Nim : 502021199
BAB I : HUKUM
PERIKATAN
A. UMUM
Untuk keabsahan dari suatu perikatan yang dikaitkan dengan prestasi, harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
1. Prestasi itu harus dapat ditentukan (bepaalbaar).
2. Prestasi tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan
kesusilaan yang baik.
3. Tidak dapat disyaratkan bahwa prestasi dapat dijalankan atau di penuhi. Prestasi
itu memang dengan sendirinya dapat dijalankan atau dipenuhi, namun untuk
prestasi tertentu tidak mungkin.
4. Tidak dapat disyaratkan bahwa prestasi harus dapat dinilai dengan uang.
SLIDESMANIA.CO
2. Wanprestasi
• Wanprestasi atau yang juga dikenal dengan cidera janji; default; non
fulfillment, ataupun breach of contract adalah suatu kondisi tidak
dilaksanakannya suatu prestasi/ kewajiban sebagaimana mestinya yang
telah disepakati bersama-sebagaimana yang dinyatakan dalam kontrak.
tersebut untuk menuntut ganti rugi dari pihak yang melakukan wanprestasi
B. Bentuk-bentuk Wanprestasi
1. OVERMACHT
Dalam KUH Perdata, menyatakan bahwa overmacht adalah “keadaan di mana debitur
terhalang memberikan sesuatu atau melakukan sesuatu atau melakukan perbuatan
yang dilarang dalam perjanjian”.
Pengertian ini kemudian disesuaikan dengan terminologi yang digunakan, yaitu keadaan
paksa. Keadaan Paksa diartikan sebagai “kejadian di luar kendali satu pihak”.
Pengaruh mana menunda atau menyebabkan pelaksanaan kewajiban suatu dalam
perjanjian tersebut tidak mungkin dan sebelum pihak timbul, pihak tersebut tidak dapat
menghindari atau mengatasi kejadian tersebut.
• Kata "risiko" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 844) berarti
akibat kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan
atau tindakan. Dalam Hukum Perikatan, risiko mempunyai pengertian yang khusus.
Risiko adalah suatu ajaran tentang siapakah yang harus menanggung ganti rugi
apabila debitur tidak memenuhi prestasi dalam keadaan memaksa (Badrulzaman,
2001: 30).
• Dalam KUH Perdata tidak ada aturan tentang risiko dalam perjanjian
timbal balik. Menurut Badrulzaman (2001: 30), para ahli mencari so lusi
penyelesaian melalui asas "kepatutan" (biblijkheid). Menurut asas kepatutan dalam
SLIDESMANIA.CO
perjanjian timbal balik, risiko ditanggung oleh pihak yang tidak melakukan prestasi.
3. SOMASI
● Somasi ( somatie atau legal notice ) merupakan peringatan yang diberikan kepada calon pihak tergugat
pada jalur atau proses hukum. Somasi dalam yurisprudensi lebih sering digunakan untuk menyebut suatu
teguran atau perintah.
● Dalam KUHPerdata somasi telah diatur dalam Pasal 1238 KUH Perdata, yang bunyinya:“ Si berutang
adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai,
atau demi perikatannya sendiri, yaitu jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan
lewatnya waktu yang ditentukan.”
● Mengenai pemahaman tentang Somasi ada perbedaan antara ajaran yang lama denga ajaran yang dianut
sekarang seperti penjelasan dibawah ini:
1. Pendapat yang lama: Somasi baru dapat dilakukan apabila perikatan telah dapat dipenuhi sedangkan
pendapat yang sekarang kreditur sebelumnya telah dapat memberikan Somasi yang menyatakan agar
debitur memenuhi perikatan tepat pada waktunya dan jika tidak maka debit telah melakukan wanprestasi;
2. Pendapat yang baru: tiap Somasi harus memuat tenggang waktu (termijn) yang wajar. Kreditur memberikan
kesempatan kepada debitur untuk memenuhi perikatan. Hal yang demikian tidak ter dapat pada ajaran
Somasi yang lama.
BAB II
PERIKATAN YANG
LAHIR DARI
PERJANJIAN
SLIDESMANIA.CO
A. PENGERTIAN DAN BENTUK PERJANJIAN
• Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang
itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal
• Dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata menganut sistem terbuka (open system), artinya bahwa
para pihak bebas mengadakan kontrak dengan siapapun, menentukan syarat-syaratnya,
pelaksanaannya, maupun bentuk kontraknya baik secara tertulis maupun lisan. Disamping itu
membuat kontrak, baik yang telah dikenal dalam KUH Perdata.
• Hal ini sesuai dengan Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang berbunyi: “semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”
• Mengenai bentuk suatu perjanjian tidak ada ketentuan yang mengikat, karena itu perjanjian dapat
dibuat secara lisan maupun tertulis.
SLIDESMANIA.CO
B. Unsur-unsur Perjanjian
Berdasarkan uraian di atas, suatu perjanjian memiliki unsur yang dapat dikelompokkan menjadi:
• Pertama, unsur essensialia. Unsur essensialia adalah bagian perjanjian yang harus selalu ada di dalam
suatu perjanjian, bagian yang mutlak, di mana tanpa adanya bagian tersebut perjanjian tidak mungkin ada.
• Kedua, unsur naturalia. Unsur naturalia adalah bagian perjanjian yang oleh Undang–undang diatur, tetapi
oleh para pihak dapat diganti, sehingga bagian tersebut oleh Undang–undang diatur dengan hukum yang
sifatnya mengatur atau menambah. Dalam konteks ini, unsur naturalia bisa disebutkan dalam perjanjian,
namun jika para pihak memutuskan untuk tudak memasukkan dalam perjanjian, maka perjanjian tetap
mengikat dan tidak akan membatalkan perjanjian.
• Ketiga, unsur aksidentalia. Unsur aksidentalia atau unsur pelengkap adalah bagian perjanjian yang
ditambahkan oleh para pihak, sementara Undang – Undang sendiri tidak mengatur tentang hal tersebut. Jadi
hal yang diinginkan tersebut juga tidak mengikat para pihak karena memang tidak ada dalam Undang –
Undang.
C. ASAS-ASAS PERJANJIAN
D. Jenis Perjanjian
1. Asas Kebebasan Berkontrak 1. Perjanjian sepihak dan timbak balik
2. Perjanjian Cuma Cuma dan atas beban
2. Asas Konsensualisme
3. Perjanjian Bernama dan Tidak Bernama
3. Asas kepribadian 4. Perjanjian Konsensual dan Rill
4. Asas keseimbangan 5. Perjanjian Obligatoir dan Kebendaan
6. Perjanjian Formal
5. Asas Kepastian hukum
7. Perjanjian Liberatoir
6. Asas moral 8. Perjanjian Pembuktian
7. Asas Kepatuhan 9. Perjanjian Untung-untungan
10. Perjanjian Campuran
11. Perjanjian Garansi
E. JANJI UNTUK PIHAK KETIGA
• Janji bagi kepentingan pihak ketiga adalah suatu janji yang oleh para pihak dituangkan dalam suatu persetujuan
atau perjanjian, di mana ditentukan bahwa pihak ketiga akan mendapatkan hak atas suatu prestasi. Misalnya,
pada perjanjian tentang asuransi jiwa dan perjanjian pemberian konsensi.
• Janji bagi kepentingan pihak ketiga diatur dalam ketentuan Pasal 1317 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa :
1. Lagipun diperbolehkan juga untuk meminta ditetapkannya suatu janji guna kepentingan seorang pihak ketiga,
apabila suatu penetapan janji, yang dibuat oleh seorang untuk dirinya sendiri, atau suatu pemberian yang
dilakukannya kepada seorang lain, menurut suatu janji yang seperti itu.
2. Siapa yang telah memperjanjikan sesuatu seperti itu, tidak boleh menarikya kembali, apabila pihak ketiga
tersebut telah menyatakan hendak mempergunakannya.
• Ketentuan Pasal 1317 KUH Perdata tersebut merupakan pengecualian dari ketentuan Pasal 1340 ayat (2) KUH
Perdata. Sehingga berdasarkan ketentuan pasal 1317 KUH Perdata tersebut, janji bagi kepentingan pihak ketiga
hanya mungkin dalam dua hal, yaitu Jika seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain dan Jika seseorang
• Pihak-pihak yang dimaksud dalam hal ini terdiri dari para pihak
yang mengadakan perjanjian itu sendiri, para ahli waris yang
mendapatkan hak-hak daripadanya, serta pihak-pihak ketiga.
• Hal itu diatur di beberapa pasal dalam KUH Perdata. Pasal 1315
KUH Perdata mengatakan bahwa pada umumnya tiada seorang
pun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta
ditetapkannya suatu janji, melainkan untuk dirinya sendiri.
SLIDESMANIA.CO
H. SAAT LAHIRNYA PERJANJIAN
• Berdasarkan Pasal 1320 jo 1338 ayat (1) KUHPdt dikenal adanya asas
konsensualisme, yang dimaksudadalah bahwa perjanjian lahir pada saat
terjadinya konsensus/sepakat dari para pihak pembuat perjanjian terhadap objek
yang diperjanjikan.
• Teori yang bisa digunakan untuk menentukan saat lahirnya perjanjian;
1. Teori Pernyataan (Uitings Theorie)
2. Teori Pengiriman (Verzending Theori)
3. Teori Pengetahuan (Vernemings Theorie)
4. Teori penerimaan (Ontvang Theorie)
SLIDESMANIA.CO
I. PEMBATALAN PERJANJIAN
• Yang dimaksud dengan pembatalan perjanjian pada dasarnya adalah suatu keadaan yang
membawa akibat suatu hubungan kontraktual atau perjanjian itu dianggap tidak pernah
ada.
• kesepakatan dan kecakapan disebut syarat subjektif, sedangkan yang berkenaan dengan
hal tertentu dan yang disebut syarat objektif. Masing-masing syarat tersebut sebab
membawa konsekuensi sendiri-sendiri.
• Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Akibat hukum yang timbul
terhadap perjanjian yang dapat di batalkan adalah salah satu pihak dapat meminta
pembatalan perjanjian.
SLIDESMANIA.CO
J. HUBUNGAN PERIKATAN DAN PERJANJIAN
Undang-Undang
Perikatan saja
Sesuai hukum:
Zaakwarneming
Perbuatan
manusia
Undang-Undang
KESIMPULAN : ●
pihak dan prestasi.
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada
seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal
● Dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata menganut sistem terbuka
(open system), artinya bahwa para pihak bebas mengadakan kontrak
dengan siapapun, menentukan syarat-syaratnya, pelaksanaannya,
maupun bentuk kontraknya baik secara tertulis maupun lisan.
Disamping itu membuat kontrak, baik yang telah dikenal dalam KUH
Perdata.
SLIDESMANIA.CO
Thank you!
BAB 3
PERIKATAN YANG
LAHIR DARI UNDANG-
UNDANG
⦿ Buku III Bab III KUH Perdata megatur tentang
perikatan-perikatan yang lahir dari undang-undang
Mengenai perikatan perikatan ini berbeda dengan
perikatan perikatan yang lahir dari perjanjian atau
persetujuan, di mana yang disebutkan belakangan
ini, pembentuk undang-undang memberikan aturan
umumnya, antara lain seperti yang disebutkan dalam
Pasal 1320 KUH Perdata testing garat sahnya
perikatan.
⦿ Perikatan yang lahir dari undang-undang saja
ialah perikatan-perikatan yang timbul
berdasarkan hukum kekeluargaan yang diatur
dalam Buku I KUHPerd tentang Orang.
C. PERIKATAN LAHIR dARI AKIBAT PERBUATAN
HALAL
D. PERBUATAN MELANGGAR HUKUM
BAB 4
HAPUSNYA
PERIKATAN
A. SEKILASNYA TENTANG HAPUSNYA
PERIKATAN
⦿ Perincian tentang hapusnya perikatan disebutkan
dalam Pasal 1381 KUHPerd yaitu karena pembayaran,
penawaran pembayaran tunai diikuti oleh
penyimpanan barang yang hendak dibayarkan itu di
suatu tempat, perubahan utang, kompensasi atau
perhitungan utang timbal balik, pencampuran utang,
pembebasan utang, hapusnya barang yang dimaksud
dalam perjanjian, akibat berlakuknya suatu syarat dan
lewat waktu.
B. PEMBAYARAN