Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun Tugas Bahasa Indonesia ini dengan
baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu“Pendidikan Karakter” itu sangat berarti
untuk anak bangsa dari mulai dini. Semuanya perlu dibahas pada makalah ini kenapa
Pendidikan Karakter itu sangat diperlukan serta layak dijadikan bagaikan modul pelajaran.
Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang keberadaan Pendidikan
Karakter untuk kemajuan bangsa. Mudah- mudahan makalah yang kami buat ini bisa
menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih
banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk Guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam
penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima
kasih.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………..

Daftar Isi ……………………………………………………………………

Bab I PENDAHULUAN ………………………………………………

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………

1.3 Tujuan Masalah ………………………………………………….

Bab II PEMBAHASAN …………………………………………………

2.1 Permasalahan/Studi Kasus Nenek Asyani……………………………………..

2.2 Penyebab Terjadinya Kasus Nenek Asyani ……………………………

2.3 Dampak Kasus Nenek Asyani…………………………………………

2.4 Penyelesaian Kasus Nenek Asyani…………………………………….

Bab III PENUTUP ………………………………………………………….

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………

Daftar Pustaka ……………………………………………………………….


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, merupakan salah satu sila yang menjadi
landasan sekaligus cita-cita bangsa Indonesia. Butir ke lima yang tercantum dalam Pancasila
tersebut merupakan bagian dari ideologi dan landasan hidup negara Indonesia. Namun,
faktanya masalah ketidakadilan merupakan salah satu persoalan yang cukup krusial di negara
ini. Berbagai ketimpangan sosial ekonomi semakin mencolok. Masyarakat yang tidak mampu
semakin sulit mendapatkan akses terhadap kebutuhan dasarnya seperti pekerjaan, kesehatan,
pendidikan, tempat tinggal yang layak dan keadilan hukum.
Saat ini Indonesia dilanda suatu fenomena yang memprihatinkan di tengah upaya
demokratisasi yang sedang berlangsung. Hal ini dapat dilihat di mana beberapa waktu
belakangan Indonesia acap kali dihadapkan pada berbagai fenomena ketidakadilan yang
mengiris hati. Seperti hukum yang tidak memihak masyarakat kecil, maraknya praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme, berkeliarannya mafia kasus di institusi-institusi penegak
hukum, penggelapan pajak, penyalahgunaan kekuasaan, praktik jual beli kasus, sampai vonis
hukuman pengadilan yang tidak adil antara mereka yang kaya dengan yang tidak punya.
Bagi masyarakat kalangan bawah perlakuan ketidakadilan sudah biasa terjadi. Namun
bagi masyarakat kalangan atas atau pejabat yang punya kekuasaan sulit rasanya menjerat
mereka dengan tuntutan hukum. Kasus nenek bernama Asyani berumur 63 tahun di
Sitobondo jawa timur. Seorang nenek tua ini dituduh mencuri 7 batang kayu jati dilahannya
sendiri dan dijerat serius dengan undang-undang illegal logging. Kasus ini adalah salah satu
contoh ketidakadilan hukum di Indonesia. Sangat mudah menjerat hukum terhadap Nenek
Asyani, gampang sekali menghukum seorang yang hanya mencuri satu buah semangka,
begitu mudahnya menjebloskan ke penjara suami-istri yang kedapatan mencuri pisang karena
keadaan kemiskinan. Namun demikian sangat sulit dan sangat berbelit-belit begitu akan
menjerat para koruptor dan pejabat yang tersandung masalah hukum di negeri ini. Fakta ini
sangat diskriminatif dan memalukan sistem hukum dan keadilan diIndonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana permasalahan/studi kasus Nenek Asyani?


2. Apa penyebab terjadinya kasus Nenek Asyani?
3. Apa dampak dari kasus Nenek Asyani?
4. Bagaimana penyelesaian kasus Nenek Asyani?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui permasalahan kasus Nenek Asyani


2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kasus Nenek Asyani
3. Untuk mengetahui dampak dari kasus Nenek Asyani
4. Untuk mengetahui penyelesaian kasus Nenek Asyani
BAB II PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan/Studi Kasus Nenek Asyani

Hukum di indonesia hingga saat ini masih menjadi persoalan yang cukup
pelik. Setiap hari dapat di saksikan sejumlah kasus hukum yang di beritakan melalui
media masa. Sepertinya hukum di indonesia telah merusak hingga ke sendi-sendi dan
mungkin telah menjadi kebiasaan yang di anggap wajar di negri ini. Ada beberapa
contoh kasus hukum di indonesia yang melibatkan para pejabat negara dan ada pula
yang melibatkan aparat penegak hukum itu sendiri. Tak sedikit pula hukum yang
melibatkan rakyat-rakyat “kecil”. Memang hukum tidak berpandang bulu. Siapa saja,
dihadapan hukum berkedudukan sama. Itulah dasar penegakan hukum yang adil di
Indonesia.
Ketidak adilan hukum kini muncul lagi di negeri ini, sungguh mengerikan dan
menyedihkan sekali jika ketidakadilan hukum itu terjdi pada seorang nenek bernama
asyani berumur 63 tahun di Sitobondo jawa timur. Seorang nenek tua ini dituduh
mencuri 7 batang kayu jati dilahannya sendiri dan dijerat serius dengan undang-
undang illegal logging.
Dalam kasus nenek Asyani ini terdapat beberapa kejanggalan. Kayu jati yang
diduga dicuri oleh nenek Asyani itu berukuran kecil hanya sekitar 10 sampai 15
centimeter. Sedangkan kayu jati milik Perhutani yang hilang berdiameter 100
centimeter. Selain itu kasus ini pun dilaporkan pada Juli 2014 lalu, dan nenek Asyani
ditahan sejak Desember 2014. Sementara persidangan baru dibuka tiga bulan
kemudian. Bayangkan bagaimana keadaan nenek itu di dalam penjara, seharusnya
aparat hukum mempunyai kebijaksanaan terhadap nenek Asyani yang sudah berusia
lanjut. Kasus nenek asyani sungguh membuat marah dan geram para masyarakat dan
keluarga yang tiada hentinya memberikan dukungan kepada seorang nenek tua ini,
upaya keluarga melakukan pembeaan kepada nenek asyani dengan diwakilkan kepada
kepala desa setempat tidak diindahkan oleh aparatur hukum, justru aparatur hukum
akan menindak lanjuti kasus nenek asyani. Sungguh miris hati kita mendengar kasus
nenek Asyani yang sudah tua tetapi diperlakukan dengan tidak adil, di mana dia
ditahan sebelum diadakan persidangan, seolah-olah dia seorang kriminal yang
berbahaya dan telah merugikan rakyat banyak. Ditambah lagi ancaman hukuman 5
tahun penjara dan penanganan kasus tersebut yang terkesan berlarut-larut tanpa
penyelesaian.
Dari kasus tersebut kita bisa menilai bahwa hukum di negara kita belum
mampu memberikan keadilan kepada rakyat biasa yang tidak punya harta, posisi, dan
status yang tinggi. Hukum kita banyak membiarkan kasus-kasus berat jika pelakunya
mempunyai harta dan kekuasaan. Orang biasa yang melakukan pelanggaran langsung
dijebloskan ke penjara, meskipun melakukan pelanggaran kecil. Sedangkan para
pejabat yang melakukan korupsi sampai miliaran, bahkan triliunan dapat berkeliaran
dengan bebas. Meskipun ada beberapa koruptor yang dipenjara, mereka masih
menikmati fasilitas mewah di dalam tahanan, bahkan lebih mewah dari orang biasa
yang tinggal di luar penjara. Kasus ketidakadilan hukum yang dialami nenek Asyani
dan rakyat lainnya mencerminkan bahwa hukum di Indonesia itu tumpul ke atas tetapi
tajam ke bawah.
Menurut Kelompok kami tentang kasus nenek asyani yang mencuri 7 batang
kayu itu sangat bertentangan dengan nilai-nilai pancasila yang di sila ke 2 dan ke 5
karna sila kedua itu mengandung arti kemanusiaan yang beradab jadi seharusnya
majelis hakim itu harus mempunyai rasa kemanusiaan karna nenek asyani yang sudah
berumur 63tahun itu sudah sangat tua dan sudah rentan sekali dengan penyakit. Dan
juga untuk pihak pelapor itu sangat tidak mempunyai rasa kasihan sekali kepada
nenek asyani ,padahal nenek asyani itu tidak mengambil kayu tersebut.
Lalu sila yang ke 5 itu megandung arti keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Dalam kasus tersebut hakim itu sangat tidak adil sekali kepada nenek
asyani karna ia menjatuhkan hukuman 1 tahun penjara dan 15bulan masa percobaan
padahal kasus yang seperti pencurian ikan di wilayah Indonesia iu cuman 6 bulan dan
denda 200jt. Dalam kasus itu sepertinya ganjal sekali majelis hakim menyatakan
bahwa nenek asyani melanggar Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan ,padahalkan nenek asyani tidak
merusak hutan masa bisa dikenakan pasal tersebut seharusnya pasal tersebut untuk
orang-orang yang melakukan pengrusakan hutan seperti membakar hutan,
pembalakan liar dan lain lainya. Sangat disayangkan sekali hukum di Indonesia masih
sangat menjerat kaum bawah seperti pepatah seperti ini : hukuman di Indonesia itu
runcing kebawah tumpul ke atas .
Artinya hukuman bagi kalangan masyakarat miskin bahwa itu sangat berat
sekali padahal pelanggaran yang dibuat masyarakat miskin itu tidak begitu besar
dampak nya seperti kasus nenek asyani. Lalu bagi kaum kalangan yang mempunyai
uang ,hukum itu bisa dibeli dalam artian kalo punya uang hukuman bisa di kurangin
kaya seperti kasus korupsi yang merugikan Negara mencapai puluhan milyar dan
dihukum hanya 9 bulan.

3.2 Penyebab Terjadinya Kasus Nenek Asyani

Banyak kasus-kasus ketidakadilan hukum yang terjadi. Kasus ketidakadilan


hukum yang lagi dibicarakan saat ini adalah kisah yang dialami nenek Asyani (63) ini
benar-benar menggambarkan pepatah yang populer di masyarakat, “ hukum di negeri
ini tumpul ke atas, tajam ke bawah “.Asyani dilaporkan oleh sejumlah polisi hutan ke
Polsek Jatibanteng pada 4 Juli 2014. Nenek empat anak itu kemudian ditahan pada 15
Desember 2014. Asyani diseret ke Pengadilan Negeri Situbondo Jawa Timur dengan
tuduhan mencuri 38 papan kayu jati di lahan Perhutani di Desa Jatibanteng,
Situbondo.Asyani adalah tukang pijat. Dia didakwa dengan Pasal 12 huruf d juncto
Pasal 83 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Perusakan Hutan dengan ancaman hukuman penjara 5 tahun.
Kasusnya kecil, namun cara negara menanganinya luar biasa kusut. Kekusutan
tersebut merupakan dampak dari problem akut penegakan hukum di Indonesia. Mulai
dari penghambatan aparatur negara kepada uang dan kekuasaan; buruknya sistem
administrasi negara; ketidakpedulian aparat dalam menegakan teks hukum hingga
masalah terputusnya sistem pidana terpadu (integrated criminal justice system).
Penyebab semua problem utama tersebut dikunci dalam satu frasa, yakni
kanibalitas hukum. Dalam arti, hukum menunjukan wataknya sebagai homo homini
lupus yang memangsa wong cilik namun memanjakan mereka yang berduit dan
berkuasa. Itulah kasus nenek Asyani, warga Dusun Kristal, Jatibanteng, Situbondo,
yang dituduh mencuri 38 batang kayu jati milik Perum Perhutani di desa setempat.

3.3 Dampak Negatif dari Kasus Nenek Asyani

1. Dampak Negatifnya Bagi Masyarakat


Masyarakat miskin kerap menjadi korban dari penegakan hukum yang tidak adil.
Kita sering mendengar anekdot sosial yang berkembang dan menjadi pembicaraan
di tengah kehidupan masyarakat terkait dengan penegakan hukum atas masyarakat
miskin ini. “Jika si miskin melaporkan kasus pencurian ayam ke pihak kepolisian,
maka ia akan kehilangan sapi." Pernyataan ini tentunya menohok praktik
penegakan hukum di negeri ini.

2. Dampak Negatifnya Bagi Negara


Menurut kelompok kami dampak negatifnya bagi negara yaitu warga negara
menjadi ragu-ragu akan adanya keadilan hukum, oleh karena banyak kasus kecil
yang dibesar-besarkan, namun banyak kasus besar yang ditutup-tutupi.

3.4 Penyelesaian Masalah

1. Saran Kelompok
Seharusnya aparat penegak hukum harus lebih jeli dalam proses peradilan pidana.
Mungkin dapat meniru sistem di negara maju, yaitu out of the court settlement,
dimana kasus kecil tidak dibawa ke meja peradilan, namun bukan berarti kasus
kecil seperti ini tidak diadili sesuai hukum yang berlaku, proses hukum tetap harus
berjalan. Selain itu hukum juga harus kembali lagi ke tujuannya untuk mencari
keadilan, dimana tidak ada diskriminasi. Harus ada sistem dan media yang tepat
dalam mengangani kasus seperti ini, agar proses hukum tetap berjalan tapi tetap
tidak mengusik rasa keadilan masyarakat.

2. Undang-Undang Kasus Nenek Asyani


Undang Undang Nomor. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan atau Undang Undang
Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
(P3H) dengan ancaman sanksi pidana bagi barangsiapa yang secara melawan
hukum melanggarnya". Nenek Asyani didakwa dengan Pasal 12 juncto Pasal 83
UU Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Pengrusakan
Hutan. Ia dituduh mencuri kayu jati milik Perhutani yang ia tebang sekitar 5 tahun
lalu.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai