Anda di halaman 1dari 6

Soal 1

BACASAJA.ID - Emak-emak pencuri susu dan minyak telon ini akhirnya bernafas lega
setelah dibebaskan Polisi. Kedua pelaku yang ditangkap mencuri di Blitar itu bebas setelah
mediasi antara pelaku dengan korban, Rabu (08/9/2021). Emak-emak itu yakni MRS (55) dan
YLT (29), warga Kelurahan Kota Lama, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Kapolres
Blitar AKBP Adhitya Panji Anom mengatakan, keduanya akhirnya dapat berkumpul kembali
bersama keluarga, lantaran telah dinyatakan bebas dari ancaman hukuman 7 tahun penjara,
setelah melakukan mediasi dengan korban dan bersedia mencabut laporan. “Kita berupaya
melakukan restorative justice. Hal ini untuk memenuhi harapan dan rasa keadilan
masyarakat. Melalui restorative justice ini, kepolisian melakukan mediasi antara pelapor
dengan terlapor,” katanya Kamis (9/9/2021).Lanjut Adhitya Panji Anom, setelah terjadinya
mufakat, pihaknya langsung melakukan pembebasan terhadap pelaku.“Kemarin Rabu
(8/9/2021), setelah kegiatan mediasi selesai kedua ibu – ibu itu langsung kami bebaskan,”
tambah dia.“Alhamdulillah kasus ini bisa berakhir dengan baik. Semalam kami juga
menurunkan anggota untuk berkunjung ke rumah YLT, untuk melihat keadaan pelaku,
sekaligus memberikan bingkisan paket sembako, untuk meringankan beban keluarga
mereka,” tutup Adhitya.Disisi lain, sebagai bentuk empati dan rasa kemanusiaan, Polres
Blitar juga memberikan tali asih kepada kedua pelaku, sebelum meninggalkan ruang penyidik
Satreskrim. (MMS/RG4)

(sumber: https://bacasaja.id/baca-6500-emakemak-malang-yang-mencuri-susu-dan-minyak-
telon-di-blitar-untuk-anaknya-ini-akhirnya-bebas)

Pertanyaan:

1a. Bagaimana hukum dan masyarakat memandang kasus di atas?

Jawab :

Hukum sendiri memiliki peran dalam menciptakan kedamaian, keamanan, dan ketentraman
didalam lingkungan masyarakat. Hukum tidak hanya sebagai media dalam menertibkan
masyarakat akan tetapi juga merupakan aturan dalam memberikan sebuah keadilan bagi
masyarakat. Hakim juga harus bisa melihat dan membedakan mana yang termasuk ke dalam
pelanggaran berat dan mana yang tidkl termasuk dalam pelanggaran berat jangan hanya
memandang jabatan. Dalam kasus MRS & YLT diatas sangatlah tidak mencerminkan suatu
keadilan seperti makna keadilan yang ada apabila jika kita bandingkan dengan kasus-kasus
besar yang ada di Indonesia. Apabila Jika kita bandingkan dengan kasus-kasus besar dan
penting di Indonesia, kasus ini tidak mewujudkan keadilan dalam arti yang sebenarnya.
Putusan hakim harus memperhatikan tidak hanya kejelasan hukum, tetapi juga dengan rasa
keadilan masyarakat. Keadilan itu sendiri menghendaki adanya keseimbangan antara hak dan
kewajiban, moral, pertimbangan hukum, dan nilai dalam masyarakat. hakim harus
menyelidiki, mematuhi, dan memahami standar hukum dan rasa keadilan yang ada dan hidup
dilingkungan masyarakat. Hukum positif memiliki nilai keadilan yang terbatas, sedangkan
hukum dan kehidupan yang ada dalam masyarakat memiliki derajat keadilan jangka Panjang.
Peraturan perundang-undangan yang baik harus mampu memenuhi rasa keadilan yang
berkembang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan yang ada dalam masyarakat. Dapat dilihat
bahwa penegakan hukum dan pemerintahan saat ini belum berpihak pada rakyat, dan sering
sekali tidak membantu kaum minoritas dalam memperoleh keadilan ketika berhadapan
dengan hukum. Mereka mencuri barang curian berupa 2 buah susu bayi, snack, puluhan
minyak telon dan kayu putih, parfum, dan 2 hand body semata-mata karena kebutuhan
ekonomi yang terdesak. MRS datang ke Blitar bersama keponakannya YLT dan juga seorang
bayi yang baru berusia 3 bulan untuk mencari bantuan dari saudaranya karena suami dari
MRS lumpuh dan sedang memerlukan bantuan. Dengan mengkaji Undang-Undang
Kekuasaan Kehakiman, seharusnya hakim dapat menegakkan hukum yang adil. Putusan
hakim akan mewakili rasa keadilan bagi masyarakat. Apakah adil apabila dalam kasus ibu
pencuri ini mendapatkan vonis maksimal 9 tahun penjara sedangkan kasus maling uang
rakyat hanya mendapatkan vonis 4,5 tahun penjara bahkan mendapatkan fasilitas yang lebih.
Putusan hakim yang menyatakan ibu-ibu tersebut bersalah mencuri susu dan minyak kayu
putih, tidak mewakili rasa keadilan masyarakat. Putusan hakim harus memperhatikan tidak
hanya kejelasan hukum, tetapi juga dengan rasa keadilan masyarakat. Disini hakim bisa
dibilang telah menyalahgunakan kekuasaannya dengan tidak memperhatikan seberapa besar
kerugian yang diperoleh jika kita bandingkan dengan para pelaku tindak korupsi. Bahkan
kerugian yang diperoleh tidak ada seperempat dari kerugian yang dilakukan oleh para
koruptor

1b. Berikan contoh kasus hukum lainnya dan analisis menggunakan hukum dan masyarakat!
tuliskan link sumber beritanya.

Jawab :

Kasus nenek pencuri tiga buah kakao yang divonis 1 bulan penjara, kasus nenek Asyani yang
terdakwah mencuri 2 batang pohon jati divonis 1 tahun penjara. Sebelum menelusuri lebih
lanjut, detikcom menemukan kejanggalan mendasar dari pesan berantai yang viral di media
maya tersebut. Kejanggalan itu adalah ketika menyebutkan kabupaten Prabumulih berada di
provinsi Lampung. Padahal, secara jelas dapat diketahui bahwa Prabumulih termasuk dalam
provinsi Sumatera Selatan.Penelusuran detikcom berikutnya untuk mengetahui kebenaran
kisah nenek pencuri singkong dan hakim mulia adalah memverifikasi foto yang tercantum
pada kisah tersebut. Ternyata foto tersebut benar adanya, namun foto itu terkait dengan kasus
lain yang terjadi beberapa waktu yang lalu.Foto itu sebenarnya adalah foto dari nenek Minah
(55 tahun) yang diadili tahun 2009 karena kasus mencuri tiga buah kakao di di perkebunan
milik PT Rumpun Sari Antan (RSA), Sidoarjo. Atas dasar perbuatannya itu nenek Minah
diganjar 1 bulan 15 hari penjara dengan masa percobaan 3 bulan. Hakim waktu menjatuhkan
vonis itu membacakannya sambil menangis.

Sumber: "Pengadilan Nenek Tua dan Hakim Mulia" selengkapnya https://news.detik.com


/berita/d-3208088/pengadilan-nenek-tua-dan-hakim-mulia.

Penyidik Polres Banyumas, seharusnya tidak melihat kasus tersebuthanya dari hukum positif
saja, melainkan harus juga melihatnya dari perspektifhukum progresif. Penegakan hukum
sering mengingkari rasa keadilan. Penegakanhukum ini terlihat jika berhadapan dengan orang
lemah, yang tidak mempunyaikekuasaan dan sebagainya, hukum bisa menjadi sangat tajam.
Dari perspektifhukum progresif, maka kasus Nenek Minah idealnya tidak relevan sampai
padaranah pengadilan. Bahkan, proses penegakan hukum tersebut selainmengeyampingkan
rasa keadilan masyarakat, juga merupakan bukti bahwa kiblathukum di Indonesia adalah
hukum positivime, tanpa memperdulikan dimensisosiologis yang ada. Penegakan hukum
terhadap nenek Minah harus dilepaskandari unsur-unsur sosial serta moralitas, karena
menurut kaca mata aliran ini tujuanhukum adalah kepastian, tanpa adanya kepastian hukum
tujuan hukum tidak akantercapai walaupun harus mengenyampingkan rasa keadilan.
Padaperkembangannya terkait dengan penegakan hukum, Polisi diminta untukmenggunakan
falsafah integrasi solutif yang terdapat pada sila KeempatPancasila, yakni musyawarah yang
merupakan prioritas utama untuk mencapaikebijaksanaan yang adil dan menciptakan
perdamaian. Falsafah seperti itulahdalam hal ini bisa dijadikan alternatif atau cara lain
peradilan kriminal denganmelakukan pendekatan integrasi atau pembauran antara pelaku
dengan korban/masyarakat hingga menjadi satu kesatuan yang utuh untuk mencari solusi
denganharapan dapat kembali pada suatu hubungan yang baik dalam masyarakatnantinya.
Alternatif penghukuman inilah yang biasa disebut sebagai restorativejustice. Tidak ada
salahnya polisi mencoba menggunakan kewenangannya melaluipenerapan keadilan
restorative atau restorative justice. Keberanian polisimenerapkan keadilan restorative justice
diperlukan, agar Polri tidak selaludisalahkan dalam menangani suatu kasus, yang menurut
masyarakat telahmencederai hukum itu sendiri. Tidak ada kepentingan umum yang terganggu
jikapenyidik melakukan Diskresi. Polisi juga sebenarnya dapat melakukan
DiskresiPemidanaan kalau memang alasan dari pihak perkebunan kakao PT. Rumpun
SariAntan RSA IV Darmakradenan hanya untuk memberi efek jera. Bagi masyarakatmiskin,
dibawa ke kantor polisi saja mereka sudah ketakutan dan bisa menimbulkan efekjera.

Soal 2

Baca artikel di bawah dan kemudian berikan jawaban sesuai dengan pertanyaan!

Pekanbaru (ANTARA)- Provinsi Riau kini memiliki dua hutan adat di Kabupaten Kampar
yang sudah mendapatkan pengakuan resmi dari Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan."ini Suatu penghormatan bagi hutan adat," kata juru bicara
Tim Kerja Percepatan Pengakuan Hutan Adat Kampar (TP2HAK), Hari Oktavia di
Pekanbaru, Sabtu. Ia menjelaskan, Surat Keputusan (SK) Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tentang penetapan hutan adat tersebut bahkan secara langsung sudah diserahkan
kepada datuk yang mengelola hutan tersebut oleh Presiden RI Joko Widodo di Taman Hutan
Raya (Tahura) Sultan Syarif Hasyim, Kabupaten Siak, pada 21 Februari lalu."Biasanya SK
hutan adat diserahkan presiden di Istana Negara, tapi kita langsung Presiden datang ke Riau,"
ujarnnya. Pengakuan hutan adat merupakan bagian dari program Perhutanan Sosial
Pemerintahan Presiden Joko Widodo, untuk memberi akses legal kepada masyarakat untuk
kelola kawasan hutan. Ada lima skema perhutanan sosial yaitu hutan desa, hutan
kemasyarakatan, hutan tanaman rakyat, kemitraan, dan hutan adat. Empat skema lainnya
berupa pemberian izin pengelolaan dengan jangka waktu hingga 35 tahun. Tapi hutan adat
bukan pemberian izin, tapi perlakuan berbeda dengan empat skema yang lain. Ini tanpa
jangka waktu, diberikan kepada masyarakat adat yang secara nyata tegakan hutannya ada dan
fungsi adat masih berjalan,'katanya. Dua hutan adat yang sudah diakui tersebut adalah Hutan
Adat Imbo Putui untuk Kenegerian Petapahan seluas 251 hektare, dan Hutan Adat
Kenegerian Kampa seluas 156,8 hektare. Untuk hutan adat kenegerian Kampa terbagi dalam
dua hamparan, masing-masing diberi nama Ghimbo Lidah dan Ghimbo Pomuan Kenegerian
Kampar. "Mengapa pengakuan ini penting karena berkaitan dengan eksistensi masyarakat
adatnya. Tegakan yang ada disana buktikan mereka mampu kelola hutan,"katanya. Ia
mengatakan hutan adat berfungsi melindungi kawasan hutan sebagai habitat satwa selain
untuk fungsi ekonomi, sosial dan adat masyarakat setempat. Hutan adat juga merupakan salah
satu solusi penyelesaian konflik sumber daya alam. (sumber: https://www.
antaranews.com/berita/1326538/riau-miliki-dua-hutan-adat-yang-diakui-pemerintah)

Pertanyaan:

2a. Kaitkan berita tentang hutan adat di atas dengan teori aliran Sociological Jurisprudence
Eugen Ehrlich!

Jawab :

Dua hutan adat di Kabupaten Kampar yang berlandaskan hukum Adat memiliki keterkaitan
yang erat dengan pembentukan sistem hukum nasional sebagaimana pendapat Von Savigny
yang mengatakan bahwa budaya masyarakat merupakan bagian dari sistem hukum karena
hukum tidak lahir dari suatu tindakan yang bebas (arbitrary act of a legislator), melainkan
dibangun dan dapat ditemukan dari jiwa masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa hukum
berasal dari kebiasaan yang selanjutnya dibuat melalui suatu aktivitas hukum (juristic
activity). Hal tersebutlah yang melatarbelakangi Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960, yang
pada Lampiran A Paragraf 402 menetapkan bahwa Hukum Adat merupakan asas-asas
pembinaan hukum nasional, yang merupakan garis-garis politik di bidang hukum. Terdapat
suatu alasan logis terkait mengapa masyarakat khususnya di Indonesia sendiri dapat patuh
kepada living law sebagai hukum yang dibangun dan berkembang tanpa dengan cara paksaan.
Yaitu karena hukum tersebut telah menjadi kebiasaan masyarakat tersebut sehari-hari dalam
kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Sehingga tidak sulit untuk menyesuaikan diri
mematuhi hukum yang ada. Kemudian, masyarakat sangat menghormati nilai dan
kepercayaan yang ada sejak negara tersebut berdiri. Terakhir, nilai-nilai yang sekian lama
telah dipercaya oleh masyarakat tersebut sering kali menjadi pengingat dalam bertingkah
laku. Sehingga agar sebuah pelaksanaan undang- undang dapat dijalankan dengan baik, maka
sudah sepatutnya tatanan hukum yang ada dibentuk sesuai dengan living law yang hidup di
masyarakat. Begitupun hal yang diusahakan oleh Roscoe Pound pada saat menguraikan
tujuan Sociological Jurisprudence. Ia berpendapat bahwa suatu tatanan hukum, yang efektif
adalah ketika hukum tersebut bisa dijalankan tanpa adanya paksaan, disertai sanksi dan
ancaman yang tidak lain bertujuan untuk menakuti masyarakat agar senantiasa patuh terhadap
hukum tersebut. Sebagai pencetus sosiologi hukum, Roscoe Pound juga berpendapat bahwa
secara filosofis dan sosiologis, hukum dapat diartikan sebagai adat kebiasaan sosial yang
tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tujuan ini dapat diperoleh dengan
melihat sejauh mana nilai-nilai yang tercermin secara turun-termurun dalam masyarakat.
Kemudian, nilai tersebutlah yang menjadi suatu patokan dasar dalam kehidupan bersosial dan
bernegara yang tidak dapat dilepaskan dari masyarakat kabupaten Kampar

2b. Simpulkan berbagai aliran filsafat hukum yang mendasari tumbuh kembangnya hukum
dan masyarakat!

Jawab :

Aliran Hukum Alam

Aliran ini berpendapat bahwa hukum berlaku universal (umum). Menurut Friedman
menyatakan bahwa aliran ini timbul karena kegagalan manusia dalam mencari keadilan yang
absolut sehingga hukum alam dipandang sebagai hukum yang berlaku secara universal dan
abadi.

Aliran Hukum Positif

Sebelum aliran ini lahir, telah berkembang suatu pemikiran dalam ilmu hukum yang disebut
dengan Legisme yang memandang tidak ada hukum di luar undang - undang yang dalam hal
ini satu- satunya sumber hukum adalah undang - undang.

Aliran Utilitarianisme

Pelopor dari utilitarianisme adalah Jeremy Bentham (1748 - 1832), seorang filosof dan ahli
hukum Inggris. Utilitarianisme adalah filsafat yang menekankan pada manfaat berupa
meningkatnya kesenangan (pleasure). Oleh karenanya, ada juga yang menyebut aliran ini
dengan suatu istilah yang negatif, yaitu hedonisme atau mementingkan kesenangan.
Utilitarianisme merupakan etika konsekuensi (consequences), yaitu menekankan pada
konsekuensi yang terjadi, yaitu apakah konsekuensinya benarbenar membawa kesenangan
ataukah tidak. Utilitarisme mengabaikan maksud (intentions). Sekalipun maksudnya untuk
meningkatkan kesenangan tetapi konsekuensinya tidak, maka ini tidak sesuai dengan prinsip
kemanfaatan.

Aliran Sejarah

Abad 19 di Eropa melahirkan aliran - aliran yang memberikan tekanan penting terhadap
sejarah, yaitu aliran sejarah (historical school) atau ilmu hukum bersifat sejarah (historical
jurisprudence) dan Marxisme. Walaupun kedua pandangan tersebut dapat dikatakan tidak ada
kaitannya satu dengan yang lain, tetapi karena keduanya memberikan perhatian terhadap
sejarah maka dibicarakan bersama - sama dalam bagian ini.

Aliran Sosiologis (Sociological Jurisprudence)

Awal abad 20 merupakan masa lahirnya pandangan-pandangan hukum yang memanfaatkan


temuan - temuan dalam sosiologi. Roscoe Pound (1870 - 1964) adalah pelopor dari aliran
sosiologis. Pandangannya dikenal sebagai ilmu hukum sosiologis (sociological
jurisprudence) yang berpengaruh besar sampai sekarang. Roscoe Pound dalam The Task of
Law, 1943, menulis bahwa sarjana - sarjana hukum abad 18 yang memahamkan hukum
sebagai perumusan akal dan sarjana - sarjana hukum dari aliran historis yang memahamkan
hukum sebagai perumusan pengalaman telah melakukan kekhilafan karena tidak melihat
keseluruhannya

Aliran Legal Realism

Latar belakang realisme hukum dapat diletakkan paa teori keputusan dari John Chipman
Gray. Kata -kata terkenal dari John Chipman Gray ialah All the law is Judge-made
law. Realisme hukum (legal realism) muncul di awal abad 20. Realisme hukum pada
hakikatnya bukan merupakan suatu aliran melainkan suatu gerakan, yaitu gerakan yang
dipelopori terutama oleh sejumlah hakim. Gerakan ini diawali oleh sejumlah hakim yang
menentang positivisme hukum atau analytical jurisprudence. Gerakan realisme hukum ini
berpusat di Amerika Serikat, sehingga di sana dinamakan American Legal Realism, walaupun
di beberapa negara Eropa ada pula gerakan - gerakan semacam itu.

Anda mungkin juga menyukai