Anda di halaman 1dari 4

I.

IDENTIFIKASI PETANI
Dalam pengamatan studi lapang sosiologi pertanian di desa Duwet Krajan
RT 09/RW 02 Dusun Nduwet Kecamatan Tumpang. Saya mewawancarai Bapak
Alyas yang berumur 58 tahun Di rumahnya, beliau tinggal dengan istrinya saja.
Karena kedua anaknya sudah berkeluarga semua. Beliau pernah mengenyam
bangku pendidikan hingga sekolah dasar. Meskipun hanya SD, tetapi kegigihan
beliau dalam memajukan pertanian di desanya dapat diacungi jempol. Beliau
adalah penggagas sistem bagi hasil dengan pihak kehutanan pada tahun 1999.
Pekerjaan utama dan satu-satunya beliau adalah sebagai petani.Beliau tinggal
bersama istrinya dan ke dua anaknya. Dalam pertaniaannya, beliau mempunyai
sistem bagi hasil dengan pihak kehutanan setempat seluas seperempat hektar.
Pak Alyas juga mempunyai enam ekor kambing yang sewaktu-waktu dijual
ketika ada kebutuhan mendadak.

II. POLA TANAM


Dalam mengerjakan lahannya, beliau ternyata memiliki suatu pola tanam,
yaitu bergantian antara tomat,cabai,buncis,kubis. Namun waktu yang tepat
untuk penanaman jenis tanaman tersebut tergantung pada musim,.Pada bulan ke
6 tahun 2012 hingga bulan 3 tahun 2013 beliau menanam buncis, bulan 4-12
menanam cabe dan diantaranya beliau menanam tomat. Pak alyas menanam
dengan pola tersebut dikarenakan kesesuaian dengan kondisi tegal, pasar dan
harga serta curah hujan yang terjadi pada desa tersebut.

III. KEBUDAYAAN PETANI


Dalam penggarapan tegal, sistem penanaman yang biasa dgunakan Pak
Alyas adalah sistem tumpang sari antara tomat dan cabai. Dalam mengolah
lahannya beliau menggunakan cara sederhana yaitu cangkul. Karena kondisi
tegalan didesa yang cenderung miring maka Pak Alyas tidak menggunakan
traktor atau bajak. Setelah melakukan persiapan lahan Pak Alyas sebelumnya
telah mempersiapkan benih untuk persemaian, tetapi kadang kala Pak Alyas
memesan bibit dari penjual bibit atau KUD dikarenakan beliau merasa jika
melakukan pembibitan sendiri, kemungkinan akan keberhasilannya kecil. Jika
pak Alyas ingin membuat persemaian sendiri, biasanya dilakukan dibelakang
rumah. Varietas benih yang ditanam biasanya adalah tomat dan cabai. Beliau
tidak terlalu memperhatikan apakah varietas tersebut merupakan bibt unggul
atau bukan. Jumlah benih, untuk luas sawah adalah XXXXXX. Cara membuat
persemaiannya biasanya menggunakan polybag (1 benih tomat = 1 polybag).
Dengan perlakuan penyiraman 1 hari 1 kali. Setelah benih berumur 20 hari,
benih siap untuk ditanam ditegalan. Dalam 1 meter tanaman tegal ditanami
tomat dan cabai. Pada tegalan tersebut, ditanami tanaman tomat dengan jarak
20cm dari pinggir, lalu pada tengah lahan ditanami cabai dengan jarak 15cm.
Dengan jumlah bibit perlubang tanam 1, dan kondisi air pada lubangnya merata
dipermukaan tanah namun tidak sampai tergenang.
Untuk menunjang pertumbuhan tanaman tomat dan cabai tersebut, Pak
Alyas menggunakan beberapa jenis pupuk, antara lain adalah pupuk jenis ZA,
Phonska, NPK, SP-36, blower hijau, dan juga pupuk kandang atau kompos.
Penyiangan dilakukan satu minggu dua kali dengan menggunakan alat yang
bernama gembor. pada penyiramannya Pak Alyas menggunakan tengki, dan
Penyiraman dilakukan ketika tegal dirasa kering. Pada tegalan tersebut, jarang
ditemukan adanya hama. Namun, sesekali ditemukan hama jenis kutu loncat.
Masalah utama yang biasa terjadi pada tegalan tersebut adalah masalah yang
faktornya disebabkan oleh cuaca. Akibat cuaca yang terlalu dingin, dan adanya
kabut yang tebal seringkali menyebabkan buah tanaman menjadi cepat matang
dan cepat membusuk. Masalah tersebut mengakibatkan Pak Alyas seringkali
dihadapkan dengan masalah gagal panen.
Gagal panen dialami Pak Alyas saat cuaca terlalu dingin dan berkabut. saat
cuaca sedang baik, Pak Alyas mampu memanen hasil tomat dan cabai dengan
baik. Hasil panen tomat dan cabai tersebut langsung diberikan kepada
tengkulak, karena Pak Alyas merasa tidak mungkin untuk menjual hasil
panennya sendiri ke pasar. Karena hasil panen pada tegalan didesa tersebut itu
tidak selalu baik, menyebabkan tengkulak tidak siap sedia menjual hasil panen
dari para petani. Sehingga, satu hari sebelum Pak Alyas ingin menjual hasil
panen kepada tengkulak, Pak Alyas dan tengkulak harus membuat kesepakatan
bersama terlebih dahulu.

IV. LEMBAGAAN/PRANATA SOSIAL


Status lahan Bapak Matali adalah milik sendiri yang turun temurun dari
orang tua beliau,tidak menyewa atau bagi hasil.Lembaga yang melakukan
fungsi penyediaan sarana produksi pertanian di desa Duwet Karajan adalah
KUD.Bapak Matali sendiri membeli bibit,pupuk urea,ZA,SP-
36,kandang/kompos di KUD.
Pada setiap musim panen Bapak Matali tidak pernah mengolah atau
mengkonsumsi hasil panennya sendiri,alsannya karena “hasil panen yang di
dapat cukup banyak sehingga tidak efektif untuk diolah terlebih dahulu,selain
itu pengetahuan tentang pengolahan tomat juga minim bahkan saya tidak sama
sekali mengetahuinya”ujar Bapak Matali
Hasil panen komoditas tomat Bapak Matali semuanya dijual,dan dijual
dalam bentuk buah kepada juragan dengan harga 1000/kg.Dan di bayar setelah
pedagang mengambil hasil panen dan uang panen yang di dapat oleh Bapak
Matali di potong dengan hutang saat meminjam sebagai modal kepada juragan.
Di desa Duwet Krajan menurut keterangan Bapak Matali tidak ada
kelompok tani,Himpunan Petani Pemakai Air(HIPPA) maupun lembaga
keuangan.berdasarkan keterangan yang saya dapat bahwa di desa tersebut tidak
pernah sama sekali mendapat penyuluhan dari lembaga-lembaga seperti yang di
sebutkan tadi.
V. PERUBAHAN SOSIAL DALAM LEMBAGA

Di desa Duwet Krajan terdapat penyediaan sarana produksi pertanian yaitu


KUD(Koperasi Unit Desa).Sistem pengadaan tenaga kerja untuk usaha tani di
desa Duwet Krajan yaitu dengan menggunakan tenaga kerja yang di lakukan
pada saat pembenihan dengan system upah harian.Desa Duwet Krajan tidak
mempunyai lembaga pengolahan dan pemasaran hasil pertanian,lembaga kredit
atau keuangan untuk usaha tani itu sendiri

VI. PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

Dalam pengolahan hasil pertanian dari hasil panen tomat tadi,Bapak Matani
tidak melakukan pengolahan hasil budidaya tomat tersebut karena belum
memiliki sarana dan prasarana(sumber daya) untuk mengolah hasil panen tomat
tersebut.

KESIMPULAN
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Bapak Matali adalah petani yang
masih menggunakan cara bertani yang tradisonal,contohnya saja beliau masih
menggunakan tangan dalam pemanena komoditas tomatdan memakai pupuk
organic dalam membudidayakan komoditas tomatnya.
Dan dapat kita ketahui bahwa Bapak Matali juga merupakan petani bertype
konvensional.

Anda mungkin juga menyukai