Anda di halaman 1dari 8

Teknologi penentuan keperluan pupuk tanaman dapat dilakukan melalui analisis

laboratorium tentang sifat kimia tanah dan analisis tanaman. Penggunaan metode tersebut
bahkan dapat merancang kuantitas dan kualitas produksi tanaman yang dikehendaki.
Disamping itu metode di atas juga dapat digunakan untuk memilih tanaman yang sesuai
dengan kondisi lahan pertanian (Mulyanto, dkk, 2015).
Analisis Tanah
Secara umum analisis tanah adalah suatu kegiatan analisis kimia di laboratorium yang
sederhana, cepat, murah, tepat, dan dapat diulang (reproduceable) untuk menduga
ketersediaan hara dalam tanah. Dalam arti yang luas, uji tanah menyangkut aspek-aspek
interpretasi, evaluasi dan penyusunan rekomendasi pupuk dari hasil uji tanah serta
pengambilan contoh tanah (Setyorini, dkk, 2003).
Secara umum uji tanah bertujuan untuk: (1) menetapkan status ketersediaan hara
dalam tanah; (2) menunjukkan tingkat keseriusan defisiensi atau keracunan unsur suatu
tanaman; (3) menyusun rekomendasi pemupukan; dan (4) menilai harkat hara tanah untuk
memantau pencemaran lingkungan akibat pemupukan berlebihan atau pencemaran limbah.
Apabila suatu lahan pertanian yang akan ditanami tanaman tertentu akan dimintakan
rekomendasi pupuknya, maka langkah yang dilakukan adalah: (1) mengambil contoh tanah
yang mewakili daerah bersangkutan; (2) analisis kadar haranya di laboratorium; (3)
interpretasi data; dan (4) penentuan rekomendasi pupuk (Setyorini, dkk, 2003).
Wiraatmaja (2017) menjelaskan analisa tanah dilabo-ratorium dilakukan terhadap
variabel-variabel kimia dan fisik tanah seperti pH, kapasitas tukar kation, nitrogen, kalium,
fosfor, kalsium, magnesium (hara makro), hara mikro (Fe, Cu, Zn, B, Mo, dll), bahan
organik, tekstur tanah dan sebagainya. Kadar unsur hara tanah yang diperoleh dari data
analisis tanah bila dibandingkan dengan kebutuhan unsur hara bagi masing-masing jenis
tanaman, maka dapat diketahui apakah status/kadar unsur hara dalam tanah tersebut sangat
rendah (kurang), rendah, sedang, cukup ataukah tinggi, sesuai kriteria tertentu.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam uji tanah ialah bahwa metode analisa tanah
tersebut: (1) harus dapat mengekstraksi bentuk unsur hara yang tersedia saja, secara tepat.
Jadi sifatnya selektif artinya tidak mengekstraksi bentuk yang tidak dapat dimanfaatkan oleh
tanaman, (2) metode analisa yang dipakai dilaboratorium harus sederhana, cepat, mudah
dilaksanakan dan memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi, (3) hasil analisis harus dapat
direproduksi. Dengan demikian larutan kimia yang dibuat harus didasarkan pada pengetahuan
yang baik tentang bentuk-bentuk kimia dari unsur hara di dalam tanah dan tentang sifat akar
tanaman dan mekanisme pelarutan bentuk-bentuk kimia oleh akar tanaman. Oleh karena itu
uji kimia tanah perlu dikorelasikan dengan serapan hara oleh tanaman melalui percobaan
rumah kaca (uji korelasi) dan percobaan lapangan (uji kalibrasi). Uji korelasi dimaksudkan
untuk mendapatkan metode yang tepat untuk suatu unsur dan tanaman tertentu. Sedangkan
uji kalibrasi dimaksudkan untuk mendapatkan hubungan antara selang kadar suatu unsur hara
atau nilai kritisnya dengan respons tanaman di lapangan terhadap unsur tersebut. Dengan
demikian memberikan nilai agronomik bagi angka uji tanah tersebut. Tanpa uji kalibrasi
maka angka angka uji tanah tidak berarti sama sekali. Tentang uji kalibrasi, hal yang perlu
diingat ialah bahwa pengujian harus dilakukan terhadap tiap jenis tanaman, tiap tanah dan
tiap tipe iklim, dengan teknik bercocok tanam yang sama (Wiraatmaja, 2017).
Hasil uji tanah yang dilakukan dapat dipakai untuk: (1) menentukan jumlah hara yang
tersedia bagi tanaman, (2) memberi peringatan kepada petani tentang bahaya-bahaya yang
mungkin akan terjadi pada pertanamannya, baik bahaya defisiensi ataupun keracunan, (3)
menjadi dasar penetapan dosis pupuk, dan (4) memberikan perkiraan produksi akibat
pemakaian dosis pupuk tersebut sehingga memungkinkan dilakukannya evaluasi ekonomi,
dan (5) membantu pemerintah dalam menyusun kebijaksanaan antara lain dalam hal
pengadaan dan penyebaran pupuk, perencanaan wilayah, dan infrastruktur (Wiraatmaja,
2017).
Analisis Tanaman
Analisis contoh tanaman merupakan bagian dari cara diagnosis berdasarkan analisis
tanaman, dimana dalam hal ini terkait dengan kenyataan bahwa kekurangan unsur hara di
dalam tanah dapat juga diketahui dari analisis jaringan tanaman. Pendekatan ini didasarkan
pada prinsip bahwa konsentrasi suatu unsur hara di dalam tanaman merupakan hasil interaksi
dari semua faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari dalam tanah. Analisis
tanaman umumnya dilakukan terhadap bagian-bagian tertentu saja ataupun seluruh bagian
tanaman. Interpretasi keadaan kesuburan tanah akan lebih baik apabila kedua cara ini
(analisis tanah dan tanaman) digabungkan. Teknik analisis tanaman lebih umum dipakai
untuk tanaman umur panjang dibandingkan tanaman semusim (Wiraatmaja, 2017).
Seperti halnya dengan uji tanah, maka pada analisis tanamanpun pemilihan metode
analisis dilakukan melalui uji-uji korelasi dan kalibrasi. Uji korelasi disini bertujuan untuk
mencari hubungan yang paling baik dari kadar suatu unsur dalam bagian-bagian tanaman
tertentu atau seluruhnya dan pada umur-umur tertentu dengan produksi tanaman. Pada uji
kalibrasi dicari hubungan antara selang ataupun nilai kritis dari unsur tersebut dalam tanaman
dengan produksi tanaman (Wiraatmaja, 2017).
Kandungan hara dari hasil analisis tanaman dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya (Wiraatmaja, 2017):
1. Stadia pertumbuhan tanaman dan umur daun.
Semakin tua umur tanaman atau organ tanaman, kandungan haranya semakin turun
kecuali Ca. Penurunan tersebut karena meningkatnya kandungan pembentuk struktur sel
(dinding sel dan ligin).
2. Spesis tanaman.
Kandungan hara berbeda menurut spesies karena perbedaan metabolismenya, walaupun
yang dianalisis adalah organ yang sama dengan umur sama.
3. Bagian tanaman dan posisinya.
Daun umumnya merupakan bagian atau organ tanaman yang paling ocock untuk analisis,
karena responnya terhadap pemberian hara cepat dan baik, Mudah dikumpulkan dan
konsentrasi haranya cukup tinggi sehingga penenuan titik kritis bisa lebih mudah.
4. Interaksi hara.
Meningkatnya persediaan hara tertentu akan meningkatkan pertumbuhan tanaman,
sehingga apabila hara lain tidak meningkat maka terjadilah defisiensi hara lain tersebut.
5. Faktor lingkungan (cahaya, temperature, RH).
Bila cahaya meningkat maka fotosintesis meningkat dan hal itu menurunkan konsentrasi
kebanyakan hara. Atau ratio hara/BK menurun. Bila temperatur meningkat
mengakibatkan transpirasi meningkat, serapan hara meningkat dan itu menyebabkan
kandungan hara dalam jaringan meningkat (ratio hara/BK meningkat). Selanjutnya bila
RH turun maka transpirasi meningkat. Akibatnya adalah analog seperti temperatur
meningkat.
6. Sifat tanah.
Pada pH rendah maka Al, B, Cu, Fe dan Mn meningkat tetapi Mo menurun. Pada kadar
air kapasitas lapang, hara meningkat tetapi diluar kapasitas lapang maka hara menurun.

Adapun tujuan umum dari analisis tanaman dalam mentukan status nutisi bagi tanman
adalah (Wiraatmaja, 2017):
b. Untuk mengdiagnosa atau memperkuat diagnosa gejala kekurangan unsur hara tertentu
yang tampak pada pertumbuhan tanaman di lapangan. Analisis tanaman telah menjadi
alat yang efektif dan menyakinkan dalam mengidentifikasi kekurangan hara pada
tanaman.
c. Untuk mengidentifikasi masalah yang terselubung. Beberapa gejala kekurangan hara
tidak menunjukkan gejala yang spesifik dalam tanaman atau vigor tanaman tetap baik,
tetapi produksi rendah. Analisis tanaman dapat mengidentifikasi keadaan tersebut
(masalah terselubung).
d. Untuk mengetahui kekurangan hara sedini mungkin. Analisis jaringan tanaman mampu
melihat kekurangan hara, walaupun gejala yang ditunjukkan tidak cukup kuat. Data
analisis tanaman dihubungkan dengan data analisis tanah akan sangat membantu
mempercepat penanganan masalah kekurangan hara di dalam tanah.
e. Untuk mempelajari bagaimana hara dapat diserap tanaman. Jika unsur hara (pupuk)
ditambahkan kedalam tanah untuk memperbaiki kekurangan hara, seringkali tidak
banyak diketahui bagaimana sebenarnya unsur hara masuk/diserap ke dalam tanaman.
Dengan perkataan lain, jika ada respons tidak ada hara yang diserap, padahal nyatanya
hara tidak kurang, disinilah perlunya mengetahui bagaimana hara dapat diserap setelah
ditahan oleh tanah, atau pemberian yang kurang menguntungkan, atau bagaimana unsur
hara diserap tetapi tidak efektif untuk pertumbuhan tanaman.
f. Untuk mengetahui interaksi atau antagonisme diantara unsur hara. Tidak jarang ditemui,
penambahan hara (pupuk) tertentu menyebabkan berkurangnya sejumlah hara lainnya di
dalam tanah dan menyebabkan penyerapan unsur hara tersebut oleh tanaman menjadi
rendah dan produksinya juga menurun. Penjelasan bagaimana interaksi tersebut, sering
tidak diketahui. Tersedianya data analisis tanaman mempercepat kita untuk mengetahui
masalah tersebut didalam pemberian hara makro dan mikro.
g. Sebagai alat bantu pemahaman fungsi hara dalam tanaman. Analisis seluruh bagian
tanaman atau bagian-bagian tertentu secara periodic dalam satu musim, di bawah kondisi
lingkungan tertentu menunjukkan perbedaan yang besar diantara tanaman, dan sama
dalam varietas/galur. Analisis tanaman digunakan dalam menunjukkan mobilitas unsur
dalam tanaman dan bagian tanaman, dan dapat mengetahui dimana terdapatnya
kebutuhan terbesar beberapa hara dalam proses metabolisme.
h. Sebagai pembantu dalam mengidentifikasi masalah. Kadang-kadang analisis tanaman
dibutuhkan dalam uji tanah, dalam mengidentifikasi kasus masalah khusus.

Hasil analisis tanaman dan hasil analisis tanah sama – sama memberikan rekomendasi
pemupukan yang lebih tepat. Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Analisis tanah menunjukkan potensi ketersediaan hara dalam tanah yang dapat diserap oleh
akar dalam kondisi pertumbuhan dan aktivitas akar yang baik. Sedangkan, analisis tanaman
merefleksikan status hara aktual dalam tanaman. Oleh karena itu, kombinasi kedua metode
sebagai dasar rekomendasi pemupukan lebih baik daripada hanya dengan 1 metode. Begitu
pula menurut Marschner (1986) menyatakan secara prinsip kombinasi kedua metode tersebut
akan lebih baik dalam merekomendasikan pemupukan dibandingkan hanya dengan satu
metode saja. Kepentingan relatif dalam memilih salah satu metode dari kedua metode
tersebut tergantung pada beberapa kondisi seperti spesies tanaman, sifat tanah dan hara
mineral yang menjadi masalah.

Hubungan antara ketersediaan hara dalam tanah dan tanaman pada fase vegetatif dan
reproduktif
Heny (2015) mengatakan bahwa ketersediaan unsur hara berperan penting sebagai
sumber energi sehingga tingkat kecukupan hara berperan dalam mempengaruhi biomassa dari
suatu tanaman. Begitu pula menurut Tampinongkol, dkk (2021) bahwa ketersediaan unsur
hara merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Ketersediaan adalah perubahan unsur hara dari bentuk organik menjadi bentuk
anorganik. Unsur yang ada di dalam tanah akan mengalami proses mineralisasi seperti unsur
N, P, dan K.
Tanaman membutuhkan nutrisi dalam pertumbuhan dan perkembangannya, agar hasil
produksinya saat pemanenan bisa maksimal. Baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam
pemenuhan nutrisi ini selain menyerap nutrisi yang tersedia dalam tanah, bisa dilakukan
dengan memberikan hara-hara ke tanaman melalui pemupukan. Kebutuhan nutrisi setiap
tanaman berbeda-beda sesuai dengan fase pertumbuhannya. Fase pertumbuhan tanaman
sendiri terbagi menjadi vegetatif dan generatif (NPK Mutiara, 2022).
Fase Vegetatif
Fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru. Pada fase ini
terjadi tiga proses penting,yakni pembelahan sel, perpanjangan sel, dan tahap pertama dari
diferensiasi sel (Winata, dkk, 2012). Agar pertumbuhan organ tanaman tersebut maksimal,
tanaman membutuhkan N, P, dan K. Pada pertumbuhan awal, bisa dengan memberikan
pupuk dasar. Kemudian pemupukan dilanjutkan, pada tahap awal vegetatif. Untuk jumlahnya,
kebanyakan tanaman pada fase ini lebih dominan butuh pupuk yang mengandung N dan P
yang tinggi. Sedangkan hara K, jumlahnya tidak sebanyak N dan P. Sederhananya, fase
vegetatif: NN + PP + K.
Unsur hara yang harus terpenuhi pada fase vegetatif (Rusiati, 2022), yaitu:
a. Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara makro yang berperan penting untuk merangsang
pertumbuhan vegetatif pada tanaman secara keseluruhan, terutama pada pertumbuhan
akar, batang dan daun. Penambahan pupuk dengan kandungan nitrogen juga memerlukan
dosis yang tepat agar tidak menimbulkan dampak buruk terhadap tanaman. Tanaman
yang kekurangan nitrogen dapat dilihat dari laju pertumbuhan yang lambat, daun agak
kekuningan, tanaman menjadi kerdil, buah yang dihasilkan kecil dan mudah rontok.
Sedangkan gejala kelebihan nitrogen berupa munculnya tunas muda yang kurang baik,
pembentukan dan pemasakan buah lambat, produksi biji berkurang, menyebabkan pH
tanah asam sehingga berpengaruh terhadap partumbuhan.
b. Phospor
Phosphor merupakan unsur yang memiliki fungsi untuk merangsang pertumbuhan akar
dan mempercepat pembungaan dan pemasakan buah. Tanaman yang kekurangan
phosphor dapat ditandai dengan warna daun yang tampak lebih tua dan layu.
c. Boron
Boron memiliki peran dalam pembelahan sel dan membantu merangsang bagian tanaman
untuk tumbuh aktif. Gejala tanaman kekurangan boron dapat ditandai dari tepi daun yang
layu, kering dan mati, bahkan daun muda tumbuh kerdil.

Selain unsur-unsur tersebut, masih banyak unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
pada fase vegetatif seperti kalium, kalsium, magnesium, dan sebagainya. Meskipun
kebutuhannya dalam dosis yang sedikit, tetapi unsur-unsur ini berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman.

Fase Generatif
Fase berikutnya adalah fase generatif atau fase reproduktif terjadi pada tanaman aktif
menumbuhkan bunga, pembesaran buah, dan pematangan buah. Di fase generatif awal, atau
pada saat pembungaan, kebutuhan N, P, dan K dominan seimbang. Atau, fase generatif awal:
NN + PP + KK.
Berikutnya, yaitu pembesaran buah & pematangan buah, unsur N dan K lebih
dominan. Sementara P rendah. Atau, fase generatif: NN + P + KKK.

Hara lainnya, seperti Ca, Mg, S, Fe, Mn, Zn, Cu, Mo, B, Cl, dan Na, diberikan secara
cukup. Agar, pemberiannya tidak berlebih atau kurang, sebaiknya pemupukan diberikan
sesuai dengan nutrient removal tanaman. Selain itu, juga disesuaikan dengan kondisi pH
tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Heny, A. 2015. Isolasi Dan Uji Efektifitas Aktifator Alami Terhadap Aktivitas Dekomposisi
Dan Kualitas Kompos Kulit kakao Dengan Berbagai Imbangan Hijauan. Skripsi S1.
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 98 hal.
Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academic Press Inc, London Ltd.
674p.
Mulyanto, Bagus Sri, Supriyadi dan Djoko Purnomo. 2015. Analisis Tanah Untuk
Rekomendasi Pemupukan Pada Budidaya Jagung, Padi dan Ketela Pohon. Journal of
Sustainable Agriculture, Vol. 30 No. 2.
NPK Mutiara. 2022. Mengenal Kebutuhan Nutrisi Tanaman Secara Sederhana Sesuai Fase
Pertumbuhan. https://www.npkmutiara.com/post/mengenal-kebutuhan-nutrisi-tana
man-secara-sederhana-sesuai-fase-pertumbuhan Diakses pada 14 April 2024.
Rusiati, Riva. 2022. Pengertian Fase Vegetatif Tanaman dan Unsur Hara yang Harus
Terpenuhi https://pondoktani.com/fase-vegetatif-dan-nutrisi-yang-dibutuhkan-
tanaman/ Diakses pada 14 April 2024.
Setyorini, Diah, J. Sri Adiningsih dan Sri Rochayati. 2003. Uji Tanah Sebagai Dasar
Penyusunan Rekomendasi Pemupukan. Balai Penelitian Tanah: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian.
Tampinongkol, Cristin Lidia., Zetly Tamod dan Bertje Sumayku. 2021. Ketersediaan Unsur
Hara Sebagai Indikator Pertumbuhan Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.).
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5,
Volume 17 Nomor 2 MDK Juli 2021: 711 – 718.
Winata, N. A. S. H., Karno dan Sutarno.2012. PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
HIJAUAN GAMAL (Gliricidia sepium) Dengan Berbagai Dosis Pupuk Organik
Cair. Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1.
Wiraatmaja, I.W. 2017. Defisiensi dan Toksisitas Hara Mineral Serta Responnya Terhadap
Hasil. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai