Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul
Seni dan Budaya Menurut Pandangan Islam
ini dengan baik. Makalah yang kami tulis membahas mengenai pengertian seni
dan budaya, pandangan Islam tentang seni dan budaya, dan contoh seni yang boleh
dan tidak boleh dalam Islam. Kami berharap semoga materi yang ada di dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Tak lupa, kami mengucapkan
terimakasih kepada dosen kami Bapak Dudu Ridwanulhak, S.Th.I., M.Si. yang
telah membimbing kami menyusun makalah ini. Kami menyadari bahwa di dalam
makalah ini masih banyak kekurangan. Kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi tercapainya makalah yang lebih baik.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rahmat bagi alam semesta
(Q.s.al-anbiya/21:107). Ajaran-ajarannya selalu membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia
di dunia ini. Allah swt sendiri telah menyatakan hal ini, sebagaimana yang tersebut dalam Q.s.
Thaha/20:2,”kami tidak menurunkan al-quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” Artinya
bahwa umat manusia yang mau mengikuti petunjuk al-quran ini akan dijamin oleh allah bahwa
kehidupan manusia akan bahagia dan sejahtera dunia dan akhirat. Sebaliknya siapa saja yang
membangkang dan mengingkari ajaran islam ini, niscaya dia akan mengalami kehidupan yang
sempit dan penuh penderitaan. (Q.s. Thaha/20:124).
Ajaran-ajaran islam yang penuh dengan kemaslahatan bagi manusia ini tentunya mencakup
segala aspek kehidupan manusia. Tidak ada satupun bentuk kegiatan yang dilakukan manusia,
kecuali allah telah meletakkan aturan-aturannya dalam ajaran islam ini. Seni dan budaya adalah
salah satu dari sisi penting dari kehidupan manusia, dan islam pun telah mengatur dan memberikan
batasan-batasannya.
Ketika kita berbicara tentang seni, maka yang terlebih dahulu dibicarakan adalah keindahan. Sudah
menjadi fitrahnya manusia menyukai keindahan. Seorang ibu akan lebih berbahagia jikalau ia
dikaruniai anak yang indah fisiknya, baik rupa ataupun jasmaninya. Seseorang akan lebih memilih
rumah yang indah serta mengenakan pakaian-pakaian yang indah ketimbang semua itu dalam
kondisi biasa-biasa saja ataupun buruk. Demikian halnya dengan nyanyian, puisi, yang juga
melambangkan keindahan, maka manusia pun akan menyukainya.

Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi saw., kepada para
sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda :

“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat atom.” Ada orang
berkata,” Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal bagus.” Nabi
bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan sombong adalah
sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim).

Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga para
sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan keindahan
sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian
mereka menyebutnya sebagai sihir.

Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan akurasi bacaannya
dengan irama tilawahnya sekaligus.
Rasulullah bersabda :
“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu
Hibban, Darimi)

Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai keindahan. Dan
tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan manusia.
Namun bagaimanakah dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan sehari-hari
nyanyian-nyanyian cinta ataupun gambar-gambar seronok yang diklaim sebagai seni oleh
sebagian orang semakin marak menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-anak ? Bagaimanakah
pandangan Islam terhadap hal-hal tersebut ?

Sebaiknya kita kembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahwa dalam Al-Qur’an
disebutkan :

“Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu sebagai
olok-olokan. Mereka itu memperoleh azab yang menghinakan.” (Luqman:6)

Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang tidak berguna bahkan
menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka HARAM nyanyian tersebut. Nyanyian-nyanyian
yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut maka kesenian tersebut
haram hukumnya.

Maka menurut DR. Yusuf Qardhawi, hal-hal yang harus diperhatikan dalam hal nyanyian antara
lain :

1. Tidak semua nyanyian hukumnya mubah, karena isinya harus sesuai dengan etika islami
dan ajaran-ajarannya.
2. Penampilan dan gaya menyanyikannya juga perlu dilihat
3. Nyanyian tersebut tidak disertai dengan sesuatu yang haram, seperti minum khamar,
menampakkan aurat, atau pergaulan bebas laki-laki dan perempuan tanpa batas.
4. Nyanyian –sebagaimana semua hal yang hukumnya mubah (boleh)- harus dibatasi
dengan sikap tidak berlebih-lebihan.
A. Pengertian dan Hakikat Seni dan Budaya dalam Islam
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa : budaya adalah pikiran, akal
budi, adat istiadat. Bahasa inggris sering menggunakan istillah Culture dan Civilization untuk
merujuk arti budaya. Sedangkan daalm bahasa arab, terdapat istillah al-tsaqafah dan al-hadlarah.
Para ahli sosial cenderung berpendapat bahwa kata al-tsaqafah menunjuk pada aspek ide.
Sedangkan kata al-hadlarah menunjuk kepada aspek material. Maka al-hadlarah lebih tepat sebagai
terjemahan dari civilization, sementara kata al-tsaqafah lebih tepat diterjemahkan sebagai culture.
Sedang kan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia, seperti
kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan dengan
keseluruhan kecakapan ( adat, akhlak, kesenian , ilmu dll). Sedang ahli sejarah mengartikan
kebudaaan sebagai warisan atau tradisi. Bahkan ahli Antropogi melihat kebudayaan sebagai tata
hidup, way of life, dan kelakuan.
Definisi-definisi tersebut menunjukkan bahwa jangkauan kebudayaan sangatlah luas.
Untuk memudahkan pembahasan, Ernst Cassirer membaginya menjadi lima aspek : 1. Kehidupan
Spritual 2. Bahasa dan Kesustraan 3. Kesenian 4. Sejarah 5. Ilmu Pengetahuan. Menurut Taylor,
kebudayaan adalah kompleks yang menyangkut pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
Aspek kehidupan Spritual, mencakup kebudayaan fisik, seperti sarana (candi, patung
nenek moyang, arsitektur) , peralatan (pakaian, makanan, alat-alat upacara). Juga mencakup sistem
sosial, seperti upacara-upacara (kelahiran, pernikahan, kematian). Adapun aspek bahasa dan
kesusteraan mencakup bahasa daerah, pantun, syair, novel-novel. Aspek seni dapat dibagi menjadi
dua bagian besar yaitu ; visual arts dan performing arts, yang mencakup ; seni rupa (melukis), seni
pertunjukan (tari, musik) Seni Teater (wayang) Seni Arsitektur (rumah,bangunan , perahu). Aspek
ilmu pengetahuan meliputi scince (ilmu-ilmu eksakta) dan humanities (sastra, filsafat kebudayaan
dan sejarah).
B. Wujud Kebudayaan
Menurut Kontjaraningrat, wujud kebudayaan meliputi :
1. Wujud ideal, berupa ide-ide,norma, peraturan, hukum, dan sebagainya
2. Wujud tingkah laku, berupa aktivitas tingkah laku berpola dari manuasia dalam masyarakat. Pola
tingkah laku yang mendasar dan dimaksudkan dalam ajaran islam meliputi hal-hal sebagai berikut
:
a) Ketakwaan, beriman, cinta , dan takut kepada allah swt. Tidak ada satupun yang patut disembah
dan dihormati selain allah swt yang membuahkan kerendahan hati dan keberanian moral dan
optimisme.
b) Penyerahan diri mencakup penghindaran diri dari kejahatan nafsu hewani, memberikan
kemuliaan sejati pada kepribadian, dan menjamin kelestarian serta usaha untuk kebajikan.
c) Kebenaran menciptakan pola tingkah laku setia pada realita atau suatu pendekatan realistis
terhadap kehidupan dan ketulusan.
d) Keadilan baik terhadap diri sendiri, maupun orang lain,atau makhluk lain. Keadilan menjamin
penghindaran diri dari perbuatan tidak adil yang tidak sepatutnya dilakukan terhadap siapapun.
Keadilan pada diri sendiri menjamin upaya yang tinggi untuk meningkatkan kehidupan yang
alamiah,sehat,dan teguh.
e) Cinta terhadap makhluk tuhan, termasuk terhadap diri sendiri, akan membuahkan upaya yang
simpati, kebaikan,rasa hormat,kemurahan hati dan menghindarkan diri dari melukai perasaan
pihak lain.
f) Hikmah mendorong seseorang untuk menumbuhkan tingkah laku berdasarkan keilmuan dan
mencapai penalaran yang semakin tinggi terhadap realita dan fenomena.
g) Keindahan membuahkan kemanisan, kelembutan, dan keluwesan yang muncul dalam moral dan
kebiasaan.
3. Wujud benda, berupa benda hasil karya. Peradaban sering disebut juga untuk kebudayaan yang
memiliki sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan sebagainya. Maka,
peradaban adalah bagian dari kebudayaan tapi tidak sebaliknya.
C. Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam
Suatu kebudayaan bisa bergerak kearah yang lebih maju atau bergerak mundur. Dalam
istillah lain, suatu kebudayaan bisa bergerak kearah yang lebih baik atau bergerak ke arah yang
lebih buruk. Dalam hal ini tergantung pada aktor-aktor penggeraknya.
Prinsip kebudayaan dalam islam adalah salah satu di antara dua alternatif. Sepanjang
sejarah umat manusia, kebudayaan hanya mempunyai dua model tersebut yaitu membangun atau
merusak. Kedua model kebudayaan itu hidup dan berkembang saling berganti (al-anbiya:104)
Di samping itu, prinsip kebudayaan dalam pandangan islam adalah adanya ruh (jiwa) di
dalamnya dan ruh itu tidak lain adalah wahyu allah (al-quran menurut sunnah rasul-nya), seperti
yang dinyatakan oleh surat asy-syuraa: 52 dan 53. Selain itu tentu saja ada ruh di luar wahyu.
Jika ruh budaya adalah wahyu allah, maka kebudayaan bergerak ke arah membangun.
Seperti yang dibuktikan oleh para rasul allah sejak adam sampai nabi muhammad saw. Sebaliknya
jika ruh budaya adalah bukan wahyu allah, maka kebudayaan bergerak ke arah yang merusak.
Itulah model kebudayaan yang digerakkan fir’aun, qorun, para kapitalis, dan komunis.

Anda mungkin juga menyukai