Awalnya Ibu Maini melakukan kegiatan pertanian ini bersama suaminya sejak
dahulu, namun semenjak suami beliau sakit-sakitan , maka yang melakukan kegiatan
pertanian tersebut hanya dirinya sendiri. Ibu Maini memiliki 4 orang anak. Dimana
anak pertama dan keduanya sudah berkeluarga sedangkan yang ketiga sedang bekerja
di Kota Jambi dan yang anak keempat masih menempuh pendidikan di Universitas
Islam Negeri Sultan Thaha Syaifudin yang letaknya di Kabupaten Muaro Jambi.
Sehingga tanggungan Ibu Maini saat ini hanya 3 orang, yaitu dirinya sendiri, 1 orang
anaknya yang masih kuliah dan suaminya.
Dari hasil panen tersebut ¼ nya di gunakan untuk makan sehari-hari dan
selebihnya ia jual. Ibu Maini tidak hanya mempunyai usaha pertanian pada tanaman
padi saja , beliau juga memiliki pekerjaan sampingan di kebun. Di kebun tersebut Ibu
Maini menanam sawit, karet, cabai, dan sayur-sayuran lainnya yang hasilnya hanya
mampu untuk mencukupi kehidupan pangan keluarganya. Ibu Maini ketika ingin
pergi ke kebun pun harus menyebrangi sungai Batanghari dengan menggunakan alat
transportasi yang bernama “ketek”.
Di Desa Senaning, hasil dari padi yang telah dipanen akan dijual ke dinas
setempat dengan harga Rp.6.500,00,- per kilonya. Hal ini yang akan menguntungkan
petani karena kestabilan harga yang bisa di jamin oleh pemerintah. Mengenai bantuan
pemerintah, bantuan tersebut tidak teratur untuk disalurkan ke Desa Senaning. Hal ini
yang menyebabkan para petani kekurangan pelayanan dan kekurangan pasokan
pupuk dan bantuan lainnya. Terakhir bantuan dari pemerintah pada awal tahun 2017,
bantuannya yakni berupa alsintan, pupuk, pelayanan mengenai simulasi panen dan
lain-lain. Pada dasarnya bantuan pemerintah perlu rutin diberikan agar pasokan dari
Desa Senaning mampu mendongkrak perekonomian masyarakat di desa tersebut.
Kelompok tani Payo Dadap memiliki suatu tradisi yang dilakukan sebelum
menanam dan sesudah panen. Saat akan melakukan penanaman kelompok tani ini
akan berkumpul untuk terdoa dan makan bersama, dan setelah panen masyarakat
melakukan kegiatan pesta pasca panen seperti mengadakan tahlilan sebagai wujud
rasa syukur kepada Allah SWT. dengan hasil panen yang telah didapatkan.
Menurut Ibu Maini, kendala yang dialami kelompok tani ini antara lain yaitu
keadaan alam seperti banjir saat musim hujan, hama tikus, burung, dan siput. Namun
yang sangat merugikan yaitu hama tikus. Dimana tikus merusak tanaman padi dengan
waktu yang sangat singkat, karena tikus memakan padi dan merusak tanaman dengan
berjalan di antara tanaman. Salah satu solusi permasalahan ini antara lain dengan
racun tikus, perburuan, serta penyempitan pematang sawah dimana pematang tersebut
merupakan tempat tikus tinggal. Masalah lain yaitu banjir pada musim hujan yang
sangat merugikan. “Saat banjir tiba maka kami mengalami gagal panen” ujar Ibu
Maini.
Disaat gagal panen yang disebabkan oleh banjir, Ibu Maini akan mengulang
kembali aktivitas penanaman dari awal.Ibu Maini akan meminjam modal kepada
sebuah lembaga seperti bank. Tetapi ketika kemarau tidak akan merugikan. Yang
dikhawatirkan hanya ketika banjir saja karena banyak dampaknya.
Ketika kami pergi kesana, Ibu Maini mempunyai benih padi yang sudah
berumur 15 hari. Padahal waktu optimum untuk penanaman yaitu sekitar 17 hari.
Tapi karena pada saat kami kesana, sedang sering-seringnya hujan turun
menyebabkan lahan sawah lebih banyak digenangi air yang membuat Ibu Maini harus
menunggu waktu beberapa hari lagi untuk melakukan proses penanaman. Sebenarnya
proses penanaman pada saat itu sudah bisa dilakukan, tetapi hanya bisa menggunakan
metode manual yaitu dengan cara menanam menggunakan tangan. Namun karena
adanya alsintan membuat Ibu Maini memilih untuk menunggu beberapa hari dari
pada menggunakan metode manual.
Alsintan yang sekarang ini dipakai oleh para petani di Desa Senaning baru
masuk tahun-tahun ini. Tentunya dengan adanya alsintan membuat para petani sangat
terbantu dalam melakukan proses pertanian. Mesin alsintan pun dipakai dengan cara
bergilir dari petani satu ke petani lainnya, mengingat masih terbatasnya mesin
alsintan yang baru masuk ke Desa Senaning. Diawal-awal tibanya mesin alsintan,
pemerintah melakukan sebuah penyuluhan pertanian di Desa Senaning, dimana yang
nantinya pihak-pihak tersebut akan memberi pelajaran mengenai cara-cara bagaimana
menggunakan mesin alsintan.
Ibu Maini mengatakan bahwa hasil dari panen padi dengan cara menggunakan
metode manual (langsung dari tangan) sebenarnya lebih berkualitas atau lebih bagus
hasilnya dibandingkan dengan menggunakan mesin. Tetapi sebenarnya menggunakan
mesin memiliki keuntungan juga salah satunya seperti biaya menggunakan mesin
hanya membutuhan biaya Rp. 300.000,00-, untuk ½ hektarnya. Jika menggunakan
tangan membutuhkan biaya sekitar Rp. 1.000.000,00,-. Maka dari itu Ibu Maini lebih
senang menggunakan alsintan dari pada menggunakan metode manual walaupun hasil
yang didapatkan tidak sebagus metode manual, tetapi tidak akan membuat Ibu Maini
merasa rugi.