Anda di halaman 1dari 95

Sila 5.

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

a. Positif

Contoh Kasus : “pembagian beras riskin”

SEMARANG, suaramerdeka.com – Pembagian raskin secara serentak kepada warga miskin,


akan menurunkan harga beras di lapangan. Kepala Badan Ketahanan Pangan Jateng Whitono
menyatakan, saat ini harga beras di lapangan sudah mengalami penurunan.

“Bulog mempercepat realisasi raskin, harapannya percepatan pembagian beras raskin secara
serentak secara nasional menurunkan harga. Selain panen raya di beberapa daerah, juga berperan
dalam menurunkan harga,” kata Whitono beberapa hari lalu di Semarang.

Panen raya di beberapa daerah, diakuinya, tidak bersamaan seperti di Jabar. Panen raya belum
terjadi di semua daerah karena ada keterlambatan. Berdasar pantauannya di lapangan, ada
pedagang dari Jabar memang ada yang membeli gabah di Jateng.

“Pembelian dari luar tidak merubah ketersediaan, masyarakat masih cukup, Bulog juga cukup.
Kondisi pangan di Jateng aman, stok di bulog juga cukup, tidak perlu khawatir,” paparnya.

Sebelumnya Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyatakan, operasi pasar beras sudah mulai
dilakukan. Tetapi ia lebih suka percepatan pembagian raskin karena kegiatan itu benar-benar
menyentuh masyarakat bawah.

“Pembagian beras raskin is the real operasi pasar. Harapannya terus turun,” tutur politisi PDI
Perjuangan tersebut. (http://berita.suaramerdeka.com/pembagian-beras-raskin-turunkan-
harga/)

Dari berita diatas menunjukkan bahwa pemerintah sudah adil dengan memberikan bantuan
kepada orang yang kurang mampu.

b. Negatif

Contoh Kasus : “Janda miskin tak dapat psks”

SRAGEN – Salah satu warga miskin, Sutarni (60) asal Kampung Kuwung Sari RT 003 RW 20,
Kelurahan Sragen Kulon, ternyata tidak mendapat dana program simpanan keluarga sejahtera
(PSKS). Ironisnya, janda beranak satu itu tinggal satu kampung dengan Bupati Agus Fachtur
Rahman. Rumahnya pun hanya berjarak sekitar 100 meter dari kediaman Bupati.

Di temui di rumahnya, Selasa (14/4), dia mengaku sejak tahun lalu tak mendapat bantuan uang
kompensasi dari pemerintah yang sebelumnya berlabel Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dirinya
selama ini hanya memperoleh batuan beras untuk rakyat miskin (raskin).
Dari pantauan, rumah nenek itu tidak layak huni. Di rumah selebar empat meter dan panjang
enam meter itu, dirinya tinggal bersama anak tunggalnya, Sri Lestari (18) yang bekerja sebagai
karyawan toko.

‘’Tahun lalu dan sekarang tidak dapat (bantuan PSKS-red). Padahal saya ya ingin dapat untuk
keperluan sehari-hari membeli seperti membeli sembako,’’ ungkapnya.

Dia mengaku selama ini tidak bekerja, lantaran kondisi tubuh yang tidak memungkinkan. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup, dirinya hanya mengandalkan pemasukan anak serta bantuan dari
tetangga. Diakuinya, dia kali pertama mendiami Bumi Sukowati setelah pindah dari Matesih
Karanganyar sejak 18 tahun silam, saat Bupati HR Bawono membuka lowongan petugas
penyapu jalan.

Berharap Bantuan

Setelah itu berbagai pekerjaan serabutan ia lakukan, seperti mengamen dan membantu warga
sekitar. ‘’Saya hanya bisa berahrap agar pemerintah memberi bantuan. Mereka yang mampu
malah dapat.

Saya sungkan terus menerima bantuan dari tetangga,’’ paparnya. Nasib sama juga dialami
tetangga Sutarni, Harmin (60). Pria yang selama ini bekerja sebagai tukang angkut sampah
tersebut mengaku selama ini tidak terdaftar sebagai penerima bantuan PSKS.

Dia mengaku pernah didata oleh pihak kelurahan untuk bantuan dana kompensasi, namun belum
ada tindak lanjut. Menurutnya, penghasilannya Rp 200 ribu sebulan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup.

‘’Kami berharap pemerintah bersikap adil. Karena uang itu banyak membantu warga seperti
saya,’’ujar dia.

Lurah Sragen Kulon Rinaldhy Arief Wicaksono mengaku, data penerima PSKS masih
menggunakan data 2011 silam, dan belum dilakukan pendataan terbaru warga miskin. Sebab,
pendataan itu adalah kewenangan Badan Pusat Statistik (BPS).

‘’Kami hanya berwenang memberikan informasi ke warga terkait jadwal dan tempat
pengambilan PSKS,’’ tandasnya. (ger-26). (http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/janda-
miskin-tak-dapat-psks/)

Dari berita diatas menunjukan bahwa pemerintah masih belum adil dalam memberikan bantuan
kepada rakyat miskin yang ada di Indonesia . Seperti dalam berita ini yang memberitakan
tentang seorang janda miskin di Sragen yang tidak mendapat dana program simpanan keluarga
sejahtera.

https://diahsetyorini23.wordpress.com/2015/04/16/kasus-kasus-pelanggaran-5-sila-pancasila/
5. Sila Kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

Maksudnya yaitu masyarakat Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk itu dikembangkan
sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta menghormati
hak-hak orang lain.

 Positif : “Warga Gemboyah Aceh Gotong Royong Memperbaiki Jembatan yang


Putus”

Jembatan di desa Gemboyah Kecamatan Linge yang menghubungkan Kecamatan Jagong –


Aceh Tengah yang terputus akibat diterjang banjir pada minggu malam lalu kini mulai diperbaiki
warga setempat secara swadaya. Warga desa Alur Item Khaliddin mengatakan jembatan tersebut
merupakan akses satu satunya menuju Kecamatan Jagong dan Linge. Apabila tidak diperbaiki
segera, maka warga di desa Gemboyah terisolir.

Saat ini sebutnya kendaraan roda dua saja yang dapat melalui jembatan tersebut, sementara
kendaraan roda empat dan lebih belum dapat melintas. “ Ya Alhamdulillah kita perbaiki dulu
supaya roda dua bisa lewat, supaya anak anak ke sekolah dan yang pakai roda dua bisa lewat,
dan macet, kalo roda empat belum bisa. Jadi kalo enggak ditangani segera kami warga
Gemboyah, Kampung Antara, Arul Item bisa terisolir Pak” Ungkap Khalidin.Hujan pada
minggu malam 26/10 telah mengakibatkan 2 jembatan di Kecamatan Linge rusak, pertama
jembatan Gemboyah sepanjang 5 meter dan jembatan di desa Kemerleng.

Sementara itu Kepala Desa Gemboyah Rusli mengungkapkan Jembatan itu berada pada jalan
Provinsi, sehingga proses penangannya merupakan tanggung jawab Provinsi. Sehari setelah
musibah terjadi, camat Linge Agus Kasim bersama Dinas terkait telah meninjau kedua jembatan
yang putus itu. Warga berharap perbaikan pembangunan jembatan dilakukan tahun ini juga
sehingga aktifitas perekonomian seperti mengangkut hasil pertanian berjalan dengan normal
seperti sedia kala. (sumber: rri.co.id)

Komentar : Menurut saya, sikap gotong royong yang dilakukan masyarakat Aceh ini memiliki
peranan dan manfaat yang sangat penting. Dengan adanya gotong royong, segala
permasalahan dan pekerjaan yang rumit akan cepat terselesaikan jika dilakukan kerjasama dan
gotong royong diantara sesama penduduk di dalam masyarakat, Pembangunan akan cepat
terlaksana apabila masyarakat didalamnya bergotong royong dan berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan tersebut.

 Negatif : “Kasus Nenek Minah”

Nenek Minah (55) tak pernah menyangka perbuatan isengnya memetik 3 buah kakao di
perkebunan milik PT Rumpun Sari Antan (RSA) akan menjadikannya sebagai pesakitan di ruang
pengadilan. Bahkan untuk perbuatannya itu dia diganjar 1 bulan 15 hari penjara dengan masa
percobaan 3 bulan.
Ironi hukum di Indonesia ini berawal saat Minah sedang memanen kedelai di lahan garapannya
di Dusun Sidoarjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, pada
2 Agustus lalu. Lahan garapan Minah ini juga dikelola oleh PT RSA untuk menanam kakao.

Ketika sedang asik memanen kedelai, mata tua Minah tertuju pada 3 buah kakao yang sudah
ranum. Dari sekadar memandang, Minah kemudian memetiknya untuk disemai sebagai bibit di
tanah garapannya. Setelah dipetik, 3 buah kakao itu tidak disembunyikan melainkan
digeletakkan begitu saja di bawah pohon kakao.

Dan tak lama berselang, lewat seorang mandor perkebunan kakao PT RSA. Mandor itu pun
bertanya, siapa yang memetik buah kakao itu. Dengan polos, Minah mengaku hal itu
perbuatannya. Minah pun diceramahi bahwa tindakan itu tidak boleh dilakukan karena sama saja
mencuri.
Sadar perbuatannya salah, Minah meminta maaf pada sang mandor dan berjanji tidak akan
melakukannya lagi. 3 Buah kakao yang dipetiknya pun dia serahkan kepada mandor tersebut.
Minah berpikir semua beres dan dia kembali bekerja.

Namun dugaanya meleset. Peristiwa kecil itu ternyata berbuntut panjang. Sebab seminggu
kemudian dia mendapat panggilan pemeriksaan dari polisi. Proses hukum terus berlanjut sampai
akhirnya dia harus duduk sebagai seorang terdakwa kasus pencuri di Pengadilan Negeri (PN)
Purwokerto.

Vonis hakim 1 bulan 15 hari dengan masa percobaan selama 3 bulan disambut gembira keluarga,
tetangga dan para aktivis LSM yang mengikuti sidang tersebut. Mereka segera menyalami Minah
karena wanita tua itu tidak harus merasakan dinginnya sel tahanan. (sumber:
politik.kompasiana.com)

Komentar : Menurut saya, hukum di Indonesia sangat unik. Sangat mudah menjerat hukum
terhadap orang susah seperti nenek Minah, namun sangat sulit dan sangat berbelit-belit begitu
akan menjerat para koruptor dan pejabat yang tersandung masalah hukum di negeri ini. Saking
uniknya hukum di Indonesia, sampai-sampai mereka melupakan prinsip-prinsip kemanusiaan
yang ada. Ini sangat diskriminatif dan memalukan sistem hukum di Indonesia. Saya akui,
mencuri adalah perbuatan yang salah. Namun demikian, hukum juga mempunyai prinsip
kemanusiaan. Masa sih nenek-nenek seperti itu yang hidupnya susah bahkan buta huruf,
dihukum hanya karena ketidaktahuan dan keawaman beliau tentang hukum? Seharusnya para
penegak hukum tidak melupakan prinsip-prinsip kemanusiaan yang ada dan bukan hanya
menjalankan hukum secara positifistik.

https://dheavanialado.wordpress.com/2015/04/13/contoh-contoh-berita-yang-mengandung-nilai-
pancasila-positif-negatif/

. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

 Positif
Contoh Kasus : Merdeka.com - Seorang guru honorer di Tegal, Siti Saerullah, menyampaikan
keluhannya kepada calon presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia mengatakan sudah menjadi guru selama
sepuluh tahun, namun belum juga menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Dia mengungkapkan, dia belum menjadi PNS padahal kawan-kawannya yang juga sebagai guru honorer
sudah diangkat menjadi PNS. Siti pun mengeluh lantaran penghasilannya hanya sekitar seratus ribu tiap
bulannya.

"Saya sudah jadi honorer K2 sejak tahun 2004. Padahal kawan saya sudah ada yang lolos, tapi saya ndak
lolos. Penghasilan saya sekitar seratus ribu per bulan. Kami dari honorer guru dan guru bantu minta
diangkat," kata Siti di kawasan Tegal, Jawa Tengah, Kamis (19/6).

Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/jokowi-janji-bantu-semua-guru-honorer-agar-diangkat-
jadi-pns.html

Analisis : Menurut saya contoh kasus ini mencerminkan sila kelima, sebab guru honorer juga manusia
yang memiliki banyak kebutuhan untuk keluarganya. Hal ini ditunjukkan oleh sekelompok guru honorer
yang menceritakan keluh kesahnya langsung kepada Bapak Jokowi. Permohonan keadilan yang dituntut
oleh para guru honorer dikawasan Tegal inipun segera ditindaklanjuti dengan mengangkat semua guru
honorer menjadi PNS meskipun akan ada prosedur dan proses yang harus dijalani.

 Negatif

Contoh Kasus : KOMPAS.com - Inilah ironi di negeri ini. Koruptor yang makan uang rakyat bermiliar-
miliar banyak yang lolos dari jeratan hukum. Tapi nenek Minah dari Dusun Sidoharjo, Desa
Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas ini harus menghadapi masalah hukum
hanya karena tiga biji kakao yang nilainya Rp 2.000.

Memang, sampai saat ini Minah (55) tidak harus mendekam di ruang tahanan. Sehari-hari ia masih bisa
menghitung jejak kakinya sepanjang 3 km lebih dari rumahnya ke kebun untuk bekerja.

Ketika ditemui sepulang dari kebun, Rabu (18/11) kemarin, nenek tujuh cucu itu seolah tak gelisah,
meskipun ancaman hukuman enam bulan penjara terus membayangi. "Tidak menyerah, tapi pasrah
saja," katanya. "Saya memang memetik buah kakao itu," tambahnya.

Terhitung sejak 19 Oktober lalu, kasus pencurian kakao yang membelit nenek Minah itu telah ditangani
pihak Kejaksaan Negeri Purwokerto. Dia didakwa telah mengambil barang milik orang lain tanpa izin.
Yakni memetik tiga buah kakao seberat 3 kg dari kebun milik PT Rumpun Sari Antan 4. Berapa kerugian
atas pencurian itu? Rp 30.000 menurut jaksa, atau Rp 2.000 di pasaran!

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2009/11/19/07410723/duh....tiga.buah.kakao.menyeret.mi
nah.ke.meja.hijau..

Analisis : Menurut saya hukuman yang diberikan kepada Nenek Minah tidak menerminkan sila kelima
yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab nenek yang berusia 55 tahun ini dijerat pasal
362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan terancam hukuman enam bulan penjara. Hal ini terlalu
berlebihan, bayangkan saja, hanya sebuah kasus sepele yaitu memetik tiga buah kakao tetapi sudah
terjerat hukum pidana, bagaimana dengan koruptor yang memakan uang rakyat hingga bermilyar-milyar
banyaknya tetapi masih bisa lolos dari jeratan hukum dengan mudahnya. Menurut saya ini sangat tidak
adil dan hukum yang ada di Indonesia masih harus dipertanyakan.

mnursakinah.blogspot.co.id/2015/04/kasus-kasus-5-sila-pancasila.html

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Sila Kelima dari Pancasila) -
Suatu Makalah

Oleh Alfan Aufa Muhammad - Juni 13, 2017

A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar filsafat negara republik Indonesia sebelum disahkan pada tanggal 18
agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum
bangsa Indonesia mendirikan negara, yang berupa nilai-nilai adat istiadat, kaebudayaan serta nilai-nilai
religius. Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai
pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah bangsa
Indonesia sendiri, sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut
kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk dujadikan sebagai
dasar filsafat Negara Indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan
dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang “panitia sembilan”, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya
disahkan secara yuridis sebagai suatu dasar filsafat Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan bangsa Indonesia
sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya.
Pancasila bersifat universal dan akan memengaruhi hidup dan kehidupan bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia secara kekal dan abadi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa arti lambang dan pengertian arti dari sila kelima?


2. Apa artilambang dan nilai-nilai yang terkandung dalam sila kelima?
3. Bagaimana pedoman, penghayatan, pengamalan pancasila (P4) dari sila kelima?
4. Contoh kasus yang sesuai atau melanggar sila kelima?
BAB I

PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Makna dari Sila Kelima

“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”


Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik
material maupun spiritual.
Seluruh Rakyat Indonesia berarti setiap orang yang menjadi Rakyat Indonesia, baik yang berdiam di
wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun warga negara Indonesia yang berada di luar negeri.
Jadi: Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia berarti, bahwa setiap orang Indonesia mendapat
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Sesuai dengan UUD
1945, makna keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur.
Oleh karena kehidupan manusia itu meliputi kehidupan jasmani dan kehidupan rohani, maka
keadilan itupun meliputi keadilan di dalam pemenuhan tuntutan-tuntutan hakiki bagi kehidupan rohani.
Dengan kata lain: keadilan itu meliputi keadilan di bidang material dan bidang spiritual. Pengertian ini
mencakup pula pengertian adil dan makmur yang dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia secara
merata, dengan berdasarkan asas kekeluargaan.
Sila “Keadilan Sosial” adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa
Indonesia dalam bernegara, yang perwujudannya ialah tata-masyarakat adil-makmur berdasarkan
Pancasila.
Hakekat pengertian diatas sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea kedua:
“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil makmur”.1[1]
Sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” ini adalah masalah hubungan manusia
dengan benda dan dengan sesamanya manusia. Ini adalah masalah kepimilikan material dan masalah
kesejahteraan sekaligus. Cita-cita yang terkandung dalam sila kelima ini ialah bahwa seluruh rakyat
Indonesia seharusnya dan setepatnya semuanya saja tanpa terkecuali hidup dalam kecukupan

1[1]Darji, Pancasila Suatu Orientasi Singkat, 1979, (Jakarta: Balai Pustaka), Hal. 52
kebutuhan materialnya. Semuanya hendaklah merasa berkecukupan terhadap kebutuhannya untuk
makan, minum, pakaian, tempat tinggal, kebutuhan kesehatan, ketentraman batin, dan sebagainya.
Karena itu, pemerintah dalam negara Pancasila harus mengusahakan hal yang sedemikian itu dan
seluruh rakyat wajib mendukung dan turut mengusahakannya. Jangan sampai ada jurang antara si kaya
dan si miskin yang terlampau dalam. Kalau terpaksa ada, itu haruslah hanya bersifat sementara sebagai
perjalanan proses untuk menuju kepada kesejahteraan bersama seluruh rakyat. Seluruh rakyat harus
diberi kesempatan untuk berusaha atau bekerja sehingga memperoleh kesejahteraan hidup yang
beberapa derajat di atas minimal. Harus diusahakan jangan ada rakyat yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Kalau terpaksa ada, itu haruslah hanya bersifat sementara sebagai perjalanan proses untuk
menuju kepada kesejahteraan bersama seluruh rakyat. Memang tidak mudah mewujudkan hal ini. Akan
tetapi, silakan lihat kalimat terakhir dari kelima sila Pancasila dalam alinea keempat pembukaan UUD
1945: ... serta dengan mewujudkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Seluruh rakyat harus
melatih diri dan belajar secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama untuk mencapai cita-cita sila
kelima ini. Tidak akan terwujud kalau orang-orang hanya menuntut dan menuntut. Secara bersama-
sama kita harus berusaha mewujudkan Masyarakat yang adil dan makmur, baik material maupun
spiritual sesuai dengan hyang dikehendaki oleh Pancasila. Inilah yang dikehendaki dan dicita-citakan
oleh sila kelima Pancasila dan seluruh rakyat harus berjuang bahu-membahu dengan bekerja keras dan
disertai dengan penuh pengertian antara seorang terhadap orang lain.2[2]

2. Lambang dan Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Sila Kelima

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki lambang padi dan kapas. Padi dan kapas
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang, sebagai syarat utama untuk
mencapai kemakmuran. Hal itu sesuai dengan tujuan utama dari sila kelima yaitu mensejahterakan
rakyat Indonesia.3[3]
Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terletak pada alasan dan pokok permohonan
pengujian Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Para pemohon beranggapan
bahwa undang-undang yang mengandung muatan yang memosisikan bahwa penggunaan air adalah
condong untuk kepentingan komersial, yang tercermin pada pasal 6, pasal 7, pasal 8, pasal 9 dan pasal

2[2]Sunarjo, Filsafat Pancasila, 2004, (Yogyakarta: ANDI), Hal. 41

3[3]http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.com/2015/12/lambang-pancasila-dan-
artinya.html
10. Undang-undang membagi penggunaan air ke dalam 2 jenis, yaitu berupa hak guna pakai dan hak
guna usaha. Keberadaan hak guna dalam undang-undang secara fundamental merekontruksi nilai air
yang merupakan banrang publik (common good) menjadi komoditas ekonomi (commercial good) yang
dapat dikuasai kelompok individu dan badan usaha. Dengan memiliki hak guna usaha atas sumber-
sumber, swasta pengelola air memperoleh keuntungan, serta mengandung muatan penggunaan air bagi
kepentingan komersial yang mengandung air sebagai komoditas komersial adalah bertentangan dengan
pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945.
Apabila kita kaitkan dengan postulat kelima “Setiap undang-undang harus menyejahterakan
masyarakat” mengandung arti bahwa setiap undang-undang yang dibahas oleh Dewan Perakilan Rakyat
dengan persetujuan bersama presiden harus:

1. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat.


Setiap undang-undang tidak merugikan kepentingan umum dan harus menyejahterakan masyarakat
dalam segala aspek kehidupan.
2. Terhindar dari kepentingan yang merugikan masyarakat.
Undang-undang yang lahir atas dasar kesepakatan bersama harus mengutamakan kepentingan
masyarakat daripada kepentingan pribadi/kelompok.
Postulat tersebut menurut penulis sejalan dengan apa yang diminta Para Pemohon Pengujian
Undang-undang No 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. Untuk itu undang-undang yang dibentuk
harus bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat.
Pandangan yang duraikan oleh Mahkamah Konstitusi bahwa secara konstitusional dalam pasal
33 ayat 3 UUD 1945 menyatakan, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh Negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Menurut Mahkamah ayat
tersebut merupakan bentuk konstitusional atas dianutnya demokrasi ekonomi selain demokrasi politik
yang terkait dengan penyelenggaraan Negara sebagaimana dimaksud sila keempat dan sila kelima
pancasila. Terkait dengan sila kelima dasar negara, implementasinya ke dalam ketentuan konstitusi yang
termuat dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 tidak saja menunjuk sebagai dasar negara, melainkan juga
sebagai tujuan negara. Dengan kata lain, sila kelima “keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia” sebagai
dasar Negara diimplementasikan dalam UUD 1945 mengenai penyelenggaraan Negara dibidang
ekonomi adalah dalam bentuk demokrasi ekonomi dengan tujuan mewujudkan sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Itulah sesungguhnya makna inti keadilan sosial yang juga diartikan sebagai
masyarakat yang adil dan makmur.4[4]
Dalam sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” terkandung nilai
keadilan social antara lain:
a. Perwujudan nilai keadilan social dalam kehidupan social atau kemasyarakatan meliputi seluruh rakyat
Indonesia.
b. Keadilan dalam kehidupan social terutama meliputi bidang-bidang ideologi ,ekonomi ,politik, sosial,
kebudayaan dan pertahanan keamanan sosial.
c. Cita-cita masyarakat adil makmur, material dan spiritual yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
d. Keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan menghormati hak orang lain.
e. Cinta akan kemajuan dan pembangunan.
f. Nilai sila kelima ini meliputi dan dijiwai sila-sila I,II,III dan IV.5[5]

3. Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4) Sila Kelima

Dengan sila Keadilan Sosila bagi Seluruh Rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam
rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan ke-gorongroyong-an.
Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain.
Demikian pula perlu dipupuk sikap suka memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan
agar dapat berdiri sendiri. Dengan sikap yang seperti sedemikian, ia tidak menggunakan hak miliknya
untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain, juga tidak untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan hidup bergaya mewah, serta perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
Demikian juga dipupuk sikap suka bekerja keras dan sikap menghargai hasil karya orang lain yang
bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama. Kesemuanya itu dilaksanakan dalam
rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial.

4[4]Backy Krisnayuda, Pancasila dan Undang-Undang, 2016 (Jakarta: Prenamedia Group), Hal. 250

5[5]Darji, Pancasila Suatu Orientasi Singkat, 1979, (Jakarta: Balai Pustaka), Hal.58
Bentuk pengamalan sila kelima adalah sebagai berikut:
a. Memelihara kehidupan yang adil di segala bidang kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya dan lain-
lain bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Menumbuhkan hidup tolong menolong, kekeluargaan dan gotong-royong.
c. Memelihara kehidupan sebagai makhluk sosial dan memperlakukan hak miliknya sehingga mempunyai
fungsi sosial.
d. Memperhatikan Pembukaan dan pasal 23, 27, 28, 29, 30, 31, 33 dan 34 UUD 1945.6[6]
4. Kasus-Kasus yang Sesuai dan Melanggar Sila Kelima
a. Kasus-kasus yang sesuai dengan sila kelima
1. Pembagian raskin secara serentak kepada warga miskin bertujuan untuk menurunkan harga beras di
lapangan. Kepala Badan Ketahanan Pangan Jateng Whitono menyatakan, saat ini harga beras di
lapangan sudah mengalami penurunan. Bulog mempercepat realisasi raskin, dengan harapan
percepatan pembagian beras raskin secara serentak bisa menurunkan harga. Panen raya dibeberapa
daerah juga berperan dalam menurunkan harga.
Sebelumnya Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyatakan, operasi pasar beras sudah mulai dilakukan.
Tetapi ia lebih suka percepatan pembagian raskin karena kegiatan itu benar-benar menyentuh
masyarakat bawah.
Dari berita di atas menunjukkan bahwa pemerintah sudah adil dengan memberikan bantuan kepada
masyarakat yang kurang mampu.
2. Contoh kasus atau perilaku yang sesuai dengan sila kelima dalam lingkungan keluarga;
a) Bersikap hemat dan mau bekerja keras sesuai dengan kemampuan.
b) Pandai membagi waktu untuk belajar, bermain dan membantu orang tua.
c) Rajin melatih diri dengan keterampilan
d) Tidak bersikap boros
e) Mengatur pengeluaran biaya hidup dalam keluarga

3. Cerita tentang “Tuntunan jaksa PU terhadap seorang nenek yang dituduh mencuri singkong”. Cerita ini
berkisah tentang Nenek yang berdalih mencuri karena hidupnya miskin, anak lelakinya sakit serta

6[6] Darji, Pancasila Suatu Orientasi Singkat, 1979, (Jakarta: Balai Pustaka), Hal. 76
cucunya lapar. Namun tuntutan jaksa PU member pernyataan bahwa hukum tetap hukum, tanpa
pengecualian, lalu mendenda nenek tersebut sebesar 1 juta , tetapi nenek tersebut tidak mampu
membayar . Kemudian jaksa PU menuntut memasukan penjara selama 2,5 tahun. Nenek itu tertunduk
lesu. Sementara itu, hakim tersebut menyopot topi toganya, membuka dompetnya kemudian
mengambil dan memasukan uang 1 juta ke topi toganya serta berkata kepada para hadirin “Saya atas
nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepada tiap orang yang hadir diruang siding ini sebesar 50
ribu, sebab menetap dikota ini, yang membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk
member makan cucunya. Saudara panitera, tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga saya ini lalu
berikan semua hasilnya kepada terdakwa (nenek)”. Contoh kasus tersebut merupakan contoh kasus
hukum yang adil.

b. Contoh kasus yang melanggar sila kelima


Salah satu warga miskin di Kelurahan Sragen Kulon, tidak mendapat dana program simpanan
keluarga sejahtera (PSKS). Dia mengakui sejak tahun lalu tak mendapat bantuan uang kompensasi dari
pemerintah yang sebelumnya berlabel bantuan langsung tunai (BLT). Selama ini dia hanya mendapat
bantuan beras untuk rakyat miskin (raskin). Dia juga mengakui selama ini tidak bekerja lantaran kondisi
tubuh yang tidak memungkinkan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, dirinya hanya mengandalkan
pemasukan anak serta bantuan dari tetangga. Dia mengakui pernah didata oleh pihak kelurahan untuk
diberi bantuan dana kompensasi, namun belum ada tindak lanjut.
Dari informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemerintahan masih belum bisa bersikap adil
terhadap rakyat miskin yang ada di Indonesia.7[7]

7[7]https://diahsetyorini23.wordpress.com/2015/04/16/kasus-kasus-pelanggaran-5-sila-pancasila.html
BAB II

PENUTUP

Kesimpulan

Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia berarti, bahwa setiap orang Indonesia mendapat
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Sesuai dengan UUD
1945, makna keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki lambang padi dan kapas. Padi dan kapas
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang, sebagai syarat utama untuk
mencapai kemakmuran. Hal itu sesuai dengan tujuan utama dari sila kelima yaitu mensejahterakan
rakyat Indonesia. Dalam sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
terkandung nilai keadilan social antara lain:
a) Perwujudan nilai keadilan social dalam kehidupan social atau kemasyarakatan meliputi seluruh rakyat
Indonesia.
b) Keadilan dalam kehidupan social terutama meliputi bidang-bidang ideologi ,ekonomi ,politik, sosial,
kebudayaan dan pertahanan keamanan sosial.
c) Cita-cita masyarakat adil makmur, material dan spiritual yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
d) Keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan menghormati hak orang lain.
e) Cinta akan kemajuan dan pembangunan.
f) Nilai sila kelima ini meliputi dan dijiwai sila-sila I,II,III dan IV.
Dengan sila Keadilan Sosila bagi Seluruh Rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam
rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan ke-gorongroyong-an.
Di Indonesia masih banyak kasus-kasus yang menyimpang dari nilai-nilai pancasila, terutama sila
kelima. Banyak orang-orang atau pemerintahan yang belium bisa adil terhapad rakyatnya, entah itu dari
segi ekonomi, politik, sosial-budaya dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Darmodiharjo, Darji, 1979, Pancasila Suatu Orientasi Singkat, Balai Pustaka, Jakarta.

Kaelan, 2016, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.

Krisnayuda, Backy, 2016, Pancasila dan Undang-Undang, Prenamedia Group, Jakarta.

Wreksosuharjo, Sunarjo, 2004, Filsafat Pancasila, ANDI, Yogyakarta.

http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.com/2015/12/lambang-pancasila-dan-artinya.html
diakses pada: 6 mei 2017

https://diahsetyorini23.wordpress.com/2015/04/16/kasus-kasus-pelanggaran-5-sila-pancasila.html diakses
pada: 6 mei 2017

http://alfanaufa06.blogspot.co.id/2017/06/keadilan-sosial-bagi-seluruh-rakyat.html

Peran Pancasila dalam Bidang Ekonomi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Memahami peran Pancasila khususnya dalam konteks sebagai dasar negara dan ideologi nasional,
merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan
akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Apalagi manakala dikaji perkembangannya
secara konstitusional terakhir ini dihadapkan pada situasi yang tidak kondusif sehingga kridibilitasnya
menjadi diragukan, diperdebatkan, baik dalam wacana politis maupun akademis.
Pancasila mempunyai peran di berbagai bidang, salah satunya dalam bidang ekonomi. Meskipun
dasar negara Indonesia adalah Pancasila, namun ironisnya sistem perekonomian yang selama ini
berlangsung tidaklah bersumber darinya. Setelah dicengkram sistem ekonomi komando di era orde lama
yang bercorak sosialisme, berikutnya perekonomian Indonesia menganut sistem ekonomi pasar yang
bercorak kapitalisme di era Orde Baru. Jeratan kapitalisme pun semakin menguat seiring derasnya
paham ekonomi neoliberal yang datang melalui agen-agen kapitalisme global seperti World Bank dan
IMF setelah Indonesia mengalami krisis moneter.

Pada kenyataannya, sejak pertengahan 1997 krisis ekonomi yang menimpa Indonesia masih terasa
hingga hari ini. Di tingkat Asia, Indonesia yang oleh sebuah studi dari The World Bank (1993) disebut
sebagai bagian dari Asia miracle economics, the unbelieveble progress of development, ternyata
perekonomiannya tidak lebih dari sekedar economic bubble, yang mudah sirna begitu diterpa badai
krisis (World Bank, 1993).

Krisis ekonomi terbesar sepanjang sejarah bangsa Indonesia Orde Baru dan Orde Lama yang
dialami sekarang ini telah mencuatkan tuntutan reformasi total dan mendasar (radically). Bermula dari
krisis moneter (depresi rupiah) merambah ke lingkungan perbankan hingga ke lingkup perindustrian.

Kebijakan perekonomian Indonesia yang diterapkan tidak membumi, hanya sebatas


“membangun rumah di atas langit” dan akibatnya upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat menjadi
tersingkirkan. Rakyat masih terus menjadi korban kegagalan kebijakan pemerintah.

Potret perekonomian Indonesia semakin buram, memperhatikan kebijakan pemerintah yang


selalu “pasrah” dengan Bank Dunia atau pun International Monetary Fund (IMF) dalam mencari titik
terang perbaikan ekonomi Indonesia. Belum lagi menumpuknya utang luar negeri semakin menghimpit
nafas bangsa Indonesia, sampai-sampai seorang bayi baru lahir pun telah harus menanggung hutang
tidak kurang dari 7 juta rupiah.

Jika hingga saat ini kualitas perekonomian belum menampakkan perubahan yang signifikan,
tidak menutup kemungkinan, akan mendapat pukulan mahadasyat dari arus globalisasi. Kekhawatiran
ini muncul, karena pemerintah dalam proses pemberdayaan masyarakat lemah masih parsial dan
cenderung dualisme, antara kemanjaan (ketergantungan) pemerintah kepada IMF, sementara
keterbatasan akomodasi bentuk perekonomian masyarakat yang tersebar (diversity of economy style) di
seluruh pelosok negeri tidak tersentuh. Hal ini juga terlihat jelas pada kebijakan-kebijakan pemerintah
yang tidak proporsional, tidak mencerminkan model perekonomian yang telah dibangun oleh para
Founding Father terdahulu. Hal ini dapat dilihat pada beberapa kasus, misalnya, pencabutan subsidi di
tengah masyarakat yang sedang sulit mencari sesuap nasi, mengelabuhi masyarakat dengan raskin
(beras untuk rakyat miskin), atau jaring pengaman sosial (JPS) lain yang selalu salah alamat.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan Pancasila yang masih terasa mengganjal adalah tentang penghayatan dan
pengamalannya saja.

1. Sebenarnya apa peran Pancasila dalam mengatur perekonomian bangsa Indonesia ?

2. Bagaimana Pancasila dapat menjadi sebuah dasar negara dalam mewujudkan keadilan ekonomi pada
rakyatnya ?

3. Apa langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menafsirkan Pancasila dalam bidang ekonomi agar
tidak berkiblat ke kapitalisme ?

Dalam perjalanan republik ini, bisa dikatakan telah terjadi penelikungan sistem ekonomi nasional
sehingga Pancasila sebagai dasar negara belum sepenuhnya menjiwai sistem perekonoman negara ini,
baik oleh aktor eksternal yang dimotori oleh World Bank dan IMF maupun oleh aktor internal yaitu
pemerintahan melalui serangkaian kebijakan ekonominya yang bersifat neoliberal dan kalangan
intelektual ekonomi dengan pemikiran-pemikirannya.

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui peran Pancasila dalam mengatur perekonomian bangsa Indonesia

2. Untuk megetahui Pancasila dapat menjadi sebuah dasar negara dalam mewujudkan keadilan ekonomi
pada rakyatnya.

3. Untuk mngetahui langkah-langkah yng dilakukan dalam penafsiran Pancasila agar tidak berkiblat ke
kapitalisme.

D. Manfaat

System ekonomi Indonesia berdasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa, dan system ekonomi
Pancasila dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan etika, sehingga pembangunan nasional bangsa
Indosesia adalah pembangunan yang berakhlak.

BAB II

TEORI - TEORI

1. Pengertian Pancasila

“Pancasila” berasal dari bahasa sansekerta dari India (bahasa kasta Brahmana). Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta “Pancasila” memiliki dua macam arti yakni :
“panca” artinya lima

“syila” artinya batu sendi, alas atau dasar

“syiila” artinya peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh.8[1]

Sehingga dapat diartikan bahwa Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini
terdiri dari dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.9[2]

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah :

 Ketuhanan Yang Maha Esa,

 Kemanusiaan yang adil dan beradab,

 Persatuan Indonesia,

 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan

 keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,

Dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

Peran Pancasila ada di berbagai bidang diantaranya, hukum, pertahanan keamanan, ekonomi, dan
sosial budaya.

Pengaktualisasian pancasila dalam bidang ekonomi yaitu dengan menerapkan sistem ekonomi
Pancasila.

Ekonomi Pancasila merupakan ilmu ekonomi kelembagaan (institutional economics) yang


menjunjung tinggi nilai-nilai kelembagaan Pancasila sebagai ideologi negara, yang kelima silanya, secara
utuh maupun sendiri-sendiri, menjadi rujukan setiap orang Indonesia yang menekankan pada harmoni
mekanisme harga dan social (sistem ekonomi campuran), bukan pada mekanisme pasar yang bersasaran
ekonomi kerakyatan agar rakyat bebas dari kemiskinan, keterbelakangan, penjajahan/ketergantungan,
rasa was-was, dan rasa diperlakukan tidak adil yang memosisikan pemerintah memiliki asset produksi
dalam jumlah yang signifikan terutama dalam kegiatan ekonomi yang penting bagi negara dan yang
menyangkut hidup orang banyak. Sehingga perlu pengembangan Sistem Ekonomi Pancasila sehingga
dapat menjamin dan berpihak pada pemberdayaan koperasi serta usaha menengah, kecil, dan mikro
(UMKM). Selain itu ekonomi yang berdasarkan Pancasila tidak dapat dilepaskan dari sifat dasar individu
dan sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain untuk memenuhi semua
kebutuhanya tetapi manusia juga mempunyai kebutuhan dimana orang lain tidak diharapkan ada atau
turut campur.10[3]

Jika Pancasila mengandung 5 asas, maka semua substansi sila Pancasila yaitu :

(1) etika

(2) kemanusiaan

(3) nasionalisme

(4) kerakyatan/demokrasi

(5) keadilan sosial, harus dipertimbangkan dalam model ekonomi yang disusun.

Kalau sila pertama dan kedua adalah dasarnya, sedangkan sila ketiga dan keempat sebagai caranya,
maka sila kelima Pancasila adalah tujuan dari Ekonomi Pancasila.

Disinilah perlunya menengok ulang pemikiran Adam Smith yang 17 tahun sebelum menulis
karyanya Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of Nations (1776) yang kemudian menjadi
“kitab suci” ideologi kapitalisme, telah menulis The Theory of Moral Sentiments (1759). Di dalam karya
terdahulunya, terdapatlah ajaran asli Bapak Ilmu Ekonomi ini bahwa ilmu ekonomi sama sekali tidak bisa
lepas dari faktor-faktor etika dan moral. Dalam buku ini, Smith mencoba mengembangkan ilmu ekonomi
yang tidak saja bermoral namun juga mendesain aspek kelembagaannya. Dari sinilah keberadaan
Ekonomi Pancasila paralel dengan pemikiran Smith.

Menurut Boediono (mantan Menkeu RI), sistem Ekonomi Pancasila dicirikan oleh lima hal sebagai
berikut:

(1) Koperasi adalah sokoguru perekonomian nasional

(2) Manusia adalah “economic man” sekaligus “social and religious man”.

(3) Ada kehendak sosial yang kuat ke arah egalitarianisme dan kemerataan sosial.

(4) Prioritas utama kebijakan diletakkan pada penyusunan perekonomian nasional yang tangguh.

(5) Pengandalan pada sistem desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekonomi, diimbangi
dengan perencanaan yang kuat sebagai pemberi arah bagi perkembangan ekonomi seperti yang
dicerminkan dalam cita-cita koperasi.

Dalam prakteknya, menurut Mubyarto (Kepala PUSTEP UGM), fakultas ekonomi sebagai gudang
pemikiran ilmu ekonomi telah menyumbang 3 dosa dalam pengajarannya yang berperan memperparah
marginalisasi Ekonomi Pancasila, yaitu:

(1) bersifat parsial dalam mengajarkan ajaran ekonom klasik Adam Smith. Konsep Smith tentang Manusia
Sosial (homosocius, tahun 1759) dilupakan atau tidak diajarkan, sedangkan ajaran berikutnya pada
tahun 1776 (manusia sebagai homoeconomicus) dipuja-puji secara membabi buta.

(2) metode analisis deduktif dari teori ekonomi neoklasik diajarkan secara penuh, sedangkan metode
analisis induktif diabaikan. Hal demikian bertentangan dengan pesan Alfred Marshall dan Gustave
Schmoller, dua tokoh teori ekonomi neoklasik, untuk memakai dua metode secara serentak laksana dua
kaki.

(3) ilmu ekonomi menjadi spesialistis dan lebih diarahkan untuk menjadi ilmu ekonomi matematika.
Menurut Kenneth Boulding dalam Economic as A Science, ilmu ekonomi dapat dikembangkan menjadi
salah satu atau gabungan dari cabang-cabang ilmu berikut: (a) ekonomi sebagai ilmu sosial (social
science); (b) ekonomi sebagai ilmu ekologi (ecological science); (c) ekonomi sebagai ilmu perilaku
(behavioral science); (d) ekonomi sebagai ilmu politik (political science); (e) ekonomi sebagai ilmu
matematika (mathematical science); dan (f) ekonomi sebagai ilmu moral (moral science)

Sebagai sebuah gagasan besar, Ekonomi Pancasila sebagai sistem ekonomi bukan-bukan, bukan
kapitalisme juga bukan sosialisme, menawarkan harapan berupa sistem perekonomian alternatif yang
bersifat komprehensif integral bagi jutaan masyarakat Indonesia demi mewujudkan cita-cita bangsa
sebagaimana termaktub dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945.

Dalam konteks inilah kemudian diperlukan adanya reformasi tidak saja dalam tataran
implementasi kebijakan perekonomian selama ini, namun juga transformasi pola pikir dari ekonomi
neoliberal yang dominan untuk menjadi lebih berkemanusiaan dan berkeadilan sosial yang dijiwai nilai-
nilai Pancasila. Bukan hal yang mustahil jika kelak istilah Hattanomics menjadi ikon Ekonomi Pancasila
dan bisa menggeser dominasi perspektif Reagenomics dan Thatcherisme- ikon utama gagasan Ekonomi
Neoliberal.11[4]

Pelaku ekonomi di Indonesia dalam menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan bebas,
meskipun sebagian dari mereka akan mendapat keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan. Hal ini
dilakukan karena pengamalan dalam bidang ekonomi harus berdasarkan kekeluargaan. Jadi interaksi
antar pelaku ekonomi sama-sama menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan.
BAB III

PERAN PANCASILA DIBIDANG EKONOMI

1. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi

Karena lamanya sistem control kelembagaan berkembang pula usaha sekaligus sebagai pengusaha,
yang didasarkan atas birokrasi dan wibawa keluarga pengusaha. Kondisi yang demikian itu, jelas tidak
berdasarkan nilai Pancasila yang melerakan kemakmuran pada paradigma demi kesejahteraan seluruh
bangsa. Bangsa sebagai unsur pokok serta subjek dalam negara yang merupakan penjelmaan sifat
kodrat manusia individu makhluk sosial, adalah sebagai satu keluarga bangsa. Oleh karena itu,
perubahan dan pengembangan ekonomi harus diletakkan pada peningkatan hartkat martabat serta
kesejahteraan seluruh bangsa sebagai satu keluarga. Sistem ekonomi yang berbasis pada kesejahteraan
rakyat menurut Moh.Hatta, adalah merupakan pilar (soko guru) ekonomi Indonesia.12[5]
Sistem ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru bersifat “birokratik ototarian” yang ditandai
dengan pemusatan kekuasaan dan partisipasi dalam membuat keputusan nasional hamper sepenuhnya
berada di tangan penguasa bekerjasama dengan kelompok militer dan kaum teknokrat.13[6]

Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini diterapkan yang hanya mendasarkan pada pertumbuhan
dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan barsama seluruh bangsa, dalam kenyataannya hanya
menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil orang bahkan penguasa.14[7]

Dalam kenyataannya sektor ekonomi yang justru mampu bertahan pada masa dewasa ini adalah
ekonomi kenyataan, yaitu ekonomi yang berbasis pada usaha rakyat. Oleh karena itu, subsidi yang
keluar biasa banyaknya pada kebijaksanaan masa orde baru hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang
yaitu oleh sekelompok konglomerat, sedangkan apabila mengalami kebangkrutan seperti saat ini
rakyatlah yang banyak dirugikan. Oleh karena itu, rekapitalisasi pengusaha pada masa krisis dewasa ini
sama halnya dengan rakyat banyak membantu pengusaha yang sedang terpuruk.

Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi ekonomi yang berbasis pada ekonomi
rakyat yang berdasarkan nilai Pancasila yang mengutamakan kesejahteraan seluruh bangsa adalah
sebagai berikut :

a) Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan

b) Program rehabilitas dan pemulihan ekonomi


c) Transformasi struktur, guna memperkuat ekonomi rakyat maka perlu diciptakan sistem untuk
mendorong percepatan perubahan struktural (struktural transformation) transformasi struktural ini
meliputi proses perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, ekonomi lemah ke ekonomi
yang tangguh, ekonomi subsistem ke ekonomi pasar, ketergantungan keada mandiri.

d) Dengan sistem ekonomi dan mendasarkan nilai pada upaya terwujudnya kesejahteraan seluruh bangsa
maka peningkatan kesejahteraan akan dirasakan oleh sebagian besar rakyat, sehingga dapt mengurangi
kesenjangan ekonomi. 15[8]

2. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi

Dalam dunia ekonomi boleh dikatakan jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan
pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan Ketuhanan. Sehingga
lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yang
menang. Hal ini sebagai implikasi dari perkembangan ilmu ekonomi pada akhirna abad ke-18
menumbuhkan ekonomi kapitalis.

Atas dasar kenyataan objektif inilah maka di Eropa pada awal abad ke-19 muncullah pemikiran
sebagai reaksi atas perkembangan ekonomi tersebut yaitu sosialisme komunisme yang
memperjuangkan nasib kaum proletar yang ditindas oleh kaum kapitalis. Oleh karena itu, kiranya
menjadi sangat penting bahkan mendesak untuk dikembangkan system ekonomi yang mendasarkan
pada moralitas humanistik, ekonomi yang berkemanusiaan.

Atas dasar kenyataan tersebut maka Mubyarto kemudian mengembangkan ekonomi kerakyatan,
yaitu ekonomi yang humanistic yang berdasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas.
Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan, demi
kesejahteraan seluruh bangsa. Maka system ekonomi Indonesia berdasarkan atas kekeluargaan seluruh
bangsa. Pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan dengan nilai morak kemanusiaan. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa tujuan ekonomi itu sendiri adalah untuk memenuhi kebutuhan
manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera. Oleh karena itu, ekonomi harus berdasarkan pada
kemanusiaan yaitu demi kesejahteraan kemanusiaan ekonomi untuk kesejahteraan manusia sehingga
kita harus menghindarkan diri dari pengembangan ekonomi yang hanya berdasarkan pada persaingan
bebas, monopoli dan lainnya yang dapat menimbulkan penderitaan pada manusia, menimbulkan
penindasan atas manusia satu dengan yang lainnya.16[9]

3. Ekonomi Pancasila Diteliti Dari Dalam Dan Pelaksanaan Sila-Sila Pancasila Dalam Bidang Ekonomi

Dalam prakteknya, menurut Mubyarto (Kepala PUSTEP UGM), fakultas ekonomi sebagi gudang
pemikiran ilmu ekonomi telah mnyumbang 3 dosa dalam pengajarannya yang berperan memperparah
marginalisasi Ekonomi Pancasila :

(1) Bersifat parsial dalam mengajarkan ajaran ekonom klasik Adam Smith. Konsep Smith tentang Manusia
Sosial (homosocius, tahun 1759) dilupakan atau tidak diajarkan, sedangkan ajaran berikutnya pada
tahun 1776 (manusia sebagai homoeconomicus) dipuja-puji secara membabi buta.

(2) Metode analisis deduktif dari teori ekonomi neoklasik diajarkan secara penuh, sedangkan metode
analisis induktif diabaikan. Hal demikian bertentangan dengan pesan Alfred Marshall dan Gustave
Schmoller, dua tokoh teori ekonomi neoklasik, untuk memakai dua metode secara serentak lasana dua
kaki.

(3) Ilmu ekonomi menjadi spesialis dan lebih diarahkan untuk menjadi ilmu ekonomi matematika. Menurut
Kenneth Boulding dan Ekonomic as A Science, ilmu ekonomi dapat dikembangkan menjadi salah satu
atau gabungan dari cabang-cabang ilmu berikut :
a) Ekonomi sebagai ilmu sosial(social science)

b) Ekonomi sebagai ilmu ekologi (ecological science)

c) Ekonomi sebagai ilmu perilaku (behavioral science)

d) Ekonomi sebagi ilmu politik (political science)

e) Ekonomi sebagai ilmu matematika (mathematical science)

f) Ekonomi sebagai ilmu moral (moral science)

Sebagai sebuah gagasan besar, Ekonomi Pancasila sebagai sistem ekonomi bukan kapitalisme juga
bukan sosialisme, menawarkan harapan berupa sistem perekonomian alternatif yang bersifat
komprehensif integral bagi jutaan masyarakat Indonesia demi mewujudkan cita-cita bangsa
sebagaimana termaktub dalam alenia IV Pembukaan UUD 1945.

Dalam konteks inilah kemudian diperlukan adanya reformasi tidak saja dalam tataran implementasi
kebijakan perekonomian selama ini, namun juga transformasi pola pikir dari ekonomi neoliberal yang
dominant untuk menjadi lebih berperikemanusiaan dan berkeadilan sosial yang dijiwai nilai-nilai
Pancasila. Bukan hal yang mustahil jika kelak istilah Hattanomics menjadi ikon Ekonomics Pancasila dan
bisa menggeser dominasi prespektif Reagenomics dan Thatcherisme ikon utama gagasan Ekonomi
Neoliberal.

 Pancasila sebagai dasar negara, maka sila-sila yang terdapat pada Pancasila dapat diterapkan dalam
kehidupan ekonomi bangsa, negara dan masyarakat sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Menunjukkan bahwa pola perekonomian digerakkan oleh rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial dan
moral yang sangat tinggi, yaitu moral manusia yang beragama sehingga para pelaku ekonomi tidak akan
semena-mena karena adanya pengawas tunggal, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Ada kehendak kuat dari seluruh masyarakat untuk mewujudkan pemerataan-pemerataan sosial
(egalitarian), sesuai asas-asas kemanusiaan.

3. Persatuan Indonesia

Prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional yang tangguh. Ini berarti
nasionalisme menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

Koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan merupan bentuk paling konkrit dari usaha bersama.

5. Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Hal ini menunjukan pada adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat nasional
dan desentralisasi dalam pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi untuk mencapai keadilan ekonomi dan
keadilan sosial.
Aturan main yang diturunkan dari setiap sila dalam Pancasila kita bisa melihat sejauh mana aturan
main tersebut telah bisa ditegakkan dalam masyarakat. Misalnya, dalam sila Persatuan Indonesia kita
bisa meneliti setiap kasus kebijakan ekonomi yang hendak diambil, apakah akan membantu atau tidak
pada peningkatan ketangguhan atau ketahanan ekonomi nasional. Lebih spesifik lagi bisa diambil contoh
apakah setiap utang baru atau kerja sama ekonomi dengan negara lain bisa membantu atau sebaliknya
mengancam ketangguhan dan ketahanan ekonomi nasional.17[10]

 Beberapa contoh konkrit pelaksanaan isi arti Pancasila yang khusus dan konkrit dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara dalam bidang ekonomi adalah :

1. Adanya BUMN yang juga dapat melibatkan partisipasi swata, sehingga terdapat

pengembangan usaha milik negara dan warga sebagai perseorangan.

2. Adanya subsidi negara terhadap distribusi BBM yang ditentukan berdasarkan asas pemerataan.18[11]
SISTEM EKONOMI PANCASILA

Dalam kosep kita, pembangunan nasional adalah pengamalan Pancasila. Pembangunan ekonomi
kita pun harus berlandaskan pancasila, sebagai dasar, tujuan dan pedoman dalam penyelenggaraannya.
Dengan dasar pemikiran tersebut, maka system ekonomi yang ingin kita bangun adalah sistem ekonomi
Pancasila.

Sistem ekonomi diartikan sebagai kumpulan dari institusiyang terintegrasi dan berfungsi serta
beroperasi sebagai suatu kesatuanuntuk mencapai suatu tujuan (ekonomi) tertentu. Institusi disini
siartikan sebagai kumpulan dari norma-norma,peraturan atau cara berfikir. Dalam pengertian institusi
ini juga diartikan juga termasuk institusi ekonomi seperti rumah tangga, pemerintah, kekayaan, uang,
serikat pekerja dan lain-lain.

Sedangkan yang dimaksud dengan sisitem ekonomi Pancasila adalah system ekonomi pasar yang
terkeloladan kendali pengelolaannya adalah nilai-nilai Pancasila. Atas dasar itu , maka ekonomi Pancasila
tidak semata-mata bersifat materialistis, karena berlandaskan pada keimanan dan ketaqwaan yang
timbul dari pengakuan kita pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian system ekonomi Pancasila
dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan etika, sehingga pembangunan nasional bangsa Indosesia
adalah pembangunan yang berakhlak.

Jika dilihat dari sila Pancasila, sila tiga dan empat maka dapat diketahui bahwa :

 Sila persatuan Indonesia mengamanatkan kesatuan ekonomi sebagai penjabaran wawasan nusantaradi
bidang ekonomi. Ekonomi Pancasila dengan demikian berwawasan kebangsaan dan tetap
membutuhkan sikap patriotic meskipun kegiatannya sudah mengglobal.
 Sila keempat pada Pancasila menunjukkan pandangan bangsa Indonesia mengenai kedaulatan rakyat
dan bagaimana demokrasi dijalankan di Indonesia.

 Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menunjukkan betapa seluruh upaya
pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya kemakmuran yang berkeadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia dalam sistem ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan pada
asas kekeluargaan. 19[12]

Menurut ISEI, di dalam sistem ekonomi yang berlandaskan Demokrasi Ekonomi, usaha negara, koperasi,
dan usaha swasta dapat bergerak di dalam semua bidang usaha sesuai dengan peranan dan hakikatnya
masing-masing. Dalam konsep iti usaha berperan sebagai :

1. Perintis di dalam penyediaan barang dan jasa di bidang-bidang produksi yang belum cukup atau kurang
merangsang prakarsa dan minat penguasa swasta;

2. Pengelola dan pengusaha di bidang-bidang produksi yang penting bagi negara;

3. Pengelola dan pengusaha di bidang-bidang produksi yang mnguasai hajat hidup orang banyak;

4. Imbangan bagi kekuatan pasar pengusaha swasta;

5. Pelengkap penyediaan barang dan jasa yang belum cukup disediakan oleh swasta dan koperasi, dan

6. Penunjang palaksanaan kebijakan negara.

Namun, yang menjadi tantangan kita sekarang adalah bagaimana membangun usaha swasta agar
dapat memotori ekonomi kita dalam memasuki era perdagangan bebas.
Pilar Sistem Ekonomi Pancasila meliputi:

(1) ekonomika etik dan ekonomika humanistik (dasar),

(2) nasionalisme ekonomi & demokrasi ekonomi (cara/metode operasionalisasi), dan (3) ekonomi
berkeadilan sosial (tujuan).

Kontekstualisasi dan implementasi Pancasila dalam bidang ekonomi cukup dikaitkan dengan pilar-
pilar di atas dan juga dikaitkan dengan pertanyaan-pertanyaan dasar yang harus dipecahkan oleh sistem
ekonomi apapun. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah:

(a) Barang dan jasa apa yang akan dihasilkan dan berapa jumlahnya;

(b) Bagaimana pola atau cara memproduksi barang dan jasa itu, dan;

(c) Untuk siapa barang tersebut dihasilkan, dan

(d) Bagaimana mendistribusikan barang tersebut ke masyarakat.

Rendahnya upaya dan kemamuan untuk menafsirkan Pancasila dalam bidang ekonomi yang lebih
banyak berkiblat ke kapitalisme; Tidak ada keteladanan; Kebijakan pemerintah sendiri menyimpangi
Pancasila; Social punishment & law enforcement yang rendah.

Langkah yang perlu dilakukan adalah perlu digalakkan kembali penanaman nilai-nilai Pancasila
melalui proses pendidikan dan keteladanan. Perlu dimunculkan gerakan penyadaran agar ilmu ekonomi
ini dikembangkan ke arah ekonomi yg humanistik, bukan sebaliknya mengajarkan keserakahan &
mendorong persaingan yang saling mematikan utk memuaskan kepentingan sendiri . Ini dilakukan guna
mengimbangi ajaran yg mengedepankan kepentingan pribadi, yang melahirkan manusia sebagai
manusia ekonomi (homo ekonomikus), telah melepaskan manusia dari fitrahnya sebagai makhluk sosial
(homo socius) dan mahluk beretika (homo ethicus). 20[13]
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

 Contoh konkrit pelaksanaan isi arti Pancasila dalam bidang ekonomi adalah :

1. Adanya BUMN yang juga dapat melibatkan partisipasi swata, sehingga terdapat

pengembangan usaha milik negara dan warga sebagai perseorangan.

2. Adanya subsidi negara terhadap distribusi BBM yang ditentukan berdasarkan asas pemerataan

 Agar Pancasila dalam bidang ekonomi tidak dianggap berkiblat ke kapitalisme; Tidak ada keteladanan;
Kebijakan pemerintah sendiri menyimpangi Pancasila; Social punishment & law enforcement yang
rendah. Maka langkah dilakukan adalah perlu digalakkan kembali penanaman nilai-nilai Pancasila
melalui proses pendidikan dan keteladanan. Perlu dimunculkan gerakan penyadaran agar ilmu ekonomi
ini dikembangkan ke arah ekonomi yg humanistik, bukan sebaliknya mengajarkan keserakahan &
mendorong persaingan yang saling mematikan utk memuaskan kepentingan sendiri . Ini dilakukan guna
mengimbangi ajaran yg mengedepankan kepentingan pribadi, yang melahirkan manusia sebagai
manusia ekonomi, telah melepaskan manusia dari fitrahnya sebagai makhluk sosial dan mahluk beretika.
SARAN

Hendaknya peran Pancasila dalam bidang ekonomi lebih ditekan lagi,karena sistem perekonomian
yang selama ini berlangsung tidaklah bersumber kepada Pancasila. Setelah dicengkram sistem ekonomi
komando di era orde lama yang bercorak sosialisme, berikutnya perekonomian Indonesia menganut
sistem ekonomi pasar yang bercorak kapitalisme di era orde baru. Dan karena jeratan kapitalisme juga
maka semakin menguat seiring derasnya paham ekonomi neoliberal yang datang melalui agen-agen
kapitalisme global.
DAFTAR PUSTAKA

Prof.DR.Kaelan, M.S.2010.Pendidikan Pancasila..Yogyakarta: Paradigma

Prof.DR.Kaelan, M.S.1999.Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan.Yogyakarta: Paradigma

Dr. H.Kaelan, M.S.TT. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigmahttp:// pancasila/peranan-pancasila-di-


bidang-ekonomi.html

www.ginandjar.com

http://ezzelhague.multiply.com/journal/item/21

Blog.unila.ac.id/radegunawans/files/2010/07.Makalah-Fisafat-Ilmu.pdf

http://rahman8194.blogspot.co.id/2013/11/peran-pancasila-dalam-bidang-ekonomi.html

IMPLEMENTASI PANCASIA DALAM BIDANG EKONOMI

IMPLEMENTASI PANCASIA DALAM BIDANG EKONOMI

Tugas ini disusun guna melengkapi mata kuliah Pancasila

Disusun oleh :

Sri Tusnaeni Ningsih

Risna Hajar Puara

Mipuran
Ade Randry

JURUSAN TEKNIK PLANOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2010

BAB I

PENDAHULUAN

Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia
yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara
Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan
bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan
budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.

Pancasila merupakan landasan yang mendasari segala kegiatan, termasuk kegiatan


ekonomi dan pembangunan nasional.
Ekonomi Negara haruslah berlandaskan pada sila-sila dalam pancasila, dan pancasila memiliki
peran sebagai dasar dari berlangsungnya kegiatan ekonomi, sehingga perekonomianpun berjalan
sesuai jati diri bangsa dan tidak terpengaruh pada globalsasi yang bisa merugikan perekonomian
Negara.

Dalam hal ini perokonomian di Indonesia tidak bisa lepas dari masyarakat dimana kita
tahu bersama bahwa masyarakat sangat memiliki pengaruh penting dalam dunia ekonomi.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Globalisasi Sebagai Proses Peleburan Nilai Pancasila

Dari sudut pandang ekonomi, pengertian paling mendasar dari proses globalisasi adalah
perluasan dan pendalaman integrasi pasar barang, jasa dan keuangan antar negara di dunia.
Dalam sepuluh tahun terakhir, proses globalisasi dan integrasi itu telah mengalami percepatan
karena dorongan universal untuk liberalisasi dan terobosan teknologi informasi, transportasi serta
komunikasi yang menyebabkan akselerasi produksi dan distribusi secara internasional.

Kemajuan teknologi yang menyebabkan penurunan biaya transportasi dan komunikasi


telah mengurangi jarak antar negara karena penurunan biaya transaksi barang-barang, jasa, dan
informasi. Kegiatan produksi dapat dilakukan dimanapun, dengan bahan mentah atau setengah
jadi serta komponen dari mana pun dan untuk dipasarkan di mana pun juga. Pada dasarnya yang
terjadi adalah peningkatan spesialisasi atau pembagian kerja proses produksi antar Negara
berdasarkan keunggulan komparatifnya. Dengan peningkatan spesialisasi tersebut, secara teoritis
semua bangsa akan diuntungkan karena ketersediaan barang dan jasa makin meningkat dengan

harga yang lebih terjangkau. Peningkatan produksi berarti juga peningkatan lapangan kerja,
berarti juga peningkatan kesejahteraan.

Namun, proses globalisasi tidak hanya berdampak positif, tetapi juga dapat berdampak

merugikan. Salah satu contohnya adalah gejolak moneter yang melanda negara kita dan beberapa
negara tetangga yang telah melemahkan perekonomian kita dan negara-negara di kawasan ini.
Globalisasi tidak hanya berkenaan dengan mekanisme hubungan ekonomi antar bangsa,

tetapi secara lebih mendasar merupakan proses universalisasi nilai-nilai. Gagasan-gagasan


bergerak bebas. Kita harus siap menerima kenyataan bahwa banyak hal yang telah menjadi
keyakinan selama ini akan dipertanyakan dan diuji keabsahannya atau relevansinya. Kita harus
sudah memperhitungkan bahwa sistem kenegaraan dan pandangan-pandangan yang
melandasinya

akan terus menerus diuji dan ditantang. Karena itu, dalam proses globalisasi kita tidak boleh
hilang kemudi, betapa pun kuat arus yang membawanya. Kemudi ini adalah nilai yang
dikandung pada waktu bangsa ini memproklamasikan kemerdekaannya. Dengan demikian
jatidiri bangsa akan terpelihara, bahkan diperkaya dengan berbagai gagasan baru tersebut.

Sebaliknya, jika kita hilang kemudi, maka kita akan terhanyut oleh perubahan -perubahan
itu sehingga arah perjalanan bangsa menjadi tidak menentu.
2.2 Sistem Ekonomi Pancasila

Dalam konsep kita, pembangunan nasional adalah pengamalan Pancasila. Pembangunan


ekonomi kita pun harus berlandaskan Pancasila, sebagai dasar, tujuan dan pedoman dalam
penyelenggaraannya. Dengan dasar pemikiran tersebut, maka sistem ekonomi yang ingin kita
bangun adalah sistem ekonomi Pancasila.

Kita mengetahui bahwa banyak pakar telah mencoba merumuskan apa yang dimaksud
dengan Ekonomi Pancasila. Tampaknya selama ini belum tercapai konsensus ke arah satu
pengertian. Bahkan banyak yang mencoba menghindari menggunakan istilah itu.

Kita bisa memahami kalau selama ini ada kekhawatiran dalam merumuskan Ekonomi
Pancasila, oleh karena memang kondisi ekonomi kita pada waktu yang lalu masih begitu
tertinggalnya, sehingga berbicara mengenai idealisme yang demikian akan dirasakan
bertentangan dengan kenyataan dalam kehidupan yang sesungguhnya.

Namun, dewasa ini bahwa sudah saatnya kita menentukan sikap dan membulatkan niat
untuk membangun ekonomi menuju arah sesuai cita-cita para pendiri Republik ini.
Pembangunan selama ini telah memberikan hasil yang cukup nyata dalam meningkatkan

kesejahteraan dan kemampuan ekonomi nasional, sehingga memberikan modal dan kesempatan
kepada kita untuk memikirkan lebih jauh idealisme pembangunan dan menjabarkannya dalam
konsep-konsep yang operasional, yang secara bertahap membawa kita ke tujuan itu.

Jelas tidak akan mudah bagi kita untuk mengembangkan konsep ini, karena sebagai

konsep ekonomi dan konsep pembangunan harus memenuhi berbagai syarat, di samping

idealisme atau pandangan-pandangan yang normatif, harus juga memenuhi kaidah-kaidah ilmiah,
sehingga ada asas-asas objektif dan rasional yang dapat dikembangkan. Namun, kita juga tidak
berhenti mengupayakannya semata-mata karena belum ada atau belum banyak literatur yang
secara mendalam mengkaji konsep ini. Justru kita harus memulainya dan mengembangkan
konsensus ke arah itu.

Sistem ekonomi kita, menganut paham ekonomi pasar, atau menurut istilah yang

digunakan oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) ekonomi pasar terkendali (tahun 1990)
atau ekonomi pasar terkelola (tahun 1996). Kata kuncinya adalah terkelola.

Kemudian yang dimaksud dengan sistem ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi
pasar yang terkelola dan kendali pengelolaannya adalah nilai-nilai Pancasila.

Dengan perkataan lain ekonomi Pancasila tentulah harus dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.

Atas dasar itu maka Ekonomi Pancasila tidak semata-mata bersifat materialistis, karena
berlandaskan pada keimanan dan ketakwaan yang timbul dari pengakuan kita pada Ketuhanan
Yang Maha Esa (sila 1). Keimanan dan ketakwaan menjadi landasan spiritual, moral dan etik
bagi penyelenggaraan ekonomi dan pembangunan.

Dengan demikian sistem ekonomi Pancasila dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan etika,
sehingga pembangunan nasional kita adalah pembangunan yang berakhlak.
Ekonomi Pancasila, dengan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab (sila 2),
menghormati martabat kemanusiaan serta hak dan kewajiban asasi manusia dalam kehidupan
ekonomi. Dengan dasar-dasar moral dan kemanusiaan seperti di atas Ekonomi Pancasila
meskipun tidak menghalangi motivasi ekonomi untuk memperoleh keuntungan, namun tidak
mengenal predatorpredator ekonomi, yang satu memangsa yang lain.

Ekonomi Pancasila berakar di bumi Indonesia. Meskipun ekonomi dunia sudah menyatu,
pasar sudah menjadi global, namun ekonomi Indonesia tetap diabdikan bagi kesejahteraan dan
kemajuan bangsa Indonesia. Sila Persatuan Indonesia (sila 3) mengamanatkan kesatuan ekonomi
sebagai penjabaran wawasan nusantara di bidang ekonomi.

Globalisasi kegiatan ekonomi tidak menyebabkan internasionalisasi kepentingan ekonomi.


Kepentingan ekonomi kita tetap diabdikan untuk kepentingan bangsa Indonesia. Ekonomi
Pancasila dengan demikian berwawasan kebangsaan dan tetap membutuhkan sikap patriotik
meskipun kegiatannya sudah mengglobal.

Sila keempat dalam Pancasila menunjukkan pandangan bangsa Indonesia mengenai


kedaulatan rakyat dan bagaimana demokrasi dijalankan di Indonesia. Di bidang ekonomi,
Ekonomi Pancasila dikelola dalam sebuah sistem demokratis yang dalam Undang-undang Dasar
secara eksplisit disebut demokrasi ekonomi.

Nilai-nilai dasar sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menunjukkan
betapa seluruh upaya pembangunan kita, untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi
dikaitkan dengan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya
kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam sistem ekonomi yang
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Menurut ISEI, di dalam sistem ekonomi yang berlandaskan Demokrasi Ekonomi, usaha

negara, koperasi, dan usaha swasta dapat bergerak di dalam semua bidang usaha sesuai dengan
peranan dan hakikatnya masing-masing. Dalam konsep itu, usaha negara berperan sebagai:
a) perintis di dalam penyediaan barang dan jasa di bidang-bidang produksi yang belum cukup atau
kurang merangsang prakarsa dan minat pengusaha swasta;

b) pengelola dan pengusaha di bidang-bidang produksi yang penting bagi negara;

c) pengelola dan pengusaha di bidang-bidang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak;

d) imbangan bagi kekuatan pasar pengusaha swasta;

e) pelengkap penyediaan barang dan jasa yang belum cukup disediakan oleh swasta dan koperasi,
dan

f) penunjang pelaksanaan kebijaksanaan negara.

Selanjutnya koperasi sebagai salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan ketentuan

Kita perlu lebih memperdalam lagi rumusan tentang peran negara, koperasi dan usaha
swasta dalam sistem ekonomi Pancasila tersebut.

Mengingat masyarakat kita terus berkembang dan kita hidup sebagai bagian dari

masyarakat dunia yang terus berkembang pula, konsep-konsep itu haruslah tidak kaku dan statis,
tetapi luwes dan lentur, serta memungkinkan berkembang sesuai dengan dinamika perubahan
yang terus menerus terjadi.

Namun, hal-hal yang mendasar seperti nilai-nilai utama yang tadi telah dikemukakan
tidak perlu bahkan tidak seyogyanya berubah.

Salah satu tantangan kita sekarang adalah bagaimana membangun usaha swasta agar

dapat memotori mesin ekonomi kita dalam memasuki era perdagangan bebas. Bagaimana kita
membantu usaha swasta kita untuk terus menerus meningkatkan dan memelihara daya saing.

Daya saing swasta kita merupakan komponen penting dalam daya saing nasional.

Untuk meningkatkan daya saing perlu ditingkatkan efisiensi dan produktivitas sumber
daya yang kita miliki. Ini harus menjadi agenda nasional bangsa kita.

Selanjutnya, perlu pula dipikirkan bagaimana kita memperbaiki struktur dunia usaha kita
yang masih timpang, agar lebih kukuh dan seimbang; yakni struktur dunia usaha di mana usaha
besar, menengah dan kecil saling bersinergi dan saling memperkuat dengan lapisan usaha
menengah sebagai tulang punggungnya. Persoalan kita bukan ukurannya besar atau kecil,
tetapidaya tahan dan daya saingnya. Yang besar tetapi lemah tidak ada manfaatnya, yang kecil
tetapi kuat justru merupakan unsur yang penting terhadap keseluruhan sistem ekonomi kita.

Oleh karena itu, agenda pembangunan kita bukan mempertentangkan yang besar dengan
yang kecil, tetapi membangun semua potensi yang kita miliki.

Dalam proses itu yang besar dan kecil harus bekerja sama, bermitra, untuk bersama-sama saling
dukung dan saling memperkuat. Kita harus ingat pesan Undang-undang Dasar mengenai asas
kekeluargaan dalam menyelenggarakan ekonomi.

Konsumen adalah juga pelaku ekonomi. Kita menghendaki agar perilaku konsumen

Indonesia memperkuat upaya kita untuk membangun wujud masyarakat yang kita harapkan,
yaitu yang maju, mandiri, sejahtera, dan berkeadilan.

2.3 Implementasi Pancasila dalam Bidang Pembangunan Nasional

Manusia menduduki tempat sentral pembangunan nasional, yaitu sebagai subjek dan objek
pembangunan. Pembangnan nasional pada hakikatnya ditujukan untuk kesejahteraan dan
kebahagiaan manusia baik secara lahir maupun batin, sebagai manusia yang memiliki martabat.
Karena pada hakikatnya seluruh manusia yang ada di muka bumi ingin hidup secara layak dan
terpenuhi segala kebutuhannya. Hal di atas menunjukkan bahwa tujuan pembangunan nasional
adalah “masyarakat manusiawi” (human society).

Dengan demikian dapat disimpulkan dari paparan di atas bahwa pembangunan nasional yang
bertujuan untuk membangun masyarakat manusiawi sesuai dengan nilai yang ada dalam sila
Pancasila, yaitu sila ke dua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Dalam sila ini
jika dikaitkan dengan tujuan pembangunan nasional yaitu masyarakat manusiawi, bermakna
bahwa pembangunan nasional untuk kesejahteraan, kebahagiaan lahir batin bagi manusia
bermakna pembangunan nasional bertujuan untuk menuju masyarakat yang manusiawi, karena
dengan hidup sejahtera dan bahagia berarti segala kebutuhannya tercukupi, sehingga manusia
memiliki martabat sesuai dengan kodratnya. Hal tersebut sesuai dengan isi dari sila ke dua dalam
Pancasila.
Prospek penerapan Pancasila dalam pembangunan nasional secara menyeluruh dan mendalam,
dari kesimpulan di atas akan melahirkan suatu proses pembangunan yang memiliki wawasan dan
berjiwakan nilai-nilai luhur Pancasila. Proses pembangunan yang dijiwa dengan nilai-nilai sila
dalam Pancasila akan mengahasilkan suatu produk yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Hal
tersebut dapat dijadikan salah satu indikator dalam suksesnya pembangunan nasional di
Indonesia karena telah sesuai dengan dasar tertib hukum dalam berbangsa dan bernegara
Indonesia yaitu Pancasila. Jika kesuksesan pembangunan nasional berdasarkan Pancasila
tercapai, maka akan dengan mudah bangsa Indonesa mencapai kesejahteraan, kebahagiaan dan
ketertiban dalam suasana kehidupannya sesuai dengan Pancasila

2.4 Upaya Yang dilakukan Untuk Mendukung Ekonomi Pancasila


Pertama, konsumen diharapkan memberi penghargaan dan mengutamakan penggunaan
produk hasil bangsanya sendiri. Hal ini sering dikatakan sebagai cermin nasionalisme baru.
Sikap mendahulukan penggunaan produksi dalam negeri, tidak bertentangan dengan perjanjian
perjanjian perdagangan internasional, karena bersangkutan dengan pilihan yang bebas dan bukan
karena paksaan atau dibatasinya pilihan atau hak untuk memilih. Sikap serupa itu justru akan

menjamin pertumbuhan kemampuan produksi nasional secara berkesinambungan. Pada

gilirannya akan mendorong proses kemandirian bangsa.

Kedua, konsumen Indonesia harus memperhatikan nilai-nilai kepatutan menurut agama


dan budaya masyarakat.

Pola konsumsi yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya masyarakat, jelas

tidak sesuai dengan semangat tenggang rasa dan saling menghormati keyakinan, dan dapat
menimbulkan suasana permusuhan dan pertentangan, sehingga melemahkan keutuhan bangsa.
Ketiga, konsumen Indonesia harus memperhatikan pula taraf hidup masyarakat di
sekitarnya. Pola konsumsi yang berlebihan, yang mewah di atas kewajaran, apalagi di tengah
masyarakat yang miskin, akan menyebabkan kecemburuan sosial dan mempertajam kesenjangan.

Akibatnya mudah sekali terjadi konflik-konflik sosial. Konflik-konflik sosial lebih mudah
muncul ke permukaan oleh karena tidak adanya rasa solidaritas, sebagai akibat menyoloknya
perbedaan gaya hidup.

Oleh karena itu, pada waktu kita berbicara mengenai pengembangan jatidiri para pelaku
ekonomi, kita tidak hanya berbicara mengenai masyarakat sebagai pelaku ekonomi produsen
tetapi juga sebagai pelaku ekonomi konsumen.

Peran pemerintah jelaslah tidak kecil. Pemerintah harus mengemban tiga peran
sekaligus, yaitu :

Pertama, dalam upaya pemerataan dan membangun keadilan pemerintah harus berada di
depan, Ing Ngarso Sung tulodo. Upaya mengentaskan penduduk dari kemiskinan, memeratakan
pembangunan antardaerah, menghilangkan kesenjangan, haruslah menjadi tanggung jawab
pemerintah dan pemerintah harus memeloporinya. Dalam upaya membangun rasa adil dan
menciptakan rasa aman dan rasa tenteram dalam masyarakat, pemerintah harus berada di depan,
menunjukkan jalan dan memberi keteladanan. Pemerintah harus memelopori terbentuknya
institusi sosial dan ekonomi yang mendorong berkembangnya potensi ekonomi dan berperannya
secara optimal pelaku-pelaku ekonomi masyarakat.

Kedua, dalam berbagai upaya pembangunan pemerintah harus bekerja bersama

masyarakat dan menggerakkan kegiatan pembangunan oleh masyarakat.

Pemerintah harus Ing Madyo Mangun Karso. Dalam berbagai usaha produksi di mana

masyarakat belum sepenuhnya mampu tanpa ditopang oleh pemerintah, pemerintah harus
mendukungnya. Misalnya, membangun prasarana untuk mendorong kegiatan investasi
masyarakat. Pemerintah membangun jalan, tenaga listrik, irigasi, untuk mendorong kegiatan
ekonomi masyarakat. Bahkan mungkin masih harus mengelola prasarana tersebut agar dapat
terus ber fungsi untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat.

Ketiga, dalam hal masyarakat sendiri sudah sepenuhnya dapat berperan, maka peran
pemerintah adalah Tut Wuri Handayani. Itulah yang dimaksudkan pada waktu kita mengatakan
bahwa dalam konsep pembangunan kita masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan
pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang
menunjang. Misalnya, dalam kegiatan mendorong ekspor, yang dilakukan oleh dunia usaha kita,
atau mendorong pariwisata. Apabila hambatan-hambatan yang disebabkan baik oleh peraturan
dari pemerintah sendiri ataupun hambatan lainnya dapat ditiadakan, sudah akan sangat
menolong.

Apalagi kalau ditopang oleh peraturan-peraturan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang

menunjang.

2.5 Revitalisasi Sistem Ekonomi Pancasila

Agar kemiskinan dapat segera diatasi dan kemandirian bangsa segera tercapai, kita
memerlukan revitalisasi sistem ekonomi Pancasila.

Tetapi bagaimanakah caranya? Ada banyak pilihan, tetapi yang mendesak dilakukan adalah:
1. membuat undang-undang system perekonomian nasional dan garis-garis besar arah strategi
pembangunan jangka panjang yang penerapannya disesuaikan dengan keadaan
ekonomi saat ini dan mendatang sesuai perintah UUD-45 dengan menampung lebih
tegas dan jelas semua ciri-ciri system ekonomi Pancasila.
2. menyempurnakan UU anti monopoli dan persaingan tidak sehat menjadi UU kemitraan
nasional terutama dengan melakukan penajaman tata peran dan tata kelola pelaku
ekonomi [BUMN-Koperasi-Swasta] dan menjadikan kemitraan sebagai gerakan
nasional.
3. membangun resource-base industry yang berdaya saing tinggi sebagai prioritas utama.
4. pemberdayaan Koperasi agar berperan utama dalamekonomi rakyat.
5. memperkuat BUMN yang menguasai hajathidup orang banyak dan strategis agar berdaya
saing tinggi danmenjadi lokomotif ekonomi rakyat.
6. melakukan gerakan cintaproduksi dalam negeri.
7. melaksanakan gerakan produktifitasdan efesiensi nasional.
8. menyegerakan reformasi birokrasi guna mewujudkan pemerintahan bersih dan berwibawa.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam konteks pembangunan ekonomi di era globalisasi yang sangat dinamis ini,
peranan pemerintah suatu negara menjadi semakin terbatas. Hal ini terjadi bukan semata-mata
disebabkan oleh gencarnya proses liberalisasi dan kapitalisme, tetapi juga oleh kenyataan bahwa
aspek kehidupan masyarakat modern menjadi semakin kompleks.

Negara semakin kurang mampu menghadirkan kesejahteraan bagi seluruh warga negaranya.
Karena di sebabkan kurangnya pemahaman pancasila dalam kehidupan ekonomi. Dan di Negara
kita dewasa ini dalam prakteknya perekonomian lebih condong pada system liberalisme bukan
pancasilais.

Sehingga Untuk mengelola dan memajukan ekonomi suatu masyarakat dalam lingkup
negara, diperlukan hadirnya anggota masyarakat yang mampu melihat peluang yang bernilai
ekonomis dan mengelolanya menjadi suatu kegiatan yang member keuntungan pada semua
pihak. Tak berlebihan mengatakan bahwa masa depan kesejahteraan rakyat Indonesia amat
ditentukan oleh kiprah para pengusaha

Indonesia. Karena Semua negara yang maju, makmur dan sejahtera adalah yang memiliki banyak
pengusahanya yang tangguh.

3.2 Saran
Didalam Implementasi Pancasila berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara
sebaiknya kita sungguh-sungguh dan ikhlas tanpa mengharapkan suatu apapun. Dan dalam suatu
kegiatan ekonomi, agar perekonomian bangsa menjadi lebih baik dan makmur maka dibutuhkan
penegakkan system perekonomian yang berlandaskan pada system pancasila.

Sehingga ekonomi yang berkembang di Negara kita akan menguntungkan kepada seluruh
pihak pelaku ekonomi, bukan hanya menguntungkan pihak yang memiliki modal terbesar atau
monopoli.

http://sriconan.blogspot.co.id/2011/01/implementasi-pancasia-dalam-bidang.html

5. Sila Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

Dalam suatu kasus, Kasus tahun 2011 lalu di Kabupaten Prabumulih, Lampung (kisah nyata). Di ruang
sidang pengadilan, Hakim Marzuki duduk tercenung menyimak tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU)
terhadap seorang nenek yang dituduh mencuri singkong. Nenek itu berdalih bahwa hidupnya miskin,
anak lelakinya sakit, cucunya lapar. Namun, manajer PT Andalas Kertas tetap pada tuntutannya, agar
menjadi contoh bagi warga lainnya.

Hakim Marzuki menghela nafas, dia memutus di luar tuntutan Jaksa Penuntut Umum, "Maafkan saya,"
katanya sambil memandang nenek itu. "Saya tak dapat membuat pengecualian hukum, hukum tetap
hukum, jadi Anda harus dihukum. Saya mendenda Anda Rp1 juta dan jika Anda tidak mampu bayar,
maka Anda harus masuk penjara 2,5 tahun, seperti tuntutan Jaksa Penuntut Umum."

Nenek itu tertunduk lesu, hatinya remuk redam. Sementara itu, Hakim Marzuki mencopot topi toganya,
membuka dompetnya kemudian mengambil dan memasukkan uang Rp1 juta ke topi toganya serta
berkata kepada hadirin.

"Saya atas nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepada tiap orang yang hadir di ruang sidang ini
sebesar Rp50 ribu, sebab menetap di kota ini, yang membiarkan seseorang kelaparan sampai harus
mencuri untuk memberi makan cucunya. Saudara Panitera, tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga
saya ini, lalu berikan semua hasilnya kepada terdakwa," kata dia. Sampai palu diketuk dan Hakim
Marzuki meninggalkan ruang sidang, nenek itu pun pergi dengan mengantongi uang Rp3,5 juta,
termasuk uang Rp50 ribu yang dibayarkan oleh manajer PT Andalas Kertas yang tersipu malu karena
telah menuntutnya.
Kasus ini merupakan salah satu contoh seorang hakim yang adil, seperti sila yang terakhir, keadilan bagi
seluruh rakyai indonesia.

Sumber:

http://icecreamcocholate.blogspot.co.id/2012/02/penyimpangan-nilai-pancasila.html

https://www.google.co.id/search?q=contoh+pengamalan+pancasila+dalam+kehidupan+sehari+hari+di+l
ingkungan+keluarga&revid=1711281777&sa=X&ved=0ahUKEwis6Pehze3LAhWCTI4KHRhhBV4Q1QIIXygC

https://www.google.co.id/search?q=contoh+kasus+nyata+yang+menerapkan+nilai-
nilai+pancasila&oq=contoh+kasus+nyata+yang+menerapkan+nilai-
nilai+pancasila&aqs=chrome..69i57.15314j0j7&{google:bookmarkBarPinned}sourceid=chrome&{google:
omniboxStartMarginParameter}ie=UTF-8

https://www.google.co.id/search?q=ebook+nilai+nilai+pancasila+dan+contoh+kasusnya&oq=ebook+nila
i+nilai+pancasila+dan+contoh+kasusnya&aqs=chrome..69i57.11885j0j7&{google:bookmarkBarPinned}so
urceid=chrome&{google:omniboxStartMarginParameter}ie=UTF-8

http://yulyagustin.blogspot.co.id/2016/04/nilai-nilai-dan-contoh-kasus-pancasila.html

Makalah Pancasila sila ke 5

PENDALAMAN SILA KELIMA PANCASILA


KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

MAKALAH

DisusunGunaMemenuhiTugas
Mata Kuliah: PendidikanPancasila

DosenPengampu: Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag.

Disusun:

Hanna Ni’matul Izza (1601036135)

Rizqin Aulia (1601036145)

AlfathMaulana Akbar (1601036153)

Muhammad Alfan Aufa (1601036174)

MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2017

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar filsafat negara republik Indonesia sebelum disahkan pada tanggal 18 agustus
1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa
Indonesia mendirikan negara, yang berupa nilai-nilai adat istiadat, kaebudayaan serta nilai-nilai religius.
Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai
pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah bangsa
Indonesia sendiri, sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut
kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk dujadikan sebagai dasar
filsafat Negara Indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam
sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang “panitia sembilan”, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya
disahkan secara yuridis sebagai suatu dasar filsafat Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan bangsa Indonesia
sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya.
Pancasila bersifat universal dan akan memengaruhi hidup dan kehidupan bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia secara kekal dan abadi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa arti lambang dan pengertian arti dari sila kelima?


2. Apa artilambang dan nilai-nilai yang terkandung dalam sila kelima?
3. Bagaimana pedoman, penghayatan, pengamalan pancasila (P4) dari sila kelima?
4. Contoh kasus yang sesuai atau melanggar sila kelima?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Makna dari Sila Kelima

“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”


Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik
material maupun spiritual.
Seluruh Rakyat Indonesia berarti setiap orang yang menjadi Rakyat Indonesia, baik yang berdiam di
wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun warga negara Indonesia yang berada di luar negeri.
Jadi: Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia berarti, bahwa setiap orang Indonesia mendapat
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Sesuai dengan UUD
1945, makna keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur.
Oleh karena kehidupan manusia itu meliputi kehidupan jasmani dan kehidupan rohani, maka keadilan
itupun meliputi keadilan di dalam pemenuhan tuntutan-tuntutan hakiki bagi kehidupan rohani. Dengan
kata lain: keadilan itu meliputi keadilan di bidang material dan bidang spiritual. Pengertian ini mencakup
pula pengertian adil dan makmur yang dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia secara merata,
dengan berdasarkan asas kekeluargaan.
Sila “Keadilan Sosial” adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa
Indonesia dalam bernegara, yang perwujudannya ialah tata-masyarakat adil-makmur berdasarkan
Pancasila.
Hakekat pengertian diatas sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea kedua:
“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil makmur”.21[1]
Sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” ini adalah masalah hubungan manusia
dengan benda dan dengan sesamanya manusia. Ini adalah masalah kepimilikan material dan masalah
kesejahteraan sekaligus. Cita-cita yang terkandung dalam sila kelima ini ialah bahwa seluruh rakyat
Indonesia seharusnya dan setepatnya semuanya saja tanpa terkecuali hidup dalam kecukupan kebutuhan
materialnya. Semuanya hendaklah merasa berkecukupan terhadap kebutuhannya untuk makan, minum,
pakaian, tempat tinggal, kebutuhan kesehatan, ketentraman batin, dan sebagainya. Karena itu, pemerintah
dalam negara Pancasila harus mengusahakan hal yang sedemikian itu dan seluruh rakyat wajib
mendukung dan turut mengusahakannya.Jangan sampai ada jurang antara si kaya dan si miskin yang
terlampau dalam. Kalau terpaksa ada, itu haruslah hanya bersifat sementara sebagai perjalanan proses
untuk menuju kepada kesejahteraan bersama seluruh rakyat. Seluruh rakyat harus diberi kesempatan
untuk berusaha atau bekerja sehingga memperoleh kesejahteraan hidup yang beberapa derajat di atas
minimal. Harus diusahakan jangan ada rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kalau terpaksa ada,
itu haruslah hanya bersifat sementara sebagai perjalanan proses untuk menuju kepada kesejahteraan
bersama seluruh rakyat. Memang tidak mudah mewujudkan hal ini. Akan tetapi, silakan lihat kalimat
terakhir dari kelima sila Pancasila dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945: ... serta dengan
mewujudkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Seluruh rakyat harus melatih diri dan belajar
secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama untuk mencapai cita-cita sila kelima ini. Tidak akan
terwujud kalau orang-orang hanya menuntut dan menuntut. Secara bersama-sama kita harus berusaha
mewujudkan Masyarakat yang adil dan makmur, baik material maupun spiritual sesuai dengan hyang
dikehendaki oleh Pancasila. Inilah yang dikehendaki dan dicita-citakan oleh sila kelima Pancasila dan
seluruh rakyat harus berjuang bahu-membahu dengan bekerja keras dan disertai dengan penuh pengertian
antara seorang terhadap orang lain.22[2]

2. Lambang dan Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Sila Kelima

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki lambang padi dan kapas. Padi dan kapas
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang, sebagai syarat utama untuk
mencapai kemakmuran. Hal itu sesuai dengan tujuan utama dari sila kelima yaitu mensejahterakan rakyat
Indonesia.23[3]
Nilai keadilansosial bagiseluruhrakyat Indonesia terletak pada alasan dan pokok permohonan
pengujian Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Para pemohon beranggapan
bahwa undang-undang yang mengandung muatan yang memosisikan bahwa penggunaan air adalah
condong untuk kepentingan komersial, yang tercermin pada pasal 6, pasal 7, pasal 8, pasal 9 dan pasal 10.
Undang-undang membagi penggunaan air ke dalam 2 jenis, yaitu berupa hak guna pakai dan hak guna
usaha. Keberadaan hak guna dalam undang-undang secara fundamental merekontruksi nilai air yang
merupakan banrang publik (common good) menjadi komoditas ekonomi (commercial good) yang dapat
dikuasai kelompok individu dan badan usaha. Dengan memiliki hak guna usaha atas sumber-sumber,
swasta pengelola air memperoleh keuntungan, serta mengandung muatan penggunaan air bagi
kepentingan komersial yang mengandung air sebagai komoditas komersial adalah bertentangan dengan
pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945.
Apabilakitakaitkandenganpostulatkelima “Setiapundang-undangharusmenyejahterakanmasyarakat”
mengandungartibahwasetiapundang-undang yang dibahasolehDewanPerakilan Rakyat
denganpersetujuanbersama presidenharus:

1. Mewujudkankesejahteraanmasyarakat.
Setiapundang-
undangtidakmerugikankepentinganumumdanharusmenyejahterakanmasyarakatdalamsegalaaspekkehidupa
n.
2. Terhindardarikepentingan yang merugikanmasyarakat.
Undang-undang yang
lahiratasdasarkesepakatanbersamaharusmengutamakankepentinganmasyarakatdaripadakepentinganpribad
i/kelompok.
Postulattersebutmenurutpenulissejalandenganapa yang diminta Para PemohonPengujianUndang-
undang No 7 Tahun 2004 TentangSumberDayaAir.Untukituundang-undang yang
dibentukharusbertujuanuntukmenyejahterakanmasyarakat.
Pandangan yang duraikanolehMahkamahKonstitusibahwasecarakonstitusionaldalampasal 33 ayat
3 UUD 1945 menyatakan, bumi,airdankekayaanalam yang
terkandungdidalamnyadikuasaiolehNegaradandigunakanuntuksebesar-besarkemakmuranrakyat.
MenurutMahkamahayattersebutmerupakanbentukkonstitusional
atasdianutnyademokrasiekonomiselaindemokrasipolitik yang
terkaitdenganpenyelenggaraanNegarasebagaimanadimaksudsilakeempatdansilakelimapancasila.Terkaitde
ngansilakelimadasarnegara, implementasinyakedalamketentuankonstitusi yang termuatdalampasal 33 ayat
3 UUD 1945 tidaksajamenunjuksebagaidasarnegara, melainkanjugasebagaitujuannegara. Dengan kata
lain, silakelima “keadilanbagiseluruhrakyatIndonesia” sebagaidasarNegaradiimplementasikandalam UUD
1945
mengenaipenyelenggaraanNegaradibidangekonomiadalahdalambentukdemokrasiekonomidengantujuanm
ewujudkansebesar-besarkemakmuranrakyat. Itulahsesungguhnyamaknaintikeadilansosial yang
jugadiartikan sebagaimasyarakat yang adildanmakmur.24[4]
Dalamsilakelima yang berbunyi“KeadilanSosialBagiSeluruh Rakyat Indonesia”
terkandungnilaikeadilansocialantara lain:
a. Perwujudannilaikeadilansocialdalamkehidupansocialataukemasyarakatanmeliputiseluruhrakyat
Indonesia.
b. Keadilandalamkehidupansocialterutamameliputibidang-bidangideologi ,ekonomi ,politik, sosial,
kebudayaandanpertahanankeamanan sosial.
c. Cita-cita masyarakat adil makmur, material dan spiritual yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
d. Keseimbanganantarahakdankewajiban,danmenghormatihak orang lain.
e. Cintaakankemajuandanpembangunan.
f. Nilaisilakelimainimeliputidandijiwaisila-sila I,II,III dan IV.25[5]

3. Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4) Sila Kelima

Dengan sila Keadilan Sosila bagi Seluruh Rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam
rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan ke-gorongroyong-an.
Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain.
Demikian pula perlu dipupuk sikap suka memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan
agar dapat berdiri sendiri. Dengan sikap yang seperti sedemikian, ia tidak menggunakan hak miliknya
untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain, juga tidak untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan hidup bergaya mewah, serta perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
Demikian juga dipupuk sikap suka bekerja keras dan sikap menghargai hasil karya orang lain yang
bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama. Kesemuanya itu dilaksanakan dalam
rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial.

Bentuk pengamalan sila kelima adalah sebagai berikut:


a. Memelihara kehidupan yang adil di segala bidang kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya dan lain-
lain bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Menumbuhkan hidup tolong menolong, kekeluargaan dan gotong-royong.
c. Memelihara kehidupan sebagai makhluk sosial dan memperlakukan hak miliknya sehingga mempunyai
fungsi sosial.
d. Memperhatikan Pembukaan dan pasal 23, 27, 28, 29, 30, 31, 33 dan 34 UUD 1945.26[6]
4. Kasus-Kasus yang Sesuai dan Melanggar Sila Kelima
a. Kasus-kasus yang sesuaidengansilakelima
1. Pembagianraskinsecaraserentakkepadawargamiskinbertujuan untukmenurunkanhargaberasdilapangan.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Jateng Whitono menyatakan, saat ini harga beras di lapangan sudah
mengalami penurunan. Bulogmempercepatrealisasiraskin, dengan
harapanpercepatanpembagianberasraskinsecaraserentakbisa menurunkanharga.
Panenrayadibeberapadaerahjugaberperandalammenurunkanharga.
Sebelumnya Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyatakan, operasi pasar beras sudah mulai dilakukan.
Tetapi ia lebih suka percepatan pembagian raskin karena kegiatan itu benar-benar menyentuh masyarakat
bawah.
Dari berita di atas menunjukkan bahwa pemerintah sudah adil dengan memberikan bantuan kepada
masyarakat yang kurang mampu.
2. Contoh kasusatauperilaku yang sesuaidengansilakelima dalam lingkungankeluarga;
a) Bersikaphematdanmaubekerjakerassesuaidengankemampuan.
b) Pandaimembagiwaktuuntukbelajar, bermain danmembantu orang tua.
c) Rajinmelatihdiridenganketerampilan
d) Tidakbersikapboros
e) Mengaturpengeluaran biaya hidup dalam keluarga
3. Cerita tentang “Tuntunanjaksa PU terhadapseorangnenek yang dituduhmencurisingkong”. Cerita ini
berkisah tentang Nenek yangberdalihmencuri karenahidupnyamiskin, anaklelakinyasakit
sertacucunyalapar. Namuntuntutan jaksa PU memberpernyataanbahwahukumtetap
hukum,tanpapengecualian, lalumendendanenektersebut sebesar 1juta , tetapi nenek tersebut tidakmampu
membayar . Kemudianjaksa PU menuntutmemasukanpenjara selama 2,5tahun. Nenekitutertunduklesu.
Sementaraitu, hakim tersebutmenyopottopitoganya,
membukadompetnyakemudianmengambildanmemasukanuang 1juta ketopitoganyasertaberkatakepada
para hadirin “Sayaatasnamapengadilan, jugamenjatuhkandendakepadatiap orang yang
hadirdiruangsidinginisebesar 50 ribu, sebabmenetapdikotaini, yang
membiarkanseseorangkelaparansampaiharusmencuriuntukmembermakancucunya. Saudara panitera,
tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga saya ini lalu berikan semua hasilnya kepada terdakwa
(nenek)”. Contohkasus tersebut merupakancontohkasus hukum yang adil.

b. Contoh kasus yang melanggarsilakelima


Salah satuwargamiskin di KelurahanSragenKulon, tidakmendapatdana program
simpanankeluargasejahtera (PSKS).
Diamengakuisejaktahunlalutakmendapatbantuanuangkompensasidaripemerintah yang
sebelumnyaberlabelbantuanlangsungtunai (BLT).Selamainidiahanyamendapatbantuanberas
untukrakyatmiskin(raskin).Diajugamengakuiselamainitidakbekerjalantarankondisitubuhyang
tidakmemungkinkan. Untukmemenuhikebutuhanhidup,
dirinyahanyamengandalkanpemasukananaksertabantuandaritetangga.Diamengakuipernahdidataolehpihak
kelurahanuntuk diberi bantuandanakompensasi, namunbelumadatindaklanjut.
Dari informasitersebut, dapatdisimpulkan bahwa pemerintahanmasihbelum bisabersikapadil terhadap
rakyat miskin yang ada di Indonesia.27[7]
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia berarti, bahwa setiap orang Indonesia mendapat
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Sesuai dengan UUD
1945, makna keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki lambang padi dan kapas. Padi dan kapas
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang, sebagai syarat utama untuk
mencapai kemakmuran. Hal itu sesuai dengan tujuan utama dari sila kelima yaitu mensejahterakan rakyat
Indonesia.Dalamsilakelima yang berbunyi“KeadilanSosialBagiSeluruh Rakyat Indonesia”
terkandungnilaikeadilansocialantara lain:
a) Perwujudannilaikeadilansocialdalamkehidupansocialataukemasyarakatanmeliputiseluruhrakyat Indonesia.
b) Keadilandalamkehidupansocialterutamameliputibidang-bidang ideologi ,ekonomi ,politik, sosial,
kebudayaandanpertahanan keamanan sosial.
c) Cita-cita masyarakat adil makmur, material dan spiritual yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
d) Keseimbanganantarahakdankewajiban, danmenghormatihak orang lain.
e) Cintaakankemajuandanpembangunan.
f) Nilaisilakelimainimeliputidandijiwaisila-sila I,II,III dan IV.
Dengan sila Keadilan Sosila bagi Seluruh Rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam
rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan ke-gorongroyong-an.
Di Indonesia masih banyak kasus-kasus yang menyimpang dari nilai-nilai pancasila, terutama sila
kelima. Banyak orang-orang atau pemerintahan yang belium bisa adil terhapad rakyatnya, entah itu dari
segi ekonomi, politik, sosial-budaya dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Darmodiharjo, Darji, 1979, Pancasila Suatu Orientasi Singkat, Balai Pustaka, Jakarta.

Kaelan, 2016, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.

Krisnayuda, Backy, 2016, Pancasila dan Undang-Undang, Prenamedia Group, Jakarta.

Wreksosuharjo, Sunarjo, 2004, Filsafat Pancasila, ANDI, Yogyakarta.

http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.com/2015/12/lambang-pancasila-dan-artinya.html diakses
pada: 6 mei 2017

https://diahsetyorini23.wordpress.com/2015/04/16/kasus-kasus-pelanggaran-5-sila-pancasila.html diakses
pada: 6 mei 2017

https://nadhifwalisongo.blogspot.co.id/2017/05/makalah-pancasila-sila-ke-5.html

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi tuhan yang telah menolong hamba-nya untuk menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin kami penyusun dari tim7 tidak dapat
menyelesaikanya dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami pancasila khususnya sila ke5 keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia. Yang kami sajikan berdasarkan penulisan dari berbagai sumber.

Makalah ini kami susun dengan banyak rintangan banyak itu yang dating dari para penyusun
maupun dari yang laen, namun dengan penuh kesabaran dan niat untuk meyelesaikanya kami pun dapat
juga menyelesaikanya dengan baik.

Makalah ini memuat tentang bagaimana sila ke5 yaitu keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia yang belum sepenuhnya diterapkan dinegara ini.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pancasila dan kewarganegaraan yaitu
Prof.DR.DRS.H.Sukiyat,SH.,M.Si yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara kami menyusun makalah

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima
kasih.
Gresik, ……….

DAFTAR ISI

Cover -

Kata Pengantar 1

Daftar Isi 2

Bab I : Pendahuluan 3

I.I.Latar Belakang 3
I.2.Rumusan Masalah 4

I.3.Tujuan Penulisan 4

Bab II : Landasan Teori 5

Bab III : Pembahasan Masalah 9

Bab IV : Penutup 13

IV.1.Kesimpulan 14

IV.2.Saran 14
Daftar Pustaka 15
BAB I

PENDAHULUAN

I .1. Latar belakang


Pancasila dirumuskan dari kehidupan bangsa Indonesia yang digunakan untuk pedoman bangsa
Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila memiliki fungsi sebagai dasar
filsafah negara dijabarkan juga sebagai jiwa bangsa, sebagai kepribadian bangsa, sebagai pandangan
hidup bangsa, yang kemudian dijadikan sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Jika kita mengamati kejadian di lingkungan masyarakat sekitar kita, kita
dapat mengetahui berapa jauh perubahan norma manusia yang melenceng dari kaidah dan nilai
Pancasila. Maka, agar Pancasila itu benar- benar terasa dalam kehidupan sehari-hari dan sekaligus
melestarikan Pancasila, maka rakyat Indonesia harus berusaha melaksanakan pedoman pengamalan
Pancasila, dengan mendarah dagingkan nilai – nilai yang luhur yang terkandung dalam Pancasila.

Pengembangan sikap adil terhadap sesama manusia, kesamaan kedudukan terhadap hukum
dan HAM, keseimbangan antara hak dan kewajiban merupakan sikap yang tercermin dari pengamalan
nilai Pancasila yakni sila ke -5 yang berbunyi Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Fungsi dari
nilai yang terkandung dalam Pancasila sila ke-5 ini berfungsi sebagai tujuan negara. Namun, apakah nilai
–nilai yang terkandung dalam sila ke lima Pancasila itu sudah terlaksana seutuhnya di lingkungan kita?
Kita dapat menilai dengan mengamati kejadian di sekitar kita. Masih banyak masyarakat Indonesia yang
bersikap tidak sesuai dengan nilai moral Pancasila. Mereka cenderung bersikap individualis,
menghalalkan segala cara walaupun dengan kerja keras, melemahkan kekuatan hukum, menggunakan
sumberdaya dan sumber kekayaan Indonesia dengan berlebihan, menyelewengkan kekuasaan, dsb.
Sungguh ironis memang, Pancasila yang disepakati bersama sebagai kepribadian bangsa saat ini
kenyataan di lingkungan masyarakat Indonesia bertentangan dengan ajaran Pancasila
I.2. Rumusan Masalah
Pancasila merupakan sekumpulan nilai –nilai luhur yang diyakini kebenarannya, yang kemudian
dijabarkan dalam pedoman pengamalan Pancasila. Pengembangan sikap adil terhadap sesama manusia,
kesamaan kedudukan terhadap hukum dan HAM, keseimbangan antara hak dan kewajiban merupakan
sikap yang tercermin dari pengamalan nilai Pancasila yakni sila ke -5 yang berbunyi Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.

Fungsi dari nilai yang terkandung dalam Pancasila sila ke-5 ini berfungsi sebagai tujuan negara.
Namun, apakah nilai –nilai yang terkandung dalam sila ke lima Pancasila itu sudah terlaksana seutuhnya
di lingkungan kita? Kita dapat menilai dengan mengamati kejadian di sekitar kita. Masih banyak
masyarakat Indonesia yang bersikap tidak sesuai dengan nilai moral Pancasila.

Mereka cenderung bersikap individualis, menghalalkan segala cara walaupun dengan kerja
keras, melemahkan kekuatan hukum, menggunakan sumberdaya dan sumber kekayaan Indonesia
dengan berlebihan, menyelewengkan kekuasaan, dsb. Sungguh ironis memang, Pancasila yang
disepakati bersama sebagai kepribadian bangsa saat ini kenyataan di lingkungan masyarakat Indonesia
bertentangan dengan ajaran Pancasila.

I.3. Tujuan dari penulis


Agar para pembaca dapat mengerti dan menyadari arti penting pancasila khususnya sila ke5
yaitu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Karena dalam situasi seperti sekarang ini masyarakat semakin tidak menyadari makna pancasila,
mereka sudah mulai memudarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yang telah disepakati
bersama.

Dalam kehidupan sehari- hari, pengamalan sila kelima Pancasila terkadang tidak sesuai dengan
makna yang terkandung dalam sila tersebut. Hal ini akan berakibat pada berubahnya sikap masyarat
Indonesia. Jika masyarakat Indonesia bersikap tidak sesuai nilai dan norma Pancasila, maka bisa
dikatakan bangsa tersebut kehilangan jati diri bangsa. Jika suatu bangsa kehilangan jati diri bangsa,
mudah bangsa lain untuk menjajah bangsa Indonesia
BAB II

LANDASAN TEORY
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal,
baik m e n y a n g k u t b e n d a a t a u o r a n g . M e n u r u t s e b a g i a n b e s a r t e o r i , k e a d i l a n
m e m i l i k i tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang
dianggapsalah satu filsuf politik terkemuka abad ke -20, menyatakan bahwa "Keadilan
adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran
pada sistem pemikiran" :

[1]. Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai: "Kita tidak
hidup di dunia yang adil"

[2]. Kebanyakan orang percaya bahwaketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan
banyak gerakan sosial dan politis di s e l u r u h d u n i a y a n g b e r j u a n g m e n e g a k k a n
k e a d i l a n . T a p i , b a n y a k n y a j u m l a h d a n variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa
tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan, ka rena definisi apakah
keadilan itu sendiri tidak jelas. keadilan intinya adalah meletakan segala sesuatunya pada
tempatnya.

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan sosial juga merupakan salah satu butir dalam Pancasila 45 butir pengalaman pancasila
yang tertuang dalam P4 ( p e d o m a n Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada Tap MPR No.
II/MPR/1978.

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

•Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan


suasanakekeluargaan dan kegotongroyongan.

•Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

•Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

•Menghormati hak orang lain.

•Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
•T i d a k m e n g g u n a k a n h a k m i l i k u n t u k u s a h a - u s a h a y a n g b e r s i f a t
p e m e r a s a n terhadap orang lain

•Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gayahidup mewah.

•T i d a k m e n g g u n a k a n h a k m i l i k u n t u k b e r t e n t a n g a n d e n g a n a t a u
m e r u g i k a n kepentingan umum.

•Suka bekerja keras.

•S u k a m e n g h a r g a i h a s i l k a r y a o r a n g l a i n y a n g b e r m a n f a a t b a g i k e m a j u a n
d a n kesejahteraan bersama.

•Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Jenis-jenis Keadilan

Aristoteles membedakan tiga jenis keadilan, yaitu :

(a)keadilan distributif

, yaitu memberikan sama yang sama, dan memberikan tidak sama yang tidak sama. Jadi
PNS Gol. III di instansi A mendapat lungsum perhari sejumlah X, maka seluruh PNS yang
bergolongan III di instansi manapun di seluruhIndonesia, harus mendapatkan lungsum perhari juga
sejumlah X

(b)Keadilan commutative

, yaitu penerapan asas proporsional. Biasanya digunakan dalam Hukum Bisnis

(c)Keadilan remedial
, y a i t u m e m u l i h k a n s e s u a t u k e k e a d a a n s e m u l a , b i a s a n y a digunakan dalam perkara
gugatan ganti kerugian.Keadilan juga dapat dibedakan ke dalam dua jenis :

1.keadilan restitutif

, y a i t u k e a d i l a n y a n g b e r l a k u d a l a m p r o s e s l i t i g a s i d i pengadilan, di
m a n a f o k u s n y a a d a l a h p a d a p e l a k u . B a g a i m a n a m e n g h u k u m a t a u membebaskan
pelaku.

2.keadilan restoratif

, y a i t u k e a d i l a n y a n g b e r l a k u d a l a m p r o s e s p e n y e l e s a i a n sengketa non litigasi


(Alternative Dispute Resolution), di mana fokusnya bukan pada pelaku, tetapi pada kepentingan
“victims” (korban).

PEMAPARAN MASALAH KEADILAN SOSIAL MASALAH DALAM DPR

Ketidakadilan yang nyata terjadi di DPR.

Dengan masa kerja yang hanya 5 tahun,mereka mendapat pensiun seumur hidup. Wah
enaknya, pantas saja banyak orang b e r l o m b a - l o m b a d u d u k m e n j a d i a n g g o t a d e w a n .
S e d a n g k a n B U M N s a j a s u d a h banyak yang tidak menerapkan pensiun seumur h idup.
Ini suatu ketidakadilan yangnyata, dimana harapan keadilan rakyat terletak di tangan mereka.

Kontroversi gaji DPR dengan segala tunjangan dan fasilitasnya selalu terjadi tiaptahun. Mereka
bukannya mengurusi segala persoalan rakyat malah mementingkan b e r a p a b e s a r u a n g
y a n g m a s u k r e k e n i n g m e r e k a s e n d i r i . S e b u a h i r o n i d i t e n g a h masyarakat yang hidup
susah, mengantri minyak tanah, hidup di jalanan, kemiskinanmerata di seantero negeri ini.

Sedangkan mereka anggota dewan dengan gagahnya berpidato tanpa


t i n d a k a n yang jelas. Kerja mereka hanya menulis, berpidato, sedangkan kenyataan
dilapangan berbanding terbalik dengan coretan di atas kertas. Begitu banyak undang -
undangdibuat, banyak pula yang melanggarnya.

Mereka sepertinya hanya memikirkan dirinya sendiri saja. Tidak pantas mendapat Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia pensiun seumur hidup. Sebelum menjadi anggota dewan,
tentunya mereka sudahmempunyai pekerjaan yang mapan. Gedung dewan sekarang
menjadi ajang mencariuang saja.

Ketidakamanan dan Ketidak adilan yang Dialami Perempuan di Kendaraan Umum.


SERING kali apabila saya naik kendaraan umum, terutama
b u s k o t a d i Yogyakarta, tatkala mau turun dari bus, bus tidak sungguh stop. Kenek pun
menyuruh p e n u m p a n g m e n g g u n a k a n k a k i k i r i d u l u u n t u k m e l o n c a t t u r u n d a r i b u s
s a m b i l memegang salah satu tangan atau anggota tubuh lain, kadang pinggang atau
bahu,untuk "melindungi" atau "menolong" perempuan.

Pernah saya cermati, ternyata yang ditolong tidak semua perempuan,


melainkanyang dianggap menarik, artinya masih muda. Yang nenek-nenek yang
membutuhkan bantuan malah tidak ditolong, kecuali apabila minta tolong. Jadi, jika saya
bersama a n a k y a n g m a s i h b e r u s i a b a t i t a , m a k a m e s t i l a h m i n t a t o l o n g a g a r
d i b a n t u u n t u k menurunkan dan menaikkan anak batita itu.

Sudah beberapa kali protes saya lontarkan untuk tidak perlu dibantu untuk
turundan naik bus. Argumentasi dari para kenek adalah menolong perempuan agar
tidak jatuh. Tentu saja penumpang akan jatuh apabila bus tidak sungguh-sungguh berhenti,masih
setengah dan cepat-cepat mau ngebut lagi.

Apabila duduk di sebelah sopir persis, karena dekat dengan urusan


mengganti p e r s e n e l i n g , s o p i r p u n e n t a h s e n g a j a a t a u t i d a k s e n g a j a p u n y a
k e s e m p a t a n u n t u k melakukan pelecehan seksual. Di sini penumpang sulit mengeluh karena sopir
punya alasan kuat dia sedang menjalankan tugas menyopir. Jadi, jika kena paha penumpang,itu tidak
disengaja.

Setelah di dalam bus pun, di antara para penumpang pelecehan seksual


banyak terjadi. Terutama ketika bus penuh sesak. Para peleceh, kebanyakan laki -laki,
akanmenggunakan banyak cara, mulai dari mengimpitkan tubuhnya ke tubuh
perempuanl a i n , m e m e g a n g t a n g a n , m e n c o l e k p i n g g a n g / p a n g g u l , d a n
m e n y e n t u h b a h k a n meremas payudara. Di Jepang, dengan telepon seluler berkamera,
peleceh memfoto celana dalam perempuan.

DOMINASI laki-laki di kendaraan umum juga tampak dalam cara


d u d u k . Umumnya laki-laki duduk dengan membuka lebar -lebar pahanya sehingga
ruangyang dipakai menjadi lebih banyak. Artinya, penumpang di sebelahnya mendapatkantempat
sempit. Cara duduk ini mencerminkan ketidakpedulian terhadap penumpanglain. Jika
diminta untuk mengubah cara duduknya, pengalaman saya menunjukkan bahwa mereka
tidak suka ditegur. Seolah-olah kendaraan publik menjadi miliknya seorang.

Tentu saja ada yang paling parah, yaitu serangan seksual dan
p e m e r k o s a a n . Terutama apabila perempuan pergi sendiri dan malam hari. Sudah banyak kisah
nyata perempuan pulang kerja malam hari atau dini hari dan di kendaraan ditodong
laludiperkosa.

Arti dari semua ini adalah perempuan mengalami


k e t i d a k a m a n a n d a n ketidakadilan di kendaraan umum. Mayoritas pengguna jasa kendaraan
umum adalah perempuan kelas menengah ke bawah, para perempuan miskin. Ketidakamanan
jelast a m p a k d a l a m p e l e c e h a n s e k s u a l , s e r a n g a n s e k s u a l , d a n b a h k a n
p e m e r k o s a a n . Sedangkan ketidakadilan tercerm in dalam soal dominasi dari cara duduk
laki-lakiyang seenaknya membuka lebar-lebar kakinya dan tidak tersedianya perangkat hukumyang
bisa menjerat dan membuat kapok para laki -laki yang melakukan pelecehanseksual.

Di Jepang, sekarang para remaja putri SMA b erani terhadap para laki-lakiyang
mereka rasa melakukan pelecehan seksual. Mereka menarik dasi pelaku dan membawanya
ke polisi. Kaum laki-laki takut sekali apabila berurusan dengan aparat p e n e g a k h u k u m
k a r e n a k a r i e r b i s a t a m a t . D a m p a k n y a , p e r e m p u a n a m a n menggunakan
transportasi umum.

Di Sri Lanka yang sudah dan sedang dipimpin perempuan, untuk


membuat perempuan aman di kendaraan umum, pemerintah
m e n y e d i a k a n b u s k h u s u s perempuan. Namun, jumlahnya tidak memadai dan akibatnya
waktu untuk menungguterlalu lama. Para penumpang perempuan pun naik bus umum biasa.
Di sini mereka pun diejek karena menumpangi bus yang dianggap bukan untuk perempuan dan tentu
saja menjadi korban pelecehan seksual lagi.

BAGAIMANA di Indonesia? Dengan kepemimpinan Megawati


Soekarnoputri,t e r p i k i r k a h d a n t e r g e r a k k a h I b u P r e s i d e n m e m b u a t a m a n
p a r a p e r e m p u a n d i kendaraan umum? Tentu bukan dengan melarang mereka keluar
malam hari ataumemakai pakaian minim. Sebagai manusia, perempuan berhak melakukan
mobilisasidan mengekspresikan diri dengan bebas. Cara berpakaian sangat bergantung
padakonteks budaya, waktu, suasana, tempat, dan zaman. Dalam konteks ini, peleceh dan p e l a k u
y a n g h a r u s d i h u k u m , b u k a n n y a m e n g h u k u m k o r b a n . K i t a m e m b u t u h k a n peraturan
antipelecehan seksual di tempat publik.

Lalu bagaimana dengan Dinas Perhubungan dan para pemilik bus beserta
paras o p i r d a n k e r n e t ? T a m p a k n y a m e r e k a p e r l u m e n d a p a t
p e n c e r a h a n t e n t a n g antipelecehan seksual. Bagaimana berlaku sopan terhadap
penumpang. Perlu jugas e c a r a i n t e r n a l m e m b e r l a k u k a n t i n d a k d i s i p l i n t e r h a d a p
sopir atau kernet yangm e l e c e h k a n p e r e m p u a n . A r t i n y a , a d a s i s t e m
p e n g a d u a n p e n u m p a n g t e r h a d a p perlakuan sopir dan kernet yang merugikan,
bukan melulu soal jadwal. Sebaliknya,sopir dan kernet yang membela penumpang
perempuan yang dilecehkan disediakan hadiah. Memang masih sulit menanamkan kesadaran
individu yang sejati, dalam artitidak diberi hadiah pun mau bertindak, mau membela.

Para penumpang laki-laki mulailah bersikap menghormati diri sendiri dan orang lain.
Tentu saja dengan tidak melakukan pelecehan seksual. Lalu, apabila ada peleceh, beranilah menegur
dan melawannya. Para penumpang perempuan janganlah berdiamdiri jika dilecehkan. Kita harus
memprotes, mengatakan tidak. Apabila kita diam saja,dianggap kita setuju.
Jika semua pengguna jasa kendaraan umu m menolak pelecehan seksual dan
ada p e r a n g k a t h u k u m y a n g e f e k t i f d i t u n j a n g o l e h b u d a y a o r g a n i s a s i
D e p a r t e m e n Perhubungan dan perusahaan bus yang antipelecehan seksual,
m a k a p e n u m p a n g perempuan mudah- mudahan akan merasa aman naik kendaraan umum.
Semoga!

BAB III

PEMBAHASAN
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kalimat tersebut memiliki makna yang sangat luas.
Makna dari sila ke lima Pancasila yang disarikan isi dan naskah tersebut kedalam 45 butir P-4
diantaranya;

a. Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong
– royong

b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama

c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

d. Menghormati hak orang lain

e. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri

f. Tidak menggunakan hak milik usaha – usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain

g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal – hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

h. Tidak menggunakan hak – hak milik untuk hal – hal yang bertentangan dengan kepentingan umum.

i. Suka bekerja keras

j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama

k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Sila ke lima Pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat indonesia diliputi,
didasari, dijiwai oleh sila ke 1,2,3,4. Dengan demikian makna yang terkandung dalam sila ke lima
Pancasila merupakan gambaran terlengkap 5 dari makna keseluruhan Pancasila. Namun nilai yang
terkandung dalam Pancasila selain sila ke 5 juga memiliki keterkaitan dengan sila lainnya.

Dalam kehidupan sehari- hari, pengamalan sila kelima Pancasila terkadang tidak sesuai dengan
makna yang terkandung dalam sila tersebut. Hal ini akan berakibat pada berubahnya sikap masyarat
Indonesia. Jika masyarakat Indonesia bersikap tidak sesuai nilai dan norma Pancasila, maka bisa
dikatakan bangsa tersebut kehilangan jati diri bangsa.

Jika suatu bangsa kehilangan jati diri bangsa, mudah bangsa lain untuk menjajah bangsa
Indonesia. Perilaku yang dipedomankan sebagai pengamalan Pancasila beserta pengamalan di
masyarakat Indonesia diantaranya ;

1. Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan


dan kegotong – royong.

Kita hidup dilingkungan yang masih berada di wilayah Indonesia. Sudah menjadi kodrat manusia
sebagai mahluk sosial sebaiknya memiliki sikap tolong menolong antar sesama, gotong- royong,
tenggang rasa sesama manusia tanpa membedakan ras, suku, jenis kelamin dan agama. Namun, dimasa
sekarang nampaknya sikap tersebut sudah meluntur. Banyak orang yang bekerja sehari suntuk hingga ia
tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Hingga timbul sikap acuh tak acuh dan individualis,
sikap yang bertentangan dengan nilai Pancasila. Seharusnya kita sebagai rakyat Indonesia yang memiliki
pandangan hidup Pancasila lebih mementingkan kepentingan sosial diatas kepentingan pribadi.

2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

Penjabaran makna adil yang sesungguhnya terkadang memberikan pro dan kontra antar
manusia. Adil dalam hukum yakni semua rakyat Indonesia memiliki kedudukan yang sama dimata
hukum. Adil terhadap sesama yaitu, memperlakukan manusia sama dengan yang lain tanpa
membedakan suku, ras, agama,jenis kelamin.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Rakyat Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk membela negaranya. Rakyat
indonesia juga memiliki jaminan hak asasi manusia yang tertuang dalam UUD 1945. Hak asasi manusia
tersebut mencakup hak atas kwdudukan yang sama dalam hukum, hak atas penghidupan yang layak,
hak atas kehidupan berserikat dan , berkumpul, hak atas kebebasan mengeluarkan pendapat, hak atas
kemerdekaan memeluk agama, hak untuk mendapatkan pengajaran, dsb. Dengan dirumuskannya hak
asasi dalam UUD 1945, mengandung pengertian bahwa UUD mewajibkan pemerintah dan lain – lain
penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur yang bersifat universal
serta memegang teguh cita- cita moral rakyat yang luhur.

4. Menghormati hak orang lain.


Setiap manusia memiliki hak. Hak yang telah diperoleh dan dibawanya sejak lahir yaitu hak asasi
manusia. Hak asasi manusia berlaku sejak ia lahir dibumi tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras,
agama, kelamin. Dengan HAM, manusia memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan
bakat dan cita-citanya.

5. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

Untuk mengejar kehidupan yang lebih baik, manusia harus bekerjasama dengan manusia lain
dalam masyarakat. Manusia mustahil dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Kenyataan ini
menimbulkan kesadaran bahwa segala yang dicapai dan kebahagiaan yang dirasakan oleh manusia pada
dasarnya adalah berkat bantuan dan kerjasama orang lain di masyarakat.

6. Tidak menggunakan hak milik usaha – usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

Masih sering kita jumpai kasus- kasus suap, pungli, sogokan marak disegala bidang. Bukan hanya
badan usaha milik pererintah, badan usaha milik swasta juga dapat kita jumpai pungli, suap, sogokan.
Hal tersebut sangat merugikan masyarakat dan negara. Masyarakat dirugikan karena melakukan
pengorbanan yang lebih banyak dari pada peratuan yang telah ditetapkan dan tidak memiliki
kesempatan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan dikarenakan pungli, sogokan dan suap. Sedangkan
negara menderita kerugian dikarenakan sesuatu yang seharusnya benar kelak menjadi salah. Semisal
penerimaan pegawai negri, pemerintah dirugikan oleh karena calon yang diterima berdasar pada
banyaknya suap bukan karena standar penerimaan yang telah ditetapkan. Jika penyelewengan
penggunaan hak milik usaha untuk pemerasan ini tidak dibenahi, boleh jadi hukum kelak bisa di beli.

7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal – hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

Indonesia memiliki hasil bumi yang sangat melimpah. Dari sektor pertambangan, perkebunan,
pertanian, kelautan, dll. Semua hasil bumi tersebut menjadikan Indonesia kaya akan hasil
bumi.walaupun demikian banyak kekayaan Indonesia, kita sebagai rakyat Indonesia tidak diperbolehkan
menggunakan kekayaan negara tersebut dengan berlebihan dan gaya hidup mewah. Karena diantara
sumber daya alam tersebut ada sebagian yang tidak dapat diperbaharui dan masih banyak saudara kita
yang memiliki kehidupan yang tak layak. Sedangkan Indonesia memiliki berjuta kekayaan yang
seharusnya turut di nikmati seluruh rakyat Indonesia.

8. Tidak menggunakan hak – hak milik untuk hal – hal yang bertentangan dengan atau kepentingan
umum.

Sering kita mendengar kasus – kasus koruptor yang menjamur di Indonesia. Korupsi dapat jadi
karena koruptor melaksanakan hak – hak asasi manusia cenderung untuk berlebih- lebihan, sehingga
merugikan negara dan masyarakat. Seharusnya, manusia lebih memprioritaskan kepentingan umum
diatas kepentingan pribadi. Dan kepentingan tersebut hendaknya tidak bertentangan dengan
kepentingan umum.

9. Suka bekerja keras.

Kerja keras kita butuhkan untuk mengupayakan apa yang kita inginkan menjadi terwujud.
Perwujudan itu hendaknya di lakukan dengan langkah yang benar, sesuai dengan hukum. Namun,
banyak orang yang mengupayakan perwujudan keinginannya tersebut dengan cara yang tidak sesuai
dengan ajaran nilai Pancasila. Semisal menyuap. Hendaknya kita sebagai bangsa Indonesia yang
berpedoman Pancasila mengupayakan perwujuan sesuatu yang ia inginkan dengan kerja keras. Bukan
mencari jalan pintas guna keinginannya terwujud.

10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.

Banyak karya anak negeri Indonesia ini yang berprestasi dan berkarya. Hasil karya anak
Indonesia tidak kalah dengan negara lain. Hendaknya kita hargai dan kita dukung hasil karya mereka
sebagai hasil karya anak bangsa Indonesia yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama
serta memberikan motivasi kepada anak negri Indonesia lainnya untuk tetap terus berkarya.

11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
sosial.

Pemerataan perekonomian di Indonesia masih perlu dilaksanakan. Hal ini perlu dikarenakan
pertumbuhan ekonomi antar daerah masih berbeda. Jika pertumbuhan peerekonomian Indonesia tidak
merata, ini menyebabkan ketertinggalan suatu daerah dengan daerah lain. Pemerintah dalam mengatasi
hal ini menggalakan pemerataan penduduk, pemerataan perekonomian dengan program pinjaman
modal dll. Langkah pemerintah tersebut berguna untuk mewujudkan pemerintahan yang adil bagi
seluruh rakyat Indonesia..

Dengan penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa Pancasila sebagai kepribadian bangsa
mengandung nilai yang menuntun rakyat Indonesia untuk berperilaku selaras dengan ajaran Pancasila
yang begitu banyak dan memiliki kemanfaatan bagi negara Indonesia guna mewujudkan cita- cita
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan perdamaia
BAB IV

PENUTUP
Sila kelima ini adalah tujuan akhir dari terselenggaranya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
merdeka. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Karena tanpa keadilan, ketuhanan menjadi hampa. Agama
hanya jadi sekadar label. Ibadah hanya terhenti pada batas ritus saja. Dimensi sosial dari jiwa ketuhanan
lenyap. Kemanusiaan juga tiada arti jika tidak terwujud keadilan sosial dari sikap kemanusiaan itu.
Persatuan pun ditujukan untuk menghimpun keberagaman demi satu tujuan akhir. Tujuan akhir yang
baik tentunya, bukan tujuan yang tak jelas. Apa tujuan akhir itu? Itulah keadilan sosial. Dan tanpa
adanya keadilan, kemerdekaan politik seperti yang termaktub dalam sila keempat jadi tak berguna lagi.
Tak ada guna jika rakyat hidup hanya diberi kemerdekaan politik saja, tanpa dipenuhi kebutuhan akan
keadilannya.

Keadilan sosial ini diimplementasikan antara lain dalam bentuk kesejahteraan dan kemakmuran
bagi seluruh rakyat. Tercukupinya pangan, terpenuhinya sandang, dan juga kebutuhan papan, dalam
bingkai kemerdekaan ekonomi. Itu yang diharapkan. Dengan kemakmuran dan kesejahteraan yang ada
dalam suatu negara yang merdeka perekonomiannya, akan tercipta iklim demokrasi yang sehat, baik
dalam sistem politik maupun kehidupan rakyat. Akan mudah pula dalam menggalang persatuan bangsa.
Kedamaian pun tak lagi menjadi khayalan yang sulit untuk dicapai. Baik itu kedamaian antar-sesama
manusia, maupun kedamaian antar-umat beragama dalam konteks ketuhanan yang maha-esa.

Sudah banyak contoh bahwa semakin makmur dan sejahtera suatu negara, semakin kecil masalah
perpecahan bangsa yang dihadapi. Di lain pihak, makin terpuruk perekonomian suatu negara, makin
banyak permasalahan dan cheos yang terjadi, yang berujung pada terganggunya tatanan sosial,
instabilitas politik dan yang lainnya. Itulah pentingnya mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat. Last but not least. Seperti itulah keberadaan sila yang jadi ujung piramida new state order dari
bahtera besar bernama Indonesia ini. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
IV.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan;

1. Masih banyak perilaku di masyarakat Indonesia yang bertentangan dengan ajaran Pancasila.

2. Perilaku menyimpang dari nilai filosofi Pancasila nantinya akan membawa dampak buruk bagi bangsa
Indonesia.

3. Penyimpangan dari pengamalan pengamalan Pancasila akan menghilangkan kepribadian bangsa.

IV.2. SARAN

Kita sebagai rakyat Indonesia hendaknya;

1. Berperilaku sesuai nilai –nilai moral Pancasila

2. Mengendalikan diri dari kepentingan pribadi agar dapat melaksanakan kewajibannya sebagai manusia
sosial

3. Bersama- sama mewujudkan kehidupan berdasar Pancasila


DAFTAR PUSAKA

MS Bakry, Noor. 1997. PANCASILA YURIDIS KENEGARAAN. Yogyakarta: Liberty .www. Bof. Kenz.or.id

L.Andriani Purwastuti, M.Hum.dkk. 2002. Pendidikan Pancasila: untuk Perguruan tinggi,


Yogyakarta: penerbit UNY press

M. Sastrapratedja. 2001. Pancasila sebagai Visi dan Referensi Kritik


Sosial,

Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma YogyakartaSoerjanto Poepowardojo. 1989. Filsafat


Pancasila: Sebuah Pendekatan Sosial Budaya,

Jakarta: Penerbit PT Gramediah.

http://id.wikipedia.org/wiki/Keadilan

http://blog.kenz.or.id/2006/06/01/45-butir-pengamalan-pancasila.html

http://64.203.71.11/kompas-cetak/0405/04/swara/1000699.htm

http://ideologipancasila.wordpress.com/

http://id.wikipedia.org/wiki/Keadilan_sosial

http://www.fajar.co.id/kolom/news.php?newsid=549

http://www.isomwebs.com/2011/pengamalan-sila-ke-lima-pancasila-dalam-kehidupan-masyarakat/.
http://www.scribd.com/doc/2904068/SILA-kelima-PANCASILA

http://zhyazhy.blogspot.co.id/

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis, sehingga kami bisa menyusun makalah ini dengan judul “Keadilan Sosial”.

Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat serta memberikan sumbangan pengetahuan bagi semua
pihak yang ingin mempelajari tentang Keadilan Sosial. Makalah ini juga diharapkan bisa menjadi
penambah literatur (daftar bacaan) khususnya bagi mahasiswa STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi.

Namun demikian, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan makalah

ini. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Sukabumi, 7 April 2016 Penyusun,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Metode Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Keadilan Sosial

2.2 Implementasi Sila Kelima Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat di Indonesia

2.3 Implementasi Sila Kelima Pancasila dalam Pelayanan Publik di Indonesia

2.3.1 Pengertian Birokrasi

2.3.2 Karakteristik dan Fungsi Birokasi

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tolak ukur keberhasilan pranata publik yang harus diperhatikan setelah bangsa kita mengalami

peningkatan kemakmuran ekonomis yang cukup besar ialah terwujudnya keadilan sosial. Keadilan sosial

merujuk pada masyarakat (society) atau negara yang dapat berfungsi sebagai subjek maupun objek.

Sebagai demikian, konsepsi keadilan sosial di satu pihak mewajibkan negara untuk mewujudkan

kesejahteraan umum serta membagi beban dan manfaatnya kepada warga negara secara proporsional

seraya membantu anggota-anggota yang lemah, dan di lain pihak mewajibkan para warga untuk

membantu masyarakat atau negara guna mencapai tujuannya.

Pembukaan UUD 1945 menyebutkan bahwa pemerintah ditugaskan untuk “memajukan

kesejahteraan umum” serta “mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Selanjutnya

butir-butir tentang kesejahteraan rakyat juga dapat dijumpai Pancasila 45 butir pengamalan Pancasila

seperti yang tertuang dalam P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada Tap MPR No.

II/MPR/1978. Jelaslah bahwa penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang menuju cita-cita

kesejahteraan atau keadilan sosial merupakan kewajiban bagi seluruh aparat negara di setiap jenjang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep keadilan sosial?

2. Bagaimana implementasi sila kelima Pancasila dalam kehidupan masyarakat di Indonesia?

3. Bagaimana implementasi sila kelima Pancasila dalam pelayanan publik di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memberikan penjelasan tentang konsepsi keadilan sosial.
2. Memberikan gambaran tentang implementasi sila kelima Pancasila dalam kehidupan masyarakat di

Indonesia.

3. Memberikan gambaran tentang implementasi sila kelima Pancasila dalam pelayanan public di Indonesia.

1.4 Metode Penulisan


Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, kami menggunakan literatur dari studi

kepustakaan dan sumber yang berjangkauan luas yaitu internet.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Keadilan Sosial

Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut

benda ataupun orang. Menurut sebagian besar teori keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar.

John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad-20,

menyatakan bahwa “keadilan adalah kelebihan pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya

kebenaran pada sistem pemikiran”.

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan baik

materil maupun spiritual, hal ini berarti keadilan itu tidak hanya berlaku bagi orang yang kaya saja,

tetapi berlaku pula bagi orang miskin, bukan hanya untuk para pejabat, tetapi untuk rakyat biasa.

Seluruh Rakyat Indonesia adalah setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia baik yang berdiam di

wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun warga Negara Indonesia yang berada di Negara lain.
Keadilan sosial adalah sebuah konsep yang membuat para filsuf terkagum-kagum sejak Plato

membantah filsuf muda, Thrasy machus karena ia menyatakan bahwa keadilan adalah apa pun yang

ditentukan oleh si terkuat. Dalam Republik, Plato meresmikan alasan bahwa sebuah negara ideal akan

bersandar pada empat sifat baik: kebijakan, keberanian, pantangan (atau keprihatinan), dan keadilan.

Pengembangan sikap adil terhadap sesama manusia, kesamaan kedudukan terhadap hukum dan

HAM, keseimbangan antara hak dan kewajiban merupakan sikap yang tercermin dari pengamalan nilai

Pancasila yakni sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.

Sila-sila dalam Pancasila tidaklah dibuat oleh beberapa golongan dan ditemukan dalam waktu

yang singkat. Lahirnya Pancasila pertama kali disampaikan dalam pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945

dalam sidang BPUPKI. Meski demikian, bukan berarti Pancasila dibuat oleh Bung Karno, melainkan

beliau telah mengangkat sari dari nilai-nilai yang hidup dalam bangsa Indonesia. Sebagai implementasi

dari nilai-nilai Pancasila, dibentuklah UUD 1945 dan disahkan pada 18 Agustus 1945. UUD 1945 diakui

sebagai konstitusi tertulis negara Indonesia. Fungsi dari nilai yang terkandung dalam Pancasila sila

kelima ini berfungsi sebagai tujuan negara.

Adapun lambang dari sila kelima adalah padi dan kapas yang digunakan karena merupakan

kebutuhan dasar bagi setiap manusia, yakni pangan dan sandang sebagai syarat utama untuk mencapai

kemakmuran yang merupakan tujuan utama bagi sila kelima ini.

Dalam sila kelima dalam Dasar Negara RI mengandung makna setiap masyarakat Indonesia

menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan

masyarakat Indonesia. Untuk itu dikembangkan perbuatannya luhur yang mencerminkan sikap dan

suasana kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu diperlukan sikap adil terhadap sesama, menjaga

kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
Nilai yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia didasari dan

dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,

serta Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan atau Perwakilan.

Dalam sila kelima tersebut terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan Negara sebagai tujuan dalam

hidup bersama. Maka dalam sila kelima tersebut terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam

kehidupan bersama (kehidupan sosial). Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan

manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain ,

manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.

Konsekuensinya nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama meliputi:

1. Keadilan distributif

Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bila hal-hal yang sama diperlukan secara

sama dan hal-hal yang tidak sama diperlukan tidak sama ( just ice is done when equelz are treated

equally ). Keadilan distributif sendiri yaitu suatu hubungan keadilan antara Negara terhadap warganya,

dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam

bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan atas

hak dan kewajiban.

2. Keadilan Legal ( Keadilan Bertaat )

Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga Negara terhadap negara dan dalam masalah ini pihak

wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang

berlaku dalam Negara. Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan subtansi rohani

umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil setiap

orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya ( the man behind the gun ).

Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan untuk yang lainnya disebut keadilan legal.
3. Keadilan Komulatif

Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang lainnya secara timbal balik.Keadilan

ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.Bagi Aristoteles

pengertian keadilan ini merupakan ases pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan

yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan

pertalian dalam masyarakat.

2.2 Implementasi Sila Kelima Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat di Indonesia

Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan sosial. Dalam

hal ini harus diperhatikan beberapa aspek berikut, antara lain:

a. Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya;

b. Perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia;

c. Keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak milik orang lain.

Dalam kehidupan sehari- hari, pengamalan sila kelima Pancasila terkadang tidak sesuai dengan

makna yang terkandung dalam sila tersebut. Hal ini akan berakibat pada berubahnya sikap masyarakat

Indonesia. Jika masyarakat Indonesia bersikap tidak sesuai nilai dan norma Pancasila, maka bisa

dikatakan bangsa tersebut kehilangan jati diri bangsa. Jika suatu bangsa kehilangan jati diri bangsa,

mudah bangsa lain untuk menjajah bangsa Indonesia.

Dalam implementasi nilai-nilai Pancasila tidak selalu berjalan mulus. Banyak sekali hambatan-

hambatan yang terjadi. Disebutkan bahwa hambatan itu terjadi karena proses globalisasi yang begitu

cepat setelah Perang Dunia II, membawa masyarakat Indonesia cenderung berorientasi pada nilai yang

datang dari luar. Nilai individual, materialistis, pragmatis semakin kuat, lebih-lebih dengan

perkembangan pariwisata yang pesat dan gelombang hegemoni pasar bebas.


Buruknya sistem demokrasi di Indonesia tidak terlepas dari kurangnya implementasi Pancasila

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu kurangnya penghayatan Pancasila di masyarakat.

Pancasila dianggap sebagai simbol bukan sebagai pedoman. Sebenarnya Pancasila tersebut merupakan

sebuah dasar negara sekaligus sebagai ideologi negara. Pancasila juga berfungsi sebagai pedoman hidup.

Karena Pancasila diambil dari akar-akar budaya bangsa Indonesia tentulah sangatcocok dengan iklim

kehidupan bangsa kita sendiri.

Kita dapat menilai dengan mengamati kejadian di sekitar kita. Masih banyak masyarakat

Indonesia yang bersikap tidak sesuai dengan nilai moral Pancasila. Mereka cenderung bersikap

individualis, menghalalkan segala cara walaupun dengan kerja keras, melemahkan kekuatan hukum,

menggunakan sumberdaya dan sumber kekayaan Indonesia dengan berlebihan, menyelewengkan

kekuasaan, dan sebagainya. Sungguh ironis memang, Pancasila yang disepakati bersama sebagai

kepribadian bangsa saat ini kenyataan di lingkungan masyarakat Indonesia bertentangan dengan ajaran

Pancasila.

Dan berikut ini merupakan butir-butir pengamalan sila kelima Pancasila seperti yang tertuang

dalam P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada Tap MPR No. II/MPR/1978:

1. Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong –

royong

Sudah menjadi kodrat manusia sebagai mahluk sosial sebaiknya memiliki sikap tolong menolong

antar sesama, gotong- royong, tenggang rasa sesama manusia tanpa membedakan ras, suku, jenis

kelamin dan agama. Namun, dimasa sekarang nampaknya sikap tersebut sudah meluntur. Banyak orang

yang bekerja sehari suntuk hingga ia tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Hingga timbul

sikap acuh tak acuh dan individualis, sikap yang bertentangan dengan nilai Pancasila. Seharusnya kita
sebagai rakyat Indonesia yang memiliki pandangan hidup Pancasila lebih mementingkan kepentingan

sosial diatas kepentingan pribadi.

2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama

Penjabaran makna adil yang sesungguhnya terkadang memberikan pro dan kontra antar

manusia. Adil dalam hukum yakni semua rakyat Indonesia memiliki kedudukan yang sama dimata

hukum. Adil terhadap sesama yaitu, memperlakukan manusia sama dengan yang lain tanpa

membedakan suku, ras, agama,jenis kelamin.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

Rakyat Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk membela negaranya. Rakyat

Indonesia juga memiliki jaminan Hak Asasi Manusia yang tertuang dalam UUD 1945. Hak Asasi Manusia

tersebut mencakup hak atas kedudukan yang sama dalam hukum, hak atas penghidupan yang layak, hak

atas kehidupan berserikat dan berkumpul, hak atas kebebasan mengeluarkan pendapat, hak atas

kemerdekaan memeluk agama, hak untuk mendapatkan pengajaran, dan sebagainya. Dengan

dirumuskannya hak asasi dalam UUD 1945, mengandung pengertian bahwa UUD mewajibkan

pemerintah dan lain – lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang

luhur yang bersifat universal serta memegang teguh cita- cita moral rakyat yang luhur.

4. Menghormati hak orang lain

Setiap manusia memiliki hak. Hak yang telah diperoleh dan dibawanya sejak lahir yaitu hak asasi

manusia. Hak asasi manusia berlaku sejak ia lahir dibumi tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras,

agama, kelamin. Dengan HAM, manusia memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan

bakat dan cita-citanya.

5. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri
Untuk mengejar kehidupan yang lebih baik, manusia harus bekerjasama dengan manusia lain

dalam masyarakat. Manusia mustahil dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Kenyataan ini

menimbulkan kesadaran bahwa segala yang dicapai dan kebahagiaan yang dirasakan oleh manusia pada

dasarnya adalah berkat bantuan dan kerjasama orang lain di masyarakat.

6. Tidak menggunakan hak milik usaha – usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

Masih sering kita jumpai kasus- kasus suap, pungli, sogokan marak disegala bidang. Bukan hanya

badan usaha milik pererintah, badan usaha milik swasta juga dapat kita jumpai pungli, suap, sogokan.

Hal tersebut sangat merugikan masyarakat dan negara. Masyarakat dirugikan karena melakukan

pengorbanan yang lebih banyak dari pada peratuan yang telah ditetapkan dan tidak memiliki

kesempatan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan dikarenakan pungli, sogokan dan suap. Sedangkan

negara menderita kerugian dikarenakan sesuatu yang seharusnya benar kelak menjadi salah. Semisal

penerimaan pegawai negri, pemerintah dirugikan oleh karena calon yang diterima berdasar pada

banyaknya suap bukan karena standar penerimaan yang telah ditetapkan. Jika penyelewengan

penggunaan hak milik usaha untuk pemerasan ini tidak dibenahi, boleh jadi hukum kelak bisa di beli.

7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal – hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

Indonesia memiliki hasil bumi yang sangat melimpah. Dari sektor pertambangan, perkebunan,

pertanian, kelautan, dll. Semua hasil bumi tersebut menjadikan Indonesia kaya akan hasil

bumi.walaupun demikian banyak kekayaan Indonesia, kita sebagai rakyat Indonesia tidak diperbolehkan

menggunakan kekayaan negara tersebut dengan berlebihan dan gaya hidup mewah. Karena diantara

sumber daya alam tersebut ada sebagian yang tidak dapat diperbaharui dan masih banyak saudara kita

yang memiliki kehidupan yang tak layak. Sedangkan Indonesia memiliki berjuta kekayaan yang

seharusnya turut di nikmati seluruh rakyat Indonesia.


8. Tidak menggunakan hak – hak milik untuk hal – hal yang bertentangan dengan atau kepentingan umum.

Sering kita mendengar kasus – kasus koruptor yang menjamur di Indonesia. Korupsi dapat jadi

karena koruptor melaksanakan hak – hak asasi manusia cenderung untuk berlebih- lebihan, sehingga

merugikan negara dan masyarakat. Seharusnya, manusia lebih memprioritaskan kepentingan umum

diatas kepentingan pribadi. Dan kepentingan tersebut hendaknya tidak bertentangan dengan

kepentingan umum.

9. Suka bekerja keras

Kerja keras kita butuhkan untuk mengupayakan apa yang kita inginkan menjadi terwujud.

Perwujudan itu hendaknya di lakukan dengan langkah yang benar, sesuai dengan hukum. Namun,

banyak orang yang mengupayakan perwujudan keinginannya tersebut dengan cara yang tidak sesuai

dengan ajaran nilai Pancasila. Semisal menyuap. Hendaknya kita sebagai bangsa Indonesia yang

berpedoman Pancasila mengupayakan perwujuan sesuatu yang ia inginkan dengan kerja keras. Bukan

mencari jalan pintas guna keinginannya terwujud.

10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama

Banyak karya anak negeri Indonesia ini yang berprestasi dan berkarya. Hasil karya anak

Indonesia tidak kalah dengan negara lain. Hendaknya kita hargai dan kita dukung hasil karya mereka

sebagai hasil karya anak bangsa Indonesia yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama

serta memberikan motivasi kepada anak negri Indonesia lainnya untuk tetap terus berkarya. 9

11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Pemerataan perekonomian di Indonesia masih perlu dilaksanakan. Hal ini perlu dikarenakan

pertumbuhan ekonomi antar daerah masih berbeda. Jika pertumbuhan peerekonomian Indonesia tidak

merata, ini menyebabkan ketertinggalan suatu daerah dengan daerah lain. Pemerintah dalam mengatasi
hal ini menggalakan pemerataan penduduk, pemerataan perekonomian dengan program pinjaman

modal dan lain-lain.

2.3 Implementasi Sila Kelima Pancasila dalam Pelayanan Publik di Indonesia

Dalam suatu negara administratif, pemerintah dengan seluruh jajarannya biasa dikenal sebagai

abdi negara dan abdi masyarakat. Dalam bahasa sederhana peranan tersebut diharapkan terwujud

dalam pemberian berbagai jenis pelayanan yang diperlukan oleh seluruh warga masyarakat. Pelayanan

pemerintah pada umumnya dicerminkan oleh kinerja birokrasi pemerintah. Birokrasi merupakan sarana

dan alat dalam menjalankan kegiatan pemerintahan di era masyarakat yang semakin modern dan

kompleks, namun masalah yang dihadapi oleh masyarakat tersebut adalah bagaimana memperoleh dan

melaksanakan pengawasan agar birokrasi dapat bekerja demi kepentingan rakyat banyak.

2.3.1 Pengertian Birokrasi


Birokrasi dalam bahasa Inggris disebut bureaucracy yang berasal dari kata bureau (meja) dan

cratein (kekuasaan), yang berarti kekuasaan berada pada orang-orang di belakang meja. Di Indonesia,

birokrasi tidak berbanding lurus dengan pernyataan Max Weber yang mengatakan bahwa birokrasi

merupakan metode organisasi terbaik dengan spesialisasi tugas yang berarti disiplin, terampil, taat pada

tugas, dan tidak membedakan orang. Berikut merupakan pengertian birokrasi menurut para ahli:

1. Max Weber

Birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang penerapannya berhubungan dengan tujuan yang

hendak dicapai. Birokrasi ini dimaksudkan sebagai suatu sistem otorita yang ditetapkan secara rasional

oleh berbagai macam peraturan. Birokrasi ini dimaksudkan untuk mengorganisasi secara teratur suatu

pekerjaan yang harus dilakukan oleh orang banyak.

2. Fritz Morstein Marx


Birokrasi adalah suatu tipe organisasi yang dipergunakan pemerintah modern untuk

melaksanakan tugas-tugasnya yang bersifat spesialis, dilaksanakan dalam sistem administrasi dan

khususnya oleh aparatur pemerintah.

3. Peter A. Blau dan Charles H. Page

Birokrasi adalah suatu tipe dari organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas

administratif yang besar, yaitu dengan cara mengkoordinir secara sistematik pekerjaan yang dilakukan

oleh banyak orang.

Jadi, birokrasi merupakan suatu bentuk organisasi yang dipergunakan pemerintah modern

untuk melaksanakan tugas-tugasnya yang bersifat spesialis dengan cara mengkoordinir secara sistematik

pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang.

2.3.2 Karakteristik dan Fungsi Birokasi


a. Karakteristik Birokrasi

Karakteristik birokrasi yang umum adalah yang diajukan oleh Max Weber. Menurutnya, paling

tidak terdapat 8 karakteristik birokrasi, yaitu:

1. Organisasi yang disusun secara hirarkis

2. Setiap bagian memiliki wilayah kerja khusus.

3. Pelayanan publik (civil sevants) terdiri atas orang-orang yang diangkat, bukan dipilih, di mana

pengangkatan tersebut didasarkan kepada kualifikasi kemampuan, jenjang pendidikan, atau pengujian

(examination).

4. Seorang pelayan publik menerima gaji pokok berdasarkan posisi.

5. Pekerjaan sekaligus merupakan jenjang karir.

6. Para pejabat/pekerja tidak memiliki sendiri kantor mereka.


7. Setiap pekerja dikontrol dan harus disiplin.

8. Promosi yang ada didasarkan atas penilaiaj atasan (superior's judgments).

Ditinjau secara politik, karakteristik birokrasi menurut Weber hanya menyebut hal-hal yang

ideal. Artinya, terkadang pola pengangkatan pegawai di dalam birokrasi yang seharusnya didasarkan

atas jenjang pendidikan atau hasil ujian, kerap tidak terlaksana. Ini diakibatkan masih berlangsungnya

pola pengangkatan pegawai berdasarkan kepentingan pemerintah.

b. Fungsi Birokrasi dalam Pemerintahan Modern

Michael G. Roskin, menyebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada 4 fungsi birokrasi di dalam

suatu pemerintahan modern. Fungsi-fungsi tersebut adalah :

1. Administrasi

Fungsi administrasi pemerintahan modern meliputi administrasi, pelayanan, pengaturan,

perizinan, dan pengumpul informasi. Dengan fungsi administrasi dimaksudkan bahwa fungsi sebuah

birokrasi adalah mengimplementasikan Undang-Undang yang telah disusun oleh legislatif serta

penafsiran atas UU tersebut oleh eksekutif. Dengan demikian, administrasi berarti pelaksanaan

kebijaksanaan umum suatu negara, di mana kebijakan umum itu sendiri telah dirancang sedemikian

rupa guna mencapai tujuan negara secara keseluruhan.

2. Pelayanan

Birokrasi sesungguhnya diarahkan untuk melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.

3. Pengaturan (regulation)

Fungsi pengaturan dari suatu pemerintahan biasanya dirancang demi mengamankan

kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan fungsi ini, badan birokrasi biasanya dihadapkan anatara
dua pilihan: Kepentingan individu versus kepentingan masyarakat banyak. Badan birokrasi negara

biasanya diperhadapkan pada dua pilihan ini.

4. Pengumpul Informasi (Information Gathering)

Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok: apakah suatu kebijaksanaan mengalami

sejumlah pelanggaran atau keperluan membuat kebijakan-kebijakan baru yang akan disusun oleh

pemerintah berdasarkan situasi faktual. Oleh sebab itu, menjadi ujung tombak pelaksanaan

kebijaksanaan negara tentu menyediakan data-data sehubungan dengan dua hal tersebut. Misalnya,

pemungutan uang yang tidak semestinya (pungli) ketika masyarakat membuat SIM atau STNK tentunya

mengalami pembengkakan. Pungli tersebut merupakan pelanggaran atas idealisme administrasi negara.

Dengan ditemukannya bukti pungli, pemerintah akan membuat prosedur baru untuk pembuatan SIM

dan STNK agar tidak memberi ruang bagi kesempatan melakukan pungli.

Selain Roskin, Andrew Heywood juga mengutarakan sejumlah fungsi yang melekat pada birokrasi.

Bagi Heywood, fungsi dari birokrasi adalah:

1. Pelaksanaan Administrasi.

Fungsi ini serupa dengan yang diutarakan Roskin bahwa fungsi utama birokrasi adalah

mengimplementasikan atau mengeksekusi Undang-Undang dan kebijakan negara. Sehubungan dengan

fungsi ini, Heywood membedakan 2 peran di tubuh pemerintah. Pertama, peran pembuatan kebijakan

dalam mana peran ini ada di tangan politisi. Kedua, peran pelaksanaan kebijakan dalam mana peran ini

ada di tangan birokrat. Fungsi administrasi, oleh karena itu, merupakan fungsi sentral dari birokrasi

negara.

2. Nasehat Kebijakan (Policy Advice)


Birokrasi menempati fungsi sentral dalam pemberian nasehat kebijakan kepada pemerintah. Ini

akibat birokrasi merupakan lini terdepan dalam implementasi suatu kebijakan, mereka adalah

pelaksananya. Sebab itu, masalah dalam suatu kebijakan informasinya secara otomatis akan terkumpul

di birokrasi-birokrasi. Heywood membedakan 3 kategori birokrat yaitu (1) top level civil servants, (2)

middle-rangking civil servants, dan (3) junior-ranking civil servants. Top Level Civil Servant banyak

melakukan kontak dengan politisi, sementara middle dan junior civil servants lebih pada pekerjaan-

pekerjaan rutin di “lapangan.” Top Level Civil Servants dapat bertindak selaku penasehat kebijakan bagi

para politisi, dalam mana informasi pelaksanaan kebijakan mereka peroleh dari middle dan junior civil

servants.

3. Artikulasi Kepentingan

Kendati bukan fungsi utamanya guna mengartikulasi kepentingan (ini fungsi partai politik),

tetapi birokrasi kerap mendukung upaya artikulasi dan agregasi kepentingan. Dalam tindak keseharian

mereka, birokrasi banyak melakukan kontak dengan kelompok-kelompok kepentingan di suatu negara.

Ini membangkitkan kecenderungan “korporatis” dalam mana terjadi kekaburan antara kepentingan-

kepentingan yang terorganisir dengan kantor-kantor pemerintah (birokrasi). Kelompok-kelompok

kepentingan seperti perkumpulan dokter, guru, petani, dan bisnis kemudian menjadi “kelompok klien”

yang dilayani oleh birokrasi negara. Pada satu ini “klientelisme” ini positif dalam arti birokrasi secara

dekat mampu mengartikulasikan kepentingan kelompok-kelompok tersebut yang notabene adalah

“rakyat” yang harus dilayani. Namun, pada sisi lain “klientelisme” ini berefek negatif, utamanya ketika

birokrasi berhadapan dengan kepentingan-kepentingan bisnis besar.

4. Stabilitas Politik
Birokrasi berperan sebagai stabilitator politik dalam arti fokus kerja mereka adalah stabilitas dan

kontinuitas sistem politik. Peran ini utamanya kentara di negara-negara berkembang dalam mana

pelembagaan politik demokrasi mereka masih kurang handal.

Ada beberapa karakteristik dan perilaku birokrat yang akhir-akhir ini menjadi patologis

(penyakit) dalam pemerintahan di Indonesia, diagnosisnya sebagai berikut :

1. Budaya feodalistik masih terasa

2. Kebiasaan menunggu petunjuk pengarahan

3. Loyalitas kepada individu bukan kepada tugas organisasi

4. Belum berorientasi pada prestasi

5. Keinginan untuk melayani masih rendah

6. Belum ditopang teknologi secara menyeluruh

7. Budaya ekonomi biaya tinggi

8. Jumlah pegawai negeri relafit banyak tapi kurang bermutu dan asal jadi.

Misalnya, dalam seleksi kenaikan pangkat dan jabatan atau penerimaan pegawai, yang berlaku

adalah penerimaan dan pengangkatan pegawai sesuai selera pimpinan. Dengan demikian, terjadi

primordialisme yang nepotisme, bukan berdasarkan prestasi kerja.

Begitu pula dalam pelayanan, mereka yang didahulukan dalam pelayanan pembuatan SIM, KTP,

IMB, dan lain-lain adalah mereka yang bersedia memberi uang lebih dengan istilah “segalanya bisa

diatur”. Sudah barang tentu mereka yang tidak memiliki uang dan dana lebih, akan tersendat-sendat

urusannya.

Tentu hal ini bertentangan dengan implementasi sila kelima Pancasila “Keadilan Sosial Bagi

Seluruh Rakyat Indonesia”. Bahwa seharusnya setiap warga negara Indonesia mendapatkan pelayanan

dari pemerintah yang adil tanpa membeda-bedakan status sosial ataupun latar belakangnya.
Ketika pelaksanaan birokrasi, hendaknya para pegawai yang bersangkutan tetap melaksanakan

etika profesinya yakni senantiasa melayani masyarakat, bukan seperti yang terjadi sekarang yakni

pegawai dan pejabat lebih mementingkan diri sendiri dan golongan sehingga pelayanaan terhadap

masyarakat pun terbengkalai dan tidak maksimal.

Dalam kaitanya dengan sistem birokrasi. Pancasila yang mengandung sistem nilai tentulah

memberikan pedoman yang baik selain itu pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional. Oleh

karena itu, pancasila seharusnya hadir di semua sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

Sehingga dapat disumpulkan bahwa implementasi Pancasila juga sangat berpengaruh kepada

keberhasilan birokrasi. Dengan implementasi dan penghayatan yang benar tentang Pancasila tersebut

maka, terciptalah birokrasi yang baik, efektif, efisien, dan melayani masyarakat.

BAB III
PENUTUP
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan baik

materil maupun spiritual, hal ini berarti keadilan itu tidak hanya berlaku bagi orang yang kaya saja,

tetapi berlaku pula bagi orang miskin, bukan hanya untuk para pejabat, tetapi untuk rakyat biasa.

Dengan terdapatnya butir-butir sila kelima Pancasila yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh

Rakyat Indonesia”, diharapkan masyarakat Indonesia dapat mengamalkannya dalam sendi-sendi

kehidupan bangsa Indonesia.

Perwujudan dari sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat yang merupakan pengamalannya, setiap

warga harus mengembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan

kewajibanya serta menghormati hak-hak orang lain.

Tidak hanya rakyat Indonesia yang dituntut untuk mengembangkan sikap adil terhadap segala

aspeknya, namun yang biasa dikenal sebagai abdi negara dan abdi masyarakat atau birokrat diharapkan

bisa memberikan pelayanan yang adil baik dari segi hak yang harus diberikan kepada masyarakat

maupun kewajiban yang harus dilakukan oleh masyarakat Indonesia.

Sehingga dapat disumpulkan bahwa implementasi Pancasila juga sangat berpengaruh kepada

keberhasilan birokrasi. Dengan implementasi dan penghayatan yang benar tentang Pancasila tersebut

maka, terciptalah birokrasi yang baik, efektif, efisien, dan melayani masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Kumorotomo, Wahyudi. 2009. Etika Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali Pers.

Syafiie, Inu Kencana. 2014. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia

(SANRI). Jakarta: PT Bumi Aksara.


https://www.unisavi.wordpress.com diunduh pada 7 April 2016

https://www.pusakaIndonesia.org diunduh pada 7 April 2016

https://www.imanrivai.blogspot.co.id diunduh pada 7 April 2016

https://www.pengertianpakar.com diunduh pada 7 April 2016

https://www.amikom.ac.id diunduh pada 9 April 2016

https://riztiayu.wordpress.com diunduh pada 9 April 2016

http://www.kompasiana.com diunduh pada 9 April 2016

https://vertydeffian.wordpress.com diunduh pada 9 April 2016

http://saptianilinda.blogspot.co.id/2016/12/makalah-keadilan-sosial.html

Anda mungkin juga menyukai