Anda di halaman 1dari 65

HUKUM PERIKATAN

TAUFIQ EL RAHMAN
BAGIAN HUKUM PERDATA
FAKULTAS HUKUM UGM - YOGYAKARTA
ISTILAH

VERBINTENIS  diterjemahkan dengan


istilah :

- PERIKATAN
- PERUTANGAN
DEFINISI PERIKATAN

 Adalah suatu hubungan hukum (dalam


lapangan hukum harta kekayaan) antara
DUA PIHAK yang menimbulkan HAK dan
KEWAJIBAN atas suatu PRESTASI.
UNSUR-UNSUR PERIKATAN

 Adanya hubungan hukum


 Adanya 2 pihak :
-KREDITUR:pihak yang berhak atas prestasi
-DEBITUR:pihak yang wajib melaks prestasi
 Hak dan Kewajiban
 Prestasi
PRESTASI  POKOK PERIKATAN

BENTUK “PRESTASI” :

a. Berbuat sesuatu
b. Memberikan sesuatu
c. Tidak berbuat sesuatu
SYARAT PRESTASI :

 Tertentu atau dapat ditentukan


 Diperbolehkan
 Dimungkinkan
 suatu prestasi yang tidak mungkin
(dilaksanakan) disebut sebagai syarat
potestatif  menyebabkan perjanjian
batal demi hukum/null and void
SUMBER-SUMBER PERIKATAN

1. PERJANJIAN
2. UNDANG-UNDANG :
- Undang-Undang an sich
- Undang-Undang krn perbuatan manusia :
* perbuatan menurut hukum
* perbuatan melawan hukum

3. PUTUSAN PENGADILAN
4. MORAL
PEMBEDAAN PERIKATAN

a. Obligatio Civilis/Perikatan Perdata


 perikatan yg mempunyai akibat hukum

Obligatio Naturalis/Perikatan Alami


 perikatan yg tidak ada akibat hukum
b. Inspanning verbintenis
 perikatan yg prestasinya berupa UPAYA
Resuultaat Verbintenis
 perikatan yg prestasinya berupa HASIL

c. Perikatan Prinsipal (Perikatan Pokok)


 perikatan yang dapat berdiri sendiri
Perikatan Accesoir (Prikatan Pelengkap)
 perikatan yg tergantung pd perikatan pokok
MACAM-MACAM PERIKATAN

a. Perikatan Bersyarat
 prikatanyang digantungkan pd suatu
peristiwa tertentu yg belum terjadi dan belum
tentu terjadi
1. perikatan dng syarat tangguh :
 perikatan lahir dng terjadinya peristiwa
yang diperjanjikan
2. perikatan dng syarat batal
 perikatan justru berakhir dengan
terjadinya peristiwa yg diperjanjikan
b. Perikatan dengan ketetapan waktu
 perikatan sudah lahir tetapi pelaksana-annya
ditunda sampai waktu yang ditentukan dlm
perjanjian

c. Perikatan yg dapat dan tidak dapat dibagi-bagi


Tidak dapat dibagi :
- krn sifat prestasinya
- krn ditentukan dlm perjanjian
d. Perikatan tanggung renteng (tanggung
menanggung)

- Kreditur tanggung renteng :


ada lebih dari satu kreditur thd 1 debitur

- Debitur tanggung renteng :


ada lebih dari satu debitur thd 1 kreditur
e. Perikatan alternatif (manasuka)
 perikatan dimana debitur diminta
memilih satu dari beberapa prestasi yang
ditawarkan

f. Perikatan dengan ancaman hukuman


 debitur diwajibkan melakukan sesuatu
jika tidak melaksanakan prestasi yg
diperjanjiakn
PERJANJIAN (KONTRAK)

DEFINISI

Pasal 1313 KUHPerdata :


 “suatu perbuatan dng mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya dengan
satu orang atau lebih lainnya”

 terlalu luas sekaligus tdk lengkap


 Terlalu luas : hanya menyebut kata
“perbuatan”, shg didalamnya termasuk
pula “perbuatan melawan hukum” dan
perbuatan-perbuatan lainnya.

 Tidak lengkap : hanya mengatur perjan-


jian sepihak
DEFINISI BERDASARKAN DOKTRIN

 KLASIK
 Perjanjian adalah suatu perbuatan
hukum antara 2 orang atau lebih yang
saling me-ngikatkan diri berdasarkan
kata sepakat untukmenimbulkan akibat
hukum.
BARU
 Perjanjian dalah suatu hubungan hukum
antara 2 orang atau lebih yang saling me-
ngikatkan diri berdasarkan kata sepakat
untuk menimbulkan akibat hukum
LAHIRNYA PERJANJIAN

Perjanjian lahir - dengan tercapainya


KATA SEPAKAT atas suatu hal tertentu
diantara para pihak.

Apakah “perjanjian” yang lahir tsb. SAH ?


SYARAT SAHNYA PERJANJIAN

 Perjanjian sah jika memenuhi syarat :

a. Adanya kata sepakat


b. Kecakapan para pihak
c. Suatu hal tertentu
d. Sebab yang halal
 Syarat a dan b disebut syarat subyektif
 jika syarat ini tidak dipenuhi maka perjan-
jian dapat dibatalkan.

Syarat c dan d disebut syarat obyektif


jika syarat ini tidak dipenuhi maka perjan-
jian batal demi hukum
SYARAT SAH MENURUT LAW OF CONTRACT

a. Meeting of mind
b. Competent legal parties
c. Legal subject matter
d. Consideration

Syarat a, b dan c = hk. perdata Indonesia


a. Kata Sepakat (konsnsus)
 persesuaian kehendak antara (bertemu-
nya “penawaran” & “penerimaan”)
 dianggap tdk terjadi jika terdapat cacat
kehendak.
FAKTOR PENYEBAB CACAT KEHENDAK

 Kekhilafan/kesesatan (dwaling)
 Paksaan (dwang)
 Penipuan (bedrog)
 Penyalahgunaan keadaan (misbruik van
omstadigheden / undue influence)
b. Kecakapan para pihak

 Seseorang dikatakan cakap :


dewasa (telah 21 tahun atau telah kawin)
tidak dibawah pengampuan

 Badan Hukum selalu dianggap cakap unt


melakukan perbuatan hukum
c. Suatu hal tertentu
 Merupakan obyek perjanjian :
tertentu atau dapat ditentukan
tdk bertentangan dengan UU, kesusilaan
dan ketertiban umum
dimungkinkan
d. Sebab yang halal
 merupakan sebab/dasar dibuatnya suatu
perjanjian
 Suatu sebab adalah halal jika tidak ber-
tentangan dng UU, ketertiban umum dan
kesusilaan
ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN

a. Asas konsensualisme berkaitan dengan


lahirnya perjanjian
b. Asas kebebasan berkontrak  berkaitan
dengan isi dan syarat perjanjian
c. Asas pacta sunt servanda  berkaitan dengan
kekuatan mengikat perjanjian
d. Asas kepribadian  berkaitan dengan
berlakunya perjanjian
e. Asas itikad baik  berkaitan dengan
pelaksanaan perjanjian
ASAS KONSENSUALISME

 suatuperjanjian lahir dengan tercapainya


kata sepakat diantara para pihak
mengenai suatu hal tertentu.

PENGECUALIAN :
- Perjanjian riil : perjanjian lahir dengan
diserahkannya obyek perjanjian.
- Perjanjian formil : perjanjian lahir dengan
dipenuhinya formalitas tertentu.
ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK

 Setiap orang bebas untuk :


a. Membuat atau tidak membuat perjanjian
b. Membuat perjanjian dengan siapapun
c. Menentukan isi dan syarat perjanjian
d. Menentukan bentuk perjanjian
e. Menentukan pada hukum mana
perjanjian tunduk
ASAS PACTA SUNT SERVANDA

 Semua perjanjian yang dibuat secara sah


mengikat sebagai Undang-Undang bagi
para pihak
ASAS KEPRIBADIAN

 Perjanjian hanya berlaku bagi para pihak


yang membuatnya

PENGECUALIAN :

derden beding :perjanjian unt


kepentingan pihak ketiga
Derden werking : perjanjian yang berlaku
bagi pihak ketiga
ASAS ITIKAD BAIK

 Suatu perjanjian harus dilaksanakan dng


itikad baik
ITIKAD BAIK => SIKAP BATIN
Penafsiran Itikad Baik :
“volgens de eisen van redelijkheid en billijk-
heid”
(memenuhi suatu syarat dari kelayakan dan
kepatutan)
BENTUK PERJANJIAN

 LISAN
 TERTULIS :
- Akta otentik : akta yg dibuat oleh atau
dihadapan pejabat yg berwenang unt itu.
misal : akta notaris, akta PPAT
- Akta di bawah tangan : akta yg dibuat sendiri
oleh para pihak :
- perjanjian standar
- perjanjian di bawah tangan biasa
BERAKHIRNYA PERJANJIAN

a. Ditentukan oleh para pihak dlm perjanjian


b. Ditentukan waktunya oleh UU
c. Berdasarkan keputusan hakim
d. Kesepakatan para pihak (herroeping)
e. Tujuan perjanjian telah tercapai
f. Terjadinya suatu peristiwa tertentu
g. Pernyataan penghentian perjanjian
(opzegging)
WANPRESTASI DAN OVERMACHT

 PRESTASI :
- terlaksana
- tidak terlaksana :
- WANPRESTASI atau
- OVERMACHT / FORCE MAJEUR
WANPRESTASI

 tidak terlaksananya suatu prestasi karena


kesalahan debitur, baik krn kesengajaan
maupun kelalaian.

 Mengakibatkan adanya tuntutan ganti


kerugian
BENTUK-BENTUK WANPRESTASI

a. Debitur sama sekali tidak berprestasi


b. Debitur berprestasi tetapi tidak tepat
waktu
c. Debitur berprestasi tetapi tidak sesuai
dengan yang diperjanjikan
SOMASI / TEGURAN

 Untuk menyatakan debitur wanprestasi,


harus dilakukan SOMASI (TEGURAN)
terlebih dahulu kepada debitur.

Bentuk SOMASI :
- Suatu akta yang berisi peringatan agar
debitur segera melaksanakan kewajiban-
nya.
 SOMASI tidak diperlukan jika :

a. Adanya batas waktu (fataal termijn)


dalam perjanjian
b. Prestasi yang diperjanjikan adalah “tidak
berbuat sesuatu”
c. Debitur mengakui dirinya wanprestasi
TUNTUTAN KREDITUR

a. Pemenuhan perjanjian
b. Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi
c. Pemutusan perjanjian
d. Pemutusan perjanjian disertai ganti rugi
e. Ganti rugi
GANTI RUGI

 Unsur-unsur :

a. kerugian
b. biaya-biaya
c. bunga
OVERMACHT / FORCE MAJEUR

 Suatu keadaan tak terduga diluar ke-


mampuan manusia yang menyebabkan
debitur tidak dapat berpretasi, dan debitur
tidak dapat dipersalahkan.

 Akibat adanya overmacht => RISIKO


MACAM-MACAM OVERMACHT

a. Overmacht absolut (obyektif) :


 overmacht yang benar-benar tidak
dapat diatasi

b. Overmacht relatif (subyektif) :


 overmacht yang sesungguhnya dapat
diatasi, tetapi dengan pengorbanan yang
besar
TEORI OVERMACHT RELATIF

 INSPANNINGS THEORIE (TEORI UPAYA)


dikemukakan oleh Houwing :
 “jika debitur telah berusaha sebaik
mungkin sesuai dengan ukuran yang
wajar dalam masyarkat, maka tidak
dipenuhinya prestasi tidak dapat lagi di-
persalahkan kepadanya”
 Disini yang pokok adalah unsur ketidak-
salahan, bukan ketidakmampuan.
RISIKO

 siapa yang menanggung kerugian.

Asas umum RISIKO

Perjanjian sepihak : risiko ditanggung oleh


kreditur
Perjanjian timbal balik : risiko ditanggung
oleh keduabelah pihak
HAPUSNYA PERIKATAN

a. Pembayaran
b. Penawaran pembayaran diikuti dengan
penitipan (konsinyasi)
c. Pembaruan hutang (novasi)
d. Perjumpaan hutang (kompensasi)
e. Percampuran hutang
f. Pembebasan hutang
----------- >
g. Musnahnya barang terutang
h. Kebatalan dan pembatalan
i. Berlakunya syarat batal
j. Kadaluarsa (lewatnya waktu)
a. Pembayaran
 Tdk selalu berujud uang, tapi dapat pula
berujud penyerahan benda tertentu atau
dapat pula berupa pemenuhan jasa.
 Wajib dilakukn oleh debitur, tapi dapat
pula terjadi pembayaran dilakukan oleh
pihak III yang berkepentingan :
 SUBROGASI
SUBROGASI :
 Penggantian hak-hak kreditur oleh pihak
ketiga yang membayar

Pembayaran dapat juga dilakkan oleh


“penanggung” (borgtocht)
b. Konsinyasi
 Dilakukan oleh debitur jika kreditur me-
nolak menerima pembayaran debitur.
 Debitur dapat mengajukan permohonan
ke PN agar penawaran pembayaran tsb
dinyatakan sah, dan uang atau benda yg
akan dibayarkan disimpan atau dititipkan
di Kepaniteraan PN.
c. Novasi :
 Kesepakatan para pihak untuk meng-
hapus perjanjian yang sudah ada dan
bersamaan dengan itu timbul perjanjian
baru sebagai pengganti.
 Ada tiga macam novasi :
- novasi obyektif
- novasi subyektif pasif
- novasi subyektif aktif
 Novasi obyektif : kreditur dan debitur me-
ngadakan perjanjian baru sebagai peng-ganti
perjanjian lama.
 Novasi subyektif pasip : dalam perjanjian baru
debitur lama digantikan oleh debitur baru, dan
debitur lama dibebaskan dari kewajiban
 Novasi subyektif aktif : dalam perjanjian baru
kreditur lama digantikan oleh kreditur baru
d. Kompensasi
 Terjadi jika antara kreditur dan debitur
saling mempunyai hutang

e. Percampuran hutang
 Terjadi jika kedudukan kreditur dan
debitur ada pada satu orang  terjadi
percampuran hutang demi hukum.
f. Pembebasan hutang
 Terjadi jika kreditur melepaskan haknya atas
pemenuhan prestasi oleh debitur

g. Musnahnya barangterutang
 Terjadi bila benda yg menjadi obyek per-janjian,
diluar kesalahan para pihak :
- musnah atau tdk dpt lagi dperdagangkan
- hilang sedemikian rupa shg tdk diketahui apa-
kah barang itu masih ada
h. Kebatalan dan pembatalan
Kebatalan : perikatan yg timbul dari ke-
jahatan atau pelanggaran atau tdk me-
menuhi syarat obyektif perjanjian

Pembatalan : perkatan yang dibuat oleh


orang belum dewasa/dibawah pengampu-
an dan yg dibuat karena cacat kehendak
i. Berlakunya syarat batal
 Terjadi jika suatu peristiwa tertentu
yang diperjanjkan betu-betul terjadi

h. Kadaluarsa (lewatnya waktu)


 Berdasarkan ketentuan UU segala tuntut-
an hukum hapus karena lewatnya waktu
30 tahun
HUKUM JAMINAN

 “Jaminan” diperlukan agar ada kepastian


bhw prestasi yang telah dilakukan oleh sa-
lah satu pihak akan memperoleh ganti
kontra prestasi jika pihak lain gagal
memberikan prestasinya.
 “Jaminan” merupakan perbuatan hukum
ikutan dari suatu perbuatan hukum
sebelumnya.
 “Jaminan” tidak mungkin berdiri sendiri.
 Pemberianjaminan merupakan perbuat-an
hukum yang bersifat accesoir terhadap
perbuatan hukum yang mendahuluinya,
yang merupakan prinsipal.

Contoh :
- Jaminan dalam perjanjian kredit
MACAM-MACAM JAMINAN

a. Jaminan Umum
b. Jaminan Khusus :
- Jaminan Perorangan (personal
guarantee)/Penanggungan
- Jaminan Kebendaan :
* Jaminan benda tetap :
Hipotik
Hak Tanggungan
* Jaminan Benda Bergerak :
Gadai
Fidusia
Jaminan Umum

 “segala kebendaan milik debitur, baik yg


bergerak maupun yg tdk bergerak, baik yang
sudah ada maupun yg baru akan ada, menjadi
tanggungan untuk segala perikatan debitur”
 Semua harta debitur merupakan jaminan bagi
pelunasan hutangnya walaupun tdk
diperjanjikan.
 Krediturnya merupakan kreditur Konkuren
(kreditur bersaing)
Jaminan Khusus

 benda-benda tertentu milik debitur yang


dijadikan jaminan bagi pelunasan hutang-
nya.
 Dibuat dalam suatu perjanjian jaminan
 Krediturnya merupakan kreditur Preferen
(kreditur yang diutamakan)
Jaminan Perorangan/Personal Guarantee

 Perjanjian dimana seorang pihak ketiga,


guna kepentingan kreditur, mengikatkan
diri untuk memenuhi perikatan debitur
manakala debitur tersebut tidak dapat
memenuhi.
 Seseorang dapat menjadi “penanggung”
hutang orang lain jika diperjanjikan.
 Penanggungan diperbolehkan hanya untuk
sebagian saja hutang debitur
Jaminan Kebendaan

 benda tetap
- benda tetap berupa tanah :
 jaminan dengan Hak Tanggungan
Hak Tanggungan harus dibuat dng
Akta Notaris dan didaftarkan.
- benda tetap bukan tanah :
 jaminan dengan Hipotik
Hipotik harus dibuat dng Akta Notaris dan
didaftarkan.
 Benda bergerak :
- Gadai
- Fidusia

Perbedaan prinsip :
-gadai : obyek dikuasai oleh penerima gadai
-fidusia : obyek tetap dikuasai oleh pemilik.
Penerima fidusia menerima hak milik atas
obyek jaminan.
------------
-gadai : bentuk perjanjian bebas
-fidusia : harus dengan Akta Notaris dan di-
daftarkan di Kantor Pendaftaran
Fidusia

Anda mungkin juga menyukai