Anda di halaman 1dari 3

Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak yang Menuai Bentuk Protes Dari Masyarakat

Aksi Unjuk Rasa di Depan Kantor DPRD Kabupaten Gorontalo, Selasa


(6/9). Foto: Moh. Ziad Pilomonu

Tepat pukul 10:00 WITA, suara sirene terdengar lantang dari mobil komando mahasiswa di
kampus Pencerahan Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo) (6/9), menandakan bahwa
akan ada pergerakan mahasiswa dalam menindaki kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Orator-orator ulung mulai menggelegarkan seruan aksi kepada seluruh mahasiswa agar bisa
tergerak hatinya untuk sama-sama menyuarakan aspirasi masyarakat luas.
Mahasiswa sudah mulai memadati area sekitar mobil komando dengan menggunakan kendaraan
roda dua dengan membawa bendera-bendera organisasi, juga menggunakan pakaian sesuai
dengan dresscode yang telah disampaikan Jendral Lapangan sebelumnya. Titik aksi yang
dilakukan mahasiswa UMGo kali ini akan berpusat di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kabupaten Gorontalo.
Setelah orator menyuarakan ketidaksetujuan terhadap kenaikan harga BBM, arak-arakan
mahasiswa UMGo kemudian berjalan menuju ke arah kantor DPRD. Disepanjang perjalanan,
orator silih berganti mengumandangkan seruan “Hidup Mahasiswa” seraya membakar semangat
masa aksi dengan dikawal oleh mobil patrol polisi agar unjuk rasa berjalan damai sesuai aturan.
Sepanjang jalan menuju titik aksi, iringan masa aksi mendapatkan sorak-sorai dari masyarakat
sekitar.
Masa aksi tiba di bawah Menara Keagungan Limboto pada pukul 10:30, seruan ketidaksetujuan
masih menggema dari mobil komando, orator kembali meyuarakan aspirasi mahasiswa dan
masyarakat. Debit air jatuh dari langit dengan lebatnya, namun orator dan masa aksi tidak
mengendorkan semangat mereka, dengan lantang terdengar sorakan orator dibarengi dengan
curah hujan yang lebat di lokasi aksi. Di tempat itu juga terdapat beberapa elemen masyarakat
yang turut memadati.
Tim Redaksi Dulahu kemudian mendatangi salah seorang Koordinator Lapangan untuk bertanya
terkait hal apa saja yang menjadi tuntutan dalam demo kali ini, Bagus Setio Raharjo (25)
mahasiswa prodi Sistem Informasi yang pada kesempatan ini dipercayai menjadi Koordinator
Lapangan untuk Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi, (7/9/22) mengatakan bahwa
”mahasiswa turun ke jalan itu membawa beberapa tuntutan Nasional diantaranya menolak
kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), juga beberapa permasalahan Daerah yaitu berantas Mafia
Gas Elpiji, masalah sampah dan juga banjir, kenapa Elpiji juga menjadi salah satu tuntutan demo
kali ini? Karena masih banyak perusahaan atau rumah makan tetapi masih menggunakan tabung
gas subsidi padahal seharusnya mereka tidak menggunakannya, dan dampaknya masyarakat
kurang mampu tidak mendapatkan hak yang seharusnya mereka dapatkan.“
Bagus juga menyampaikan, besar harapan masa aksi, termasuk dirinya sendiri terkait aksi unjuk
rasa yang terjadi, agar kiranya aspirasi yang mereka sampaikan ini bisa sampai ke pimpinan
pusat dalam hal ini bapak Presiden Jokowi untuk membatalkan kenaikan harga BBM, karena
kenaikan BBM akan berdampak pada faktor Sosial dan Ekonomi, juga naiknya harga BBM akan
mempengaruhi kenaikan bahan-bahan lain.
Di-lain hal, Tim Redaksi mewawancarai salah satu pembawa bentor yang berada di lapangan
bernama Suwitno Suna (41), mengatakan bahwa ia merasa aspirasinya dan masyarakat lain
terwakilkan oleh aksi unjuk rasa yang dilakukan anak-anak mahasiswa.
Suwitno mengatakan bahwa ia sangat mendukung akan aksi yang dilakukan mahasiswa ini,
“saya sebagai rakyat sipil biasa sangat mendukung sekali aksi ini, karena perjuangan
mahasiswa itu untuk rakyat terkait kenaikan harga BBM, karena mempersulit rakyat kecil.
Karena ketika BBM naik, semuanya juga pasti akan naik”, ia juga mengatakan bahwa hal-hal
yang disuarakan mahasiswa ini penting, karena kami sebagai rakyat kecil merasa terwakili
keresahannya dengan adanya aksi protes ini, karena hanya mahasiswa yang bisa memberikan
inspirasi untuk rakyat, ujarnya.
Suwitno kembali mengungkapkan ketidaksetujuannya pada kenaikan BBM dengan mengatakan
“jujur saja saya 100% tidak setuju terkait keputusan ini, karena kenaikan BBM ini disahkan
secara diam-diam atau tidak adanya informasi kepada masyarakat”, lanjutnya “kita baru saja
terdampak pandemi COVID-19 dan perekonomian belum pulih, dan masyarakat masih tertekan,
jadi kita masyarakat masih dalam tahap pemulihan ekonomi kemudian dikagetkan dengan kabar
naiknya BBM”, juga besar harapan Suwitno mengenai aksi mahasiswa yang terjadi ini, agar
kiranya bapak presiden bisa menimbang kembali mengenai kebijakan tersebut.”
Tim Redaksi Dulahu juga mewawancarai KJ (37), seorang pedagang gorengan (26/9) dengan
menggunakan pakaian hitam polos, celana gombrang, topi hitam dan menggunakan sandal jepit,
tim mendatanginya untuk menanyakan pendapatnya terkait kenaikan harga BBM. KJ
mengatakan bahwa kenaikan BBM berimbas ke-seluruh sektor.
“Dampak kenaikan BBM ini cukup besar, karena akan mempengaruhi harga barang lain,
pendapatan yang didapatkan dari berjualan memadai, tetapi untuk belanja keperluan sehari-hari
melebihi dari jumlah pendapatan, yang biasanya tepung terigu dijual dengan harga Rp.10.000 per
kilo, sekarang naik menjadi Rp.12.000, bahkan ada yang mematok diharga Rp.14.000 per kilo”
Untuk pendapatan dari berjualan gorengan itu sendiri sejauh ini stabil, dan tidak terlihat ada
penurunan konsumen setelah kenaikan BBM, hanya saja kenaikan barang yang berdampak bagi
saya pribadi, ujarnya.
Harapan saya pribadi kepada pemerintah untuk dapat menurunkan harga BBM, karena jika BBM
naik, barang lain juga akan naik. Saya berharap agar bisa diturunkan meskipun hanya beberapa
perak saja, pasti barang-barang di pasar juga akan turun, tuturnya.
Kenaikan harga BBM juga berdampak ke sektor peternakan, salah satu contohnya adalah
peternakan telur ayam yang dimiliki Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo) dan
dikelola oleh Badan Usaha Milik Kampus (BUMK). BUMK itu sendiri terdiri dari UMGo Mart,
Food Court, pertanian, dan peternakan, namun yang paling terasa imbas dari kenaikan harga
BBM itu sendiri ialah sektor peternakan telur ayam.
Sri Lestari H. Gintulangi (47), selaku direktur BUMK setelah Tim Redaksi Dulahu datangi
(11/9) beliau mengatakan bahwa ”secara Nasional kenaikan BBM itu sudah terjadi dan akan
mempengaruhi segala aspek, termasuk dengan kenaikan pakan ayam, dari jagungnya,
vitaminnya, maupun bedaknya.”
Sri juga menjelaskan bahwa kenaikan Harga BBM ini juga otomatis akan membuat kenaikan
dari harga produksi telur itu sendiri, dan masyarakat juga memahami akan hal itu, “masyarakat
sudah memaklumi ketika harga BBM naik, maka harga telur pun akan naik, yang awalnya
kisaran Rp. 40.000 sekarang menjadi Rp. 50.000 sampai Rp. 55.000 per bak. Akan tetapi,
kenaikan harga telur ini tidak menurunkan jumlah penjualan, karena telur yang kami produksi itu
istilahnya fresh from the oven, ibaratnya hari ini produksi, maka hari ini juga didistribusikan, itu
yang menjadi keunggulan dari hasil telur produksi kami. Hasil telur BUMK juga sudah memiliki
pelanggan tetap, yaitu dari Grand Q, dari Atinggola, dan masyarakat Gorontalo Utara. Jadi, bisa
dibilang bahwa kenaikan BBM memang mempengaruhi harga jual dari telur, tetapi tidak
mempengaruhi jumlah dari konsumen telur itu sendiri.”

Anda mungkin juga menyukai