1/Jan-Mar/2020
31
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020
Kesalahan disini adalah kesalahan yang (inggris) keadaan memaksa ini dilukiskan
menimbulkan kerugian.3 Dikatakan orang dengan istilah “Frustation” yang berarti
mempunyai kesalahan dalam peristiwa halangan, yaitu suatu keadaan atau
tertentu kalau ia sebenarnya dapat peristiwa yang terjadi diluar tanggung
menghindari terjadinya peristiwa yang jawab pihak-pihak yang membuat
merugikan itu baik dengan tidak berbuat perikatan (perjanjian) itu tidak dapat
atau berbuat lain dan timbulnya kerugian dilaksanakan sama sekali.7
itu dapat dipersalahkan kepadanya. Dalam keadaan memaksa ini debitur tidak
Dimana kesemuanya dengan dapat dipersalahkan karena keadaan
memperhitungkan keadaan dan suasana memaksa tersebut timbul diluar kemauan
pada saat peristiwa itu terjadi. dan kemampuan debitur. Wanprestasi
Kerugian itu dapat dipersalahkan yang diakibatkan oleh keadaan memaksa
kepadanya (debitur) jika ada unsur biasa terjadi karena benda yang menjadi
kesengajaan atau kelalaian dalam objek perikatan itu binasa atau lenyap,
peristiwa yang merugikan itu pada diri bisa juga terjadi karena perbuatan debitur
debitur yang dapat dipertanggung untuk berprestasi itu terhalang seperti
jawabkan kepadanya. Kita katakan debitur yang telah diuraikan diatas. Keadaan
sengaja kalau kerugian itu memang diniati memaksa yang menimpa benda objek
dan dikehendaki oleh debitur, sedangkan perikatan bisa menimbulkan kerugian
kelalaian adalah peristiwa dimana seorang sebagian dan dapat juga menimbulkan
debitur seharusnya tahu atau patut kerugian total.
menduga, bahwa dengan perbuatan atau Sedangkan keadaan memaksa yang
sikap yang diambil olehnya akan timbul menghalangi perbuatan debitur memenuhi
kerugian.4 prestasi itu bisa bersifat sementara
Disini debitur belum tahu pasti apakah maupun bersifat tetap.
kerugian akan muncul atau tidak, tetapi Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam
sebagai orang yang normal seharusnya keadaan memaksa itu ialah:8
tahu atau bisa menduga akan a) Tidak dipenuhi prestasi karena suatu
kemungkinan munculnya kerugian peristiwa yang membinasakan benda
tersebut. Dengan demikian kesalahan menjadi objek perikatan, hal ini
disini berkaitan dengan masalah “dapat tentunya bersifat tetap.
menghindari” (dapat berbuat atau b) Tidak dapat dipenuhi prestasi karena
bersikap lain) dan “dapat menduga” (akan suatu peristiwa yang menghalangi
timbulnya kerugian).5 perbuatan debitur untuk berpestasi,
2. Karena keadaan memaksa ini dapat bersifat tetap atau
(Overmacht/force majure), diluar sementara.
kemampuan debitur atau tidak bersalah. c) Peristiwa itu tidak dapat diketahui
Keadaan memaksa ialah keadaan dimana atau diduga akan terjadi pada waktu
tidak dapat dipenuhinya prestasi oleh membuat perikatan baik oleh debitur
pihak debitur karena terjadinya suatu maupun oleh kreditur, jadi bukan
peristiwa bukan karena kesalahannya, karena kesalahan para pihak,
peristiwa mana tidak dapat diketahui atau khususnya debitur.
tidak dapat diduga akan terjadi pada Mengenai keadaan memaksa yang
waktu membuat perikatan.6 Vollmar menjadi salah satu penyebab timbulnya
menyatakan bahwa overmacht itu hanya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian.
dapat timbul dari kenyataan-kenyataan Dikenal dua macam ajaran mengenai
dan keadaan-keadaan tidak dapat diduga keadaan memaksa tersebut dalam ilmu
lebih dahulu. Dalam hukum anglo saxon hukum, yaitu ajaran memaksa yang
bersifat objektif dan subjektif, yang mana
3
J. Satrio, Op. Cit, hal. 90.
ajaran mengenai keadaan memaksa
4
Ibid, hal. 91.
5 7
Ibid. Ibid.
6 8
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 27 Ibid.
32
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020
(overmachtsleer) ini sudah dikenal dalam bahwa perjanjian yang telah dibuat
hukum romawi, yang berkembang dari itu menjadi melawan hukum jika
janji (bedig) pada perikatan untuk dilaksanakan.12 Dalam keadaan yang
memberikan benda tertentu.9 Dalam hal seperti ini secara otomatis keadaan
benda tersebut karena adanya keadaan memaksa tersebut mengakhiri
yang memaksa musnah maka tidak hanya perikatan karena tidak mungkin dapat
kewajiban untuk menyerahkan tetapi dipenuhi. Dengan kata lain perikatan
seluruh perikatan menjadi hapus, tetapi menjadi batal, keadaan memaksa
prestasinya harus benar-benar tidak disini bersifat tetap.13
mungkin lagi. Pada awalnya dahulu hanya 2) Keadaan Memaksa yang bersifat
dikenal ajaran mengenai keadaan Subjektif
memaksa yang bersifat objektif. Lalu Dikatakan subjektif dikarenakan
dalam perkembangannya kemudian menyangkut perbuatan debitur itu
muncullah ajaran mengenai keadaan sendiri, jadi terbatas pada perbuatan
memaksa yang bersifat subjektif. atau kemampuan debitur. Salah
1) Keadaan yang memaksa bersifat seorang sarjana yang terkenal
objektif mengembangkan teori tentang
Objektif artinya benda yang menjadi keadaan memaksa adalah houwing
objek perikatan tidak mungkin dapat menurut dalam buku V (lima), Brakel
dipenuhi oleh siapapun.10 Menurut mengemukakan keadaan memaksa
ajaran ini debitur baru bisa adalah kalau debitur telah melakukan
mengemukakan adanya keadaan segala upaya yang menurut ukuran
memaksa (Overmacht) kalau setiap yang berlaku dalam masyarakat yang
orang dalam kedudukan debitur tidak bersangkutan patut untuk dilakukan,
mungkin untuk berprestasi sesuai dengan perjanjian tersebut.14
(Sebagaimana mestinya).11 Jadi Abdul Kadir Muhammad, menyatakan
keadaan memaksa tersebut ada jika wanprestasi terjadi dikarenakan adanya 2 (dua)
setiap orang sama sekali tidak kemungkinan yaitu:
mungkin memenuhi prestasi yang 1. Keadaan memaksa (overmacht /
berupa benda objek perikatan itu. forcemejeur).
Oleh karena itu ukurannya “orang” 2. Karena kesalahan debitur, baik karena
(pada umumnya) tidak bisa kesengajaan maupun lalai.
berprestasi, sehingga kepribadiannya, Overmacht adalah suatu keadaan atau
kecakapan, keadaan, kemampuan kejadian yang tidak dapat diduga-duga terjadi,
finansialnya tidak dipakai sebagai sehingga menghalangi seorang debitur untuk
ukuran, yang menjadi ukuran adalah melakukan prestasinya sebelum ia lalai untuk
orang pada umunya dan karenanya apa dan keadaan mana tidak dapat
dikatakan memakai ukuran objektif. dipersalahkan kepadanya.
Dasar ajaran ini adalah Overmacht dibagi dua yaitu:
ketidakmungkinan. Vollmar 1. Overmacht mutlak adalah apabila
menyebutkan keadaan memaksa ini prestasi sama sekali tidak dapat
dengan istilah “absolute overmacht” dilaksanakanoleh siapapun.
apabila benda objek perikatan ini 2. Overmacht yang tidak mutlak adalah
musnah diluar kesalahan debitur. pelaksanaan prestasi masih
Marsch and soulsby juga mengatakan dimungkinkan, hanya memerlukan
bahwa suatu perjanjian tidak mungkin pengorbanan dari debitur.
dilaksanakan apabila setelah Kesengajaan maupun lalai, kedua hal
perjanjian dibuat terjadi perubahan tersebut menimbulkan akibat yang berbeda,
dalam hukum yang mengakibatkan dimana akibat karena adanya kesengajaan,
9 12
J. Satrio, Op. Cit, hal. 254. Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 29
10 13
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 28 Ibid.
11 14
J. Satrio, Loc. Cit. J.Satrio, Op. Cit, hal. 263.
33
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020
sidebitur harus lebih banyak mengganti (Pasal 1245 KUHPerdata). dengan kata lain,
kerugian dari pada akibat adanya kelalaian. seseorang atau debitur yang lalai telah
Surat peringatan yang menyatakan debitur melakukan wanprestasi dapat menghapusnya
telah melakukan wanprestasi disebut dengan dengan mengajukan alasan bahwa telah terjadi
somasi. Yang dimaksud dengan debitur oleh force majeure. Force Majeure adalah klausula
houwing adalah debitur yang bersangkutan. yang biasa dicantumkan dalam pembuatan
Disini tidak dipakai ukuran adalah subjek kontrak dengan maksud melindungi pihak-
debitur tertentu, maka tidak bisa melepaskan pihak. Hal ini terjadi apabila terdapat bagian
diri dari pertimbangan “debitur yang dari kontrak yang tidak dapat dilaksanakan
bersangkutan dengan semua ciri-cirnya” atau karena sebab-sebab yang berada diluar control
dengan perkataan lain kecakapan, tingkat para pihak dan tidak bisa dihindarkan dengan
sosial, kemampuan ekonomis debitur yang melakukan tindakan yang sewajarnya.18
bersangkutan turut diperhitungkan.15 Tetapi apabila seseorang yang memang lalai
Dasar ajaran ini adalah kesulitan-kesulitan telah melakukan wanprestasi bukan karena
menurut ajaran ini debitur itu masih mungkin force majeure, akibatnya dia dapat terkena
memenuhi prestasi walaupun mengalami sanksi. Sanksi yang dimaksudkan itu dapat
kesulitan atau menghadapi bahaya. Vollmar berupa :
menyebutnya dengan istilah “relatieve a) Kewajiban membayar kerugian yang
overmacht”. Keadaan memaksa dalam hal ini diderita oleh pihak lawan (ganti rugi);
bersifat sementara.16 Oleh karenanya perikatan b) Berakibat pembatalan perjanjian;
tidak otomatis batal melainkan hanya terjadi c) Peralihan risiko;
penundaan pelaksanaan prestasi oleh debitur. d) Membayar biaya perkara (apabila
Jika kesulitan yang menjadi hambatan masalahnya sampai dibawa ke
pelaksanaan prestasi oleh debitur. Sudah tidak pengadilan).19
ada lagi maka pemenuhan prestasi diteruskan.
Timbulnya ajaran mengenai keadaan B. Penyelesaian Sengketa (Wanprestasi)
memaksa seperti yang telah diuraikan diatas Hukum positif kita telah memberikan
dikarenakan keadaan memaksa tidak beberapa pilihan penyelesaian sengketa, dalam
mendapatkan pengaturan secara umum dalam sistem Hukum Indonesia ada beberapa
Undang-Undang.17 Karena itu hakim berwenang penyelesaian sengketa yaitu:
meminta fakta yang terjadi (wanprestasi) A. Non Litigasi
bahwa debitur sedang dalam keadaan Dalam penyelesaian sengketa melalui non-
memaksa (overmacht) atau tidak, sehingga litigasi, kita telah mengenal adanya
diketahui apakah debitur dapatdibebani penyelesaian sengketa Alternatif atau
kewajiban atas resiko atau tidak atas Alternative Dispute Resolution (ADR), yang
wanprestasi tersebut. dijelaskan dalam Pasal 1 angka (10)
Dalam keadaan memaksa, seseorang Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
melakukan wanprestasi atau tentang arbitrase dan ADR, yang
melalaikankewajibannya disebabkan karena menyatakan sebagai berikut:
suatu keadaan diluar kekuasaannya. “Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah
Sebaliknya, seseorang dikatakan melakukan lembaga penyelesaian sengketa atau beda
wanprestasi bukan karena keadaan memaksa, pendapat melalui prosedur yang disepakati
melainkan telah mealkukan pelanggaran para pihak, yakni penyelesaian sengketa
terhadap syarat perjanjian. Dengan demikian diluar pengadilan dengan cara konsultasi,
akibatnya pun berbeda. mediasi, konsilasi, atau penilaian ahli”.
Dalam hal ini apabila seseorang dapat Akhir-akhir ini pembahasan mengenai
membuktikan bahwa dia berada dalam alternative dalam penyelesaian sengketa
keadaan memaksa atau force majeure, justru semakin ramai dibicarakan, bahkan perlu
dia dibebaskan dari risiko atau tanggung jawab dikembangkan untuk mengatasi
15 18
Ibid, hal. 263. I.G. Rai Widjaya, S.H., M.A., Merancang Suatu Kontrak,
16
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal.30 Kesaint Blanc, Jakarta, 2003, hal. 75.
17 19
Ibid Ibid, hal. 78.
34
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020
35
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020
36
Lex Privatum Vol. VIII/No. 1/Jan-Mar/2020
DAFTAR PUSTAKA
Himpunan Tiga Kitab Undang-Undang Hukum
Indonesia KUHPerdata, KUHPidana,
KUHAPidana, PT Grasindo, Jakarta, 2019.
Subekti, Hukum Perjanjian,Intermasa, Jakarta,
2002.
Taryana Soenandar., H. Fathurrahman Djamli,
Mariam Darus Badrulzaman, Sutan Remy
Sjahdeini,., H. Heru Soepraptomo,
Kompilasi Hukum Perikatan, PT CITRA
ADITYA BAKTI, Bandung, 2016.
R. Subekti I, Aspek-aspek Hukum Perikatan
Nasional, PT Alumni, Bandung, 1984.
Dr. Dhanang Widjawan,S.H.,M.H., Dasar-Dasar
Hukum Kontrak Bisnis, CV Keni Media,
Bandung, 2018.
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata
Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2009.
Kartini Muljadi dkk, Perikatan yang Lahir dari
Perjanjian, Kencana, Jakarta, 2006.
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas
Proporsionalitas dalam Kontrak
Komersial, Kencana, Jakarta, 2014.
37