dengan keresahan warga dengan adanya perkara kehutanan yang akhir-akhir ini terjadi. Kami ingin persoalan ini bisa jelas dan kami meminta untuk melakukan hearing dengan Dinas terkait, kata Koordinator Forum LSM Peduli Lingkungan, Badri Jawara, saat berlangsungnya pertemuan di DPRD setempat. Dia menyebutkan, perkara kehutanan yang bersumber dari salah kebijakan sudah berlangsung sejak pemerintahan Kabupaten Tojo Una-Una dimulai dan menjadi keresahan bagi warga. Pemerintah belum mempunyai kemampuan dan kemauan untuk membenahi bidang kehutanan. Buktinya adalah setiap hari truk pengangkut kayu keluar masuk hutan Tojo UnaUna, sementara rakyatnya dilarang memanfaatkan kayu disekitarnya, ujarnya. Dia menjelaskan, perusakan hutan berjalan seiring dengan tercabutnya hak-hak masyarakat sekitar hutan. Sdangkan keresahan warga yakni adanya kebijakan kehutanan yang melanggar Undang-Undang dan rasa keadilan masyarakat setempat mulai mencuat pada tahun 2006, tepatnya tanggal 3 juni tahun2006. Bupati Tojo Una-Una, Damsik Ladjalani mengakui adanya kesalahan dalam kebijakannya yang berbentuk Peraturan Bupati 503 tahun 2006 tentang IPHHK. Kemudianpada bulan juni tahun 2006, itu pula DPRD Tojo Una-una membentuk pansus untuk membenahi masaalah kehutanan, sebutnya. Namun kata dia, sejak pengakuan Bupati dan pembentukan Pansus DPRD, perusakan hutan terus terjadi dan masyarakat tetap mengeluhkan adanya ketidakadilan dalam pengelolaan kehutanan. Aparat pemerintah dan penegak hukum seakan tak berdaya. Karena kesalahan perizinan, penyalah gunaan izin, lemahnya pengawasan ,menyebabkan kerusakan hutan terus berlanjut, ujarnya. Hal inilah katanya yang mendorong DPRD membentuk Panitia Angket untuk menyelidiki adanya kebijakan yang melanggar Hukum dibidang kehutanan Terbentuknya Panitia Angket menurut Badri, ini menunjukan bahwa ada keinginan yang kuat secara kelembagaan maupun individu di Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Touna untuk membenahi masaalah kehutanan di Daerah ini Namun katanya hingga awal Januari tahun 2011 ini, panitia angket tersebut belum mengumumkan hasil kegiatannya kepada Publik Dia juga menambahkan bahwa kami, maksud badri, koalisi sangat kecewa dengan tindakan 2 anggota DPRD Touna yang mangkir dalam saat dilakukan hearing, padahal kata Badri ke 2 orang anggota tersebut masuk dalam tim angket DPRD Touna. Sedangkan Aceng Lahay Anggota DPRD Touna yang juga selaku wakil Ketua Tim Angket lebih menyoroti soal pembukaan jalan Uebae Takibangke sepanjang 22,64 Km yang tidak memiliki AMdal Analisis Dampak Lingkung serta tidak memiliki Izin prinsip dan pinjam pakai kawasan Dia mengatakan sesuai surat Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Sulawesi Tengah tertanggal 27 September 2010 yang disampaikan kepada Bupati Tojo Una-una yang mana lokasi yang dimaksud tidak memiliki izin Prinsip dan izin pinjam pakai kawasan dari mentri kehutanan RI Disisi lain kata Aceng masi ada lagi jalur sepanjang 15 Km antara Takibangke Padang fuyu dengan menghabiskan anggaran sebesar 5 Miliar lebih,
Jalan tersebut justru dibuka masuk lebih kedalam hutan kawasan lindung dan hal ini tidak dipersoalkan oleh Dinas Kehutanan Propinsi Aceng mengatakan ada dugaan jalan itu dibuka hanya untuk memuluskan jalannya pengangkuta kayu dari wilayah yang dimaksud Artinya kata aceng tidak ada tujuan yang jelas dibukanya jalan tersebut sehingga itu hanya menghabiskan uang Negara yang begitu besar, kata aceng kalau alasannya dibuka jalan tersebut untuk kantong produksi Menurut aceng itu keliru sebab tidak ada masyarakat yang tinggal sekitar itu, ini hasil investigasi kami Tim Angket tegas aceng Sementara Arsyat Sekertaris Dinas Kehutanan Kabupaten Tojo Una-una mengatakan kawasan yang dibukan untuk jalan tersebut, sudah ada izin pelepasan kawasan dari Menhut, dengan demikian tidak adalagi yang harus dipersoalkan tutup Arsyat (samsul)
wartawan di ruang kerjanya, Rabu (5/1) kemarin. Mukramin menjelaskan Program KBR merupakan program nasional unggul dari Kementerian Kehutanan RI. Tujuannya untuk penanganan lahan kritis melalui penanaman tanaman penghijauan berupa tanaman pepohonan hutan maupun tanaman buah-buahan. Mukramin menjelaskan Setiap kelompok menerima bantuan Rp50 juta dengan kewajiban setiap kelompok menyiapkan 50 ribu tanaman yang akan ditanam di lahan kritis di wilayah desa yang bersangkutan. Pada tahun 2010 Kabupaten Parigi Moutong menerima bantuan KBR untuk 20 titik atau senilai Rp1 miliar yang dianggarkan melalui APBN-P (Perubahan) tahun 2010. Karena waktu pelaksanaan programnya sangat mepet, maka agar program tersebut dapat terlaksana sesuai target, maka ada inisiatif dari pihak pegawai Dishutbun Parigi Moutong untuk membantu menyiapkan biji dan polybag dan biayanya di sepakati akan diganti ketika kelompok tani bersangkutan menerimah bantuan . Bayangngkan saja setiap kelompok harus menyiapkan 50 ribu bibit siap tanam dalam waktu singkat. Jika tidak dibantu, program ini bisa gagal, Kata Mukramin Dia menambahkan , pihak hanya ingin program tersebut gagal, karena jika program ini gagal maka tahun 2011 ini,Parigi Moutong tidak akan mendapatkan bantuan serupa. Makanya pihaknya berupaya mendorong agar program ini berjalan dengan membantu masyarakat Tidak benar jika ada kelompok tani fiktif , karena penentuan kelompok penerima bantuan dilakukan oleh pihak BP DAS Sulteng termasuk masalah anggarannya jika disalurkan melalui lembaga tersebut. 20 kelompok penerima bantuan ditetapkan melalui SK oleh BP DAS. Silahkan ditinjau kelompok penerima program KBR tersebut nantinya datanya kami berikan, pungkas Mukramin. (ARDIN)
saat ini dipegang oleh Dinas Nakertrans di cabut terlebih dahulu. Jika SK itu belum di cabut maka pihaknya tetap bertahan pada izin IPK milik Yoni tersebut karena telah sesuai prosodur yakni penerbitan IPK seluas 350 hektar di Desa PSU merupakan akibat lanjutan dari rencana pembangunan pemukiman transnmigrasi di desa tersebut. Dan pihaknya, kata Mukramin, hanya mengacu pada SK pencanangan lahan pemukiman trasnmigrasi yang ditandatangani oleh Wakil Bupati Parigi Moutong. Kami akan mencabut IPK yang telah kami terbitkan jika ada pencabutan SK pencanangan lahan yang ada pada Dinas Nakertaras . Lagipula pemukiman tersebut hanya batal tahun 2010 lalu, Mungkin saja tahun ini akan dilanjutkan kembali, tandasnya. Sebelumnnya , sembilan orang perwakilan warga Desa Persatuan Sejati dan Desa Malino Kecamatan Bolano Lambunu , Senin (20/12) lalu, mendatangi kantor DPRD Parigi Moutong .Kepada Komis II DPRD warga tersebut menyatakan menolak pemberian IPK yang diterbitkan oleh Dishutbun Parigi Moutong terhadap seorang pengusaha bernama Yoni Lumentut di rencana lokasi pemukiman transmigrasi Desa PSU. Menurut Warga penerbitan IPK tersebut selain karena dapat menimbulkan bencana banjir di wilayah kami karena kemiringan pada lahan tersebut dianggap tidak layak untuk penebangan hutan, apalgi kawasan pemukiman transmigrasi juga karena pengusaha bernama Yoni Lumentut diduga telah menguasai hampir sebahagian lahan dilokasi tersebut dalam bentuk SKPT. Parahnya lagi sebagian besar Surat Kerterngan Penguasaan Atas Tanah ( SKPT ) yang dikuasai oleh Yoni Lumentut tersebut, diduga banyak yang menggunakan nama fiktif Kami minta Dishutbun mencabut izin IPK tersebut, karena sebelumnya IPK tersebut di terbitkan karena adanya permukiman transmigrasi, karena program itu batal maka IPK juga harus di cabut Ujar Salah seorang perwakilan warga, Faisal H Saing, Menurutnya Yoni Lumentut, dahulunya adalah orang yang paling menentang pemberian izin IPK di wilayah tersebut . Namum anehnya di belakang hari Yoni tiba tiba berubah justru melakukan penebangan hutan berdasarkan izin dari Dishutbun. Faisal berharap agar Dishutbun membatalkan IPK yang diberikan kepada Yoni Lumentut, karena dasar pemebrian IPK tersebut yakni pemukiman transmigrasi di Desa PSU batal dilaksanakan. Ketua Komisi II Dekab Parigi Moutong , Suardi menjelaskan, jika Komisi yang dipimpinnya itu bersama Komisi IV yang menjadi mitra kerja Dinas Nakertrans , akan melakukan peninjauan kepada lokasi yang dilaporkan warga. Menurutnya
Dishutbun harus mencabut IPK yang diberikan kepda oknum pengusaha bernama Yoni Lumentut. Karena dasar pemberian izin yakni lokasi pemukiman transmigrasi, batal dilaksanakan. Sebelumya Bupati juga telah menyatakan moratorium pemberian eksploitasi hasil hutan belum lama ini, tandas Suardi (ARDIN)
----------------------------