Anda di halaman 1dari 15

Seonggok Kayu

Pembawa Petaka
Nenek Asyani
Kelompok 5
Tatacara Peradilan dan Perlindungan Hukum

2 3 10
Anggun Mustika R Aulia Choirunnisa Elsa Charisma S

11 32 33
Estha Meyla E D Vania Almira Varisa Najwa
1 Pendahuluan
Latar belakang
Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 amandemen
ke III, menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum. Hal ini
berarti bahwa Indonesia harus menjunjung tinggi hukum serta dalam tindakannya harus didasarkan
pada hukum atau peraturan yang diciptakan untuk mengatur suatu tatanan di dalam pemerintahan,
termasuk juga warga negaranya.Pemberian putusan yang jatuhkan oleh hakim tidak selalu
memberikan rasa keadilan. Karena pertimbangan hakim dalam setiap kasus itulah yang sangat
menentukan keadilan dalam putusan tersebut. Apakah lebih condong ke penerapan hukum yang
positivistik atau lebih condong ke prinsip kemanusiaan.
Kasus Nenek Asyani ini dapat menjadi contoh, yang menggambarkan fenomena penegakan
hukum di Indonesia itu seperti pisau, yaitu tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas.Ini merupakan
sebuah realita, ketika seharusnya semua manusia sama derajatnya di mata hukum, ternyata status
ekonomi yang lemah membuat masyarakat miskin tidak dihargai dan mengalami ketimpangan
proses hukum. Namun, realita masyarakat miskin yang tidak dihargai dan memperoleh
ketimpangan dalam proses hukum akan berbalik 180 apabila kasusnya mencuat di media massa,
televisi ataupun internet serta didukung partisipasi publik yang sangat antusias dalam masalah
penegakan hukum
Rumusan Masalah

Bagaimana Bagaimana analisa


01 kronologo terjadi nya 02 pelanggaran nilai nilai
kasus nenek Asyani? dasar pancasila ?

Bagaimana solusi
Apa sebab akibat
03 kasus tersebut ? 04 penyelesaian kasus
tersebut ?
Tujuan

1 Mengetahui kronologo terjadi nya kasus nenek Asyani.

2 Dapat menganalisa pelanggaran nilai nilai dasar pancasila.

3 Mengetahui sebab akibat kasus nenek Asyani

4 Mengetahui solusi penyelesaian kasus tersebut


Manfaat

Menambah
Dapat memberikan Mengetahui kasus
wawasan dan
sumbangan pelanggan hak dan
pengetahuan
pemikiran bagi penyimpanan
mengenai tata cara
berbagai pihak kewajiban
peradilan
2. Landasan Teori
Indonesia sebagai negara hukum seharusnya mampu menegakkan hukum, dan tidak memihak pada siapapun
seperti yang telah tertulis dalam UUD 1945 pasal 27 (1) dimana semua orang akan diperlakukan dengan sama
didepan hukum. Tetapi di Indonesia nilai hukum belum bisa memberikan keadilan untuk masyarakat yang
tertindas. Ketidakadilan hukum terhadap rakyat miskin. Salah satu kasus yang sempat menarik perhatian
public adalah kasus nenek Asyani yang sudah berusia 67 tahun, tidak pernah terpikirkan oleh nenek Asyani
bahwa ia akan diperhadapkan dengan yang namanya hukum dan tinggal dibalik jeruji besi. Karena nenek
Asyani dituduh mencuri kayu jati yang ada disekitar lingkungan tempat ia tinggal tepatnya didesa Jatibanteng,
Situbondo Jawa timur. Dari kasus ini pihak perhutani juga mendapat teguran dari menteri kehutanan yang
berupa sepucuk surat mengenai Undang Undang pencegaha dan pemberantasan perusakan hutan. Pada saat
hakim mengetuk palu dan menyatakan bahwa nenek Asyani bersalah, nenek Asyani tidak mampu lagi
membendung amarahnya. Diusianya yang sudah tidak muda lagi nenek Asyani tidak terima kalau iya
dinyatakan bersalah dan divonis hukum penjara dengan 1tahun 3 bulan masa percobaan serta didenda sebesar
Rp 500 juta subside 1 hari hukuman percobaan. Nenek Asyani juga berkata bahwa tidak ada gunanya juga
jika ia “bersumpah mati” dan nenek Asyani juga yakin bahwa ada kasus suap menyuap diantara pihak
perhutani dan hakim, karena nenek Asyani merasa bahwa ia tidak bersalah dan dia tidak mencuri kayu jati
tersebut. Nenek Asyani juga sudah mengatakan bahwa kayu jati tersebut diambil dari lahan miliknya sendiri
oleh almarhum suaminya pada saat 5 tahun yang lalu.Dari kasus tersebut timbul satu pertanyaan dari dalam
lubuk hati masyarakat Indonesia “APA YANG TERJADI DENGAN HUKUM YANG ADA DI
3. Analisa Kasus
A. Kronologis Peristiwa
Asyani seorang nenek yang dilaporkan ke polisi gara-gara pencurian 38 batang
kayu jati sudah menjalani sidang. Dalam sidangnya nenek yang berumur 45 tahun
ini tak kuasa menahan tangis, akibat laporan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa
Timur.Sekretaris Divisi Regional Perum Perhutani Jatim Yahya Amin mengatakan,
pada operasi gabungan tersebut juga diamankan kayu jati ilegal di rumah Cipto
alias Pit bin Magiyo (47). Pria dengan pekerjaan tukang kayu itu beralamat di
Dusun Secangan Desa Jatibanteng Kabupaten Situbondo."Sementara, barang bukti
yang diamankan sebanyak 38 batang kayu jati olahan (0,125 meter kubik)
mempunyai ukuran beragam. Terbesar mencapai 200 x 2 x 15 centimeter dan
terkecil 90 x 3 x 8 centimeter," ungkap Yahya.Pada kasus tersebut, kata dia, Cipto
diduga melakukan tindak pidana memiliki kayu jati hasil hutan sebagaimana
dimaksud pada pasal 12 huruf d dan m juncto pasal 83 (1) huruf a dan pasal 87 (1)
huruf m berdasarkan UU RI Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan.Namun, hasil pemeriksaan di Polsek Jatibanteng
menyatakan bahwa kayu tersebut milik Asyani (45) dengan alamat Dusun Kristal
RT 02 RW 03 Desa Jatibanteng Kecamatan Jatibanteng Kabupaten Situbondo.
B. Analisa Pelanggaran
Nilai Dasar Pancasila
Pada kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa
kejadian tersebut telah melanggar sila ke-5
Pancasila.Kasus yang dilanggar pada sila ke-5
adalah buktinya, untuk menyeret Nenek
Asyani ke meja hijau, penegak hukum tak
perlu waktu lama. (Nilai dasar)
Pasal 33 ayat 3: Tanah, air, dan sumber daya
alam yang dikandungnya telah dikendalikan
oleh negara dan digunakan untuk
kesejahteraan rakyatnya secara maksimal.
(Nilai instrumental)
C. Sebab Akibat
Sebab Akibat
Kemiskinan yang menyebabkan Pelaku dengan hukuman yang tidak
nenek asyani mencuri karena ia seimbang dengan yang lebih
membutuhkannya untuk menguntungkan kaum elite dan
hidup,sedangkan negara taat pada menindas kaum alit akan berakibat
hukum bahwa nilai ekonomi barang yang sangat fatal misalnya apabila
curian menurut hakim tidak prinsip. orang tersebut tidak kuat mental,
Akan tetapi, barang orang lain yang maupun kondisi fisik terpidana di
diambil tanpa sepengetahuan sudah dalam jeratan hukum penjara akan
memenuhi unsur pencurian dan drop. sebagian besar masyarakat
hukum memang harus ditegakkan. miskin kita memiliki posisi tawar yang
sangat lemah di hadapan hukum,
bahkan sering kali masyarakat miskin
menjadi korban dari hukum itu
D. Solusi Penyelesaian
Seharusnya aparat penegak hukum harus lebih jeli dalam
proses peradilan pidana. dimana kasus kecil tidak dibawa ke
meja peradilan, namun bukan berarti kasus kecil seperti ini
tidak diadili sesuai hukum yang berlaku, proses hukum tetap
harus berjalan. Selain itu hukum juga harus kembali lagi ke
tujuannya untuk mencari keadilan, dimana tidak ada
diskriminasi. Harus ada sistem dan media yang tepat dalam
mengangani kasus seperti ini, agar proses hukum tetap
berjalan tapi tetap tidak mengusik rasa keadilan masyarakat.
BAB 4
KESIMPULAN
1. kasus nenek asyani tersebut termasuk pelanggaran
dalam hak untuk mengemukakan pendapat dan
perlakuan dalam tata cara hukum tidak sama.
2. Dalam kasus nenek Asyani diatas sangatlah tidak
mencerminkan suatu keadilan seperti makna keadilan
yang ada apabila jika dibandingkan dengan kasus-
kasus besar yang ada di indonesia.
3. Dari kasus ini kita bisa menilai bahwa hukum di
negara kita belum mampu memberikan keadilan
kepada rakyat biasa yang tidak punya harta, posisi
dan status yang tinggi.
SARAN
1. Semestinya aparat hukum
menjunjung tinggi asas
kepantasan dan restorative
justice, yakni mengalihkan dari
proses pidana untuk diselesaikan
secara musyawarah.
2. Sebaiknya pihak aparat
hukum memiliki sikap rasa
kemanusiaan dan toleransi yang
tinggi sesama manusia
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, and includes icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai