Anda di halaman 1dari 14

PAPER FILSAFAT PANCASILA

“HUKUM DI INDONESIA DITINJAU DARI KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH


RAKYAT INDONESIA”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Filsafat Pancasila

Dosen : Dr Agustinus Wisnu Dewantara, S.S., M.Hum.

Oleh :

Ria Dwi Trifena (3803019020)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS BISNIS

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

KAMPUS MADIUN

2020
HUKUM DI INDONESIA DITINJAU DARI KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH
RAKYAT INDONESIA

ABSTRAK

Hukum merupakan suatu aturan, dengan tujuan untuk mengatur kegiatan berbangsa dan
bernegara, mengatur kehidupan bermasyarakat. Hukum bersifat memaksa dan mengikat tanpa
memandang golongan apapun itu. Hukum berlaku bagi semua orang. Tapi pada kenyataannya
yang terjadi ialah hukum yang hanya berlaku untuk masyarakat kecil menengah kebawah,
dan sangat sulit untuk menjatuhi hukuman kepada golongan kelas atas karena biasanya
mereka menggunakan uang dan kekuasaan mereka untuk membebaskan mereka dari suatu
perkara. Seperti contoh kasus korupsi, yang merupakan tindak kejahatan yang cukup serius
namun mereka mendapatkan hukuman dengan rata-rata 2 tahun. Dan mereka bisa menikmati
fasilitas mewah di dalam penjara, bahkan terkadang ada yang bisa bebas keluar masuk
penjara. Dari sinilah hukum yang ada di Indonesia bisa di katakan “tumpul ke atas tetapi
tajam kebawah”. Rakyat yang kecil semakin menderita, golongan yang berkorupsi semakin
menjadi-jadi. Lalu dimanakah letak keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?

Kata kunci : hukum, korupsi, ketidakadilan


A. PENDAHULUAN

5 Kasus Hukum Aneh Dan Janggal Yang Hanya Terjadi Di


Indonesia

Boombastis.com – Membicarakan tentang kasus hukum yang terjadi di Indonesia rasanya


tidak ada habisnya. Banyak di antaranya yang aneh dan membuat kita tertawa, bagaimana
bisa ada kasus yang berat dan dihukum ringan lalu kasus yang sebenarnya tidak penting
untuk dibawa ke ranah hukum malah dijatuhi vonis bertahun-tahun?
Salah satu berita yang menyayat hati adalah Nenek Asyani, menebang kayu jatinya sendiri
malah dituduh mengambil milik Perhutani dan dipenjara. Aneh dan janggal bukan?
Mengingat kasus pencurian kayu di Indonesia lebih banyak yang bahkan sampai membabat
habis hutan tapi pelakunya masih enak-enakan menikmati hasilnya alias tidak tersentuh
hukum sama sekali. Anda penasaran dengan kasus-kasus lain yang aneh dan janggal serta
membuat nurani teriris sedih? Ini dia:

1. Jualan Benih Jagung, Malah Dipenjara


Tukirin dan Kuncoro adalah dua pria sederhana yang mencoba peruntungan menjadi penjual
benih jagung hibrida di Kediri, Jawa Timur. Namun apa daya, hanya karena benih yang
mereka jual tidak melalui tes laboratorium dan dianggap ‘membajak’ merek yang telah
terkenal, hukuman penjara mereka dapatkan.

Padahal, dua orang ini adalah petani tidak ada maksud buruk apapun. Sayangnya, menurut
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (UUSBT) mereka
bersalah dan dianggap tidak memiliki lisensi untuk menjual benih jagung hibrida seperti
merek BISI. Miris sekali bukan? Kuncoro telah dipencara tahun 2010 lalu sedangkan Tukirin
menjalani masa percobaan.

2. Kreativitas Merakit Televisi Membawa Pria Lulusan SD Masuk Bui


Hidup memang keras, yang kuat dan cerdaslah yang bertahan. Walau hanya lulusan SD, MK
(inisial) pria berusia 41 tahun ini tidak mau menyerah begitu saja. Mengandalkan kreativitas
dan juga kemampuannya di bidang elektronik ia membuat televisi baru dari piranti bekas
seperti tabung dan layar bekas.

Bukannya apresiasi yang ia dapatkan, MK malah dipenjara karena dituduh menjual barang
elektronik tak berstandar dan bisa saja berbahaya. Memang benar, harusnya seluruh alat
elektronik melewati uji kualitas namun apakah Pemerintah peduli dan memudahkan untuk hal
ini? Nyatanya tidak. Kini MK mendekam di penjara hanya karena ia mendaur ulang barang
bekas menjadi kembali layak pakai.

3. Derita Nenek Tua Tebang Jati Milik Sendiri Dan Dituduh Mencuri
Tidak pernah terlintas sedikipun dalam benak Nenek Asyani bahwa dirinya yang telah
memasuki usia senja itu akan duduk di kursi pesakitan persidangan dan meringkuk di balik
jeruji besi. Hidupnya sudah penuh dengan nestapa, ditinggal berpulang suaminya dan
menanggung beban hutang luar biasa banyaknya. Harta terakhir milik perempuan sepuh yang
masih harus membayar biaya hidup cucunya ini hanya 5 buah pohon jati yang tumbuh di
hutan dekat rumahnya.

Namun nasib buruk menimpanya. Usai menitipkan kayu jati miliknya di pengusaha mebel, ia
malah dituduh menebang kayu milik Perhutani dan didakwa hukuman penjara. Air mata tak
berhenti menetes di pelupuk matanya, salah apa ia hingga harus mendapatkan vonis seperti
itu? Janggal dan aneh sekali bukan?

4. Nenek Minah, Hanya Mencuri 3 Kakao Hukumannya Lebih Berat Dari Koruptor Kelas
Kakap
Perut yang lapar dan kondisi perekonomian yang hancur berantakan bisa membuat seseorang
melakukan apa saja. Namun bagi Nenek Minah, ia tidak akan membegal motor ataupun
merampok toko emas. Untuk sekadar membeli makanan sederhana, ia terpaksa mencuri
kakao di sebuah perkebunandi Purwokerto tahun 2009 lalu.

Lalu hukuman yang ia dapatkan? Sungguh fantastis dan luar biasa. PN memberikan ia
ganjaran vonis penjara 1 tahun 15 hari. Benar, wanita berusia 55 tahun ini harus menebus
pencurian 3 buah kakao dengan hukuman jauh lebih berat dibanding koruptor yang
mengambil uang negara hingga milyaran rupiah. Hukum memang lebih sering runcing ke
bawah.

5. Mencuri Sandal Jepit Dihukum 5 Tahun di Balik Jeruji Besi


Sepertinya yang namanya pencurian sandal jepit agak lumrah di Indonesia, apalagi jika di
keramaian. Mencuri memang salah dan harus dihukum, tapi apakah pantas remaja berinisial
AAL berusia 15 tahun ini dihukum 5 tahun penjara hanya karena sandal jepit yang harganya
tidak seberapa?
B. ARGUMENTASI

Dalam kehidupan sehari-hari, suatu masyarakat pasti akan beinterraksi satu dengan yang
lainnya. Ada yang beraktivitas, sekolah, bekerja, yang semuanya melibatkan individu satu
dengan individu lainnya. Namun terkadang tidak jarang juga sering ditemui masyarakat yang
memiliki problematika/masalah dengan masyarakat lainnya. Maka dari itu, untuk mengatur
masyarakat, berbangsa dan bernegara, terbentuklah sebuah hukum.

Hukum ada dua macam. Hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Hukum tertulis
biasanya di buat oleh lembaga atau pihak yang berwang. Sedangkan hukum tidak tertulis
seperti norma-norma/ aturan-aturan yang ada di masyarakat yang terkadang secara langsung
harus di taati walaupun tidak tertulis peraturanya

Pengertian hukum, menurut wikipedia :

 Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam


masyarakat. Peraturan berisikan perintah dan larangan untuk melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur perilaku
manusia agar tidak bersinggungan dan merugikan kepentingan umum.
 Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang
berwenang untuk itu. Peraturan hukum tidak dibuat oleh setiap orang melainkan
oleh lembaga atau badan yang memang memiliki kewenangan untuk menetapkan
suatu aturan yang bersifat mengikat bagi masyarakat luas.
 Penegakan aturan hukum bersifat memaksa. Peraturan hukum
dibuat bukan untuk dilanggar namun untuk dipatuhi. Untuk menegakkannya diatur
pula mengenai aparat yang berwenang untuk mengawasi dan menegakkannya
sekalipun dengan tindakan yang represif. Meski demikian, terdapat pula norma
hukum yang bersifat fakultatif/melengkapi.
 Hukum memliki sanksi dan setiap pelanggaran atau perbuatan
melawan hukum akan dikenakan sanksi yang tegas. Sanksi juga diatur dalam
peraturan hukum.

Diberlakukannya hukum adalah untuk mengatur masyarakat, bangsa dan negara agar
tidak semena-mena dalam melakukan tindakan/kegiatan apa pun. Peraturan yang ada, yang
telah di buat oleh lembaga pun juga untuk di taati. Peraturan hukum yang tertulis biasanya
dibuat untuk acuan/menyelesaikan suatu masalah/sengketa.

Di negara kita, negara Indonesia ini. Hukum bersifat mengikat dan memaksa. Namum
dalam kenyataannya apakah hukum yang ada di Indonesia ini sudah adil bagi seluruh rakyat
Indonesia? Seperti yang tertulis pada sila ke 5 Pancasila

“Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

Pada kenyataannya, hukum yang ada di Indonesia belum sepenuhnya adil untuk
seluruh rakyat Indonesia, seperti berita yang ada di atas. Hukum lebih bersifat mengikat dan
memaksa hanya kepada kalangan kelas rendah kebawah saja. Terkadang kasus yang sepele
yang seharusnya bisa di selesaikan secara kekeluargaan, malah di bawa ke ranah hijau.
Sedangkan masalah/kasus yang besar, yang banyak merigukan orang lain justru hukumannya
bisa sangat ringan. Dan bahkan pelaku masih bisa santai berkeliran , walaupun divonis
hukuman penjara.

Salah satu contoh kasus yang seharusnya bisa di selesaikan secara kekeluagaan adalah
kasus nenek Minah yang mencuri tiga kakao di sebuah perkebunan. Demi sebuah/sesuap
makan nenek tersebut nekat untuk mencuri kakao, yang harganya tidak sampai Rp. 10.000.
Dalam kasus tersebut nenek Minah di jatuhi hukuman penjara 1 tahun 15 hari.

Coba bandingkan saja dengan kasus korupsi. Mereka mencuri uang rakyat, hanya untuk
kepentingan dan kesenangan secara pribadi. Tidak tanggung-tanggung, yang mereka curi
bukan hanya Rp. 100.000 tetapi bisa sampai miliaran rupiah. Bukan hanya satu atau dua
orang saja yang merasa di rugikan. Tetapi seluruh rakyat Indonesia. Namun apa yang terjadi?
Justru rata-rata kasus korupsi hanya di jatuhi hukuman penjara 1- 2 tahun saja.

Dari sumber berita menyebutkan :

“ICW memantau sejak 2005-saat ini menyebutkan, ada tiga kategori besar
hukuman paling dominan untuk koruptor yakni 2 tahun penjara (34 terdakwa), 1
tahun (32 terdakwa), dan 1 tahun 6 bulan (23 terdakwa). Rata-rata vonis untuk
koruptor selama Juli-Desember 2014 yakni 32 bulan atau 2 tahun 7 bulan penjara”

Iya memang benar tindakan mencuri itu adalah hal yang tidak benar, namun nenek Minah
melakukan hal tersebut supaya beliau bisa makan sesuap nasi dan harga dari 3 kakao pun
tidak lebih dari Rp. 10.000 . Apakah tidak bisa di selesaikan dengan/secara kekeluargaan?
Mengingat nenek Mirnah sendiri juga sudah sangat tua. Tetapi pada akhirnya tetap di jatuhi
hukuman penjara selama 1 tahun 15 hari.

Lalu mengapa koruptor yang biasa di sebut sebagai pencuri uang rakyat rata-rata hanya
di penjara 2 tahun saja? Jika ada sebuah timbangan hukum. Pasti kedua kasus tersebut akan
berat sebelah.

Apakah hal tersebut bisa di katakan sebagai keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia?
Apakah hukum yang ada di Indonesia hanya memihak kepada orang yang bergolongan
keatas? Apakah sekarang hukum sudah tidak ada nilainya lagi? Apakah hukum sekarang bisa
di jual? Apakah hal tersebut bisa dikatakan sebagai “Hukum tumpul keatas, tetapi tajam
kebawah”?

Iya memang benar, hukum yang ada di Indonesia sekarang ini bisa dikatakan sebagai
“hukum tumpul keatas, tetapi tajam kebawah”. Terkadang rakyat biasa sudah menderita
dengan kehidupan yang begitu sulit, mencari pekerjaan juga begitu sulit, penggangguran ada
dimana-mana, mencari uang pun juga sulit. Tetapi pada akhirnya kasus yang di alami seperti
nenek Minah juga di persulit. Lalu mengapa para koruptor juga tidak di persulit? Dan di
berlakukan hal yang sama ?

Jika nenek Minah mencuri kakao yang tidak lebih dari Rp. 10.000 di penjara 1 tahun,
coba kita ilustrasikan. Koruptor yang telah mencuri uang rakyat sekitar Rp.1 M. Satu M di
bagi dengan Rp. 10.000 hasilnya 100.000 tahun (penjara). Jadi seharusnya para koruptor
menerima hukuman penjara selama 100.000 tahun. Tetapi umur dari manusia hanyalah
sampai 70 tahun misalkan. 100.000 tahun di bagi dengan 70 tahun hasilnya 1.428 manusia,
yang berarti tidak hanya dia (koruptor) saja yang merasakan dampaknya. Namun bisa sampai
7 turunan. Anak, cucu,cicit dst merasakan dampak nya.

Dengan hal tersebut baru bisa dikatakan hukum adil bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan
bisa menjadikan efek jera bagi para koruptor untuk tidak melakukannya lagi. Dan supaya
semakin menurunnya orang yang melakukan korupsi dengan di berlakukan hukum yang adil
seperti di atas.

Namun ternyata tidak hanya hukum saja yang bisa tidak adil. Tetapi penegak hukum juga
demikian. Mereka hanya takut kepada orang yang berduit, tetapi bisa keras terhadap orang
yang lemah. Sebenarnya para aparat hukum ini bisa saja memperlakukan semua orang
dengan sama rata. Perbuatan yang melanggar hukum di beri hukuman yang setimpal dengan
apa yang di perbuat. Yang ringan di jatuhi hukuman yang ringan juga, yang berat di jatuhi
hukuman yang berat juga.

Tetapi hal tersebut sudah jarang di temui, bahkan sekarang menjadi hal yang wajar bagi
para koruptor memberikan uang (suap) kepada aparat hukum, mereka(koruptor) bisa saja
mendapat hukuman yang ringan(hukuman penjara yang tidak lama). Bahkan yang gempar
sekarang ini adalah para koruptor memiliki fasilitas yang mewah di dalam penjara. Supaya
mereka tetap merasakan fasilitas yang sama sebelum mereka di penjara

Dan bahkan anehnya juga UU yang mengatur tentang korupsi, yang dulunya hukuman
penjara minimal 4 tahun sekarang menjadi 2 tahun? Padahal korupsi termasuk kejatahan yang
besar. Bukannya di buat untuk jera, hal tersebut bisa saja membuat para koruptor merasa
keenakan. Bukannya kilaf malah semakin menjadi-jadi. Bukannya reda masalah korupsi di
negara kita tercinta ini. Malah semakin banyak yang melakukan kasus korupsi

Apakah karna uang? Apakah karena kekuasaan yang bisa mengalahkan, yang seharusnya
bisa menjadi keadilan. Apakah karena dan hanya dan untuk kekuasaan saja bisa membuat
mereka/membutakan mereka tentang keadilan? Keadilan sudah ada di depan mata mereka,
tetapi mereka(aparat hukum) memilih untuk menutup mata, menutup telinga.

Hal seperti ini yang bisa membuat negara Indonesia menjadi bobrok, sistem hukumnya
yang sudah menjadi mati, dan para aparat hukum yang memilih menutup mata, banyaknya
koruptor yang meraja lela, karena hukum yang terlalu memanjakan mereka. Sudah berapa
banyak yang dirugikan akibat korupsi ini? Dana yang seharusnya untuk kepentingan rakyat,
untuk menyejahterakan rakyat tapi malah justru di belokkan dan menjadi dana pribadi para
koruptor.

Yang seharusnya bangsa Indonesia ini sudah bisa menjadi maju karena banyaknya
rancangan APBN yang sudah di rencanakan, dan terlebih untuk mengatasi masalah
perekonomian di Indonesia. Yang seharusnya juga sudah bisa membuat infrastruktur di
Indonesia menjadi lebih maju, tetapi banyak yang gagal hanya karena masalah korupsi.

Seolah-olah mereka (para aparat) telah di butakan oleh uang dan kekuasan saja. Demi
sebuah kekuasaan mereka bisa melakukan apa saja. Termasuk melangar sebuah hukum.
Bagaimana bisa Indonesia meng-upgrade dari negara berkembang menjadi negara maju,
apabila akar dari penyakit ini tidak di tuntaskan
Coba bayangkan saja apabila hukum di Indonesia ini adil, para penegak hukum bisa
memberikan perlakuan sama rata, korupsi tidak ada sama sekali. Pasti negara ini akan sangat
maju, dan rakyatnya sejahtera.

C. TEORI

Pancasila Sebagai Filsafat (Diskursus Filsafat Pancasila hal 13)

“Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia mengandung


makna bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan, kenegaraan dan kemasyarakatan
harus didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan yang terakhir keadilan.”

Pancasila merupakan dasar dari negara Indonesia. Yang di dalamnya terkandung


nilai-nilai yang sangat di junjung tinggi. Disini saya akan mengambil dari sila ke 5 yaitu
“keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoneisa”. Namun definisi adil ini dalam kehidupan
nyata ini apakah sudah di terlaksanakan dengan baik?

Pada kenyataannya banyak sekali hukum yang bersifat berat sebelah (tidak adil). Lalu
apakah fungsi dan kegunaan dari sila ini, kalau pada akhirnya tidak ada tindakan yang nyata
dalam kehidupan sehari-hari. Apakah Pancasila ini hanya sebagai pajangan saja, yang lalu
lalang di baca, tetapi tidak terlaksanakan dalam kehidupan berbangsa bernegara ini?

Sungguh miris dan ironis melihat hukum yang terkesan tumpul keatas tetapi tajam
kebawah. Seharusnya semua masyarakat, tidak perduli dari golongan mana pun harus
menaati dan mengikuti peraturan dan hukum yang berlaku. Namun sekarang malah orang
(orang yang berduit) bisa mengendalikan hukum.

Sungguh terbalik 180° dari fungsi hukum itu sendiri. Yang seharusnya hukum itu
mengatur kehidupan berbangsa bernegara, tetapi sekarang hukum malah di kendalikan oleh
orang yang notabenen kalangan ke atas apabila mereka melakukan pelanggaran hukum.

Sekarang ini bukan hanya hukumnya saja yang mati, tetapi rasa kemanusian, rasa
keadilan juga ikut mati. Banyak sekali para aparat hukum yang menutup mata, yang
menghalalkan segala cara demi uang dan kekuasaan.
Demokrasi Pancasila (Diskursus Filsafat Pancasila hal 33)

“Situasi ini dimanfaatkan oleh mereka yang memahami kelemahan-kelemahan yang


ada demi kepentingan pribadi dan kelompoknya”

Situasi-situasi yang muncul terkadang sering dimanfaatkan oleh para pelaku korupsi.
Mereka akan menilai pada suatu situasi yang terdapat adanya kelemahan. Seperti salah satu
contoh lemahnya sistem keamanan di penjara. Hanya dengan sogokan/suap uang saja mereka
bisa menikmati fasilitas penjara yang mewah. Dan tidak jarang juga kedapatan di temui para
koruptor yang sedang di vonis penjara namun ada yang bisa jalan jalan pergi di luar penjara.
Salah satu contohnya adalah GayusTtambunan yang bisa pergi ke Bali. Dan masih ada
banyak kasus yang lain lagi yang kedapatan berada di luar penjara

Situasi situasi yang seperti ini terkadang dimanfaatkan untuk kepentingan probadi,
dengan alasan bisa hidup bebas walaupun sedang di penjara. Yang seakan-akan berbicara,
walaupun di penjara tetapi masih memiliki kuasa. Lalu apa gunanya di penjara? Padahal yang
di maksut dari hukuman yang telah di berikan adalah supaya bisa memberikan efek jera.
Tetapi apabila hukum yang longgar terhadap orang yang kaya seperti ini saya yakin korupsi
tidak akan pernah bisa diberantas.

Natura Gotong Royong Negara Indonesia (Diskursus Filsafat Pancasila hal 49)

“Bahwa tidak boleh ada lagi klaim-klaim golongan, pribadi, dan kelompok mereka
sendiri di atas kepentingan bersama”

Apabila bangsa kita ingin maju, kita harus meninggalkan kepentingan-kepentingan


baik itu pribadi, golongan, maupun kelompok(kearah yang negatif). Harus meninggalkan
sifat-sifat egois yang ada dalam kehidupan kita. Kita harus membuka wawasan kita dan
mengubah pola pikir menjadi kepentingan bersama. Kepentingan untuk seluruh rakyat
Indonesia. Kepentingan untuk ingin menjadi bangsa yang maju, untuk mensejahterakan
masyarakat juga
Demokrasi Pancasila (Diskursus Filsafat Pancasila hal 33)

“Sudah waktunya menimba semangat kegotongroyongan demi membangun bangsa


daripada mengedepankan kepentingan sesaat”

Sudah saatnya semangat kegotong royongan itu kembali kita pupuk. Kita sama-sama
memberantas dan memerangi pelanggaran-pelanggaran yang bisa menghambat negeri ini.
Dengan cara sama-sama memberlakukan sikap adil, memberlakukan hukum yang sama.
Tidak memandang yang punya uang atau pun tidak. Mari sama sama membangun bangsa
untuk kepentingan bersama.
D. KESIMPULAN dan SARAN

Hukum memanglah suatu hal yang penting dalam kehidupan berbangsa bernegara,
jika tidak ada hukum pasti kacaulah negara tersebut. Karena sifat dari hukum adalah untuk
mengatur kehidupan bermasyarakat. Hukum pun juga berlaku untuk semua dan seluruh
masyarakat tanpa memaandang buluh.

Namun pada kenyataannya masih saja hukum itu berat sebelah(tidak adil). Bahkan di
Indonesia hukum lebih tajam kebawah tetapi tumpul keatas. Yang memandakan bahwa
sekarang hukum ini tidak ada artinya lagi.

Banyak kasus yang terkesan tidak adil. Salah satunya para pidana koruptor yang
menikmati fasilitas mewah di dalam penjara. Sedangkan para pidana yang lain menggunakan
fasilitas yang ada di sediakan penjara, yang terkesan kumuh.

Padahal kasus korupsi itu termasuk dari hukuman yang serius/berat. Yang seharusnya
hukuman yang di berikan bisa membuat efek jera bagi pelaku. Dan supaya tidak ada lagi
yang mengikuti jejak untuk melakukan tindak korupsi

Dari sini sudah menyatakan bahwa hukum yang ada sekarang ini tidak begitu
efektifitas untuk mengendalikan banyaknya kasus korupsi yang ada di Indoneisa. Dan bahkan
cenderung bisa di beli.

Seharusnya di buat peraturan yang tegas, dan juga para aparat yang tegas dan profesional.
Bagi yang melakukan tindak pidana ringan juga akan di kenakan hukuman yang seimbang,
begitupun juga sebaliknya. Supaya tidak ada lagi kasus kasus lainnya yang menyatakan
bahwa hukum berat sebelah atau hukum tumpul keatas tetapi tajam kebawah.
DAFTAR PUSTAKA

Dono, D. 17 Juni 2015. “Pencuri Sandal Seharga Rp 50 rb Dihukum 5 Tahun, Koruptor


Pencuri Uang Rakyat Milyaran Rupiah Dihukum Berapa Tahun?”.
https://www.kompasiana.com/donodanar35/55359d676ea834d608da42d6/pencuri
-sandal-seharga-rp-50rb-dihukum-5-tahun-koruptor-pencuri-uang-rakyat-
milyaran-rupiah-dihukum-berapa-tahun 24 April 2020 (16:11)

Suparman, F. 20 September 2019. “KPK Heran Koruptor dan Pencuri Sandal Diperlakukan
Sama”. https://www.beritasatu.com/nasional/576046-kpk-heran-koruptor-dan-
pencuri-sandal-diperlakukan-sama 24 April 2020 (16:12)

Kongres Advokat Indonesia. 11 November 2019. “5 Kasus Hukum Aneh Dan Janggal Yang
Hanya Terjadi Di Indonesia”. https://www.kai.or.id/berita/16544/5-kasus-hukum-
aneh-dan-janggal-yang-hanya-terjadi-di-indonesia.html 25 April 2020 (08:19)

Detik News. 16 Maret 2015. “ICW: Mayoritas Koruptor Divonis Rringan, Hanya 1-2 Tahun
Penjara”. http://news.detik.com/berita/d-2860215/icw-mayoritas-koruptor-divonis-
ringan-hanya-1-2-tahun-penjara 25 April 2020 (08:33)

Pulau Sumbawa News. 27 Desember 2019. “OPINI:Hukum Tumpul ke Atas Runcing ke


Bawah, Adilkah?”. http://pulausumbawanews.net/index.php/2019/12/27/opini-
hukum-tumpul-ke-atas-runcing-ke-bawah-adilkah/ 25 April 2020 (18:59)

Wikipedia. 14 Februari 2020. “Hukum”. https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum 26 April 2020


(19:15)

Dewantara, A. W. 2017. Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini. Kanisius. Yogyakarta.


hlm.13

Dewantara, A. W. 2017. Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini. Kanisius. Yogyakarta.


hlm.33
Dewantara, A. W. 2017. Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini. Kanisius. Yogyakarta.
hlm.49

Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.

Dewantara, A. W. (2015). Pancasila Sebagai Pondasi Pendidikan


Agama Di Indonesia. CIVIS, 5(1/Januari).

DEWANTARA, A. W. (2016). GOTONG-ROYONG MENURUT


SOEKARNO DALAM PERSPEKTIF AKSIOLOGI MAX SCHELER, DAN
SUMBANGANNYA BAGI NASIONALISME INDONESIA (Doctoral
dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Dewantara, A. (2018). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong


(indonesia Dalam Kacamata Soekarno).

Dewantara, A. W. (2013). Merefleksikan Hubungan antara Etika


Aristotelian dan Bisnis dengan Studi Kasus Lumpur Lapindo. Arete, 2(1),
23-40.

Dewantara, A. W. (2016). POLITIK MENURUT FOUCAULT DALAM


“THE ARCHAEOLOGY OF KNOWLEDGE” DAN RELEVANSINYA BAGI
MULTIKULTURALISME INDONESIA. JPAK: Jurnal Pendidikan Agama
Katolik, 15(8), 12-22.

SS, A. W. D. (2015). Pancasila Dan Multikulturalisme Indonesia. Studia


Philosophica Et Theologica, 15(2), 109-126.

Anda mungkin juga menyukai