a. Positif
“Bulog mempercepat realisasi raskin, harapannya percepatan pembagian beras raskin secara
serentak secara nasional menurunkan harga. Selain panen raya di beberapa daerah, juga berperan
dalam menurunkan harga,” kata Whitono beberapa hari lalu di Semarang.
Panen raya di beberapa daerah, diakuinya, tidak bersamaan seperti di Jabar. Panen raya belum
terjadi di semua daerah karena ada keterlambatan. Berdasar pantauannya di lapangan, ada
pedagang dari Jabar memang ada yang membeli gabah di Jateng.
“Pembelian dari luar tidak merubah ketersediaan, masyarakat masih cukup, Bulog juga cukup.
Kondisi pangan di Jateng aman, stok di bulog juga cukup, tidak perlu khawatir,” paparnya.
Sebelumnya Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyatakan, operasi pasar beras sudah mulai
dilakukan. Tetapi ia lebih suka percepatan pembagian raskin karena kegiatan itu benar-benar
menyentuh masyarakat bawah.
“Pembagian beras raskin is the real operasi pasar. Harapannya terus turun,” tutur politisi PDI
Perjuangan tersebut. (http://berita.suaramerdeka.com/pembagian-beras-raskin-turunkan-
harga/)
Dari berita diatas menunjukkan bahwa pemerintah sudah adil dengan memberikan bantuan
kepada orang yang kurang mampu.
b. Negatif
SRAGEN – Salah satu warga miskin, Sutarni (60) asal Kampung Kuwung Sari RT 003 RW 20,
Kelurahan Sragen Kulon, ternyata tidak mendapat dana program simpanan keluarga sejahtera
(PSKS). Ironisnya, janda beranak satu itu tinggal satu kampung dengan Bupati Agus Fachtur
Rahman. Rumahnya pun hanya berjarak sekitar 100 meter dari kediaman Bupati.
Di temui di rumahnya, Selasa (14/4), dia mengaku sejak tahun lalu tak mendapat bantuan uang
kompensasi dari pemerintah yang sebelumnya berlabel Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dirinya
selama ini hanya memperoleh batuan beras untuk rakyat miskin (raskin).
Dari pantauan, rumah nenek itu tidak layak huni. Di rumah selebar empat meter dan panjang
enam meter itu, dirinya tinggal bersama anak tunggalnya, Sri Lestari (18) yang bekerja sebagai
karyawan toko.
‘’Tahun lalu dan sekarang tidak dapat (bantuan PSKS-red). Padahal saya ya ingin dapat untuk
keperluan sehari-hari membeli seperti membeli sembako,’’ ungkapnya.
Dia mengaku selama ini tidak bekerja, lantaran kondisi tubuh yang tidak memungkinkan. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup, dirinya hanya mengandalkan pemasukan anak serta bantuan dari
tetangga. Diakuinya, dia kali pertama mendiami Bumi Sukowati setelah pindah dari Matesih
Karanganyar sejak 18 tahun silam, saat Bupati HR Bawono membuka lowongan petugas
penyapu jalan.
Berharap Bantuan
Setelah itu berbagai pekerjaan serabutan ia lakukan, seperti mengamen dan membantu warga
sekitar. ‘’Saya hanya bisa berahrap agar pemerintah memberi bantuan. Mereka yang mampu
malah dapat.
Saya sungkan terus menerima bantuan dari tetangga,’’ paparnya. Nasib sama juga dialami
tetangga Sutarni, Harmin (60). Pria yang selama ini bekerja sebagai tukang angkut sampah
tersebut mengaku selama ini tidak terdaftar sebagai penerima bantuan PSKS.
Dia mengaku pernah didata oleh pihak kelurahan untuk bantuan dana kompensasi, namun belum
ada tindak lanjut. Menurutnya, penghasilannya Rp 200 ribu sebulan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
‘’Kami berharap pemerintah bersikap adil. Karena uang itu banyak membantu warga seperti
saya,’’ujar dia.
Lurah Sragen Kulon Rinaldhy Arief Wicaksono mengaku, data penerima PSKS masih
menggunakan data 2011 silam, dan belum dilakukan pendataan terbaru warga miskin. Sebab,
pendataan itu adalah kewenangan Badan Pusat Statistik (BPS).
‘’Kami hanya berwenang memberikan informasi ke warga terkait jadwal dan tempat
pengambilan PSKS,’’ tandasnya. (ger-26). (http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/janda-
miskin-tak-dapat-psks/)
Dari berita diatas menunjukan bahwa pemerintah masih belum adil dalam memberikan bantuan
kepada rakyat miskin yang ada di Indonesia . Seperti dalam berita ini yang memberitakan
tentang seorang janda miskin di Sragen yang tidak mendapat dana program simpanan keluarga
sejahtera.
https://diahsetyorini23.wordpress.com/2015/04/16/kasus-kasus-pelanggaran-5-sila-pancasila/
5. Sila Kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
Maksudnya yaitu masyarakat Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk itu dikembangkan
sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta menghormati
hak-hak orang lain.
Saat ini sebutnya kendaraan roda dua saja yang dapat melalui jembatan tersebut, sementara
kendaraan roda empat dan lebih belum dapat melintas. “ Ya Alhamdulillah kita perbaiki dulu
supaya roda dua bisa lewat, supaya anak anak ke sekolah dan yang pakai roda dua bisa lewat,
dan macet, kalo roda empat belum bisa. Jadi kalo enggak ditangani segera kami warga
Gemboyah, Kampung Antara, Arul Item bisa terisolir Pak” Ungkap Khalidin.Hujan pada
minggu malam 26/10 telah mengakibatkan 2 jembatan di Kecamatan Linge rusak, pertama
jembatan Gemboyah sepanjang 5 meter dan jembatan di desa Kemerleng.
Sementara itu Kepala Desa Gemboyah Rusli mengungkapkan Jembatan itu berada pada jalan
Provinsi, sehingga proses penangannya merupakan tanggung jawab Provinsi. Sehari setelah
musibah terjadi, camat Linge Agus Kasim bersama Dinas terkait telah meninjau kedua jembatan
yang putus itu. Warga berharap perbaikan pembangunan jembatan dilakukan tahun ini juga
sehingga aktifitas perekonomian seperti mengangkut hasil pertanian berjalan dengan normal
seperti sedia kala. (sumber: rri.co.id)
Komentar : Menurut saya, sikap gotong royong yang dilakukan masyarakat Aceh ini memiliki
peranan dan manfaat yang sangat penting. Dengan adanya gotong royong, segala
permasalahan dan pekerjaan yang rumit akan cepat terselesaikan jika dilakukan kerjasama dan
gotong royong diantara sesama penduduk di dalam masyarakat, Pembangunan akan cepat
terlaksana apabila masyarakat didalamnya bergotong royong dan berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan tersebut.
Nenek Minah (55) tak pernah menyangka perbuatan isengnya memetik 3 buah kakao di
perkebunan milik PT Rumpun Sari Antan (RSA) akan menjadikannya sebagai pesakitan di ruang
pengadilan. Bahkan untuk perbuatannya itu dia diganjar 1 bulan 15 hari penjara dengan masa
percobaan 3 bulan.
Ironi hukum di Indonesia ini berawal saat Minah sedang memanen kedelai di lahan garapannya
di Dusun Sidoarjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, pada
2 Agustus lalu. Lahan garapan Minah ini juga dikelola oleh PT RSA untuk menanam kakao.
Ketika sedang asik memanen kedelai, mata tua Minah tertuju pada 3 buah kakao yang sudah
ranum. Dari sekadar memandang, Minah kemudian memetiknya untuk disemai sebagai bibit di
tanah garapannya. Setelah dipetik, 3 buah kakao itu tidak disembunyikan melainkan
digeletakkan begitu saja di bawah pohon kakao.
Dan tak lama berselang, lewat seorang mandor perkebunan kakao PT RSA. Mandor itu pun
bertanya, siapa yang memetik buah kakao itu. Dengan polos, Minah mengaku hal itu
perbuatannya. Minah pun diceramahi bahwa tindakan itu tidak boleh dilakukan karena sama saja
mencuri.
Sadar perbuatannya salah, Minah meminta maaf pada sang mandor dan berjanji tidak akan
melakukannya lagi. 3 Buah kakao yang dipetiknya pun dia serahkan kepada mandor tersebut.
Minah berpikir semua beres dan dia kembali bekerja.
Namun dugaanya meleset. Peristiwa kecil itu ternyata berbuntut panjang. Sebab seminggu
kemudian dia mendapat panggilan pemeriksaan dari polisi. Proses hukum terus berlanjut sampai
akhirnya dia harus duduk sebagai seorang terdakwa kasus pencuri di Pengadilan Negeri (PN)
Purwokerto.
Vonis hakim 1 bulan 15 hari dengan masa percobaan selama 3 bulan disambut gembira keluarga,
tetangga dan para aktivis LSM yang mengikuti sidang tersebut. Mereka segera menyalami Minah
karena wanita tua itu tidak harus merasakan dinginnya sel tahanan. (sumber:
politik.kompasiana.com)
Komentar : Menurut saya, hukum di Indonesia sangat unik. Sangat mudah menjerat hukum
terhadap orang susah seperti nenek Minah, namun sangat sulit dan sangat berbelit-belit begitu
akan menjerat para koruptor dan pejabat yang tersandung masalah hukum di negeri ini. Saking
uniknya hukum di Indonesia, sampai-sampai mereka melupakan prinsip-prinsip kemanusiaan
yang ada. Ini sangat diskriminatif dan memalukan sistem hukum di Indonesia. Saya akui,
mencuri adalah perbuatan yang salah. Namun demikian, hukum juga mempunyai prinsip
kemanusiaan. Masa sih nenek-nenek seperti itu yang hidupnya susah bahkan buta huruf,
dihukum hanya karena ketidaktahuan dan keawaman beliau tentang hukum? Seharusnya para
penegak hukum tidak melupakan prinsip-prinsip kemanusiaan yang ada dan bukan hanya
menjalankan hukum secara positifistik.
https://dheavanialado.wordpress.com/2015/04/13/contoh-contoh-berita-yang-mengandung-nilai-
pancasila-positif-negatif/
Positif
Contoh Kasus : Merdeka.com - Seorang guru honorer di Tegal, Siti Saerullah, menyampaikan
keluhannya kepada calon presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia mengatakan sudah menjadi guru selama
sepuluh tahun, namun belum juga menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Dia mengungkapkan, dia belum menjadi PNS padahal kawan-kawannya yang juga sebagai guru honorer
sudah diangkat menjadi PNS. Siti pun mengeluh lantaran penghasilannya hanya sekitar seratus ribu tiap
bulannya.
"Saya sudah jadi honorer K2 sejak tahun 2004. Padahal kawan saya sudah ada yang lolos, tapi saya ndak
lolos. Penghasilan saya sekitar seratus ribu per bulan. Kami dari honorer guru dan guru bantu minta
diangkat," kata Siti di kawasan Tegal, Jawa Tengah, Kamis (19/6).
Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/jokowi-janji-bantu-semua-guru-honorer-agar-diangkat-
jadi-pns.html
Analisis : Menurut saya contoh kasus ini mencerminkan sila kelima, sebab guru honorer juga manusia
yang memiliki banyak kebutuhan untuk keluarganya. Hal ini ditunjukkan oleh sekelompok guru honorer
yang menceritakan keluh kesahnya langsung kepada Bapak Jokowi. Permohonan keadilan yang dituntut
oleh para guru honorer dikawasan Tegal inipun segera ditindaklanjuti dengan mengangkat semua guru
honorer menjadi PNS meskipun akan ada prosedur dan proses yang harus dijalani.
Negatif
Contoh Kasus : KOMPAS.com - Inilah ironi di negeri ini. Koruptor yang makan uang rakyat bermiliar-
miliar banyak yang lolos dari jeratan hukum. Tapi nenek Minah dari Dusun Sidoharjo, Desa
Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas ini harus menghadapi masalah hukum
hanya karena tiga biji kakao yang nilainya Rp 2.000.
Memang, sampai saat ini Minah (55) tidak harus mendekam di ruang tahanan. Sehari-hari ia masih bisa
menghitung jejak kakinya sepanjang 3 km lebih dari rumahnya ke kebun untuk bekerja.
Ketika ditemui sepulang dari kebun, Rabu (18/11) kemarin, nenek tujuh cucu itu seolah tak gelisah,
meskipun ancaman hukuman enam bulan penjara terus membayangi. "Tidak menyerah, tapi pasrah
saja," katanya. "Saya memang memetik buah kakao itu," tambahnya.
Terhitung sejak 19 Oktober lalu, kasus pencurian kakao yang membelit nenek Minah itu telah ditangani
pihak Kejaksaan Negeri Purwokerto. Dia didakwa telah mengambil barang milik orang lain tanpa izin.
Yakni memetik tiga buah kakao seberat 3 kg dari kebun milik PT Rumpun Sari Antan 4. Berapa kerugian
atas pencurian itu? Rp 30.000 menurut jaksa, atau Rp 2.000 di pasaran!
Sumber: http://regional.kompas.com/read/2009/11/19/07410723/duh....tiga.buah.kakao.menyeret.mi
nah.ke.meja.hijau..
Analisis : Menurut saya hukuman yang diberikan kepada Nenek Minah tidak menerminkan sila kelima
yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab nenek yang berusia 55 tahun ini dijerat pasal
362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan terancam hukuman enam bulan penjara. Hal ini terlalu
berlebihan, bayangkan saja, hanya sebuah kasus sepele yaitu memetik tiga buah kakao tetapi sudah
terjerat hukum pidana, bagaimana dengan koruptor yang memakan uang rakyat hingga bermilyar-milyar
banyaknya tetapi masih bisa lolos dari jeratan hukum dengan mudahnya. Menurut saya ini sangat tidak
adil dan hukum yang ada di Indonesia masih harus dipertanyakan.
mnursakinah.blogspot.co.id/2015/04/kasus-kasus-5-sila-pancasila.html
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Sila Kelima dari Pancasila) -
Suatu Makalah
A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar filsafat negara republik Indonesia sebelum disahkan pada tanggal 18
agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum
bangsa Indonesia mendirikan negara, yang berupa nilai-nilai adat istiadat, kaebudayaan serta nilai-nilai
religius. Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai
pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah bangsa
Indonesia sendiri, sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut
kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk dujadikan sebagai
dasar filsafat Negara Indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan
dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang “panitia sembilan”, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya
disahkan secara yuridis sebagai suatu dasar filsafat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan bangsa Indonesia
sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya.
Pancasila bersifat universal dan akan memengaruhi hidup dan kehidupan bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia secara kekal dan abadi.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
1[1]Darji, Pancasila Suatu Orientasi Singkat, 1979, (Jakarta: Balai Pustaka), Hal. 52
kebutuhan materialnya. Semuanya hendaklah merasa berkecukupan terhadap kebutuhannya untuk
makan, minum, pakaian, tempat tinggal, kebutuhan kesehatan, ketentraman batin, dan sebagainya.
Karena itu, pemerintah dalam negara Pancasila harus mengusahakan hal yang sedemikian itu dan
seluruh rakyat wajib mendukung dan turut mengusahakannya. Jangan sampai ada jurang antara si kaya
dan si miskin yang terlampau dalam. Kalau terpaksa ada, itu haruslah hanya bersifat sementara sebagai
perjalanan proses untuk menuju kepada kesejahteraan bersama seluruh rakyat. Seluruh rakyat harus
diberi kesempatan untuk berusaha atau bekerja sehingga memperoleh kesejahteraan hidup yang
beberapa derajat di atas minimal. Harus diusahakan jangan ada rakyat yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Kalau terpaksa ada, itu haruslah hanya bersifat sementara sebagai perjalanan proses untuk
menuju kepada kesejahteraan bersama seluruh rakyat. Memang tidak mudah mewujudkan hal ini. Akan
tetapi, silakan lihat kalimat terakhir dari kelima sila Pancasila dalam alinea keempat pembukaan UUD
1945: ... serta dengan mewujudkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Seluruh rakyat harus
melatih diri dan belajar secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama untuk mencapai cita-cita sila
kelima ini. Tidak akan terwujud kalau orang-orang hanya menuntut dan menuntut. Secara bersama-
sama kita harus berusaha mewujudkan Masyarakat yang adil dan makmur, baik material maupun
spiritual sesuai dengan hyang dikehendaki oleh Pancasila. Inilah yang dikehendaki dan dicita-citakan
oleh sila kelima Pancasila dan seluruh rakyat harus berjuang bahu-membahu dengan bekerja keras dan
disertai dengan penuh pengertian antara seorang terhadap orang lain.2[2]
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki lambang padi dan kapas. Padi dan kapas
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang, sebagai syarat utama untuk
mencapai kemakmuran. Hal itu sesuai dengan tujuan utama dari sila kelima yaitu mensejahterakan
rakyat Indonesia.3[3]
Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terletak pada alasan dan pokok permohonan
pengujian Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Para pemohon beranggapan
bahwa undang-undang yang mengandung muatan yang memosisikan bahwa penggunaan air adalah
condong untuk kepentingan komersial, yang tercermin pada pasal 6, pasal 7, pasal 8, pasal 9 dan pasal
3[3]http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.com/2015/12/lambang-pancasila-dan-
artinya.html
10. Undang-undang membagi penggunaan air ke dalam 2 jenis, yaitu berupa hak guna pakai dan hak
guna usaha. Keberadaan hak guna dalam undang-undang secara fundamental merekontruksi nilai air
yang merupakan banrang publik (common good) menjadi komoditas ekonomi (commercial good) yang
dapat dikuasai kelompok individu dan badan usaha. Dengan memiliki hak guna usaha atas sumber-
sumber, swasta pengelola air memperoleh keuntungan, serta mengandung muatan penggunaan air bagi
kepentingan komersial yang mengandung air sebagai komoditas komersial adalah bertentangan dengan
pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945.
Apabila kita kaitkan dengan postulat kelima “Setiap undang-undang harus menyejahterakan
masyarakat” mengandung arti bahwa setiap undang-undang yang dibahas oleh Dewan Perakilan Rakyat
dengan persetujuan bersama presiden harus:
Dengan sila Keadilan Sosila bagi Seluruh Rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam
rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan ke-gorongroyong-an.
Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain.
Demikian pula perlu dipupuk sikap suka memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan
agar dapat berdiri sendiri. Dengan sikap yang seperti sedemikian, ia tidak menggunakan hak miliknya
untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain, juga tidak untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan hidup bergaya mewah, serta perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
Demikian juga dipupuk sikap suka bekerja keras dan sikap menghargai hasil karya orang lain yang
bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama. Kesemuanya itu dilaksanakan dalam
rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial.
4[4]Backy Krisnayuda, Pancasila dan Undang-Undang, 2016 (Jakarta: Prenamedia Group), Hal. 250
5[5]Darji, Pancasila Suatu Orientasi Singkat, 1979, (Jakarta: Balai Pustaka), Hal.58
Bentuk pengamalan sila kelima adalah sebagai berikut:
a. Memelihara kehidupan yang adil di segala bidang kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya dan lain-
lain bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Menumbuhkan hidup tolong menolong, kekeluargaan dan gotong-royong.
c. Memelihara kehidupan sebagai makhluk sosial dan memperlakukan hak miliknya sehingga mempunyai
fungsi sosial.
d. Memperhatikan Pembukaan dan pasal 23, 27, 28, 29, 30, 31, 33 dan 34 UUD 1945.6[6]
4. Kasus-Kasus yang Sesuai dan Melanggar Sila Kelima
a. Kasus-kasus yang sesuai dengan sila kelima
1. Pembagian raskin secara serentak kepada warga miskin bertujuan untuk menurunkan harga beras di
lapangan. Kepala Badan Ketahanan Pangan Jateng Whitono menyatakan, saat ini harga beras di
lapangan sudah mengalami penurunan. Bulog mempercepat realisasi raskin, dengan harapan
percepatan pembagian beras raskin secara serentak bisa menurunkan harga. Panen raya dibeberapa
daerah juga berperan dalam menurunkan harga.
Sebelumnya Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyatakan, operasi pasar beras sudah mulai dilakukan.
Tetapi ia lebih suka percepatan pembagian raskin karena kegiatan itu benar-benar menyentuh
masyarakat bawah.
Dari berita di atas menunjukkan bahwa pemerintah sudah adil dengan memberikan bantuan kepada
masyarakat yang kurang mampu.
2. Contoh kasus atau perilaku yang sesuai dengan sila kelima dalam lingkungan keluarga;
a) Bersikap hemat dan mau bekerja keras sesuai dengan kemampuan.
b) Pandai membagi waktu untuk belajar, bermain dan membantu orang tua.
c) Rajin melatih diri dengan keterampilan
d) Tidak bersikap boros
e) Mengatur pengeluaran biaya hidup dalam keluarga
3. Cerita tentang “Tuntunan jaksa PU terhadap seorang nenek yang dituduh mencuri singkong”. Cerita ini
berkisah tentang Nenek yang berdalih mencuri karena hidupnya miskin, anak lelakinya sakit serta
6[6] Darji, Pancasila Suatu Orientasi Singkat, 1979, (Jakarta: Balai Pustaka), Hal. 76
cucunya lapar. Namun tuntutan jaksa PU member pernyataan bahwa hukum tetap hukum, tanpa
pengecualian, lalu mendenda nenek tersebut sebesar 1 juta , tetapi nenek tersebut tidak mampu
membayar . Kemudian jaksa PU menuntut memasukan penjara selama 2,5 tahun. Nenek itu tertunduk
lesu. Sementara itu, hakim tersebut menyopot topi toganya, membuka dompetnya kemudian
mengambil dan memasukan uang 1 juta ke topi toganya serta berkata kepada para hadirin “Saya atas
nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepada tiap orang yang hadir diruang siding ini sebesar 50
ribu, sebab menetap dikota ini, yang membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk
member makan cucunya. Saudara panitera, tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga saya ini lalu
berikan semua hasilnya kepada terdakwa (nenek)”. Contoh kasus tersebut merupakan contoh kasus
hukum yang adil.
7[7]https://diahsetyorini23.wordpress.com/2015/04/16/kasus-kasus-pelanggaran-5-sila-pancasila.html
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia berarti, bahwa setiap orang Indonesia mendapat
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Sesuai dengan UUD
1945, makna keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki lambang padi dan kapas. Padi dan kapas
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang, sebagai syarat utama untuk
mencapai kemakmuran. Hal itu sesuai dengan tujuan utama dari sila kelima yaitu mensejahterakan
rakyat Indonesia. Dalam sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
terkandung nilai keadilan social antara lain:
a) Perwujudan nilai keadilan social dalam kehidupan social atau kemasyarakatan meliputi seluruh rakyat
Indonesia.
b) Keadilan dalam kehidupan social terutama meliputi bidang-bidang ideologi ,ekonomi ,politik, sosial,
kebudayaan dan pertahanan keamanan sosial.
c) Cita-cita masyarakat adil makmur, material dan spiritual yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
d) Keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan menghormati hak orang lain.
e) Cinta akan kemajuan dan pembangunan.
f) Nilai sila kelima ini meliputi dan dijiwai sila-sila I,II,III dan IV.
Dengan sila Keadilan Sosila bagi Seluruh Rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam
rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan ke-gorongroyong-an.
Di Indonesia masih banyak kasus-kasus yang menyimpang dari nilai-nilai pancasila, terutama sila
kelima. Banyak orang-orang atau pemerintahan yang belium bisa adil terhapad rakyatnya, entah itu dari
segi ekonomi, politik, sosial-budaya dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Darmodiharjo, Darji, 1979, Pancasila Suatu Orientasi Singkat, Balai Pustaka, Jakarta.
http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.com/2015/12/lambang-pancasila-dan-artinya.html
diakses pada: 6 mei 2017
https://diahsetyorini23.wordpress.com/2015/04/16/kasus-kasus-pelanggaran-5-sila-pancasila.html diakses
pada: 6 mei 2017
http://alfanaufa06.blogspot.co.id/2017/06/keadilan-sosial-bagi-seluruh-rakyat.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Memahami peran Pancasila khususnya dalam konteks sebagai dasar negara dan ideologi nasional,
merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan
akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Apalagi manakala dikaji perkembangannya
secara konstitusional terakhir ini dihadapkan pada situasi yang tidak kondusif sehingga kridibilitasnya
menjadi diragukan, diperdebatkan, baik dalam wacana politis maupun akademis.
Pancasila mempunyai peran di berbagai bidang, salah satunya dalam bidang ekonomi. Meskipun
dasar negara Indonesia adalah Pancasila, namun ironisnya sistem perekonomian yang selama ini
berlangsung tidaklah bersumber darinya. Setelah dicengkram sistem ekonomi komando di era orde lama
yang bercorak sosialisme, berikutnya perekonomian Indonesia menganut sistem ekonomi pasar yang
bercorak kapitalisme di era Orde Baru. Jeratan kapitalisme pun semakin menguat seiring derasnya
paham ekonomi neoliberal yang datang melalui agen-agen kapitalisme global seperti World Bank dan
IMF setelah Indonesia mengalami krisis moneter.
Pada kenyataannya, sejak pertengahan 1997 krisis ekonomi yang menimpa Indonesia masih terasa
hingga hari ini. Di tingkat Asia, Indonesia yang oleh sebuah studi dari The World Bank (1993) disebut
sebagai bagian dari Asia miracle economics, the unbelieveble progress of development, ternyata
perekonomiannya tidak lebih dari sekedar economic bubble, yang mudah sirna begitu diterpa badai
krisis (World Bank, 1993).
Krisis ekonomi terbesar sepanjang sejarah bangsa Indonesia Orde Baru dan Orde Lama yang
dialami sekarang ini telah mencuatkan tuntutan reformasi total dan mendasar (radically). Bermula dari
krisis moneter (depresi rupiah) merambah ke lingkungan perbankan hingga ke lingkup perindustrian.
Jika hingga saat ini kualitas perekonomian belum menampakkan perubahan yang signifikan,
tidak menutup kemungkinan, akan mendapat pukulan mahadasyat dari arus globalisasi. Kekhawatiran
ini muncul, karena pemerintah dalam proses pemberdayaan masyarakat lemah masih parsial dan
cenderung dualisme, antara kemanjaan (ketergantungan) pemerintah kepada IMF, sementara
keterbatasan akomodasi bentuk perekonomian masyarakat yang tersebar (diversity of economy style) di
seluruh pelosok negeri tidak tersentuh. Hal ini juga terlihat jelas pada kebijakan-kebijakan pemerintah
yang tidak proporsional, tidak mencerminkan model perekonomian yang telah dibangun oleh para
Founding Father terdahulu. Hal ini dapat dilihat pada beberapa kasus, misalnya, pencabutan subsidi di
tengah masyarakat yang sedang sulit mencari sesuap nasi, mengelabuhi masyarakat dengan raskin
(beras untuk rakyat miskin), atau jaring pengaman sosial (JPS) lain yang selalu salah alamat.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan Pancasila yang masih terasa mengganjal adalah tentang penghayatan dan
pengamalannya saja.
2. Bagaimana Pancasila dapat menjadi sebuah dasar negara dalam mewujudkan keadilan ekonomi pada
rakyatnya ?
3. Apa langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menafsirkan Pancasila dalam bidang ekonomi agar
tidak berkiblat ke kapitalisme ?
Dalam perjalanan republik ini, bisa dikatakan telah terjadi penelikungan sistem ekonomi nasional
sehingga Pancasila sebagai dasar negara belum sepenuhnya menjiwai sistem perekonoman negara ini,
baik oleh aktor eksternal yang dimotori oleh World Bank dan IMF maupun oleh aktor internal yaitu
pemerintahan melalui serangkaian kebijakan ekonominya yang bersifat neoliberal dan kalangan
intelektual ekonomi dengan pemikiran-pemikirannya.
C. Tujuan
2. Untuk megetahui Pancasila dapat menjadi sebuah dasar negara dalam mewujudkan keadilan ekonomi
pada rakyatnya.
3. Untuk mngetahui langkah-langkah yng dilakukan dalam penafsiran Pancasila agar tidak berkiblat ke
kapitalisme.
D. Manfaat
System ekonomi Indonesia berdasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa, dan system ekonomi
Pancasila dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan etika, sehingga pembangunan nasional bangsa
Indosesia adalah pembangunan yang berakhlak.
BAB II
TEORI - TEORI
1. Pengertian Pancasila
“Pancasila” berasal dari bahasa sansekerta dari India (bahasa kasta Brahmana). Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta “Pancasila” memiliki dua macam arti yakni :
“panca” artinya lima
“syiila” artinya peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh.8[1]
Sehingga dapat diartikan bahwa Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini
terdiri dari dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.9[2]
Persatuan Indonesia,
Dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Peran Pancasila ada di berbagai bidang diantaranya, hukum, pertahanan keamanan, ekonomi, dan
sosial budaya.
Pengaktualisasian pancasila dalam bidang ekonomi yaitu dengan menerapkan sistem ekonomi
Pancasila.
Jika Pancasila mengandung 5 asas, maka semua substansi sila Pancasila yaitu :
(1) etika
(2) kemanusiaan
(3) nasionalisme
(4) kerakyatan/demokrasi
(5) keadilan sosial, harus dipertimbangkan dalam model ekonomi yang disusun.
Kalau sila pertama dan kedua adalah dasarnya, sedangkan sila ketiga dan keempat sebagai caranya,
maka sila kelima Pancasila adalah tujuan dari Ekonomi Pancasila.
Disinilah perlunya menengok ulang pemikiran Adam Smith yang 17 tahun sebelum menulis
karyanya Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of Nations (1776) yang kemudian menjadi
“kitab suci” ideologi kapitalisme, telah menulis The Theory of Moral Sentiments (1759). Di dalam karya
terdahulunya, terdapatlah ajaran asli Bapak Ilmu Ekonomi ini bahwa ilmu ekonomi sama sekali tidak bisa
lepas dari faktor-faktor etika dan moral. Dalam buku ini, Smith mencoba mengembangkan ilmu ekonomi
yang tidak saja bermoral namun juga mendesain aspek kelembagaannya. Dari sinilah keberadaan
Ekonomi Pancasila paralel dengan pemikiran Smith.
Menurut Boediono (mantan Menkeu RI), sistem Ekonomi Pancasila dicirikan oleh lima hal sebagai
berikut:
(2) Manusia adalah “economic man” sekaligus “social and religious man”.
(3) Ada kehendak sosial yang kuat ke arah egalitarianisme dan kemerataan sosial.
(4) Prioritas utama kebijakan diletakkan pada penyusunan perekonomian nasional yang tangguh.
(5) Pengandalan pada sistem desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekonomi, diimbangi
dengan perencanaan yang kuat sebagai pemberi arah bagi perkembangan ekonomi seperti yang
dicerminkan dalam cita-cita koperasi.
Dalam prakteknya, menurut Mubyarto (Kepala PUSTEP UGM), fakultas ekonomi sebagai gudang
pemikiran ilmu ekonomi telah menyumbang 3 dosa dalam pengajarannya yang berperan memperparah
marginalisasi Ekonomi Pancasila, yaitu:
(1) bersifat parsial dalam mengajarkan ajaran ekonom klasik Adam Smith. Konsep Smith tentang Manusia
Sosial (homosocius, tahun 1759) dilupakan atau tidak diajarkan, sedangkan ajaran berikutnya pada
tahun 1776 (manusia sebagai homoeconomicus) dipuja-puji secara membabi buta.
(2) metode analisis deduktif dari teori ekonomi neoklasik diajarkan secara penuh, sedangkan metode
analisis induktif diabaikan. Hal demikian bertentangan dengan pesan Alfred Marshall dan Gustave
Schmoller, dua tokoh teori ekonomi neoklasik, untuk memakai dua metode secara serentak laksana dua
kaki.
(3) ilmu ekonomi menjadi spesialistis dan lebih diarahkan untuk menjadi ilmu ekonomi matematika.
Menurut Kenneth Boulding dalam Economic as A Science, ilmu ekonomi dapat dikembangkan menjadi
salah satu atau gabungan dari cabang-cabang ilmu berikut: (a) ekonomi sebagai ilmu sosial (social
science); (b) ekonomi sebagai ilmu ekologi (ecological science); (c) ekonomi sebagai ilmu perilaku
(behavioral science); (d) ekonomi sebagai ilmu politik (political science); (e) ekonomi sebagai ilmu
matematika (mathematical science); dan (f) ekonomi sebagai ilmu moral (moral science)
Sebagai sebuah gagasan besar, Ekonomi Pancasila sebagai sistem ekonomi bukan-bukan, bukan
kapitalisme juga bukan sosialisme, menawarkan harapan berupa sistem perekonomian alternatif yang
bersifat komprehensif integral bagi jutaan masyarakat Indonesia demi mewujudkan cita-cita bangsa
sebagaimana termaktub dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945.
Dalam konteks inilah kemudian diperlukan adanya reformasi tidak saja dalam tataran
implementasi kebijakan perekonomian selama ini, namun juga transformasi pola pikir dari ekonomi
neoliberal yang dominan untuk menjadi lebih berkemanusiaan dan berkeadilan sosial yang dijiwai nilai-
nilai Pancasila. Bukan hal yang mustahil jika kelak istilah Hattanomics menjadi ikon Ekonomi Pancasila
dan bisa menggeser dominasi perspektif Reagenomics dan Thatcherisme- ikon utama gagasan Ekonomi
Neoliberal.11[4]
Pelaku ekonomi di Indonesia dalam menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan bebas,
meskipun sebagian dari mereka akan mendapat keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan. Hal ini
dilakukan karena pengamalan dalam bidang ekonomi harus berdasarkan kekeluargaan. Jadi interaksi
antar pelaku ekonomi sama-sama menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan.
BAB III
Karena lamanya sistem control kelembagaan berkembang pula usaha sekaligus sebagai pengusaha,
yang didasarkan atas birokrasi dan wibawa keluarga pengusaha. Kondisi yang demikian itu, jelas tidak
berdasarkan nilai Pancasila yang melerakan kemakmuran pada paradigma demi kesejahteraan seluruh
bangsa. Bangsa sebagai unsur pokok serta subjek dalam negara yang merupakan penjelmaan sifat
kodrat manusia individu makhluk sosial, adalah sebagai satu keluarga bangsa. Oleh karena itu,
perubahan dan pengembangan ekonomi harus diletakkan pada peningkatan hartkat martabat serta
kesejahteraan seluruh bangsa sebagai satu keluarga. Sistem ekonomi yang berbasis pada kesejahteraan
rakyat menurut Moh.Hatta, adalah merupakan pilar (soko guru) ekonomi Indonesia.12[5]
Sistem ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru bersifat “birokratik ototarian” yang ditandai
dengan pemusatan kekuasaan dan partisipasi dalam membuat keputusan nasional hamper sepenuhnya
berada di tangan penguasa bekerjasama dengan kelompok militer dan kaum teknokrat.13[6]
Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini diterapkan yang hanya mendasarkan pada pertumbuhan
dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan barsama seluruh bangsa, dalam kenyataannya hanya
menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil orang bahkan penguasa.14[7]
Dalam kenyataannya sektor ekonomi yang justru mampu bertahan pada masa dewasa ini adalah
ekonomi kenyataan, yaitu ekonomi yang berbasis pada usaha rakyat. Oleh karena itu, subsidi yang
keluar biasa banyaknya pada kebijaksanaan masa orde baru hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang
yaitu oleh sekelompok konglomerat, sedangkan apabila mengalami kebangkrutan seperti saat ini
rakyatlah yang banyak dirugikan. Oleh karena itu, rekapitalisasi pengusaha pada masa krisis dewasa ini
sama halnya dengan rakyat banyak membantu pengusaha yang sedang terpuruk.
Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi ekonomi yang berbasis pada ekonomi
rakyat yang berdasarkan nilai Pancasila yang mengutamakan kesejahteraan seluruh bangsa adalah
sebagai berikut :
d) Dengan sistem ekonomi dan mendasarkan nilai pada upaya terwujudnya kesejahteraan seluruh bangsa
maka peningkatan kesejahteraan akan dirasakan oleh sebagian besar rakyat, sehingga dapt mengurangi
kesenjangan ekonomi. 15[8]
Dalam dunia ekonomi boleh dikatakan jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan
pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan Ketuhanan. Sehingga
lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yang
menang. Hal ini sebagai implikasi dari perkembangan ilmu ekonomi pada akhirna abad ke-18
menumbuhkan ekonomi kapitalis.
Atas dasar kenyataan objektif inilah maka di Eropa pada awal abad ke-19 muncullah pemikiran
sebagai reaksi atas perkembangan ekonomi tersebut yaitu sosialisme komunisme yang
memperjuangkan nasib kaum proletar yang ditindas oleh kaum kapitalis. Oleh karena itu, kiranya
menjadi sangat penting bahkan mendesak untuk dikembangkan system ekonomi yang mendasarkan
pada moralitas humanistik, ekonomi yang berkemanusiaan.
Atas dasar kenyataan tersebut maka Mubyarto kemudian mengembangkan ekonomi kerakyatan,
yaitu ekonomi yang humanistic yang berdasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas.
Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan, demi
kesejahteraan seluruh bangsa. Maka system ekonomi Indonesia berdasarkan atas kekeluargaan seluruh
bangsa. Pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan dengan nilai morak kemanusiaan. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa tujuan ekonomi itu sendiri adalah untuk memenuhi kebutuhan
manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera. Oleh karena itu, ekonomi harus berdasarkan pada
kemanusiaan yaitu demi kesejahteraan kemanusiaan ekonomi untuk kesejahteraan manusia sehingga
kita harus menghindarkan diri dari pengembangan ekonomi yang hanya berdasarkan pada persaingan
bebas, monopoli dan lainnya yang dapat menimbulkan penderitaan pada manusia, menimbulkan
penindasan atas manusia satu dengan yang lainnya.16[9]
3. Ekonomi Pancasila Diteliti Dari Dalam Dan Pelaksanaan Sila-Sila Pancasila Dalam Bidang Ekonomi
Dalam prakteknya, menurut Mubyarto (Kepala PUSTEP UGM), fakultas ekonomi sebagi gudang
pemikiran ilmu ekonomi telah mnyumbang 3 dosa dalam pengajarannya yang berperan memperparah
marginalisasi Ekonomi Pancasila :
(1) Bersifat parsial dalam mengajarkan ajaran ekonom klasik Adam Smith. Konsep Smith tentang Manusia
Sosial (homosocius, tahun 1759) dilupakan atau tidak diajarkan, sedangkan ajaran berikutnya pada
tahun 1776 (manusia sebagai homoeconomicus) dipuja-puji secara membabi buta.
(2) Metode analisis deduktif dari teori ekonomi neoklasik diajarkan secara penuh, sedangkan metode
analisis induktif diabaikan. Hal demikian bertentangan dengan pesan Alfred Marshall dan Gustave
Schmoller, dua tokoh teori ekonomi neoklasik, untuk memakai dua metode secara serentak lasana dua
kaki.
(3) Ilmu ekonomi menjadi spesialis dan lebih diarahkan untuk menjadi ilmu ekonomi matematika. Menurut
Kenneth Boulding dan Ekonomic as A Science, ilmu ekonomi dapat dikembangkan menjadi salah satu
atau gabungan dari cabang-cabang ilmu berikut :
a) Ekonomi sebagai ilmu sosial(social science)
Sebagai sebuah gagasan besar, Ekonomi Pancasila sebagai sistem ekonomi bukan kapitalisme juga
bukan sosialisme, menawarkan harapan berupa sistem perekonomian alternatif yang bersifat
komprehensif integral bagi jutaan masyarakat Indonesia demi mewujudkan cita-cita bangsa
sebagaimana termaktub dalam alenia IV Pembukaan UUD 1945.
Dalam konteks inilah kemudian diperlukan adanya reformasi tidak saja dalam tataran implementasi
kebijakan perekonomian selama ini, namun juga transformasi pola pikir dari ekonomi neoliberal yang
dominant untuk menjadi lebih berperikemanusiaan dan berkeadilan sosial yang dijiwai nilai-nilai
Pancasila. Bukan hal yang mustahil jika kelak istilah Hattanomics menjadi ikon Ekonomics Pancasila dan
bisa menggeser dominasi prespektif Reagenomics dan Thatcherisme ikon utama gagasan Ekonomi
Neoliberal.
Pancasila sebagai dasar negara, maka sila-sila yang terdapat pada Pancasila dapat diterapkan dalam
kehidupan ekonomi bangsa, negara dan masyarakat sebagai berikut :
Ada kehendak kuat dari seluruh masyarakat untuk mewujudkan pemerataan-pemerataan sosial
(egalitarian), sesuai asas-asas kemanusiaan.
3. Persatuan Indonesia
Prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional yang tangguh. Ini berarti
nasionalisme menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi.
Koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan merupan bentuk paling konkrit dari usaha bersama.
Hal ini menunjukan pada adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat nasional
dan desentralisasi dalam pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi untuk mencapai keadilan ekonomi dan
keadilan sosial.
Aturan main yang diturunkan dari setiap sila dalam Pancasila kita bisa melihat sejauh mana aturan
main tersebut telah bisa ditegakkan dalam masyarakat. Misalnya, dalam sila Persatuan Indonesia kita
bisa meneliti setiap kasus kebijakan ekonomi yang hendak diambil, apakah akan membantu atau tidak
pada peningkatan ketangguhan atau ketahanan ekonomi nasional. Lebih spesifik lagi bisa diambil contoh
apakah setiap utang baru atau kerja sama ekonomi dengan negara lain bisa membantu atau sebaliknya
mengancam ketangguhan dan ketahanan ekonomi nasional.17[10]
Beberapa contoh konkrit pelaksanaan isi arti Pancasila yang khusus dan konkrit dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara dalam bidang ekonomi adalah :
1. Adanya BUMN yang juga dapat melibatkan partisipasi swata, sehingga terdapat
2. Adanya subsidi negara terhadap distribusi BBM yang ditentukan berdasarkan asas pemerataan.18[11]
SISTEM EKONOMI PANCASILA
Dalam kosep kita, pembangunan nasional adalah pengamalan Pancasila. Pembangunan ekonomi
kita pun harus berlandaskan pancasila, sebagai dasar, tujuan dan pedoman dalam penyelenggaraannya.
Dengan dasar pemikiran tersebut, maka system ekonomi yang ingin kita bangun adalah sistem ekonomi
Pancasila.
Sistem ekonomi diartikan sebagai kumpulan dari institusiyang terintegrasi dan berfungsi serta
beroperasi sebagai suatu kesatuanuntuk mencapai suatu tujuan (ekonomi) tertentu. Institusi disini
siartikan sebagai kumpulan dari norma-norma,peraturan atau cara berfikir. Dalam pengertian institusi
ini juga diartikan juga termasuk institusi ekonomi seperti rumah tangga, pemerintah, kekayaan, uang,
serikat pekerja dan lain-lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan sisitem ekonomi Pancasila adalah system ekonomi pasar yang
terkeloladan kendali pengelolaannya adalah nilai-nilai Pancasila. Atas dasar itu , maka ekonomi Pancasila
tidak semata-mata bersifat materialistis, karena berlandaskan pada keimanan dan ketaqwaan yang
timbul dari pengakuan kita pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian system ekonomi Pancasila
dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan etika, sehingga pembangunan nasional bangsa Indosesia
adalah pembangunan yang berakhlak.
Jika dilihat dari sila Pancasila, sila tiga dan empat maka dapat diketahui bahwa :
Sila persatuan Indonesia mengamanatkan kesatuan ekonomi sebagai penjabaran wawasan nusantaradi
bidang ekonomi. Ekonomi Pancasila dengan demikian berwawasan kebangsaan dan tetap
membutuhkan sikap patriotic meskipun kegiatannya sudah mengglobal.
Sila keempat pada Pancasila menunjukkan pandangan bangsa Indonesia mengenai kedaulatan rakyat
dan bagaimana demokrasi dijalankan di Indonesia.
Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menunjukkan betapa seluruh upaya
pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya kemakmuran yang berkeadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia dalam sistem ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan pada
asas kekeluargaan. 19[12]
Menurut ISEI, di dalam sistem ekonomi yang berlandaskan Demokrasi Ekonomi, usaha negara, koperasi,
dan usaha swasta dapat bergerak di dalam semua bidang usaha sesuai dengan peranan dan hakikatnya
masing-masing. Dalam konsep iti usaha berperan sebagai :
1. Perintis di dalam penyediaan barang dan jasa di bidang-bidang produksi yang belum cukup atau kurang
merangsang prakarsa dan minat penguasa swasta;
3. Pengelola dan pengusaha di bidang-bidang produksi yang mnguasai hajat hidup orang banyak;
5. Pelengkap penyediaan barang dan jasa yang belum cukup disediakan oleh swasta dan koperasi, dan
Namun, yang menjadi tantangan kita sekarang adalah bagaimana membangun usaha swasta agar
dapat memotori ekonomi kita dalam memasuki era perdagangan bebas.
Pilar Sistem Ekonomi Pancasila meliputi:
(2) nasionalisme ekonomi & demokrasi ekonomi (cara/metode operasionalisasi), dan (3) ekonomi
berkeadilan sosial (tujuan).
Kontekstualisasi dan implementasi Pancasila dalam bidang ekonomi cukup dikaitkan dengan pilar-
pilar di atas dan juga dikaitkan dengan pertanyaan-pertanyaan dasar yang harus dipecahkan oleh sistem
ekonomi apapun. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah:
(a) Barang dan jasa apa yang akan dihasilkan dan berapa jumlahnya;
(b) Bagaimana pola atau cara memproduksi barang dan jasa itu, dan;
Rendahnya upaya dan kemamuan untuk menafsirkan Pancasila dalam bidang ekonomi yang lebih
banyak berkiblat ke kapitalisme; Tidak ada keteladanan; Kebijakan pemerintah sendiri menyimpangi
Pancasila; Social punishment & law enforcement yang rendah.
Langkah yang perlu dilakukan adalah perlu digalakkan kembali penanaman nilai-nilai Pancasila
melalui proses pendidikan dan keteladanan. Perlu dimunculkan gerakan penyadaran agar ilmu ekonomi
ini dikembangkan ke arah ekonomi yg humanistik, bukan sebaliknya mengajarkan keserakahan &
mendorong persaingan yang saling mematikan utk memuaskan kepentingan sendiri . Ini dilakukan guna
mengimbangi ajaran yg mengedepankan kepentingan pribadi, yang melahirkan manusia sebagai
manusia ekonomi (homo ekonomikus), telah melepaskan manusia dari fitrahnya sebagai makhluk sosial
(homo socius) dan mahluk beretika (homo ethicus). 20[13]
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Contoh konkrit pelaksanaan isi arti Pancasila dalam bidang ekonomi adalah :
1. Adanya BUMN yang juga dapat melibatkan partisipasi swata, sehingga terdapat
2. Adanya subsidi negara terhadap distribusi BBM yang ditentukan berdasarkan asas pemerataan
Agar Pancasila dalam bidang ekonomi tidak dianggap berkiblat ke kapitalisme; Tidak ada keteladanan;
Kebijakan pemerintah sendiri menyimpangi Pancasila; Social punishment & law enforcement yang
rendah. Maka langkah dilakukan adalah perlu digalakkan kembali penanaman nilai-nilai Pancasila
melalui proses pendidikan dan keteladanan. Perlu dimunculkan gerakan penyadaran agar ilmu ekonomi
ini dikembangkan ke arah ekonomi yg humanistik, bukan sebaliknya mengajarkan keserakahan &
mendorong persaingan yang saling mematikan utk memuaskan kepentingan sendiri . Ini dilakukan guna
mengimbangi ajaran yg mengedepankan kepentingan pribadi, yang melahirkan manusia sebagai
manusia ekonomi, telah melepaskan manusia dari fitrahnya sebagai makhluk sosial dan mahluk beretika.
SARAN
Hendaknya peran Pancasila dalam bidang ekonomi lebih ditekan lagi,karena sistem perekonomian
yang selama ini berlangsung tidaklah bersumber kepada Pancasila. Setelah dicengkram sistem ekonomi
komando di era orde lama yang bercorak sosialisme, berikutnya perekonomian Indonesia menganut
sistem ekonomi pasar yang bercorak kapitalisme di era orde baru. Dan karena jeratan kapitalisme juga
maka semakin menguat seiring derasnya paham ekonomi neoliberal yang datang melalui agen-agen
kapitalisme global.
DAFTAR PUSTAKA
www.ginandjar.com
http://ezzelhague.multiply.com/journal/item/21
Blog.unila.ac.id/radegunawans/files/2010/07.Makalah-Fisafat-Ilmu.pdf
http://rahman8194.blogspot.co.id/2013/11/peran-pancasila-dalam-bidang-ekonomi.html
Disusun oleh :
Mipuran
Ade Randry
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia
yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara
Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan
bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan
budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
Dalam hal ini perokonomian di Indonesia tidak bisa lepas dari masyarakat dimana kita
tahu bersama bahwa masyarakat sangat memiliki pengaruh penting dalam dunia ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Globalisasi Sebagai Proses Peleburan Nilai Pancasila
Dari sudut pandang ekonomi, pengertian paling mendasar dari proses globalisasi adalah
perluasan dan pendalaman integrasi pasar barang, jasa dan keuangan antar negara di dunia.
Dalam sepuluh tahun terakhir, proses globalisasi dan integrasi itu telah mengalami percepatan
karena dorongan universal untuk liberalisasi dan terobosan teknologi informasi, transportasi serta
komunikasi yang menyebabkan akselerasi produksi dan distribusi secara internasional.
harga yang lebih terjangkau. Peningkatan produksi berarti juga peningkatan lapangan kerja,
berarti juga peningkatan kesejahteraan.
Namun, proses globalisasi tidak hanya berdampak positif, tetapi juga dapat berdampak
merugikan. Salah satu contohnya adalah gejolak moneter yang melanda negara kita dan beberapa
negara tetangga yang telah melemahkan perekonomian kita dan negara-negara di kawasan ini.
Globalisasi tidak hanya berkenaan dengan mekanisme hubungan ekonomi antar bangsa,
akan terus menerus diuji dan ditantang. Karena itu, dalam proses globalisasi kita tidak boleh
hilang kemudi, betapa pun kuat arus yang membawanya. Kemudi ini adalah nilai yang
dikandung pada waktu bangsa ini memproklamasikan kemerdekaannya. Dengan demikian
jatidiri bangsa akan terpelihara, bahkan diperkaya dengan berbagai gagasan baru tersebut.
Sebaliknya, jika kita hilang kemudi, maka kita akan terhanyut oleh perubahan -perubahan
itu sehingga arah perjalanan bangsa menjadi tidak menentu.
2.2 Sistem Ekonomi Pancasila
Kita mengetahui bahwa banyak pakar telah mencoba merumuskan apa yang dimaksud
dengan Ekonomi Pancasila. Tampaknya selama ini belum tercapai konsensus ke arah satu
pengertian. Bahkan banyak yang mencoba menghindari menggunakan istilah itu.
Kita bisa memahami kalau selama ini ada kekhawatiran dalam merumuskan Ekonomi
Pancasila, oleh karena memang kondisi ekonomi kita pada waktu yang lalu masih begitu
tertinggalnya, sehingga berbicara mengenai idealisme yang demikian akan dirasakan
bertentangan dengan kenyataan dalam kehidupan yang sesungguhnya.
Namun, dewasa ini bahwa sudah saatnya kita menentukan sikap dan membulatkan niat
untuk membangun ekonomi menuju arah sesuai cita-cita para pendiri Republik ini.
Pembangunan selama ini telah memberikan hasil yang cukup nyata dalam meningkatkan
kesejahteraan dan kemampuan ekonomi nasional, sehingga memberikan modal dan kesempatan
kepada kita untuk memikirkan lebih jauh idealisme pembangunan dan menjabarkannya dalam
konsep-konsep yang operasional, yang secara bertahap membawa kita ke tujuan itu.
Jelas tidak akan mudah bagi kita untuk mengembangkan konsep ini, karena sebagai
konsep ekonomi dan konsep pembangunan harus memenuhi berbagai syarat, di samping
idealisme atau pandangan-pandangan yang normatif, harus juga memenuhi kaidah-kaidah ilmiah,
sehingga ada asas-asas objektif dan rasional yang dapat dikembangkan. Namun, kita juga tidak
berhenti mengupayakannya semata-mata karena belum ada atau belum banyak literatur yang
secara mendalam mengkaji konsep ini. Justru kita harus memulainya dan mengembangkan
konsensus ke arah itu.
Sistem ekonomi kita, menganut paham ekonomi pasar, atau menurut istilah yang
digunakan oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) ekonomi pasar terkendali (tahun 1990)
atau ekonomi pasar terkelola (tahun 1996). Kata kuncinya adalah terkelola.
Kemudian yang dimaksud dengan sistem ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi
pasar yang terkelola dan kendali pengelolaannya adalah nilai-nilai Pancasila.
Dengan perkataan lain ekonomi Pancasila tentulah harus dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.
Atas dasar itu maka Ekonomi Pancasila tidak semata-mata bersifat materialistis, karena
berlandaskan pada keimanan dan ketakwaan yang timbul dari pengakuan kita pada Ketuhanan
Yang Maha Esa (sila 1). Keimanan dan ketakwaan menjadi landasan spiritual, moral dan etik
bagi penyelenggaraan ekonomi dan pembangunan.
Dengan demikian sistem ekonomi Pancasila dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan etika,
sehingga pembangunan nasional kita adalah pembangunan yang berakhlak.
Ekonomi Pancasila, dengan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab (sila 2),
menghormati martabat kemanusiaan serta hak dan kewajiban asasi manusia dalam kehidupan
ekonomi. Dengan dasar-dasar moral dan kemanusiaan seperti di atas Ekonomi Pancasila
meskipun tidak menghalangi motivasi ekonomi untuk memperoleh keuntungan, namun tidak
mengenal predatorpredator ekonomi, yang satu memangsa yang lain.
Ekonomi Pancasila berakar di bumi Indonesia. Meskipun ekonomi dunia sudah menyatu,
pasar sudah menjadi global, namun ekonomi Indonesia tetap diabdikan bagi kesejahteraan dan
kemajuan bangsa Indonesia. Sila Persatuan Indonesia (sila 3) mengamanatkan kesatuan ekonomi
sebagai penjabaran wawasan nusantara di bidang ekonomi.
Nilai-nilai dasar sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menunjukkan
betapa seluruh upaya pembangunan kita, untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi
dikaitkan dengan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya
kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam sistem ekonomi yang
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Menurut ISEI, di dalam sistem ekonomi yang berlandaskan Demokrasi Ekonomi, usaha
negara, koperasi, dan usaha swasta dapat bergerak di dalam semua bidang usaha sesuai dengan
peranan dan hakikatnya masing-masing. Dalam konsep itu, usaha negara berperan sebagai:
a) perintis di dalam penyediaan barang dan jasa di bidang-bidang produksi yang belum cukup atau
kurang merangsang prakarsa dan minat pengusaha swasta;
c) pengelola dan pengusaha di bidang-bidang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak;
e) pelengkap penyediaan barang dan jasa yang belum cukup disediakan oleh swasta dan koperasi,
dan
Selanjutnya koperasi sebagai salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan ketentuan
Kita perlu lebih memperdalam lagi rumusan tentang peran negara, koperasi dan usaha
swasta dalam sistem ekonomi Pancasila tersebut.
Mengingat masyarakat kita terus berkembang dan kita hidup sebagai bagian dari
masyarakat dunia yang terus berkembang pula, konsep-konsep itu haruslah tidak kaku dan statis,
tetapi luwes dan lentur, serta memungkinkan berkembang sesuai dengan dinamika perubahan
yang terus menerus terjadi.
Namun, hal-hal yang mendasar seperti nilai-nilai utama yang tadi telah dikemukakan
tidak perlu bahkan tidak seyogyanya berubah.
Salah satu tantangan kita sekarang adalah bagaimana membangun usaha swasta agar
dapat memotori mesin ekonomi kita dalam memasuki era perdagangan bebas. Bagaimana kita
membantu usaha swasta kita untuk terus menerus meningkatkan dan memelihara daya saing.
Daya saing swasta kita merupakan komponen penting dalam daya saing nasional.
Untuk meningkatkan daya saing perlu ditingkatkan efisiensi dan produktivitas sumber
daya yang kita miliki. Ini harus menjadi agenda nasional bangsa kita.
Selanjutnya, perlu pula dipikirkan bagaimana kita memperbaiki struktur dunia usaha kita
yang masih timpang, agar lebih kukuh dan seimbang; yakni struktur dunia usaha di mana usaha
besar, menengah dan kecil saling bersinergi dan saling memperkuat dengan lapisan usaha
menengah sebagai tulang punggungnya. Persoalan kita bukan ukurannya besar atau kecil,
tetapidaya tahan dan daya saingnya. Yang besar tetapi lemah tidak ada manfaatnya, yang kecil
tetapi kuat justru merupakan unsur yang penting terhadap keseluruhan sistem ekonomi kita.
Oleh karena itu, agenda pembangunan kita bukan mempertentangkan yang besar dengan
yang kecil, tetapi membangun semua potensi yang kita miliki.
Dalam proses itu yang besar dan kecil harus bekerja sama, bermitra, untuk bersama-sama saling
dukung dan saling memperkuat. Kita harus ingat pesan Undang-undang Dasar mengenai asas
kekeluargaan dalam menyelenggarakan ekonomi.
Konsumen adalah juga pelaku ekonomi. Kita menghendaki agar perilaku konsumen
Indonesia memperkuat upaya kita untuk membangun wujud masyarakat yang kita harapkan,
yaitu yang maju, mandiri, sejahtera, dan berkeadilan.
Manusia menduduki tempat sentral pembangunan nasional, yaitu sebagai subjek dan objek
pembangunan. Pembangnan nasional pada hakikatnya ditujukan untuk kesejahteraan dan
kebahagiaan manusia baik secara lahir maupun batin, sebagai manusia yang memiliki martabat.
Karena pada hakikatnya seluruh manusia yang ada di muka bumi ingin hidup secara layak dan
terpenuhi segala kebutuhannya. Hal di atas menunjukkan bahwa tujuan pembangunan nasional
adalah “masyarakat manusiawi” (human society).
Dengan demikian dapat disimpulkan dari paparan di atas bahwa pembangunan nasional yang
bertujuan untuk membangun masyarakat manusiawi sesuai dengan nilai yang ada dalam sila
Pancasila, yaitu sila ke dua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Dalam sila ini
jika dikaitkan dengan tujuan pembangunan nasional yaitu masyarakat manusiawi, bermakna
bahwa pembangunan nasional untuk kesejahteraan, kebahagiaan lahir batin bagi manusia
bermakna pembangunan nasional bertujuan untuk menuju masyarakat yang manusiawi, karena
dengan hidup sejahtera dan bahagia berarti segala kebutuhannya tercukupi, sehingga manusia
memiliki martabat sesuai dengan kodratnya. Hal tersebut sesuai dengan isi dari sila ke dua dalam
Pancasila.
Prospek penerapan Pancasila dalam pembangunan nasional secara menyeluruh dan mendalam,
dari kesimpulan di atas akan melahirkan suatu proses pembangunan yang memiliki wawasan dan
berjiwakan nilai-nilai luhur Pancasila. Proses pembangunan yang dijiwa dengan nilai-nilai sila
dalam Pancasila akan mengahasilkan suatu produk yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Hal
tersebut dapat dijadikan salah satu indikator dalam suksesnya pembangunan nasional di
Indonesia karena telah sesuai dengan dasar tertib hukum dalam berbangsa dan bernegara
Indonesia yaitu Pancasila. Jika kesuksesan pembangunan nasional berdasarkan Pancasila
tercapai, maka akan dengan mudah bangsa Indonesa mencapai kesejahteraan, kebahagiaan dan
ketertiban dalam suasana kehidupannya sesuai dengan Pancasila
Pola konsumsi yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya masyarakat, jelas
tidak sesuai dengan semangat tenggang rasa dan saling menghormati keyakinan, dan dapat
menimbulkan suasana permusuhan dan pertentangan, sehingga melemahkan keutuhan bangsa.
Ketiga, konsumen Indonesia harus memperhatikan pula taraf hidup masyarakat di
sekitarnya. Pola konsumsi yang berlebihan, yang mewah di atas kewajaran, apalagi di tengah
masyarakat yang miskin, akan menyebabkan kecemburuan sosial dan mempertajam kesenjangan.
Akibatnya mudah sekali terjadi konflik-konflik sosial. Konflik-konflik sosial lebih mudah
muncul ke permukaan oleh karena tidak adanya rasa solidaritas, sebagai akibat menyoloknya
perbedaan gaya hidup.
Oleh karena itu, pada waktu kita berbicara mengenai pengembangan jatidiri para pelaku
ekonomi, kita tidak hanya berbicara mengenai masyarakat sebagai pelaku ekonomi produsen
tetapi juga sebagai pelaku ekonomi konsumen.
Peran pemerintah jelaslah tidak kecil. Pemerintah harus mengemban tiga peran
sekaligus, yaitu :
Pertama, dalam upaya pemerataan dan membangun keadilan pemerintah harus berada di
depan, Ing Ngarso Sung tulodo. Upaya mengentaskan penduduk dari kemiskinan, memeratakan
pembangunan antardaerah, menghilangkan kesenjangan, haruslah menjadi tanggung jawab
pemerintah dan pemerintah harus memeloporinya. Dalam upaya membangun rasa adil dan
menciptakan rasa aman dan rasa tenteram dalam masyarakat, pemerintah harus berada di depan,
menunjukkan jalan dan memberi keteladanan. Pemerintah harus memelopori terbentuknya
institusi sosial dan ekonomi yang mendorong berkembangnya potensi ekonomi dan berperannya
secara optimal pelaku-pelaku ekonomi masyarakat.
Pemerintah harus Ing Madyo Mangun Karso. Dalam berbagai usaha produksi di mana
masyarakat belum sepenuhnya mampu tanpa ditopang oleh pemerintah, pemerintah harus
mendukungnya. Misalnya, membangun prasarana untuk mendorong kegiatan investasi
masyarakat. Pemerintah membangun jalan, tenaga listrik, irigasi, untuk mendorong kegiatan
ekonomi masyarakat. Bahkan mungkin masih harus mengelola prasarana tersebut agar dapat
terus ber fungsi untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat.
Ketiga, dalam hal masyarakat sendiri sudah sepenuhnya dapat berperan, maka peran
pemerintah adalah Tut Wuri Handayani. Itulah yang dimaksudkan pada waktu kita mengatakan
bahwa dalam konsep pembangunan kita masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan
pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang
menunjang. Misalnya, dalam kegiatan mendorong ekspor, yang dilakukan oleh dunia usaha kita,
atau mendorong pariwisata. Apabila hambatan-hambatan yang disebabkan baik oleh peraturan
dari pemerintah sendiri ataupun hambatan lainnya dapat ditiadakan, sudah akan sangat
menolong.
menunjang.
Agar kemiskinan dapat segera diatasi dan kemandirian bangsa segera tercapai, kita
memerlukan revitalisasi sistem ekonomi Pancasila.
Tetapi bagaimanakah caranya? Ada banyak pilihan, tetapi yang mendesak dilakukan adalah:
1. membuat undang-undang system perekonomian nasional dan garis-garis besar arah strategi
pembangunan jangka panjang yang penerapannya disesuaikan dengan keadaan
ekonomi saat ini dan mendatang sesuai perintah UUD-45 dengan menampung lebih
tegas dan jelas semua ciri-ciri system ekonomi Pancasila.
2. menyempurnakan UU anti monopoli dan persaingan tidak sehat menjadi UU kemitraan
nasional terutama dengan melakukan penajaman tata peran dan tata kelola pelaku
ekonomi [BUMN-Koperasi-Swasta] dan menjadikan kemitraan sebagai gerakan
nasional.
3. membangun resource-base industry yang berdaya saing tinggi sebagai prioritas utama.
4. pemberdayaan Koperasi agar berperan utama dalamekonomi rakyat.
5. memperkuat BUMN yang menguasai hajathidup orang banyak dan strategis agar berdaya
saing tinggi danmenjadi lokomotif ekonomi rakyat.
6. melakukan gerakan cintaproduksi dalam negeri.
7. melaksanakan gerakan produktifitasdan efesiensi nasional.
8. menyegerakan reformasi birokrasi guna mewujudkan pemerintahan bersih dan berwibawa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam konteks pembangunan ekonomi di era globalisasi yang sangat dinamis ini,
peranan pemerintah suatu negara menjadi semakin terbatas. Hal ini terjadi bukan semata-mata
disebabkan oleh gencarnya proses liberalisasi dan kapitalisme, tetapi juga oleh kenyataan bahwa
aspek kehidupan masyarakat modern menjadi semakin kompleks.
Negara semakin kurang mampu menghadirkan kesejahteraan bagi seluruh warga negaranya.
Karena di sebabkan kurangnya pemahaman pancasila dalam kehidupan ekonomi. Dan di Negara
kita dewasa ini dalam prakteknya perekonomian lebih condong pada system liberalisme bukan
pancasilais.
Sehingga Untuk mengelola dan memajukan ekonomi suatu masyarakat dalam lingkup
negara, diperlukan hadirnya anggota masyarakat yang mampu melihat peluang yang bernilai
ekonomis dan mengelolanya menjadi suatu kegiatan yang member keuntungan pada semua
pihak. Tak berlebihan mengatakan bahwa masa depan kesejahteraan rakyat Indonesia amat
ditentukan oleh kiprah para pengusaha
Indonesia. Karena Semua negara yang maju, makmur dan sejahtera adalah yang memiliki banyak
pengusahanya yang tangguh.
3.2 Saran
Didalam Implementasi Pancasila berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara
sebaiknya kita sungguh-sungguh dan ikhlas tanpa mengharapkan suatu apapun. Dan dalam suatu
kegiatan ekonomi, agar perekonomian bangsa menjadi lebih baik dan makmur maka dibutuhkan
penegakkan system perekonomian yang berlandaskan pada system pancasila.
Sehingga ekonomi yang berkembang di Negara kita akan menguntungkan kepada seluruh
pihak pelaku ekonomi, bukan hanya menguntungkan pihak yang memiliki modal terbesar atau
monopoli.
http://sriconan.blogspot.co.id/2011/01/implementasi-pancasia-dalam-bidang.html
Dalam suatu kasus, Kasus tahun 2011 lalu di Kabupaten Prabumulih, Lampung (kisah nyata). Di ruang
sidang pengadilan, Hakim Marzuki duduk tercenung menyimak tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU)
terhadap seorang nenek yang dituduh mencuri singkong. Nenek itu berdalih bahwa hidupnya miskin,
anak lelakinya sakit, cucunya lapar. Namun, manajer PT Andalas Kertas tetap pada tuntutannya, agar
menjadi contoh bagi warga lainnya.
Hakim Marzuki menghela nafas, dia memutus di luar tuntutan Jaksa Penuntut Umum, "Maafkan saya,"
katanya sambil memandang nenek itu. "Saya tak dapat membuat pengecualian hukum, hukum tetap
hukum, jadi Anda harus dihukum. Saya mendenda Anda Rp1 juta dan jika Anda tidak mampu bayar,
maka Anda harus masuk penjara 2,5 tahun, seperti tuntutan Jaksa Penuntut Umum."
Nenek itu tertunduk lesu, hatinya remuk redam. Sementara itu, Hakim Marzuki mencopot topi toganya,
membuka dompetnya kemudian mengambil dan memasukkan uang Rp1 juta ke topi toganya serta
berkata kepada hadirin.
"Saya atas nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepada tiap orang yang hadir di ruang sidang ini
sebesar Rp50 ribu, sebab menetap di kota ini, yang membiarkan seseorang kelaparan sampai harus
mencuri untuk memberi makan cucunya. Saudara Panitera, tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga
saya ini, lalu berikan semua hasilnya kepada terdakwa," kata dia. Sampai palu diketuk dan Hakim
Marzuki meninggalkan ruang sidang, nenek itu pun pergi dengan mengantongi uang Rp3,5 juta,
termasuk uang Rp50 ribu yang dibayarkan oleh manajer PT Andalas Kertas yang tersipu malu karena
telah menuntutnya.
Kasus ini merupakan salah satu contoh seorang hakim yang adil, seperti sila yang terakhir, keadilan bagi
seluruh rakyai indonesia.
Sumber:
http://icecreamcocholate.blogspot.co.id/2012/02/penyimpangan-nilai-pancasila.html
https://www.google.co.id/search?q=contoh+pengamalan+pancasila+dalam+kehidupan+sehari+hari+di+l
ingkungan+keluarga&revid=1711281777&sa=X&ved=0ahUKEwis6Pehze3LAhWCTI4KHRhhBV4Q1QIIXygC
https://www.google.co.id/search?q=contoh+kasus+nyata+yang+menerapkan+nilai-
nilai+pancasila&oq=contoh+kasus+nyata+yang+menerapkan+nilai-
nilai+pancasila&aqs=chrome..69i57.15314j0j7&{google:bookmarkBarPinned}sourceid=chrome&{google:
omniboxStartMarginParameter}ie=UTF-8
https://www.google.co.id/search?q=ebook+nilai+nilai+pancasila+dan+contoh+kasusnya&oq=ebook+nila
i+nilai+pancasila+dan+contoh+kasusnya&aqs=chrome..69i57.11885j0j7&{google:bookmarkBarPinned}so
urceid=chrome&{google:omniboxStartMarginParameter}ie=UTF-8
http://yulyagustin.blogspot.co.id/2016/04/nilai-nilai-dan-contoh-kasus-pancasila.html
MAKALAH
DisusunGunaMemenuhiTugas
Mata Kuliah: PendidikanPancasila
Disusun:
MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar filsafat negara republik Indonesia sebelum disahkan pada tanggal 18 agustus
1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa
Indonesia mendirikan negara, yang berupa nilai-nilai adat istiadat, kaebudayaan serta nilai-nilai religius.
Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai
pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah bangsa
Indonesia sendiri, sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut
kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk dujadikan sebagai dasar
filsafat Negara Indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam
sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang “panitia sembilan”, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya
disahkan secara yuridis sebagai suatu dasar filsafat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan bangsa Indonesia
sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya.
Pancasila bersifat universal dan akan memengaruhi hidup dan kehidupan bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia secara kekal dan abadi.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki lambang padi dan kapas. Padi dan kapas
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang, sebagai syarat utama untuk
mencapai kemakmuran. Hal itu sesuai dengan tujuan utama dari sila kelima yaitu mensejahterakan rakyat
Indonesia.23[3]
Nilai keadilansosial bagiseluruhrakyat Indonesia terletak pada alasan dan pokok permohonan
pengujian Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Para pemohon beranggapan
bahwa undang-undang yang mengandung muatan yang memosisikan bahwa penggunaan air adalah
condong untuk kepentingan komersial, yang tercermin pada pasal 6, pasal 7, pasal 8, pasal 9 dan pasal 10.
Undang-undang membagi penggunaan air ke dalam 2 jenis, yaitu berupa hak guna pakai dan hak guna
usaha. Keberadaan hak guna dalam undang-undang secara fundamental merekontruksi nilai air yang
merupakan banrang publik (common good) menjadi komoditas ekonomi (commercial good) yang dapat
dikuasai kelompok individu dan badan usaha. Dengan memiliki hak guna usaha atas sumber-sumber,
swasta pengelola air memperoleh keuntungan, serta mengandung muatan penggunaan air bagi
kepentingan komersial yang mengandung air sebagai komoditas komersial adalah bertentangan dengan
pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945.
Apabilakitakaitkandenganpostulatkelima “Setiapundang-undangharusmenyejahterakanmasyarakat”
mengandungartibahwasetiapundang-undang yang dibahasolehDewanPerakilan Rakyat
denganpersetujuanbersama presidenharus:
1. Mewujudkankesejahteraanmasyarakat.
Setiapundang-
undangtidakmerugikankepentinganumumdanharusmenyejahterakanmasyarakatdalamsegalaaspekkehidupa
n.
2. Terhindardarikepentingan yang merugikanmasyarakat.
Undang-undang yang
lahiratasdasarkesepakatanbersamaharusmengutamakankepentinganmasyarakatdaripadakepentinganpribad
i/kelompok.
Postulattersebutmenurutpenulissejalandenganapa yang diminta Para PemohonPengujianUndang-
undang No 7 Tahun 2004 TentangSumberDayaAir.Untukituundang-undang yang
dibentukharusbertujuanuntukmenyejahterakanmasyarakat.
Pandangan yang duraikanolehMahkamahKonstitusibahwasecarakonstitusionaldalampasal 33 ayat
3 UUD 1945 menyatakan, bumi,airdankekayaanalam yang
terkandungdidalamnyadikuasaiolehNegaradandigunakanuntuksebesar-besarkemakmuranrakyat.
MenurutMahkamahayattersebutmerupakanbentukkonstitusional
atasdianutnyademokrasiekonomiselaindemokrasipolitik yang
terkaitdenganpenyelenggaraanNegarasebagaimanadimaksudsilakeempatdansilakelimapancasila.Terkaitde
ngansilakelimadasarnegara, implementasinyakedalamketentuankonstitusi yang termuatdalampasal 33 ayat
3 UUD 1945 tidaksajamenunjuksebagaidasarnegara, melainkanjugasebagaitujuannegara. Dengan kata
lain, silakelima “keadilanbagiseluruhrakyatIndonesia” sebagaidasarNegaradiimplementasikandalam UUD
1945
mengenaipenyelenggaraanNegaradibidangekonomiadalahdalambentukdemokrasiekonomidengantujuanm
ewujudkansebesar-besarkemakmuranrakyat. Itulahsesungguhnyamaknaintikeadilansosial yang
jugadiartikan sebagaimasyarakat yang adildanmakmur.24[4]
Dalamsilakelima yang berbunyi“KeadilanSosialBagiSeluruh Rakyat Indonesia”
terkandungnilaikeadilansocialantara lain:
a. Perwujudannilaikeadilansocialdalamkehidupansocialataukemasyarakatanmeliputiseluruhrakyat
Indonesia.
b. Keadilandalamkehidupansocialterutamameliputibidang-bidangideologi ,ekonomi ,politik, sosial,
kebudayaandanpertahanankeamanan sosial.
c. Cita-cita masyarakat adil makmur, material dan spiritual yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
d. Keseimbanganantarahakdankewajiban,danmenghormatihak orang lain.
e. Cintaakankemajuandanpembangunan.
f. Nilaisilakelimainimeliputidandijiwaisila-sila I,II,III dan IV.25[5]
Dengan sila Keadilan Sosila bagi Seluruh Rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam
rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan ke-gorongroyong-an.
Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain.
Demikian pula perlu dipupuk sikap suka memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan
agar dapat berdiri sendiri. Dengan sikap yang seperti sedemikian, ia tidak menggunakan hak miliknya
untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain, juga tidak untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan hidup bergaya mewah, serta perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
Demikian juga dipupuk sikap suka bekerja keras dan sikap menghargai hasil karya orang lain yang
bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama. Kesemuanya itu dilaksanakan dalam
rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial.
PENUTUP
Kesimpulan
Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia berarti, bahwa setiap orang Indonesia mendapat
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Sesuai dengan UUD
1945, makna keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki lambang padi dan kapas. Padi dan kapas
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang, sebagai syarat utama untuk
mencapai kemakmuran. Hal itu sesuai dengan tujuan utama dari sila kelima yaitu mensejahterakan rakyat
Indonesia.Dalamsilakelima yang berbunyi“KeadilanSosialBagiSeluruh Rakyat Indonesia”
terkandungnilaikeadilansocialantara lain:
a) Perwujudannilaikeadilansocialdalamkehidupansocialataukemasyarakatanmeliputiseluruhrakyat Indonesia.
b) Keadilandalamkehidupansocialterutamameliputibidang-bidang ideologi ,ekonomi ,politik, sosial,
kebudayaandanpertahanan keamanan sosial.
c) Cita-cita masyarakat adil makmur, material dan spiritual yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
d) Keseimbanganantarahakdankewajiban, danmenghormatihak orang lain.
e) Cintaakankemajuandanpembangunan.
f) Nilaisilakelimainimeliputidandijiwaisila-sila I,II,III dan IV.
Dengan sila Keadilan Sosila bagi Seluruh Rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam
rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan ke-gorongroyong-an.
Di Indonesia masih banyak kasus-kasus yang menyimpang dari nilai-nilai pancasila, terutama sila
kelima. Banyak orang-orang atau pemerintahan yang belium bisa adil terhapad rakyatnya, entah itu dari
segi ekonomi, politik, sosial-budaya dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Darmodiharjo, Darji, 1979, Pancasila Suatu Orientasi Singkat, Balai Pustaka, Jakarta.
http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.com/2015/12/lambang-pancasila-dan-artinya.html diakses
pada: 6 mei 2017
https://diahsetyorini23.wordpress.com/2015/04/16/kasus-kasus-pelanggaran-5-sila-pancasila.html diakses
pada: 6 mei 2017
https://nadhifwalisongo.blogspot.co.id/2017/05/makalah-pancasila-sila-ke-5.html
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi tuhan yang telah menolong hamba-nya untuk menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin kami penyusun dari tim7 tidak dapat
menyelesaikanya dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami pancasila khususnya sila ke5 keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia. Yang kami sajikan berdasarkan penulisan dari berbagai sumber.
Makalah ini kami susun dengan banyak rintangan banyak itu yang dating dari para penyusun
maupun dari yang laen, namun dengan penuh kesabaran dan niat untuk meyelesaikanya kami pun dapat
juga menyelesaikanya dengan baik.
Makalah ini memuat tentang bagaimana sila ke5 yaitu keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia yang belum sepenuhnya diterapkan dinegara ini.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pancasila dan kewarganegaraan yaitu
Prof.DR.DRS.H.Sukiyat,SH.,M.Si yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara kami menyusun makalah
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima
kasih.
Gresik, ……….
DAFTAR ISI
Cover -
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab I : Pendahuluan 3
I.I.Latar Belakang 3
I.2.Rumusan Masalah 4
I.3.Tujuan Penulisan 4
Bab IV : Penutup 13
IV.1.Kesimpulan 14
IV.2.Saran 14
Daftar Pustaka 15
BAB I
PENDAHULUAN
Pengembangan sikap adil terhadap sesama manusia, kesamaan kedudukan terhadap hukum
dan HAM, keseimbangan antara hak dan kewajiban merupakan sikap yang tercermin dari pengamalan
nilai Pancasila yakni sila ke -5 yang berbunyi Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Fungsi dari
nilai yang terkandung dalam Pancasila sila ke-5 ini berfungsi sebagai tujuan negara. Namun, apakah nilai
–nilai yang terkandung dalam sila ke lima Pancasila itu sudah terlaksana seutuhnya di lingkungan kita?
Kita dapat menilai dengan mengamati kejadian di sekitar kita. Masih banyak masyarakat Indonesia yang
bersikap tidak sesuai dengan nilai moral Pancasila. Mereka cenderung bersikap individualis,
menghalalkan segala cara walaupun dengan kerja keras, melemahkan kekuatan hukum, menggunakan
sumberdaya dan sumber kekayaan Indonesia dengan berlebihan, menyelewengkan kekuasaan, dsb.
Sungguh ironis memang, Pancasila yang disepakati bersama sebagai kepribadian bangsa saat ini
kenyataan di lingkungan masyarakat Indonesia bertentangan dengan ajaran Pancasila
I.2. Rumusan Masalah
Pancasila merupakan sekumpulan nilai –nilai luhur yang diyakini kebenarannya, yang kemudian
dijabarkan dalam pedoman pengamalan Pancasila. Pengembangan sikap adil terhadap sesama manusia,
kesamaan kedudukan terhadap hukum dan HAM, keseimbangan antara hak dan kewajiban merupakan
sikap yang tercermin dari pengamalan nilai Pancasila yakni sila ke -5 yang berbunyi Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
Fungsi dari nilai yang terkandung dalam Pancasila sila ke-5 ini berfungsi sebagai tujuan negara.
Namun, apakah nilai –nilai yang terkandung dalam sila ke lima Pancasila itu sudah terlaksana seutuhnya
di lingkungan kita? Kita dapat menilai dengan mengamati kejadian di sekitar kita. Masih banyak
masyarakat Indonesia yang bersikap tidak sesuai dengan nilai moral Pancasila.
Mereka cenderung bersikap individualis, menghalalkan segala cara walaupun dengan kerja
keras, melemahkan kekuatan hukum, menggunakan sumberdaya dan sumber kekayaan Indonesia
dengan berlebihan, menyelewengkan kekuasaan, dsb. Sungguh ironis memang, Pancasila yang
disepakati bersama sebagai kepribadian bangsa saat ini kenyataan di lingkungan masyarakat Indonesia
bertentangan dengan ajaran Pancasila.
Karena dalam situasi seperti sekarang ini masyarakat semakin tidak menyadari makna pancasila,
mereka sudah mulai memudarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yang telah disepakati
bersama.
Dalam kehidupan sehari- hari, pengamalan sila kelima Pancasila terkadang tidak sesuai dengan
makna yang terkandung dalam sila tersebut. Hal ini akan berakibat pada berubahnya sikap masyarat
Indonesia. Jika masyarakat Indonesia bersikap tidak sesuai nilai dan norma Pancasila, maka bisa
dikatakan bangsa tersebut kehilangan jati diri bangsa. Jika suatu bangsa kehilangan jati diri bangsa,
mudah bangsa lain untuk menjajah bangsa Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORY
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal,
baik m e n y a n g k u t b e n d a a t a u o r a n g . M e n u r u t s e b a g i a n b e s a r t e o r i , k e a d i l a n
m e m i l i k i tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang
dianggapsalah satu filsuf politik terkemuka abad ke -20, menyatakan bahwa "Keadilan
adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran
pada sistem pemikiran" :
[1]. Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai: "Kita tidak
hidup di dunia yang adil"
[2]. Kebanyakan orang percaya bahwaketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan
banyak gerakan sosial dan politis di s e l u r u h d u n i a y a n g b e r j u a n g m e n e g a k k a n
k e a d i l a n . T a p i , b a n y a k n y a j u m l a h d a n variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa
tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan, ka rena definisi apakah
keadilan itu sendiri tidak jelas. keadilan intinya adalah meletakan segala sesuatunya pada
tempatnya.
Keadilan sosial juga merupakan salah satu butir dalam Pancasila 45 butir pengalaman pancasila
yang tertuang dalam P4 ( p e d o m a n Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada Tap MPR No.
II/MPR/1978.
•Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
•T i d a k m e n g g u n a k a n h a k m i l i k u n t u k u s a h a - u s a h a y a n g b e r s i f a t
p e m e r a s a n terhadap orang lain
•Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gayahidup mewah.
•T i d a k m e n g g u n a k a n h a k m i l i k u n t u k b e r t e n t a n g a n d e n g a n a t a u
m e r u g i k a n kepentingan umum.
•S u k a m e n g h a r g a i h a s i l k a r y a o r a n g l a i n y a n g b e r m a n f a a t b a g i k e m a j u a n
d a n kesejahteraan bersama.
•Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Jenis-jenis Keadilan
(a)keadilan distributif
, yaitu memberikan sama yang sama, dan memberikan tidak sama yang tidak sama. Jadi
PNS Gol. III di instansi A mendapat lungsum perhari sejumlah X, maka seluruh PNS yang
bergolongan III di instansi manapun di seluruhIndonesia, harus mendapatkan lungsum perhari juga
sejumlah X
(b)Keadilan commutative
(c)Keadilan remedial
, y a i t u m e m u l i h k a n s e s u a t u k e k e a d a a n s e m u l a , b i a s a n y a digunakan dalam perkara
gugatan ganti kerugian.Keadilan juga dapat dibedakan ke dalam dua jenis :
1.keadilan restitutif
, y a i t u k e a d i l a n y a n g b e r l a k u d a l a m p r o s e s l i t i g a s i d i pengadilan, di
m a n a f o k u s n y a a d a l a h p a d a p e l a k u . B a g a i m a n a m e n g h u k u m a t a u membebaskan
pelaku.
2.keadilan restoratif
Dengan masa kerja yang hanya 5 tahun,mereka mendapat pensiun seumur hidup. Wah
enaknya, pantas saja banyak orang b e r l o m b a - l o m b a d u d u k m e n j a d i a n g g o t a d e w a n .
S e d a n g k a n B U M N s a j a s u d a h banyak yang tidak menerapkan pensiun seumur h idup.
Ini suatu ketidakadilan yangnyata, dimana harapan keadilan rakyat terletak di tangan mereka.
Kontroversi gaji DPR dengan segala tunjangan dan fasilitasnya selalu terjadi tiaptahun. Mereka
bukannya mengurusi segala persoalan rakyat malah mementingkan b e r a p a b e s a r u a n g
y a n g m a s u k r e k e n i n g m e r e k a s e n d i r i . S e b u a h i r o n i d i t e n g a h masyarakat yang hidup
susah, mengantri minyak tanah, hidup di jalanan, kemiskinanmerata di seantero negeri ini.
Mereka sepertinya hanya memikirkan dirinya sendiri saja. Tidak pantas mendapat Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia pensiun seumur hidup. Sebelum menjadi anggota dewan,
tentunya mereka sudahmempunyai pekerjaan yang mapan. Gedung dewan sekarang
menjadi ajang mencariuang saja.
Sudah beberapa kali protes saya lontarkan untuk tidak perlu dibantu untuk
turundan naik bus. Argumentasi dari para kenek adalah menolong perempuan agar
tidak jatuh. Tentu saja penumpang akan jatuh apabila bus tidak sungguh-sungguh berhenti,masih
setengah dan cepat-cepat mau ngebut lagi.
Tentu saja ada yang paling parah, yaitu serangan seksual dan
p e m e r k o s a a n . Terutama apabila perempuan pergi sendiri dan malam hari. Sudah banyak kisah
nyata perempuan pulang kerja malam hari atau dini hari dan di kendaraan ditodong
laludiperkosa.
Di Jepang, sekarang para remaja putri SMA b erani terhadap para laki-lakiyang
mereka rasa melakukan pelecehan seksual. Mereka menarik dasi pelaku dan membawanya
ke polisi. Kaum laki-laki takut sekali apabila berurusan dengan aparat p e n e g a k h u k u m
k a r e n a k a r i e r b i s a t a m a t . D a m p a k n y a , p e r e m p u a n a m a n menggunakan
transportasi umum.
Lalu bagaimana dengan Dinas Perhubungan dan para pemilik bus beserta
paras o p i r d a n k e r n e t ? T a m p a k n y a m e r e k a p e r l u m e n d a p a t
p e n c e r a h a n t e n t a n g antipelecehan seksual. Bagaimana berlaku sopan terhadap
penumpang. Perlu jugas e c a r a i n t e r n a l m e m b e r l a k u k a n t i n d a k d i s i p l i n t e r h a d a p
sopir atau kernet yangm e l e c e h k a n p e r e m p u a n . A r t i n y a , a d a s i s t e m
p e n g a d u a n p e n u m p a n g t e r h a d a p perlakuan sopir dan kernet yang merugikan,
bukan melulu soal jadwal. Sebaliknya,sopir dan kernet yang membela penumpang
perempuan yang dilecehkan disediakan hadiah. Memang masih sulit menanamkan kesadaran
individu yang sejati, dalam artitidak diberi hadiah pun mau bertindak, mau membela.
Para penumpang laki-laki mulailah bersikap menghormati diri sendiri dan orang lain.
Tentu saja dengan tidak melakukan pelecehan seksual. Lalu, apabila ada peleceh, beranilah menegur
dan melawannya. Para penumpang perempuan janganlah berdiamdiri jika dilecehkan. Kita harus
memprotes, mengatakan tidak. Apabila kita diam saja,dianggap kita setuju.
Jika semua pengguna jasa kendaraan umu m menolak pelecehan seksual dan
ada p e r a n g k a t h u k u m y a n g e f e k t i f d i t u n j a n g o l e h b u d a y a o r g a n i s a s i
D e p a r t e m e n Perhubungan dan perusahaan bus yang antipelecehan seksual,
m a k a p e n u m p a n g perempuan mudah- mudahan akan merasa aman naik kendaraan umum.
Semoga!
BAB III
PEMBAHASAN
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kalimat tersebut memiliki makna yang sangat luas.
Makna dari sila ke lima Pancasila yang disarikan isi dan naskah tersebut kedalam 45 butir P-4
diantaranya;
a. Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong
– royong
e. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri
f. Tidak menggunakan hak milik usaha – usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain
g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal – hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
h. Tidak menggunakan hak – hak milik untuk hal – hal yang bertentangan dengan kepentingan umum.
j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama
k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Sila ke lima Pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat indonesia diliputi,
didasari, dijiwai oleh sila ke 1,2,3,4. Dengan demikian makna yang terkandung dalam sila ke lima
Pancasila merupakan gambaran terlengkap 5 dari makna keseluruhan Pancasila. Namun nilai yang
terkandung dalam Pancasila selain sila ke 5 juga memiliki keterkaitan dengan sila lainnya.
Dalam kehidupan sehari- hari, pengamalan sila kelima Pancasila terkadang tidak sesuai dengan
makna yang terkandung dalam sila tersebut. Hal ini akan berakibat pada berubahnya sikap masyarat
Indonesia. Jika masyarakat Indonesia bersikap tidak sesuai nilai dan norma Pancasila, maka bisa
dikatakan bangsa tersebut kehilangan jati diri bangsa.
Jika suatu bangsa kehilangan jati diri bangsa, mudah bangsa lain untuk menjajah bangsa
Indonesia. Perilaku yang dipedomankan sebagai pengamalan Pancasila beserta pengamalan di
masyarakat Indonesia diantaranya ;
Kita hidup dilingkungan yang masih berada di wilayah Indonesia. Sudah menjadi kodrat manusia
sebagai mahluk sosial sebaiknya memiliki sikap tolong menolong antar sesama, gotong- royong,
tenggang rasa sesama manusia tanpa membedakan ras, suku, jenis kelamin dan agama. Namun, dimasa
sekarang nampaknya sikap tersebut sudah meluntur. Banyak orang yang bekerja sehari suntuk hingga ia
tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Hingga timbul sikap acuh tak acuh dan individualis,
sikap yang bertentangan dengan nilai Pancasila. Seharusnya kita sebagai rakyat Indonesia yang memiliki
pandangan hidup Pancasila lebih mementingkan kepentingan sosial diatas kepentingan pribadi.
Penjabaran makna adil yang sesungguhnya terkadang memberikan pro dan kontra antar
manusia. Adil dalam hukum yakni semua rakyat Indonesia memiliki kedudukan yang sama dimata
hukum. Adil terhadap sesama yaitu, memperlakukan manusia sama dengan yang lain tanpa
membedakan suku, ras, agama,jenis kelamin.
Rakyat Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk membela negaranya. Rakyat
indonesia juga memiliki jaminan hak asasi manusia yang tertuang dalam UUD 1945. Hak asasi manusia
tersebut mencakup hak atas kwdudukan yang sama dalam hukum, hak atas penghidupan yang layak,
hak atas kehidupan berserikat dan , berkumpul, hak atas kebebasan mengeluarkan pendapat, hak atas
kemerdekaan memeluk agama, hak untuk mendapatkan pengajaran, dsb. Dengan dirumuskannya hak
asasi dalam UUD 1945, mengandung pengertian bahwa UUD mewajibkan pemerintah dan lain – lain
penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur yang bersifat universal
serta memegang teguh cita- cita moral rakyat yang luhur.
5. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
Untuk mengejar kehidupan yang lebih baik, manusia harus bekerjasama dengan manusia lain
dalam masyarakat. Manusia mustahil dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Kenyataan ini
menimbulkan kesadaran bahwa segala yang dicapai dan kebahagiaan yang dirasakan oleh manusia pada
dasarnya adalah berkat bantuan dan kerjasama orang lain di masyarakat.
6. Tidak menggunakan hak milik usaha – usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
Masih sering kita jumpai kasus- kasus suap, pungli, sogokan marak disegala bidang. Bukan hanya
badan usaha milik pererintah, badan usaha milik swasta juga dapat kita jumpai pungli, suap, sogokan.
Hal tersebut sangat merugikan masyarakat dan negara. Masyarakat dirugikan karena melakukan
pengorbanan yang lebih banyak dari pada peratuan yang telah ditetapkan dan tidak memiliki
kesempatan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan dikarenakan pungli, sogokan dan suap. Sedangkan
negara menderita kerugian dikarenakan sesuatu yang seharusnya benar kelak menjadi salah. Semisal
penerimaan pegawai negri, pemerintah dirugikan oleh karena calon yang diterima berdasar pada
banyaknya suap bukan karena standar penerimaan yang telah ditetapkan. Jika penyelewengan
penggunaan hak milik usaha untuk pemerasan ini tidak dibenahi, boleh jadi hukum kelak bisa di beli.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal – hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
Indonesia memiliki hasil bumi yang sangat melimpah. Dari sektor pertambangan, perkebunan,
pertanian, kelautan, dll. Semua hasil bumi tersebut menjadikan Indonesia kaya akan hasil
bumi.walaupun demikian banyak kekayaan Indonesia, kita sebagai rakyat Indonesia tidak diperbolehkan
menggunakan kekayaan negara tersebut dengan berlebihan dan gaya hidup mewah. Karena diantara
sumber daya alam tersebut ada sebagian yang tidak dapat diperbaharui dan masih banyak saudara kita
yang memiliki kehidupan yang tak layak. Sedangkan Indonesia memiliki berjuta kekayaan yang
seharusnya turut di nikmati seluruh rakyat Indonesia.
8. Tidak menggunakan hak – hak milik untuk hal – hal yang bertentangan dengan atau kepentingan
umum.
Sering kita mendengar kasus – kasus koruptor yang menjamur di Indonesia. Korupsi dapat jadi
karena koruptor melaksanakan hak – hak asasi manusia cenderung untuk berlebih- lebihan, sehingga
merugikan negara dan masyarakat. Seharusnya, manusia lebih memprioritaskan kepentingan umum
diatas kepentingan pribadi. Dan kepentingan tersebut hendaknya tidak bertentangan dengan
kepentingan umum.
Kerja keras kita butuhkan untuk mengupayakan apa yang kita inginkan menjadi terwujud.
Perwujudan itu hendaknya di lakukan dengan langkah yang benar, sesuai dengan hukum. Namun,
banyak orang yang mengupayakan perwujudan keinginannya tersebut dengan cara yang tidak sesuai
dengan ajaran nilai Pancasila. Semisal menyuap. Hendaknya kita sebagai bangsa Indonesia yang
berpedoman Pancasila mengupayakan perwujuan sesuatu yang ia inginkan dengan kerja keras. Bukan
mencari jalan pintas guna keinginannya terwujud.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
Banyak karya anak negeri Indonesia ini yang berprestasi dan berkarya. Hasil karya anak
Indonesia tidak kalah dengan negara lain. Hendaknya kita hargai dan kita dukung hasil karya mereka
sebagai hasil karya anak bangsa Indonesia yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama
serta memberikan motivasi kepada anak negri Indonesia lainnya untuk tetap terus berkarya.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
sosial.
Pemerataan perekonomian di Indonesia masih perlu dilaksanakan. Hal ini perlu dikarenakan
pertumbuhan ekonomi antar daerah masih berbeda. Jika pertumbuhan peerekonomian Indonesia tidak
merata, ini menyebabkan ketertinggalan suatu daerah dengan daerah lain. Pemerintah dalam mengatasi
hal ini menggalakan pemerataan penduduk, pemerataan perekonomian dengan program pinjaman
modal dll. Langkah pemerintah tersebut berguna untuk mewujudkan pemerintahan yang adil bagi
seluruh rakyat Indonesia..
Dengan penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa Pancasila sebagai kepribadian bangsa
mengandung nilai yang menuntun rakyat Indonesia untuk berperilaku selaras dengan ajaran Pancasila
yang begitu banyak dan memiliki kemanfaatan bagi negara Indonesia guna mewujudkan cita- cita
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan perdamaia
BAB IV
PENUTUP
Sila kelima ini adalah tujuan akhir dari terselenggaranya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
merdeka. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Karena tanpa keadilan, ketuhanan menjadi hampa. Agama
hanya jadi sekadar label. Ibadah hanya terhenti pada batas ritus saja. Dimensi sosial dari jiwa ketuhanan
lenyap. Kemanusiaan juga tiada arti jika tidak terwujud keadilan sosial dari sikap kemanusiaan itu.
Persatuan pun ditujukan untuk menghimpun keberagaman demi satu tujuan akhir. Tujuan akhir yang
baik tentunya, bukan tujuan yang tak jelas. Apa tujuan akhir itu? Itulah keadilan sosial. Dan tanpa
adanya keadilan, kemerdekaan politik seperti yang termaktub dalam sila keempat jadi tak berguna lagi.
Tak ada guna jika rakyat hidup hanya diberi kemerdekaan politik saja, tanpa dipenuhi kebutuhan akan
keadilannya.
Keadilan sosial ini diimplementasikan antara lain dalam bentuk kesejahteraan dan kemakmuran
bagi seluruh rakyat. Tercukupinya pangan, terpenuhinya sandang, dan juga kebutuhan papan, dalam
bingkai kemerdekaan ekonomi. Itu yang diharapkan. Dengan kemakmuran dan kesejahteraan yang ada
dalam suatu negara yang merdeka perekonomiannya, akan tercipta iklim demokrasi yang sehat, baik
dalam sistem politik maupun kehidupan rakyat. Akan mudah pula dalam menggalang persatuan bangsa.
Kedamaian pun tak lagi menjadi khayalan yang sulit untuk dicapai. Baik itu kedamaian antar-sesama
manusia, maupun kedamaian antar-umat beragama dalam konteks ketuhanan yang maha-esa.
Sudah banyak contoh bahwa semakin makmur dan sejahtera suatu negara, semakin kecil masalah
perpecahan bangsa yang dihadapi. Di lain pihak, makin terpuruk perekonomian suatu negara, makin
banyak permasalahan dan cheos yang terjadi, yang berujung pada terganggunya tatanan sosial,
instabilitas politik dan yang lainnya. Itulah pentingnya mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat. Last but not least. Seperti itulah keberadaan sila yang jadi ujung piramida new state order dari
bahtera besar bernama Indonesia ini. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
IV.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan;
1. Masih banyak perilaku di masyarakat Indonesia yang bertentangan dengan ajaran Pancasila.
2. Perilaku menyimpang dari nilai filosofi Pancasila nantinya akan membawa dampak buruk bagi bangsa
Indonesia.
IV.2. SARAN
2. Mengendalikan diri dari kepentingan pribadi agar dapat melaksanakan kewajibannya sebagai manusia
sosial
MS Bakry, Noor. 1997. PANCASILA YURIDIS KENEGARAAN. Yogyakarta: Liberty .www. Bof. Kenz.or.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Keadilan
http://blog.kenz.or.id/2006/06/01/45-butir-pengamalan-pancasila.html
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0405/04/swara/1000699.htm
http://ideologipancasila.wordpress.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Keadilan_sosial
http://www.fajar.co.id/kolom/news.php?newsid=549
http://www.isomwebs.com/2011/pengamalan-sila-ke-lima-pancasila-dalam-kehidupan-masyarakat/.
http://www.scribd.com/doc/2904068/SILA-kelima-PANCASILA
http://zhyazhy.blogspot.co.id/
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga kami bisa menyusun makalah ini dengan judul “Keadilan Sosial”.
Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat serta memberikan sumbangan pengetahuan bagi semua
pihak yang ingin mempelajari tentang Keadilan Sosial. Makalah ini juga diharapkan bisa menjadi
penambah literatur (daftar bacaan) khususnya bagi mahasiswa STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi.
Namun demikian, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan makalah
ini. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
peningkatan kemakmuran ekonomis yang cukup besar ialah terwujudnya keadilan sosial. Keadilan sosial
merujuk pada masyarakat (society) atau negara yang dapat berfungsi sebagai subjek maupun objek.
Sebagai demikian, konsepsi keadilan sosial di satu pihak mewajibkan negara untuk mewujudkan
kesejahteraan umum serta membagi beban dan manfaatnya kepada warga negara secara proporsional
seraya membantu anggota-anggota yang lemah, dan di lain pihak mewajibkan para warga untuk
kesejahteraan umum” serta “mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Selanjutnya
butir-butir tentang kesejahteraan rakyat juga dapat dijumpai Pancasila 45 butir pengamalan Pancasila
seperti yang tertuang dalam P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada Tap MPR No.
kesejahteraan atau keadilan sosial merupakan kewajiban bagi seluruh aparat negara di setiap jenjang.
Indonesia.
3. Memberikan gambaran tentang implementasi sila kelima Pancasila dalam pelayanan public di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut
benda ataupun orang. Menurut sebagian besar teori keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar.
John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad-20,
menyatakan bahwa “keadilan adalah kelebihan pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan baik
materil maupun spiritual, hal ini berarti keadilan itu tidak hanya berlaku bagi orang yang kaya saja,
tetapi berlaku pula bagi orang miskin, bukan hanya untuk para pejabat, tetapi untuk rakyat biasa.
Seluruh Rakyat Indonesia adalah setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia baik yang berdiam di
wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun warga Negara Indonesia yang berada di Negara lain.
Keadilan sosial adalah sebuah konsep yang membuat para filsuf terkagum-kagum sejak Plato
membantah filsuf muda, Thrasy machus karena ia menyatakan bahwa keadilan adalah apa pun yang
ditentukan oleh si terkuat. Dalam Republik, Plato meresmikan alasan bahwa sebuah negara ideal akan
bersandar pada empat sifat baik: kebijakan, keberanian, pantangan (atau keprihatinan), dan keadilan.
Pengembangan sikap adil terhadap sesama manusia, kesamaan kedudukan terhadap hukum dan
HAM, keseimbangan antara hak dan kewajiban merupakan sikap yang tercermin dari pengamalan nilai
Pancasila yakni sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Sila-sila dalam Pancasila tidaklah dibuat oleh beberapa golongan dan ditemukan dalam waktu
yang singkat. Lahirnya Pancasila pertama kali disampaikan dalam pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945
dalam sidang BPUPKI. Meski demikian, bukan berarti Pancasila dibuat oleh Bung Karno, melainkan
beliau telah mengangkat sari dari nilai-nilai yang hidup dalam bangsa Indonesia. Sebagai implementasi
dari nilai-nilai Pancasila, dibentuklah UUD 1945 dan disahkan pada 18 Agustus 1945. UUD 1945 diakui
sebagai konstitusi tertulis negara Indonesia. Fungsi dari nilai yang terkandung dalam Pancasila sila
Adapun lambang dari sila kelima adalah padi dan kapas yang digunakan karena merupakan
kebutuhan dasar bagi setiap manusia, yakni pangan dan sandang sebagai syarat utama untuk mencapai
Dalam sila kelima dalam Dasar Negara RI mengandung makna setiap masyarakat Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Untuk itu dikembangkan perbuatannya luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu diperlukan sikap adil terhadap sesama, menjaga
kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
Nilai yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia didasari dan
dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
serta Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan atau Perwakilan.
Dalam sila kelima tersebut terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan Negara sebagai tujuan dalam
hidup bersama. Maka dalam sila kelima tersebut terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam
kehidupan bersama (kehidupan sosial). Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan
manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain ,
manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.
Konsekuensinya nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama meliputi:
1. Keadilan distributif
Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bila hal-hal yang sama diperlukan secara
sama dan hal-hal yang tidak sama diperlukan tidak sama ( just ice is done when equelz are treated
equally ). Keadilan distributif sendiri yaitu suatu hubungan keadilan antara Negara terhadap warganya,
dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam
bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan atas
Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga Negara terhadap negara dan dalam masalah ini pihak
wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam Negara. Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan subtansi rohani
umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil setiap
orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya ( the man behind the gun ).
Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan untuk yang lainnya disebut keadilan legal.
3. Keadilan Komulatif
Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang lainnya secara timbal balik.Keadilan
ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.Bagi Aristoteles
pengertian keadilan ini merupakan ases pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan
yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan
Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan sosial. Dalam
a. Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya;
c. Keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak milik orang lain.
Dalam kehidupan sehari- hari, pengamalan sila kelima Pancasila terkadang tidak sesuai dengan
makna yang terkandung dalam sila tersebut. Hal ini akan berakibat pada berubahnya sikap masyarakat
Indonesia. Jika masyarakat Indonesia bersikap tidak sesuai nilai dan norma Pancasila, maka bisa
dikatakan bangsa tersebut kehilangan jati diri bangsa. Jika suatu bangsa kehilangan jati diri bangsa,
Dalam implementasi nilai-nilai Pancasila tidak selalu berjalan mulus. Banyak sekali hambatan-
hambatan yang terjadi. Disebutkan bahwa hambatan itu terjadi karena proses globalisasi yang begitu
cepat setelah Perang Dunia II, membawa masyarakat Indonesia cenderung berorientasi pada nilai yang
datang dari luar. Nilai individual, materialistis, pragmatis semakin kuat, lebih-lebih dengan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu kurangnya penghayatan Pancasila di masyarakat.
Pancasila dianggap sebagai simbol bukan sebagai pedoman. Sebenarnya Pancasila tersebut merupakan
sebuah dasar negara sekaligus sebagai ideologi negara. Pancasila juga berfungsi sebagai pedoman hidup.
Karena Pancasila diambil dari akar-akar budaya bangsa Indonesia tentulah sangatcocok dengan iklim
Kita dapat menilai dengan mengamati kejadian di sekitar kita. Masih banyak masyarakat
Indonesia yang bersikap tidak sesuai dengan nilai moral Pancasila. Mereka cenderung bersikap
individualis, menghalalkan segala cara walaupun dengan kerja keras, melemahkan kekuatan hukum,
kekuasaan, dan sebagainya. Sungguh ironis memang, Pancasila yang disepakati bersama sebagai
kepribadian bangsa saat ini kenyataan di lingkungan masyarakat Indonesia bertentangan dengan ajaran
Pancasila.
Dan berikut ini merupakan butir-butir pengamalan sila kelima Pancasila seperti yang tertuang
dalam P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada Tap MPR No. II/MPR/1978:
1. Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong –
royong
Sudah menjadi kodrat manusia sebagai mahluk sosial sebaiknya memiliki sikap tolong menolong
antar sesama, gotong- royong, tenggang rasa sesama manusia tanpa membedakan ras, suku, jenis
kelamin dan agama. Namun, dimasa sekarang nampaknya sikap tersebut sudah meluntur. Banyak orang
yang bekerja sehari suntuk hingga ia tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Hingga timbul
sikap acuh tak acuh dan individualis, sikap yang bertentangan dengan nilai Pancasila. Seharusnya kita
sebagai rakyat Indonesia yang memiliki pandangan hidup Pancasila lebih mementingkan kepentingan
Penjabaran makna adil yang sesungguhnya terkadang memberikan pro dan kontra antar
manusia. Adil dalam hukum yakni semua rakyat Indonesia memiliki kedudukan yang sama dimata
hukum. Adil terhadap sesama yaitu, memperlakukan manusia sama dengan yang lain tanpa
Rakyat Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk membela negaranya. Rakyat
Indonesia juga memiliki jaminan Hak Asasi Manusia yang tertuang dalam UUD 1945. Hak Asasi Manusia
tersebut mencakup hak atas kedudukan yang sama dalam hukum, hak atas penghidupan yang layak, hak
atas kehidupan berserikat dan berkumpul, hak atas kebebasan mengeluarkan pendapat, hak atas
kemerdekaan memeluk agama, hak untuk mendapatkan pengajaran, dan sebagainya. Dengan
dirumuskannya hak asasi dalam UUD 1945, mengandung pengertian bahwa UUD mewajibkan
pemerintah dan lain – lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur yang bersifat universal serta memegang teguh cita- cita moral rakyat yang luhur.
Setiap manusia memiliki hak. Hak yang telah diperoleh dan dibawanya sejak lahir yaitu hak asasi
manusia. Hak asasi manusia berlaku sejak ia lahir dibumi tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras,
agama, kelamin. Dengan HAM, manusia memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan
5. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri
Untuk mengejar kehidupan yang lebih baik, manusia harus bekerjasama dengan manusia lain
dalam masyarakat. Manusia mustahil dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Kenyataan ini
menimbulkan kesadaran bahwa segala yang dicapai dan kebahagiaan yang dirasakan oleh manusia pada
6. Tidak menggunakan hak milik usaha – usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
Masih sering kita jumpai kasus- kasus suap, pungli, sogokan marak disegala bidang. Bukan hanya
badan usaha milik pererintah, badan usaha milik swasta juga dapat kita jumpai pungli, suap, sogokan.
Hal tersebut sangat merugikan masyarakat dan negara. Masyarakat dirugikan karena melakukan
pengorbanan yang lebih banyak dari pada peratuan yang telah ditetapkan dan tidak memiliki
kesempatan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan dikarenakan pungli, sogokan dan suap. Sedangkan
negara menderita kerugian dikarenakan sesuatu yang seharusnya benar kelak menjadi salah. Semisal
penerimaan pegawai negri, pemerintah dirugikan oleh karena calon yang diterima berdasar pada
banyaknya suap bukan karena standar penerimaan yang telah ditetapkan. Jika penyelewengan
penggunaan hak milik usaha untuk pemerasan ini tidak dibenahi, boleh jadi hukum kelak bisa di beli.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal – hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
Indonesia memiliki hasil bumi yang sangat melimpah. Dari sektor pertambangan, perkebunan,
pertanian, kelautan, dll. Semua hasil bumi tersebut menjadikan Indonesia kaya akan hasil
bumi.walaupun demikian banyak kekayaan Indonesia, kita sebagai rakyat Indonesia tidak diperbolehkan
menggunakan kekayaan negara tersebut dengan berlebihan dan gaya hidup mewah. Karena diantara
sumber daya alam tersebut ada sebagian yang tidak dapat diperbaharui dan masih banyak saudara kita
yang memiliki kehidupan yang tak layak. Sedangkan Indonesia memiliki berjuta kekayaan yang
Sering kita mendengar kasus – kasus koruptor yang menjamur di Indonesia. Korupsi dapat jadi
karena koruptor melaksanakan hak – hak asasi manusia cenderung untuk berlebih- lebihan, sehingga
merugikan negara dan masyarakat. Seharusnya, manusia lebih memprioritaskan kepentingan umum
diatas kepentingan pribadi. Dan kepentingan tersebut hendaknya tidak bertentangan dengan
kepentingan umum.
Kerja keras kita butuhkan untuk mengupayakan apa yang kita inginkan menjadi terwujud.
Perwujudan itu hendaknya di lakukan dengan langkah yang benar, sesuai dengan hukum. Namun,
banyak orang yang mengupayakan perwujudan keinginannya tersebut dengan cara yang tidak sesuai
dengan ajaran nilai Pancasila. Semisal menyuap. Hendaknya kita sebagai bangsa Indonesia yang
berpedoman Pancasila mengupayakan perwujuan sesuatu yang ia inginkan dengan kerja keras. Bukan
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama
Banyak karya anak negeri Indonesia ini yang berprestasi dan berkarya. Hasil karya anak
Indonesia tidak kalah dengan negara lain. Hendaknya kita hargai dan kita dukung hasil karya mereka
sebagai hasil karya anak bangsa Indonesia yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama
serta memberikan motivasi kepada anak negri Indonesia lainnya untuk tetap terus berkarya. 9
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Pemerataan perekonomian di Indonesia masih perlu dilaksanakan. Hal ini perlu dikarenakan
pertumbuhan ekonomi antar daerah masih berbeda. Jika pertumbuhan peerekonomian Indonesia tidak
merata, ini menyebabkan ketertinggalan suatu daerah dengan daerah lain. Pemerintah dalam mengatasi
hal ini menggalakan pemerataan penduduk, pemerataan perekonomian dengan program pinjaman
Dalam suatu negara administratif, pemerintah dengan seluruh jajarannya biasa dikenal sebagai
abdi negara dan abdi masyarakat. Dalam bahasa sederhana peranan tersebut diharapkan terwujud
dalam pemberian berbagai jenis pelayanan yang diperlukan oleh seluruh warga masyarakat. Pelayanan
pemerintah pada umumnya dicerminkan oleh kinerja birokrasi pemerintah. Birokrasi merupakan sarana
dan alat dalam menjalankan kegiatan pemerintahan di era masyarakat yang semakin modern dan
kompleks, namun masalah yang dihadapi oleh masyarakat tersebut adalah bagaimana memperoleh dan
melaksanakan pengawasan agar birokrasi dapat bekerja demi kepentingan rakyat banyak.
cratein (kekuasaan), yang berarti kekuasaan berada pada orang-orang di belakang meja. Di Indonesia,
birokrasi tidak berbanding lurus dengan pernyataan Max Weber yang mengatakan bahwa birokrasi
merupakan metode organisasi terbaik dengan spesialisasi tugas yang berarti disiplin, terampil, taat pada
tugas, dan tidak membedakan orang. Berikut merupakan pengertian birokrasi menurut para ahli:
1. Max Weber
Birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang penerapannya berhubungan dengan tujuan yang
hendak dicapai. Birokrasi ini dimaksudkan sebagai suatu sistem otorita yang ditetapkan secara rasional
oleh berbagai macam peraturan. Birokrasi ini dimaksudkan untuk mengorganisasi secara teratur suatu
melaksanakan tugas-tugasnya yang bersifat spesialis, dilaksanakan dalam sistem administrasi dan
Birokrasi adalah suatu tipe dari organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas
administratif yang besar, yaitu dengan cara mengkoordinir secara sistematik pekerjaan yang dilakukan
Jadi, birokrasi merupakan suatu bentuk organisasi yang dipergunakan pemerintah modern
untuk melaksanakan tugas-tugasnya yang bersifat spesialis dengan cara mengkoordinir secara sistematik
Karakteristik birokrasi yang umum adalah yang diajukan oleh Max Weber. Menurutnya, paling
3. Pelayanan publik (civil sevants) terdiri atas orang-orang yang diangkat, bukan dipilih, di mana
pengangkatan tersebut didasarkan kepada kualifikasi kemampuan, jenjang pendidikan, atau pengujian
(examination).
Ditinjau secara politik, karakteristik birokrasi menurut Weber hanya menyebut hal-hal yang
ideal. Artinya, terkadang pola pengangkatan pegawai di dalam birokrasi yang seharusnya didasarkan
atas jenjang pendidikan atau hasil ujian, kerap tidak terlaksana. Ini diakibatkan masih berlangsungnya
1. Administrasi
perizinan, dan pengumpul informasi. Dengan fungsi administrasi dimaksudkan bahwa fungsi sebuah
birokrasi adalah mengimplementasikan Undang-Undang yang telah disusun oleh legislatif serta
penafsiran atas UU tersebut oleh eksekutif. Dengan demikian, administrasi berarti pelaksanaan
kebijaksanaan umum suatu negara, di mana kebijakan umum itu sendiri telah dirancang sedemikian
2. Pelayanan
Birokrasi sesungguhnya diarahkan untuk melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
3. Pengaturan (regulation)
kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan fungsi ini, badan birokrasi biasanya dihadapkan anatara
dua pilihan: Kepentingan individu versus kepentingan masyarakat banyak. Badan birokrasi negara
Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok: apakah suatu kebijaksanaan mengalami
sejumlah pelanggaran atau keperluan membuat kebijakan-kebijakan baru yang akan disusun oleh
pemerintah berdasarkan situasi faktual. Oleh sebab itu, menjadi ujung tombak pelaksanaan
kebijaksanaan negara tentu menyediakan data-data sehubungan dengan dua hal tersebut. Misalnya,
pemungutan uang yang tidak semestinya (pungli) ketika masyarakat membuat SIM atau STNK tentunya
mengalami pembengkakan. Pungli tersebut merupakan pelanggaran atas idealisme administrasi negara.
Dengan ditemukannya bukti pungli, pemerintah akan membuat prosedur baru untuk pembuatan SIM
dan STNK agar tidak memberi ruang bagi kesempatan melakukan pungli.
Selain Roskin, Andrew Heywood juga mengutarakan sejumlah fungsi yang melekat pada birokrasi.
1. Pelaksanaan Administrasi.
Fungsi ini serupa dengan yang diutarakan Roskin bahwa fungsi utama birokrasi adalah
fungsi ini, Heywood membedakan 2 peran di tubuh pemerintah. Pertama, peran pembuatan kebijakan
dalam mana peran ini ada di tangan politisi. Kedua, peran pelaksanaan kebijakan dalam mana peran ini
ada di tangan birokrat. Fungsi administrasi, oleh karena itu, merupakan fungsi sentral dari birokrasi
negara.
akibat birokrasi merupakan lini terdepan dalam implementasi suatu kebijakan, mereka adalah
pelaksananya. Sebab itu, masalah dalam suatu kebijakan informasinya secara otomatis akan terkumpul
di birokrasi-birokrasi. Heywood membedakan 3 kategori birokrat yaitu (1) top level civil servants, (2)
middle-rangking civil servants, dan (3) junior-ranking civil servants. Top Level Civil Servant banyak
melakukan kontak dengan politisi, sementara middle dan junior civil servants lebih pada pekerjaan-
pekerjaan rutin di “lapangan.” Top Level Civil Servants dapat bertindak selaku penasehat kebijakan bagi
para politisi, dalam mana informasi pelaksanaan kebijakan mereka peroleh dari middle dan junior civil
servants.
3. Artikulasi Kepentingan
Kendati bukan fungsi utamanya guna mengartikulasi kepentingan (ini fungsi partai politik),
tetapi birokrasi kerap mendukung upaya artikulasi dan agregasi kepentingan. Dalam tindak keseharian
mereka, birokrasi banyak melakukan kontak dengan kelompok-kelompok kepentingan di suatu negara.
Ini membangkitkan kecenderungan “korporatis” dalam mana terjadi kekaburan antara kepentingan-
kepentingan seperti perkumpulan dokter, guru, petani, dan bisnis kemudian menjadi “kelompok klien”
yang dilayani oleh birokrasi negara. Pada satu ini “klientelisme” ini positif dalam arti birokrasi secara
“rakyat” yang harus dilayani. Namun, pada sisi lain “klientelisme” ini berefek negatif, utamanya ketika
4. Stabilitas Politik
Birokrasi berperan sebagai stabilitator politik dalam arti fokus kerja mereka adalah stabilitas dan
kontinuitas sistem politik. Peran ini utamanya kentara di negara-negara berkembang dalam mana
Ada beberapa karakteristik dan perilaku birokrat yang akhir-akhir ini menjadi patologis
8. Jumlah pegawai negeri relafit banyak tapi kurang bermutu dan asal jadi.
Misalnya, dalam seleksi kenaikan pangkat dan jabatan atau penerimaan pegawai, yang berlaku
adalah penerimaan dan pengangkatan pegawai sesuai selera pimpinan. Dengan demikian, terjadi
Begitu pula dalam pelayanan, mereka yang didahulukan dalam pelayanan pembuatan SIM, KTP,
IMB, dan lain-lain adalah mereka yang bersedia memberi uang lebih dengan istilah “segalanya bisa
diatur”. Sudah barang tentu mereka yang tidak memiliki uang dan dana lebih, akan tersendat-sendat
urusannya.
Tentu hal ini bertentangan dengan implementasi sila kelima Pancasila “Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia”. Bahwa seharusnya setiap warga negara Indonesia mendapatkan pelayanan
dari pemerintah yang adil tanpa membeda-bedakan status sosial ataupun latar belakangnya.
Ketika pelaksanaan birokrasi, hendaknya para pegawai yang bersangkutan tetap melaksanakan
etika profesinya yakni senantiasa melayani masyarakat, bukan seperti yang terjadi sekarang yakni
pegawai dan pejabat lebih mementingkan diri sendiri dan golongan sehingga pelayanaan terhadap
Dalam kaitanya dengan sistem birokrasi. Pancasila yang mengandung sistem nilai tentulah
memberikan pedoman yang baik selain itu pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional. Oleh
karena itu, pancasila seharusnya hadir di semua sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Sehingga dapat disumpulkan bahwa implementasi Pancasila juga sangat berpengaruh kepada
keberhasilan birokrasi. Dengan implementasi dan penghayatan yang benar tentang Pancasila tersebut
maka, terciptalah birokrasi yang baik, efektif, efisien, dan melayani masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan baik
materil maupun spiritual, hal ini berarti keadilan itu tidak hanya berlaku bagi orang yang kaya saja,
tetapi berlaku pula bagi orang miskin, bukan hanya untuk para pejabat, tetapi untuk rakyat biasa.
Dengan terdapatnya butir-butir sila kelima Pancasila yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Perwujudan dari sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat yang merupakan pengamalannya, setiap
warga harus mengembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan
Tidak hanya rakyat Indonesia yang dituntut untuk mengembangkan sikap adil terhadap segala
aspeknya, namun yang biasa dikenal sebagai abdi negara dan abdi masyarakat atau birokrat diharapkan
bisa memberikan pelayanan yang adil baik dari segi hak yang harus diberikan kepada masyarakat
Sehingga dapat disumpulkan bahwa implementasi Pancasila juga sangat berpengaruh kepada
keberhasilan birokrasi. Dengan implementasi dan penghayatan yang benar tentang Pancasila tersebut
maka, terciptalah birokrasi yang baik, efektif, efisien, dan melayani masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://saptianilinda.blogspot.co.id/2016/12/makalah-keadilan-sosial.html