa dengan cara konsultasi, mediasi,
di pengadilan dilakukan dengan cara konsilasi, atau penilaian ahli.
mengajukan gugatan. Gugatan adalah Penyelesaian sengketa melalui non
suatu tuntutan hak, yang didalamnya litigasi ini jauh lebih efektif dan
terdapat suatu sengketa, diantara para efisien seperti penyelesaian yang
pihak yang berperkara dan kemudian dikenal dengan Alternatif Despute
penyelesaiannya diajukan ke Pengadilan araesolution (ADR).
agar diperiksa, diadili dan diputus oleh b. Litigasi
hakim pada Pengadilan Negeri yang Bahwa litigasi merupakan proses
berwenang. Berdasarkan Pasal 118 HIR penyelesaian sengketa melalui
ayat (1) Pengadilan Negeri berhak pengadilan . Penyelesaian sengketa
menentukan bahwa yang berwenang ini dilakukan oleh para pihak untuk
mempertahankan hak dan kewajiban
dimuka persidangan di pengadilan.
21
Suyud Margono, ADR dan Arbitrase: Proses Prosedur dalam penyelesaian litigasi
Pelembagaan dan Aspek Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, ini lebih bersifat formal dan sangat
2004, hal. 23

36
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020

teknis. Penyelesaian sengketa di Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, Setara


pengadilan ini juga harus dilakukan Press, Jatim, 2016.
dengan mengajukan gugatan untuk I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan, Sinar
menyampaikan tuntutan kepada Grafika, Jakarta, 2016.
pihak tertentu, dengan tujuan agar Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata
dapat di periksa dan di sidangkan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
oleh pengadilan untuk memeriksa, 2000.
mengadili, dan memutus sengketa. Ahmadi Miru, & Sakka Pati, Hukum Perikatan
B. Saran Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai
1. Bahwa sanksi-sanksi yang diberikan 1456 BW, PT Raja Grafindo Persada,
ketika terjadi wanprestasi, patut disadari Jakarta, 2008.
bahwa sanksi tidak hanya pada kesiapan. Subekti & Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang
Sebagaimana sudah disepakati dalam Hukum Perdata, PT Pradya Paramita,
kontrak, akan tetapi perlu adanya niat Jakarta, 2008.
dan kejujuran dari pihak-pihak untuk J. Satrio, Hukum Perikatan (perikatan pada
menyelesaikan sanksi-sanksi tersebut umumnya), PT Alumni, Bandung, 1999.
secara baik oleh para pihak I.G. Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak,
2. Bahwa dengan perkembangan saat ini, Kesaint Blanc, Jakarta, 2003.
mengharuskan kita untuk lebih tanggap Kelompok Kerja Alternatif Penyelesaian
dalam pemikiran dan pendekatan dalam Sengketa Mahkamah Agung RI,
penyelesaian sengketa baik secara Non 123/KMA/SK/VII/2013
Litigasi dapat terusdilakukan secara baik Suyud Margono, ADR dan Arbitrase: Proses
dengan terus melakukan Pelembagaan dan Aspek Hukum, Ghalia
penyempurnaan hukum yang berlaku Indonesia, Bogor, 2004
untuk mengimbangi perkembangan yang
ada khususnya pada hukum
perjanjian/perikatan.

DAFTAR PUSTAKA
Himpunan Tiga Kitab Undang-Undang Hukum
Indonesia KUHPerdata, KUHPidana,
KUHAPidana, PT Grasindo, Jakarta, 2019.
Subekti, Hukum Perjanjian,Intermasa, Jakarta,
2002.
Taryana Soenandar., H. Fathurrahman Djamli,
Mariam Darus Badrulzaman, Sutan Remy
Sjahdeini,., H. Heru Soepraptomo,
Kompilasi Hukum Perikatan, PT CITRA
ADITYA BAKTI, Bandung, 2016.
R. Subekti I, Aspek-aspek Hukum Perikatan
Nasional, PT Alumni, Bandung, 1984.
Dr. Dhanang Widjawan,S.H.,M.H., Dasar-Dasar
Hukum Kontrak Bisnis, CV Keni Media,
Bandung, 2018.
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata
Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2009.
Kartini Muljadi dkk, Perikatan yang Lahir dari
Perjanjian, Kencana, Jakarta, 2006.
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas
Proporsionalitas dalam Kontrak
Komersial, Kencana, Jakarta, 2014.

37

Anda mungkin juga menyukai