Tanaman jagung mampu beradaptasi pada lingkungan dengan pH antara 5,5 sampai 7, intensitas cahaya
yang cukup sangat dibutuhkan untuk proses fotosintesis, hingga terbentuk bunga akan menghasilkan buah.
Suhu udara di Parepare cukup baik untuk pertumbuhan jagung antara 26-32oC. Sedangkan untuk proses
perkecambahan jagung yang paling tepat antara suhu 21-27 oC, sehingga bibit jagung butuh penyesuaian
lingkungan yang lebih panas.
Akhir musim penghujan tahun ini sekitar bulan April-Mei, dan bulan Oktober petani menggarap lahan kering
dibeberapa kelurahan di Kota Parepare antara lain; kelurahan Wt. Bacukiki, Lemoe, Lompoe, Galung
Maloang, Bumi Harapan, Lumpue, Lapadde, dan Bukit Harapan, penanaman jagung di lahan kering seluas
145 ha. Pangsa pasar yang menjanjikan memberikan harapan petani yang selama ini masih menggunakan pola
tanam secara tradisional. Petani sebenarnya sudah mengenal budidaya Jagung sistem Multikultur (penanaman
bersamaan dengan tanaman lain) ataupun Monokultur (penanaman satu jenis secara bergantian), namun karena
petani jagung hanya berpatokan pada curah hujan, maka petani tersebut begitu lahannya kehujanan ia segera
menanam jagung dengan prinsip“Asal Tumbuh― dan berharap tidak akan mengalami menkekeringan
sampai dipanen.
Sebelum ditanam bibit jagung diproteksi (pencegahan) agar bila tumbuh nanti dapat kebal terhadap penyakit
bulai. Caranya melumuri bibit jagung terlebih dahulu dengan fungisida sebelum ditanam.Tanaman Jagung
yang baik dengan jarak 20 cm x 70 cm, Â hanya 1 biji per lobang tanam.
Hama/penyakit tanaman itu tidaklah sama meskipun jenis tanamannya sama, sehingga petani harus lebih teliti
memilih obat pemberantas hama/penyakit yang tepat,. dimaksud jika serangan hama penyebabnya terlihat dan
efek yang ditimbulkannya juga terlihat, sedangkan serangan penyakit tanaman penyebabnya tidak terlihat
namun dampak yang ditimbulkan terlihat jelas. Untuk pemberantasan hama/penyakit yang efektif haruslahÂ
aplikasinya tepat apakah menggunakan obat Sistemik (jenis obat yang disemprotkan pada daun) ataukan
menggunakan obat Kontak (jenis obat yang langsung disemprotkan pada hama biasanya berupa hewan).
Jenis-jenis hama/penyakit tanaman jagung diantaranya Ulat daun Lalat bibit, Ulat agrotis, Penggerek daun,
Penggerek batang, Ulat tongkol, Penyakit Bulai Jagung dan sebagainya.
Untuk pengendalian gulma tanaman dapat dilakukan dengan menyemprotkan herbisida dengan takaran yang
tepat. Cara mudah menghitung takaran penyemprotan yang tepat dengan melihat ketentuan penggunaan yang
terdapat pada bungkus/botol obat tersebut. Sebagai contoh jika tertulis 300 ml /1 ha maka digunakan rumus
penghitungan (luas lahan: 10.000 m2 x 300 ml), atau dapat juga menggunakan penutup botolnya yang
dilenkapi dengan takaran/dosis,herbisida ditakar dan dituakan dalam ember yang sudah diisi air diaduk sampai
merata dan dimasukkan kedalam tangki semprot sehingga disemprotan secra merata diseluruh lahan.
 Hasil panen jugung bisi 18 beberapa waktu yang lalu sesuai hasil Ubinan (2,5x2,5 m) diperoleh 5,3 kg
dengan produksi rat-rata 8 ton/ha sangat disyukuri oleh petani, apalagi pengadaan bibit bisi 18 bantuan dari
APBN Pusat dan perawatan tanaman yang tepat adalah prasyarat lain yang medukung suksesnya hasil panen.
Penyuluh Swadaya Muh. Amin menyampaikan pengalamannya mengenai keunggulan bibit jagung
 BISI-18 sudah dibuktikan dilahan garapannya sendiri dikelurahan  Galung Maloang, Kecamatan
Bacukiki, Kota Parepare dengan mampu memproduksi jagung dari bibit BISI-18 rata-rata dari tiap
1 kg bibit dapat menghasilkan hingga 7 kwintal jagung siap jual dengan umur tanam selama 100-105
hari, hal ini dibenarkan oleh salah satu petani dari bilalang kelurahan lemoe Kaharuddin yang
sudah menyempatkan diri melihat secara langsung kelokasi tersebut.
Bibit jagung Bisi-18 yang dikemas tiap 1 kg dalan kantong dan berisi hingga ± 2.200 butir biji
jagung dijual dengan harga cukup terjangkau yakni Rp. 70.000,00 tiap kantongnya (tentunya akan
berbeda jika berada ditoko pertanian). Menurut Muh. Amin, berbeda dengan varietas Bisi
sebelumnya yang menghasilkan 2 tongkol dalam 1 tanaman, untuk varietas BISI-18 hanya
menghasilkan 1 tongkol namun memiliki bobot lebih besar jika dibandingkan dengan yang bertongkol
2. Biji jagung super hibrida BISI-18 lebih berbobot dengan warna biji yang mengkilat oranye
Page 1/2
Page 2/2