Anda di halaman 1dari 4

2.

1 Identifikasi Petani & pedagang

Berdasarkan hasil wawancara praktikum Sosiologi Pertanian pada tanggal 17 – 18


november 2017 di Dusun Ngudi, Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten
Malang, Provinsi Jawa Timur, maka diperoleh data sebagai berikut :

Susunan anggota keluarga Pak Agus


No. Nama Hub. Dengan Umur Pendidikan Pekerjaan
KK terakhir
1. Agus susilo Kepala keluarga 37 SMK Petani
2. Ery Istri 32 SMK -
3. Cinta Anak 1 - -

Bapak Agus yang saat ini telah berusia 37 tahun, memiliki 1 orang anak dari seeorang
istri yang hingga kini masih hidup bersama, Pendidikan terakhir Bapak Agus adalah SMK,
sebelum menjadi petani beliau adalah buruh supir dan dari hasilnya pelan-pelan beliau
mengumpulkan modal untuk usaha taninya, Pak Agus memulai usaha taninya sejak
tahun 2005 dengan lahan pinjaman dari orang tua yang seluas 6000 M2 beliau pun
memulai usaha taninya hingga sekarang.

Saat ini komoditas tanaman yang ada pada lahan tegal miliknya antara lain ialah letuce,
seledri, pakcoy dan disela – sela tanaman tersebut beliau juga menanam cabai dan
bentul, Cara bercocok tanam dimulai dari pengolaan tanah yang masih sangat sederhana
yaitu dengan menggunakan cangkul, keterbatasan modal adalah salah satu penyebab
Bapak Agus tidak membeli sapi, kerbau, ataupun traktor untuk proses pengolahan
tanah.

Setelah tanah disiapkan, kemudian tanah dilubangi sekitar 5cm dan dengan jarak per-
lubang sekitar 20cm agar pada saat tumbuh, jarak antara tanaman yang satu dengan
tanaman yang lain tidak bersinggungan atau bertubrukan dan panen dapat maksimal,
kemudian tanah diberi pupuk kandang .

Setelah pengolahan tanah selesai, lalu benih dimasukkan ke dalam lubang yang telah
disediakan sebelumnya. Yaitu sebanyak satu biji per-lubang. Setelah benih dimasukkan
ke dalam lubang, tahap selanjutnya adalah lubang ditutup dengan tanah kembali atau
biasa disebut dengan gulutan. Dan langkah terakhir adalah proses penggundukan tanah

Benih yang biasa digunakan Pak Agus adalah Letuce alisan dan selada krop, Dalam satu
kali produksi biasanya membutuhkan benih sebanyak 1 pack ( 1250 biji ) benih untuk
luas lahan tegal sebesar 8000 M2 , beliau mendapatkan benih – benih tersebut di toko
bibit dan langsung dari tempat pembibitan.
Pemupukan biasanya dilakukan tiga kali dalam satu kali masa tanam. Pupuk yang biasa
digunakan adalah pupuk kandang atau kompos, petroganik . Pemupukan pertama
dikerjakan pada awal musim tanam yaitu sekitar umur dua minggu, pada pemupukan
pertama biasanya hanya menggunakan pupuk kandang. Pemupukan selanjutnya
dilakukan pada bulan pertama dan bulan kedua terhitung dari awal hari penanaman.
Perbandingan pupuk yang digunakan adalah 1:1:1 untuk setiap jenis pupuknya. Setelah
pemupukan ketiga tidak akan dilakukan pemupukan lagi dan hanya tinggal menunggu
saat musim panen.

Jenis hama dan penyakit tanaman yang biasa ditemukan pada tanaman dilahan tegal
milik Bapak Agus, diantaranya adalah tungau, insek , dan ulat. Seperti hal nya para
petani lain, untuk memberantas hama dan penyakit tanaman tersebut cara yang paling
ampuh adalah dengan menggunakan pestisida kimia dengan rincian: untuk
memberantas tungau Pak agus biasanya menggunakan Curakron, untuk Ulat
menggunakan Prevaton, dan untuk insek menggunakan Proklim. Dan jumlah PK yang
digunakan untuk usaha tani adalah 25 liter.

Untuk mengetahui apakah tanaman sudah siap panen atau tidak biasanya dapat dilihat
dari warna buahnya. Apakah sudah siap panen atau belum. Pemanenan dilakukan hanya
dengan menggunakan alat seadanya, yaitu dengan menggunakan sabit. Setelah proses
pemanenan biasanya ada pedagang ataupun tengkulak yang datang, maka hasil panen
akan langsung dijual. Namun apabila tidak ada, hasil panen tersebut disimpan dahulu
didalam karung hingga ada tengkulak maupun pedagang yang datang.

Pak Agus memperoleh pengatahuan dan keterampilan dari orang tua dan tetangga
sekitar rumahnya, yaitu hanya dengan cara melihat dan kemudian langsung
mempraktekkannya (otodidak). Tanpa ada campur tangan oleh Penyuluh Pertanian

Selama 12 tahun terhitung dari tahun 2005, Bapak Agus tidak pernah merubah cara
bercocoktanamnya. Hal ini dikarenakan beliau merasa apa yang dia kerjakan sudah
benar, hasil produksinya banyak dan tanah yang diolahnya sampai sekarang masih
subur.

Status tanah yang diusahakaan oleh Bapak Agus adalah 6000 M2 (milik sendiri) dan 2000
M2 (sewa), untuk lahan pribadi Pak Agus merupakan tanah warisan dari orang tua,
Bapak Agus tidak sepenuhnya mengusahakan sendiri lahannya, Ia mengusahakan
lahannya bersama 3 orang petani yang merupakan kerabat dekat Pak Agus, Penentuan
harga hasil pertanian ini dipegang kendali oleh kondisi pasar. Umumnya para pedagang
tersebut membeli dengan harga Rp.3000,00/kg untuk tanaman seledri dan untuk tanaman
letuce seharga Rp.20.000,00/Kg. Cara pembayaran yang dilakukan oleh pihak pembeli
adalah kontan dimuka. Artinya adalah ketika barang sudah ada maka uang akan langsung
beralih ketangan petani.

Kendati di desa Tawangargo RT 32 RW 08 Kecamatan Karangploso, Malang ini terdapat


beberapa kelompok tani (POKTAN) dan Gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) yang
diketuai oleh Bapak Mat Soleh sekaligus tengkulak , dari Gapoktan dan Poktan ini Pak
Agus memperoleh informasi, baik itu tentang pengolahan maupun tentang pemasaran.

Selama menjadi petani Pak Agus pernah meminjam modal untuk usaha taninya kepada
orang tua beliau, namun dapat dikatakan perekonomian dikeluarga ini dapat dikatakan
baik, hal itu terbukti dari bentuk rumah dan barang-barang elektronik yang ia miliki.

Di Dusun Ngudi, Desa Tawangargo juga terdapat kelompok tani atau Gapoktan dengan
ketuanya yaitu Bapak Mat sholeh. Bapak Agus merupakan anggota dari kelompok
tani yang di pimpin oleh Bapak Mat sholeh. Kegiatan dalam kelompok tani adalah untuk
peningkatan hasil produksi panen yang ada di daerah tersebut dan untuk menciptakan
rasa kekeluargaan yang erat. Bapak Agus merupakan anggota yang aktif dalam
pertemuan kelompok tani ini. Setiap ada pertemuan Bapak Agus mengusahakan untuk
selalu datang sehingga beliau bisa mengetahui perkembangan pertanian. Pertemuan
kelompok tani biasa di lakukan antara satu bulan atau tiga bulan sekali. Hal ini terjadi
karena kesibukan dari masing-masing petani sehingga pertemuan ini tidak bisa di
lakukan secara intensif.

Anda mungkin juga menyukai